Translate

Rabu, 24 Agustus 2022

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

 

BAB 1

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

 

A. Pengertian Pendidikan (secara umum):


1. Apakah arti pendidikan ?

  1. Lebih daripada sekedar sekolah/ pengajaran.
  2. Pendidikan berasal dari kata latin educare (merawat, melengkapi, sehat kuat) atau educere (membimbing keluar dari..)

Pendidikan adalah:

  1. Semua usaha yang dilakukan secara sadar (educatus) untuk mengalihkan:
    • Pengalaman
    • Kecakapan
    • Pengetahuan
    • Ketrampilan
  2. Dari satu individu/ kelompok kepada individu (kelompok) atau dari generasi tua/dewasa, ke generasi muda, dll.
  3. Untuk suatu perkembangan, kemajuan yang berguna untuk menjalankan fungsi hidup (jasmani/rohani) Karena suatu usaha sadar/bertujuan memerlukan rencana dan strategi dan pendekatan. Pendidikan adalah pembentukan pribadi secara utuh Sekolah/pengajaran memberikan penalaran, pengetahuan dan ketrampilan

Hasil:

  • dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mau menjadi mau
  • dari tidak trampil menjadi trampil
  • dari tidak kuat menjadi kuat
  • dari tidak berpengalaman menjadi berpengalaman
  • dari tidak mampu menjadi mampu

2. Pendidikan Nasional
Tujuan: Pembentukan manusia seutuhnya dalam hal:

  • Fisik
  • Intelektual
  • Religius
  • Ketrampilan
  • Moral
  • Sosio kultural & politik

Agar dihasilkan Manusia tepat guna

3. Komponen / unsur pendidikan:

  1. Guru
  2. Murid
  3. Tujuan yang jelas
  4. Bahan pelajaran
  5. Metode
  6. Fasilitas

B. Pengertian "PAK"

1. Arti pendidikan Agama Kristen
Perbedaan Pendidikan Kristen dan Pendidikan Agama Kristen:

  • Pendidikan Kristen (pendidikan umum/biasa): Pendidikan yang berdasarkan/ orientasi Kristen nilai-nilai Kristiani); dalam suasana Kristen. Pendidikan Kristen biasanya digunakan untuk pengajaran disekolah-sekolah Kristen, baik di sekolah-sekolah rakyat, maupun disekolah-sekolah lanjutan, yang masih dijalankan oleh gereja atau organisasi (perhimpunan) Kristen. Jadi nama ini menunjuk kepada pengajaran biasa, tetapi yang diberikan dalam suasana Kristen.
  •  
  • Pendidikan Agama Kristen: Pengajaran pokok-pokok kebenaran iman Kristen; pengetahuan = harta rohani (Alkitab) untuk menjaga kelakuan hidup rohani

2. Tujuan PAK
Pendidikan Agama Kristen:

  • Tidak hanya memberikan pengetahuan dan pengertian dengan pengajaran yang teratur/ sistematis.
  • Kuasa ilahi (supranatural) yang mempengaruhi dan menguasai seluruh alam perasaan kehendak dan tingkah laku manusia.

Tujuan:
Agar setiap pelajar, muda, tua, memasuki persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan sendiri, oleh dan dalam Dia, mereka terhisap pula pada persekutuan jemaatNya yang mengakui dan memuliakan namaNya di segala waktu dan tempat.

  • Tugas guru: membukakan semua kebenaran Firman Allah.
  • Tugas murid: meresponi - bukan hanya membeo, secara pribadi hadir di hadapan Allah.

C. Pengertian PAK untuk Anak

1. Mengapa anak-anak ?
Hidup manusia kebanyakan dibagi menjadi 3 masa:

  • Masa anak (1 - 12)
  • Masa remaja (13 - 24)
  • Masa dewasa (25 - ke atas)

Dari masa-masa tersebut. Masa anak-anak adalah masa terpenting.
Mengapa?

  • Masa anak menjadi dasar bangunan yang menentukan masa depan.
  • Masa yang paling diingat, paling jelas sepanjang hidup
  • Daya menerima, meniru sangat kuat juga pengajaran
  • Hati mereka masih murni; belum terbentuk kebiasaan buruk: harus diajar untuk membenci dosa. (dosa sudah ada tetapi belum dilahirkan)
  • Hati masih polos, sifat-sifat spontanitas dan kejujuran

Contoh:
Peranan ibu sampai umur 3 tahun = paling penting.
Sejarah membuktikan pentingnya masa anak-anak.

  1. Merry Slessor (7 tahun) = Penginjil ke Afrika
  2. Issac Watts (9 tahun) = Penulis lagu-lagu terkenal
  3. Cathrine Booth (6 tahun) = Pembangunan rohani
  4. Polycarpus (9 tahun) = Tokoh sejarah yang mati syahid
  5. Jonathan Edwards (7 tahun) = Ahli filsafat, Teolog
  6. Tokoh Alkitab: Musa, Daniel, Daud, Samuel, Obaja, Timotius, dll

2. Pemegang Tanggung jawab PAK Anak.
Siapa?

  • Keluarga = Pengaruh terbesar masalah: Keluarga abad 20 tidak mencerminkan rumah tangga Kristen
  • Sekolah = Situasi formal masalah: Guru-guru tidak dipersiapkan (positif dan negatif)
  • Gereja = harapan terakhir untuk kehidupan rohani masalah: Fasilitas & kemampuan terbatas: pendeta & majelis yaitu tidak memahami anak.

3. Tujuan PAK Anak

1)     Mengenal Allah sebagai pencipta dan pemerintah seluruh alam ini, dan Yesus Kristus sebagai penebus, pemimpin dan penolong mereka.

2)     Supaya mereka mengerti akan kedudukan mereka dan panggilan mereka selaku anggota-anggota gereja Tuhan, dan suka turut bekerja bagi perkembangan gereja di bumi ini.

3)     Supaya mereka mengasihi sesamanya oleh karena Tuhan telah mengasihi mereka sendiri.

4)     Supaya mereka insaf akan dosanya dan selalu bertobat pula, minta ampun dan pembaruan hidup pada Tuhan.

5)     Supaya mereka suka belajar terus mengenai berita Alkitab, suka mengambil bagian dalam kebaktian jemaat, dan suka melayani Tuhan di segala lapangan hidup.

4. Dasar PAK Anak = Alkitab

  • Alkitab adalah pusat pengajaran Kristen sumber kebenaran dan pengajaran moral
  • Alkitab adalah otoritas tertinggi bagi iman dan perbuatan
  • Sumber perintah untuk pengajaran (pendidikan) 2 Tim 3: 16, Ul.6, Mat. 28

 

PERANAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK

Alkitab menyatakan bahwa tugas utama dalam mendidik anak ada pada orangtua. Sejak anak dibesarkan, peran orangtua tidak dapat diabaikan, baik pemberian nutrisi, pemeliharaan, pendidikan, dan keteladanan bagi perkembangan anak, baik untuk perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional maupun spiritual. Namun seiring bertambahnya usia anak dan terbatasnya kemampuan orang tua dalam berbagai aspek pengetahuan serta kesibukan tuntutan kehidupan, sebagian orangtua terabaikan perannya sebagai pendidik utama. Mereka hampir sepenuhnya menyerahkan tugas mendidik hanya kepada sekolah.

Dalam perspektif Kristen, sekolah adalah mitra orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Sedangkan orangtua adalah pendidik utama. Sekolah Kristen harus menyelaraskan prinsip pendidikan Kristen berkaitan pengembangan karakter dan pendisiplinan anak baik di sekolah maupun di rumah. Sekolah Kristen adalah perpanjangan tangan dari orangtua dalam mendidik anak. Sekolah Kristen berkesempatan menggunakan pertemuan orang tua murid sebagai sarana “parenting school“ dengan tujuannya menjalin relasi dan kebersamaan dalam mengembangkan karakter, sikap, moral, dan spiritual anak. Untuk dapat membangun hubungan tersebut, Sekolah Kristen harus memiliki filsafat dan prinsip-prinsip pendidikan Kristen yang bersumber pada kebenaran Firman Tuhan.

Apa yang sebaiknya menjadi pertimbangan orang tua ketika ingin menyerahkan anaknya untuk dididik kepada pihak lain juga, misalnya sekolah?

Apabila orang tua mendelegasikan pendidikan anak kepada orang lain atau pihak lain, mereka harus memilih guru-guru Kristen yang selektif dengan sangat hati-hati untuk memastikan bahwa mereka mengikuti prinsip-prinsip Alkitab. “Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN.” Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN. (I Sam. 1:27-28). Orang tua harus memilihkan sekolah Kristen terbaik bagi pendidikan anak mereka. Mereka perlu memastikan pembinaan iman, kerohanian dan pendidikan akademik yang terbaik yang ada dalam sekolah Kristent tersebut.

Ketika Musa mendidik anak-anak bangsa Israel untuk mengikuti Tuhan, Yitro mengatakan bahwa dia lebih baik mendelegasikan beberapa tugas kepada orang lain jika ia berencana untuk bertahan hidup. Namun, Yitro memperingatkan Musa untuk sangat berhati-hati dalam memilih orang, Musa perlu memeriksakan karakter orang yang dapat didelegasikan sebagian dari tanggung jawab ini. Pada dasarnya, masing-masing orang pilihan harus takut akan Tuhan, cinta kebenaran dan benci ketamakan.

Jika peran utama tersebut ada pada orang tua, siapakah yang lebih berperan, apakah sang ayah atau ibu?

Orang tua memegang peran penting bagi pendidikan anak. Sejak dari bayi sampai memilihkan sekolah bagi anaknya, peran orang tua sebagai pendidik utama sudah dinyatakan. Pendidikan anak-anak adalah tanggung jawab orangtua bersama. Setiap orangtua Kristen harus sadar bahwa anak-anak adalah tugas orang tua yang diperintahkan Tuhan dalam mendidik anak. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya orangtua mendidik dan mengajar anak-anak mereka. Alkitab menyebutkan peran ayah secara spesifik ditugaskan dalam mendidik anak-anak mereka “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” (Ef. 6:4). Peran ayah dalam mendidik anak juga dinyatakan dalam Ibrani 12:9-10, ” dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati” Bahkan ada pepatah mengatakan “seorang ayah yang mengajar lebih dari seratus guru”, memberikan gambaran betapa pentingnya ayah (orang tua) yang mengajar.

Pendidikan anak-anak adalah tanggung jawab yang besar. Setiap orang tua Kristen harus bahwa anak-anak adalah pekerjaan rumah yang Tuhan berikan dalam pendidikan anak. Pendidikan anak tidak semata-mata mengajarkan nilai-nilai kehidupan, tetapi mengenal kebenaran Allah, hidup bersama dengan Allah. Mazmur 127:5 mengatakan “Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang.” Pendidikan pada anak mengajarkan mereka jalan kehidupan, jalan yang menunjukkan juruselamat, menunjukkan kebenaran, mengenal hikmat, dan pengetahuan. Pendidikan anak harus berdasarkan pada Firman Tuhan yang merupakan sumber kebenaran mutlak.

Oswald Chambers (1874-1917) seorang guru dan penginjil dari gerakan Holiness Movement dari Inggris merespon kegundahanya dalam pendidikan anak. Menurut Chambers, manusia beriman harus mendidik anak dalam iman, sebab bila tidak, mereka akan kesulitan datang tidak ada untuk menolongnya, dia terisolasi dan kesepian.

Have I been able to reproduce my own kid spiritually? If so, in a time of difficulty I will be brought through magnificently victorious: but woe be to the spiritual man who has never produced his own kind, when the difficulties come there is none to assist, he is isolated and lonely

Apakah saya bisa mereproduksi anak saya sendiri secara rohani? Jika demikian, pada saat sulit saya akan dibawa dengan kemenangan yang luar biasa: tapi celakalah orang rohani yang tidak pernah menghasilkan jenisnya sendiri, ketika kesulitan datang tidak ada yang membantu, dia terisolasi dan sepi.

Oleh sekolah harus mampu menjembataninya dengan pendidikan Kristen dalam setiap aspek kehidupan anak, mempelajari setiap pelajaran dengan perspektif Kristen, penyelenggaraan parenting school bagi orang tua untuk menyelaraskan pendidikan dan pembinaan karakter yang sesuai firman Tuhan baik di rumah maupun di sekolah.

Alkitab mengatakan bahwa kita wajib mengajar anak-anak dengan sepenuh waktu, di sinilah kita harus membuat suasana belajar yang lebih kondusif, membuat mereka siap belajar. Alkitab tidak menyebutkan anak akan belajar ketika mereka siap. Orang tua harus mengkondisikan kesiapan anak dalam belajar dalam sepanjang waktu. “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang” (Amsal 17:22). Di sinilah peran orang tua dan guru agar anak dapat dipersiapkan sepanjang waktu untuk mereka belajar mengenal akan realistas ciptaan Tuhan dan kebenaran-Nya.

Pendidikan anak dilakukan sepanjang hari, selama dua puluh empat jam dalam sehari, tujuh hari dalam seminggu, proses yang berlanjut dari lahir hingga anak-anak menjadi dewasa. Proses yang berulang-ulang. “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ul. 6:6-7, Ul. 11:19)

Sebagai orangtua, kita harus menggunakan waktu yang tersedia (Kairos) untuk mendidik anak-anak kita. Hal itu bertentangan dengan pendapat John H. Pestalozzi (1746-1827), seorang ahli pendidikan dari Swiss yang berpendapat bahwa anak-anak akan belajar ketika mereka siap untuk belajar (readiness). Jika kita memberikan kesempatan kapan anak mau belajar, maka natur keberdosaan manusia dalam hal kenikmatan, keinginan daging, menunda pekerjaan, maka anak lebih cenderung menghindari belajar. Orangtua Kristen akan mengalami kegagalan bila tidak memanfaatkan waktu yang tersedia dalam mendidik anak.

 

A.      Allah memulai sejarah keselamatan dengan

  1. Pertama membentuk keluarga
  2. Memilih sebuah keluarga
  3. Memanggil sebuah keluarga

B. Tujuan Keluarga

  1. Mendapatkan keturunan & membersarkan anak
  2. Memberikan afeksi/ kasih sayang, dukungan & keakraban
  3. Mengembangkan kepribadian
  4. Menanamkan & mengajarkan kewajiban & tanggung jawab
  5. Mengajarkan & meneruskan adat istiadat nilai-nilai kebudayaan, nilai moral & agama

 

C. Keluarga sebagai tempat untuk membangun Pribadi Kristen

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam membangun pribadi Anak
a. Unsur :

  1. Fisik (tidak bisa memilih ayah, ibu / siapa yang membentuk kita)
  2. Pikiran/ mental (penyakit, bentuk tubuh, dll)
  3. Temperamen
  4. Rohani

b. Pengaruh lingkungan

  1. Alamiah [ contoh lahir dipantai, di gunung, iklim panas / dingin]
  2. Kebudayaan & tradisi
  3. Keluarga
  4. Pribadi yang lain

2. Kebudayaan : Totalitas ideologi yang menjadi pandangan hidup seseorang/ suatu bangsa

  1. Ideologi
  2. Cara hidup
    Contoh : nilai disini berbeda dengan di negara lain: memberi nama; cara memandang; cara mengulurkan tangan

3. Keluarga :

  1. Waktu paling banyak
  2. Pengaruh paling besar
  3. Menguasai metode paling utama
  4. Pengenalan sifat paling dalam (keterbukaan, sifat pembawaan)
  5. kemungkinan memonitor paling jujur dan terbuka.

 

BAB II

PAK ANAK DALAM PERJANJIAN LAMA (PL)

 

A. Latar belakang PL

  1. Bangsa Yahudi

Bangsa yang penuh misteri, kecil tapi kuat, sedikit tapi menyebar ke seluruh dunia menyebar tapi kemurniannya terjaga, kadang tidak bertanah air & tak punya raja, tapi selalu menojol dan memberi pengaruh kuat kepada dunia. Dianiaya, tapi bertahan bahkan berkelimpahan. Bangsa yang beridentitas kuat.

  1. Agama Yahudi

Penganut agama Yudaisme, mementingkan akan ketaatan kepada Hukum Agama yang dijalankan dengan penuh ketekunan, kemurniannya dijaga dari generasi ke generasi berikutnya. Pengajarannya kuat dan memberi dasar yang teguh untuk setiap tingkah laku dan tindakan. Pengaplikasikan hukum agama sering dilakukan secara harafiah.

  1. Budaya Yahudi

Yang paling mengesankan dalam budaya Yahudi adalah perhatiannya pada pendidikan. Pendidikan menjadi bagian yang paling utama & terpenting dalam budaya Yahudi. Semua bidang budaya diarahkan untuk menjadi tempat untuk mereka mendidik generasi muda, yang kelak akan memberi pengaruh yang besar.

Obyek utama dalam pendidikan mereka adalah mempelajari Hukum Taurat

B. Prinsip Pendidikan dalam Perjanjian Lama
1. Prinsip-prinsip yang dipegang oleh bangsa Yahudi:

  • Seluruh kebenaran adalah kebenaran Allah
    Kej. 1:1 Segala sesuatu telah dijadikan oleh Allah untuk tujuan supaya manusia mengenal Allah dan berhubungan denganNya. Cara Allah menyatakan diri adalah dengan:
    Wahyu Umum: Supaya orang menyadari dan mengakui keberadaan Allah.
    melalui: Alam, sejarah, hati nurani manusia
    Wahyu Khusus: Supaya manusia menerima keselamatan dari Allah. Allah berinkarnasi menjadi manusia melalui: Yesus Kristus dan Alkitab Menurut konsep Yahudi tidak ada perbedaan nilai antara duniawi & rohani, semuanya ada dalam wilayah Tuhan. Itu sebabnya orang Yahudi percaya bahwa "seluruh hidup adalah suci"
  • Pendidikan berpusatkan pada Allah.
    Fokus utama dalam pendidikan Yahudi adalah: Yehova (Hab. 2: 10 kegagalan campur tangan Allah: kegagalan bangsa.) Bagi anak Yahudi tidak ada buku lain yang mereka memiliki keharusan untuk dipelajari selain Alkitab (torat) untuk menjadi pegangan & pelajaran tentang Allah dan karyaNya
  • Pendidikan adalah kegiatan utama dan diintergrasikan dalam kehidupan sehari-hari.
    Kitab Talmud:
    Kalau ingin menghancurkan bangsa Yahudi, kita harus membinasakan guru-guruNya.
    Bangsa Yahudi adalah bangsa pertama yg memiliki sistem pendidikan Nasional (Ul. 6: 4-9)
    Pendidikan mereka tidak hanya secara teori, tetapi menjadi kegiatan sehari-hari dalam cara hidup dan keagamaannya. Contoh: Kitab Imamat: mengajarkan semua tata cara hidup dan beragama

2. Tempat pendidikan anak bangsa Yahudi
Di rumah.
Pendidikan anak Yahudi bermula di rumah. Dimulai berpangkal dari peranan seorang ibu Yahudi. Tugas kewajiban ibu adalah untuk menjaga kelangsungan hidup rumah tangga yg juga terkait erat sebagai tugas rohani mendidik anak-anaknya. Jauh-jauh hari sebelum anak berhubungan dgn dunia luar, anak terlebih dahulu mendapat pendidikan dari ibunya sehingga sesudah menginjak usia remaja/pemuda ia sudah mempunyai dasar yg benar.
Contoh: Melalui cerita-cerita sejarah bangsa dan hari-hari peringatan/besar

 

Sikap PL terhadap anak-anak pada umumnya :

  1. Keluarga PL (Yahudi) menyukai keluarga besar sebab anak dipandang sebagai karunia Allah, mempunyai anak banyak = diberkati Tuhan.
    Kej. 22: 2 ; Maz. 127: 3-4 ; 128: 3 ; Yes. 8: 18
  2. Anak laki-laki lebih dewasa/diharapkan
    Kej. 15: 2; 30 ; 1 Sam. 1L 11, 20
  3. Anak sulung harus dipersembahan sebagai milik Allah
    Bil. 3: 40-51
  4. Kedukaan yang besar dialami oleh keluarga yang tidak punya anak.
    Kej. 30: 1; 1 Sam 1: 3-17; 2 Sam. 12: 14-25; Maz. 113: 9; Luk. 1: 24-25
  5. Pengajaran, Bimbingan dan kasih sayang harus diberikan pada anak-anak
    melalui: Kegiatan sehari-hari ; Makan malam; Mendapat guru privat
    Ul. 4: 9-10 ; Maz. 78: 4-6 ; Ams. 4: 3-4
  6. Anak merupakan tanggung jawab untuk bekerja
    Ams. 6: 9 -11; 6: 20 ; 13: 1
  7. Anak-anak Abraham (keturunan) disunat dan diberi nama pada hari ke-8
    (Kej. 17: 12; 21: 4)
  8. Sering ada peng "anak mas" an (Kej. 25: 28)
  9. Istilah "anak" dalam bahasa Ibrani
  10. Anak-anak ikut hadir dalam upacara-upacara ibadah
    Yos. 8: 35 ; 2 Taw. 20: 13 ; Ezr. 8: 21 ; Neh. 12: 43
    Prinsip Pengajaran/Pendidikan Anak menurut Ulangan 6: 4-9
    Ulangan 6: 1-9: Menjadi pusat pengajaran pendidikan agama Kristen kitab-kitab lain yang membahas pendidikan bersumber dari kitab Ulangan ini.

Ayat 4: Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa !
Ayat ini disebut "Shema" = pengakuan iman orang Yahudi (agama Yudaisme) yang artinya "Dengarlah"

  1. Yesus menyebut ayat ini sebagai hukum yang pertama - prinsip iman dan ketaatan
  2. Memberikan konsep Allah yang paling akurat, jelas dan pendek
  3. Tuhan adalah unik, lain dengan yang lain. Dia Allah yang hidup benar dan sempurna.
  4. Proklamasi akan keesaan Allah yang mengalahkan semua konsep agama "Politeisme" dari negara atau bangsa "tetangga Tuhan adalah satu" nya. Tidak ada Allah yang lain, hanya satu nama Allah. Konsep ini dipakai oleh agama lain untuk menyerang "Allah Tritunggal". Istilah "esa" (Hb. Ehad) adalah satu kesatuan dari Allah "Elohim: (Istilah ini juga untuk menyebut kesatuan Adam >< Hawa.
  5. Kepercayaan monoteisme memberi keamanan karena Allah yang satu itu mempunyai integritas dan standar yang satu.
  6. Ayat 4 ini bersamaan dengan ayat 5 diucapkan sedikitnya 2 x sehari oleh orang Yahudi dewasa laki-laki.
  7. Ayat ini diucapkan bersamaan dengan Ula. 11: 13-21, Bil. 15: 37-41

Ayat 5: Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

  1. Kasih harus menjadi motif setiap hubungan manusia dengan Tuhan.
  2. Kasih disebutkan pertama karena: di situ letaknya pikiran, emosi dan kehendak manusia
  3. Tugas yang Tuhan bebankan untuk manusia lakukan: kasihilah Allah Tuhanmu.
    Musa mengajarkan Israel untuk takut.
  4. Mengasihi Tuhan artinya: Memilih Dia untuk suatu hubungan intim dengan senang hati mentaati perintah-perintahNya.
  5. Mengasihi dengan hati yang tulus, bukan hanya di mulut tapi juga dalam tindakan.
  6. Mengasihi dengan seluruh kekuatan, memiliki semuanya.
  7. Mengasihi dengan kasih yang terbaik, tidak ada yang melebihi kasih kita kepada Dia, sehingga kita takluk kepada Dia.
  8. Mengasihi dengan seluruh akal budi/pengertian, karena kita kenal Dia maka kita mengasihi dan mentaati perintahNya.
  9. Dengan semua kasih kita, menguasai hidup kita.

 

 

Ayat 6 : Apa yang kuperintahkan kepadamu hari ini haruslah engkau perhatikan

Ayat 7: Haruslah engaku mengajarkan berulang-ulang "kepada anak" mu, membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau bangun.

  1. Mereka yang mengasihi Allah, mengasihi FirmanNya dan melakukannya dengan meditasi
  2. Bertanggungjawab untuk merenungkannya dan menyimpannya dalam hati supaya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
  3. Orang tua mempunyai tugas untuk mengajarkan Firmannya kepada Anak-anak dengan didikan harus dimulai dari dini (kecil)
  4. Pengajaran moral akan lebih berhasil kalau dilaksanakan tidak dalam situasi sekolah resmi, tapi dalam setiap tindakan sehari-hari.
  5. Pengulangan adalah salah satu metode supaya Firman itu tidak lepas dari ingatan.
  6. Menggunakan setiap kesempatan di mana pun berada untuk memberi pendidikan kepada anak.
  7. Pendidikan: praktikal artinya praktis dilakukan bersama-sama dengan semua kegiatan sehari-hari.
  8. Ayat 7 dipakai sebagai fondasi kurikulum pendidikan Kristen.

Ayat 8-9 : Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang dahimu. - dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.

  1. Tulisan hukum-hukum belum menjadi milik umum, namun demikian, Allah menghendaki mereka melakukannya, supaya terbiasa bergaul dengan hukum Allah.
  2. Orang Yahudi mengerti perintah ini dan melakukannya secara harafiah.
  3. Mereka mengenal tiga hal tanda-tanda untuk mengingat hukum Allah:
    • Zizth (Bil. 15: 37-41) dipakai/dipasang pada ujung jubah Iman.
    • Mezna (Ulangan) kotak kecil yang berisi (Ul. 6: 4-9) diletakkan di sebelah kanan pintu.
    • Tephillin - 2 kotak kecil berbentuk kubus: masing-masing kertas perkamen yang ditulis dengan tangan secara khusus 4 ayat " hal 13: 1-10, hal. 13: 11-16, Ul. 6: 41, 11: 13-21 satu diikatkan di tangan kiri dan satu di dahi. Tanda-tanda ini dipakai pada saat sembahyang di luar hari Sabbath. Tanda- tanda ini sangat indah sebagai peringatan akan kehadiran Allah di rumah dan akhirmya dipraktekkan untuk mengusir setan.
    • Tanda-tanda simbolik ini adalah supaya penekanan pemahaman ayat itu menjadi nyata sehingga pengajaran itu akan berlangsung terus-menerus.

 

PRINSIP PENDIDIKAN Menurut AMSAL 1-7

A. Pendahuluan/Pengantar.

  1. Kitab Amsal berisi banyak nasehat-nasehat/wejangan-wejangan hikmat dari orang-orang bujak, orang-orang berpengetahuan. Di dalam bahasa Ibrani kata pengetahuan mempunyai asosiasi kuat akan:
    * pengenalan akan Allah dan manusia & kehidupan yang bijaksana
  2. Dalam kitab Amsal, sering disinggung hubungan antara:
    Guru - murid
    "anakku" sebagai panggilan akrab u/murid, orang yang diajar.
    Ayah - anak

B. Amsal 1-7

  1. Kunci kata Amsal adalah: "Takut akan Tuhan"
    "Takut akan Tuhan artinya: hormat dan segan akan kebesaran dan keagungan Tuhan karena HikmatNya.
  2. "Hikmat" sering dipersonifikasikan.
  3. Tradisi lisan adalah cara mendidik anak/murid adalah dengan menuturkan kata-kata hikmat belum ada sekolah formal
  4. Metode yang dipakai: dengan mengulang-ulang supaya diingat.
  5. Kontras antara "Jalan orang benar >< orang fasik" menjadi tema hikmat
  6. Tujuan Himat: Hidup bahagia & berkelimpahan
  7. Hal-hal yang diajarkan oleh hikmat Salomo: (Aplikasi)

h.      -Bijaksana -Keadilan -Kemurahan

i.        -Hidup benar -Kebenaran -Kebaikan

j.        -Berpengetahuan -Kehormatan -Sukacita

k.      -Sukses -Kerendahan hati -Berpengharapan

l.        -Penguasaan diri -Kesucian -Persahabatan

m.    -Kesetiaan -Pemberian Semangat -Ketenangan

n.      -Ketaatan -Keramahtamahan -Mau belajar

o.      -Kekayaan -Kedamaian

p.      -Kejujuran -Kasih

PRINSIP PENDIDIKAN Menurut MAZMUR 78

A. Pendahuluan/Pengantar

  1. Mazmur 78 adalah Mazmur sejarah
    Judul: Pelajaran dari Sejarah, lebih cocok untuk diberi judul: "Tangan Tuhan dalam Sejarah".
  2. Tema Mazmur 78 ini:
    Pelajaran sejarah yang orang-orang Israel yang setia harus ajarkan kepada anak-anak mereka.
  3. Peribahasa: "Bangsa yang tidak menghargai pahlawan adalah negara yang tidak ..."
    "Pelajaran terbesar dari Sejarah: Manusia tidak belajar dari sejarah."

B. Ayat 1-8

  1. Asaf memanggil umat Allah untuk mendengarkan pengajaran. (menarik perhatian) (sebagai nabi).
  2. Pengajaran: perbuatan Allah, kuasa Allah & KeajaibanNya
  3. Disampaikan melalui: perumpamaan-perumpamaan & tradisi yang diturunkan dari generasi yang turun temurun & dalam tradisi lisan.
  4. Pengajaran seperti teka-teki, bukan karena sulit tapi harus diperhatikan dengan seksama/teliti. "Iman" datang dari pendengaran dan harus didengarkan dengan teliti
  5. Kegagalan/Kesuksesan bangsa bukan karena peralatan perang, tapi karena ketidaktaatan baik individu maupun kelompok.
  6. Bangsa Israel, tidak pernah mau belajar dari sejarah selalu tidak taat, memberontak & melupakan.
  7. Tuhan marah karena Bangsa Israel kurang iman; Tuhan mendatangkan bencana-bencana untuk membuat orang Israel sadar, teringat & mencari Tuhan; tetapi Israel tetap tidak taat, & Tuhan selalu/tetap sabar & mengampuni.
  8. Tuhan selalu dilukiskan dengan gaya bahasa personifikasi
    • "Ia bangun dari tidur.
    • "Ia bangkit untuk menolong Israel
    • "Ia memimpin umatNya

KESIMPULAN/PELAJARAN

  1. Mazmur 78: Mazmur yang panjang yang berisi tradisi/sejarah Israel yang diturunkan dari generasi tua ke generasi muda.
  2. Menceritakan tentang hubungan Allah dengan Israel. Dari Keluaran & Jaman Daud
  3. Walaupun Israel selalu memberontak & tidak taat, Allah selalu setia.
  4. Urut-urutan kejadian tidak sesuai dengan Kejadian sebenarnya.
  5. Ditulis sebelum Babilonia datang & menghancurkan kerajaan Daud.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PAK ANAK DALAM PERJANJIAN BARU (PB)

 

A. Latar Belakang Perjanjian Baru

  1. Agama Yudaisme/ Yahudi
    • Pengajaran hukum Taurat : Ketaatan akan Hukum
    • Melakukan tradisi Yahudi : Merayakan hari-hari raya Yahudi tradisi sunat, dll.
  2. Budaya Yunani
    • Pengajaran hikmat manusia & filsafat Yunani
    • Kepercayaan kepada banyak dewa-dewi
  3. Pemerintah Romawi
    • Penyembahan kepada Kaisar
    • Tuduhan-tuduhan terhadap orang Kristen

B. Sistem Pendidikan Perjanjian Baru

  1. Latar Belakang Yahudi
    • Dibawah umur 5 tahun Ibu menjadi pendidik utama
    • Pendidikan formal diberikan di luar rumah :
      • di rumah gurunya : dari pagi sampai pentang duduk bersila di kaki guru (Kis. 22: 3)
      • di sinagoge : oleh seorang "Hazzan", pemimpin sinagoge yang mengajar tentang kitab-kitab gulungan
      • di Bait Allah dengan : para ahli Taurat untuk belajar berdebat & berdiskusi, khususnya untuk mereka yang sudah dewasa, contoh : waktu Tuhan Yesus umur 12 th.
    • Metode Mengajar
      • Anak-anak/ murid-murid belajar bersama-sama, dari anak kecil sampai remaja.
      • Anak kecil : menghafal. Anak lebih besar menbaca imamat suasana kelas sangat ribut tetapi mereka terbiasa
  2. Sistem pendidikan sekolah Romawi & Yunani
    • Sekolah bukan suatu keharusan tetapi sangat populer.
    • Sekolah dijalankan oleh guru-gurunya, mereka pengembara, berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
    • Anak laki-laki bersekolah mulai umur 6-8 tahun.
    • Media mengajar : Bahasa Yunani
    • Pelajaran yang diajarkan: musik, menulis & gymnastik (Khususnya musik harpa)
    • Sesudah umur 16 tahun. Anak laki-laki belajar sendiri
    • Wanita dididik oleh ibunya : membaca & menulis & menari. Jarang wanita mendapat pendidikan tinggi kalau ada biasanya karena mereka wanita simpanan orang-orang kaya yang ikut bersekolah karena guru yang datang ke rumah.
    • Kira-kira pada jaman Perjanjian Baru ada 30 sekolah, (30 M)
  3. Perbedaan dengan sistem pendidikan PB & PL

PL

PB

Orang tua menjadi sumber utama, tidak ada istilah sibuk (kalau perlu nenek/ kakek ikut mendidik).

-Orang tua tidak selalu menjadi sumber, apalagi untuk mengajarkan tradisi Yahudi, tidak semua orang tua Kristen berasal dari Keluarga Yahudi

Sejarah bangsa Israel & tradisi Yahudi/ Taurat menjadi pokok pengajaran utama.

Pelajaran, musik & gimnastik/sport menjadi bagian yang tidak terpisahkan

Pendidikan terjadi dimana saja dari pengalaman hidup.

Anak kebanyakan belajar di rumah guru kelas.

Memilih guru karena kepribadian & karakter.

Guru dipilih karena kemampuannya.

 

C. Prinsip Pendidikan dalam Perjanjian Baru

  1. Mengajar adalah tindakan intervensi Allah
    Titus 2 : 11- 12 untuk mengalami proses pendidikan
    2 Tim 2 : 2 untuk meneruskan kepada orang lain
  2. Mengajar adalah perintah Allah = Matius 28 : 16-20
  3. Tujuan mengajar/ pendidikan = 2 Tim 3: 16 à mengkomunikasikan kebenaran
  4. Pendidikan harus diajarkan sejak dini = 2 Tim 3: 15; Markus 10: 13-16
  5. Pengajar-pengajar dituntut orang yang berkualitas (panggilan) = 1 Kor 12: 28
  6. Keterlibatan manusia seutuhnya = Markus 12: 30-31

 

PAK REMAJA / PEMUDA MENURUT YESUS

A. Latar Belakang Injil

1. Kehidupan Kristus

  1. Dilahirkan dari keluarga tukang kayu
  2. Tergolong kelas menengah tetapi ada implikasi bahwa hidup keluarga tidak terlalu berkecukupan.
  3. Yusuf tidak disebut lagi setelah kelahiran Yesus, kemungkinan Yusuf mati waktu Yesus masih muda. Markus 6: 3 : "Anak Maria"
  4. Tidak mendapatkan pendidikan tinggi, tetapi pengertiannya tentang PL tidak diragukan. Lukas 2: 42 : perdebatan dengan para ahli taurat.

2. Tuhan Yesus & tradisi Yahudi

  1. Tuhan Yesus taat dan menjadi seorang Yahudi yang baik
    • Belajar taurat
    • Merayakan hari-hari raya keagamaan khusus
  2. Tuhan Yesus tidak taat pada hukum Yahudi yang mematikan kasih dan aplikasi harafiah.

 

B. Yesus Sebagai Guru Besar

Yesus diingat/ dipuja orang karena : Penyembuh ; Pembuat Mujizat ; Guru

  1. Tujuan pengajaran Yesus = Yoh 10: 10 à memberikan hidup dan hidup yang berkelimpahan
  2. Yesus mengajar dengan kuasa (otoritas dari Allah) Kehadiaran kuasa Anak Allah mewarnai ke 4 injil = Matius 7 : 28-29
    • Prinsip pengajaran Yesus
      • memulai dimana murid berada (Yoh 3: 1-12)
      • sesuai dengan talenta masing-masing untuk dikembangkan (Mat. 25: 14-30)
      • memberikan pengajaran kepada hati manusia dari hati - semua bagian manusia diperbaharui
    • Metode
      • Cerita
      • Memberi tugas
      • Perumpamaan
      • Kotbah
      • Diskusi, tanya-jawab
      • Alat peraga
    • Teladan Yesus sebagai Guru
      • Yesus disebut guru : 43 x (Injil) ; Yesus disebut rabi : 14 x Mengajar adalah bisnis utama Yesus
      • Tahu materi yang diajarka
      • Tahu bagaimana cara mengajarkannya
      • Mengajar dengan integritas
      • Sistem permuridan Mark. 5: 3;Luk. 8:9 ; 10:24; 6:1)
      • Belajar = mendengar / bercerita
      • Pertanggungan jawab (Markus 6: 30)

 

 

C. Amanat Agung Yesus (Matius 28 : 16-20)

  1. Mandat penginjilan dan pengajaran
    mengkomunikasikan Injil (kebenaran) untuk membuat murid
  2. Mandat ini diberikan kepada : - individu ; - orang-orang ; - gereja
  3. Penekanan pada keutuhan Kristus
  4. Isi amanat : Pergi Babtiskan & ajarkan
    perintah untuk tujuan : "menjadikan murid" = murid =/= pengikut

D. Peranan Roh Kudus dalam Mengajar
Yohanes 14: 26 :

  • Untuk mengiluminasi : mengajar
  • Untuk memberi pertobatan ; dan - Untuk melahirbarukan

 

 

 

BAB  IV

PENTINGNYA PELAYANAN ANAK

 

   Setelah membaca bagian ini,

   mahasiswa dapat menyatakan kemampuan

   berikut ini:

1.     Menyebutkan defenisi pentingnya pelayanan anak

2.     Menguraikan empat aspek mengapa pelayanan anak itu penting

3.     Menjelaskan empat aspek mengapa pelayanan anak itu penting

 

 

Defenisi Pentingnya pelayanan anak

Pelayanan anak adalah dasar pengajaran yang diterima oleh anak manusia dari orang yang dianggap dewasa dalam mengajar firman Tuhan. Dikatakan pentingnya pelayanan anak, karena dalam masa kanak-kanak inilah terbentuk dan tersusun dasar-dasar yang menopang seluruh kehidupannya dikemudian hari. Walaupun konsep-konsep itu masih dapat berubah dalam tahap perkembangan / pertumbuhan mereka, namun arah pandangan hidup sudah tertanam, baik itu positif maupun yang negatif.

Melayani anak-anak berdampak bagi Kerajaan Allah. Gereja kiranya menggarapnya dengan serius. Bagaimana dengan gereja Anda?

Bagi sebagian orang, melayani anak-anak dianggap kurang terlalu penting. Bahkan, ada sebagian gereja yang tidak memberi tempat dan fasilitas bagi pelayanan anak. Namun, bila kita mempelajari Alkitab, ternyata pelayanan anak diberi tempat istimewa. Injil Matius 18:1-11, mencatat betapa pentingnya melayani anak-anak. Berdasarkan ayat-ayat tersebut, setidaknya ada empat hal yang perlu kita renungkan bersama. Keempat hal dimaksud adalah:
1. Anak-anak adalah ladang pelayanan (ayat 1-4)
2. Berkat Tuhan atas anak-anak (ayat 5)
3. Penyesatan di ladang Tuhan (ayat 6-9)
4. Misi penyelamatan untuk anak-anak (ayat. 10-11)

Menurut penelitian, anak-anak dapat menguasai lima bahasa sekaligus. Bagi orang dewasa ini sulit terjadi. Bukankah ini menunjukkan bahwa daya ingat anak-anak sangatlah besar? Apa saja yang mereka dengar akan diingat-ingat. Bila orangtua mengucapkan kata-kata yang tidak beriman, anak-anak mudah mengingatnya.

Di sekeliling kita, banyak anak yang disesatkan karena perkataan orang dewasa. Secara tegas Tuhan Yesus menyatakan sikap terhadap mereka yang menyesatkan anak-anak. Alkitab katakan demikian, “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.” (ay. 6). Pernyataan Tuhan Yesus ini sangat tegas! Tuhan Yesus tidak tanggung-tanggung mengungkapkan kenyataan ini. Hal ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus sangat mencintai pelayanan anak.

 

A.         Mengapa melayani anak itu penting?

1.     Dari Aspek Waktu

            Ditinjau dari aspekt waktu, melayani anak merupakan tindakan yang bijak, karena masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat tepat.

Beberapa Pandangan para tokoh tentang pentingya masa kanak-kanak.

1)     Homrighousen and Enklaar

Ahli-ahli ilmu jiwa dalam telah membuktikan bahwa watak dan tingkah laku orang dewasa sebagian besar ditentukan oleh pengalamannya dan pengaruh tingkah lingkungannya pada masa anak-anak.

 

2)     Yakub Subsada        

Masa-masa pra sekolah justru adalah masa-masa pendidikan yang paling primer, karena 75 % dari kepribadiannya terbentuk sebelum anak tersebut berumur 6 tahun (Golden age).

 

3)     Paul Meier

Saya percaya bahwa 85% watak seorang dewasa telah terbentuk pada saat ia berusia 6 tahun. Enam tahun pertama merupakan masa yang paling penting.

 

 

4)     Melvin A. Jones

Waktu antara 2-8 tahun adalah yang terbaik bagi orang tua untuk mempengaruhi pada anaknya agar mengetahui jalan Tuhan.

 

5)     James Dobson

Saya percaya tahun yang kelima dalam kehidupan seorang anak merupakan masa yang paling penting.

 

6)     Plato

Saudara juga mengetahui bahwa awal dari pada segala sesuatu pekerjaan merupakan hal yang paling penting; terutama sekali hal-hal yang masih muda dan lunak; karena itu merupakan saat, dimana sifat-sifat dibentuk dan kesan-kesan yang diingini lebih mudah dibuat.

 

7)     Kresna Mulyadi

Ibarat kaset kosong,” anak akan merekam dan menyimpan memori atas kejadian yang pernah didengar dan dirasakannya.

 

8)     Stephen Tong

Masa kanak-kanak bagaikan Fondamen sebuah bangunan yang akan mempengaruhi keseluruhan bangunan itu.

 

9)     Ruth Laufer

Seluruh perkembangan paling pesat terjadi pada masa kanak-kanak. Dan lagi, arah pandangan hidupnya dibentuk. Konsep-konsep yang dibentuk pada masa ini sangat mempengaruhi masa dewasa mereka.

 

2.     Dari Aspek Teologis

·       Perintah Allah

1)     Ulangan 6:4-7: » Ajarlah Menyampaikan Imformasi agar dimengerti.

3.     Dengarkanlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa! 5 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. 6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, 7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk dirumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apa bila engkau bangun. 8 Haruslah juga engkau mengikatnya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, 9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.

2)     Amsal 22:6 : Didiklah, Ada perubahan sikap, tata perilaku setelah diajar.

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu (TB) Train a child in the way he shold go, and when he is old he will not trun from it (Proverb 22 :6, NIV).

3)     Ulangan 11:18-19 : Tarulah dalam hati bukan hanya didalam pikiran tetapi didalam  hati. 18. Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; Kamu harus mengingatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang didahimu. 19 Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anak dengan membicarakannya, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun;      

4)     Mazmur 78: 2-8: Ceritakanlah dari generasi ke generasi » mengerti kehendak Allah dan dapat mengajarkannya kepada orang lain.    

 

·       Pesan Kristus

1)     Lukas 18 : 16 : Jangan menghalangi mereka.

2)     Matius 18: 6: Jangan menyesatkan mereka

3)     Efesus 8 : 1-4 Didik mereka sesuai ajaran Kristus

4)     Markus 10: 13-16 : Kristus melayani mereka

 

 Matius 18: 6: Jangan menyesatkan mereka

6 Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.

 

Markus 10: 15 :Kristus melayani mereka

15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” 16 Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.

 

Tanggung Jawab Orang Tua

Sementara ada orang tua Kristen yang mempunyai konsep bahwa pendidikan anak adalah tanggung jawab seorang guru dalam konteks ruang kelas yang memberikan pengajaran. Dengan demikian maka tidaklah heran kalau akhirnya mereka beranggapan bahwa dengan mengirim anak-anak mereka ke gereja berarti sudah memenuhi kewajibannya.

Harus di sadari bahwa mengajar anak-anak merupakan hak dan kewajiban orang tua.

1)     Tuhan mempercayakan anak-anak kepada orang tua untuk dididik, dan ini merupakan kepercayaan yang luar biasa. “Orang tua mempunyai hak istimewa yang terbesar dalam dunia ini” (Narramore, 1961. 16); bahkan kepercayaan itu agung dan mulia, demikian menurut John Wesley (Melvin A Jones . 35). Oleh karenanya orang tua harus mempertanggung-jawabkan hal itu kepada Allah.

2)     Betapapun sibuknya orang tua, kesempatan untuk mengajar dan mendidik anak-anak mereka harus secara serius disediakan, sekaligus menjadikan kebersamaan dalam keluarga yang menjamin terwujudnya keharmonisan. Bentuk pengajaran yang diberikan tentunya tidak sebatas memberikan cerita-cerita atau pengajaran lain yang membutuhkan ucapan bibir. Tetapi lingkungan hidup, khususnya tempat tinggal juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana positif untuk menunjang pengajaran, misalnya adanya symbol-simbol beruapa hiasan dinding, kalender,atau lagu-lagu rohani, yang semuanya mencirikan kehidupan Kristiani. Tak kalah pentingnya dari semuanya itu adalah keteladanan orang tua.

Sebagai penerima mandat dan hak istimewa dari Allah, maka baiklah orang tua menyimak firman-Nya: Didiklah anakmu. Maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu dan mendatangkan sukacita kepadamu” (Ams. 29: 17). Sekarang telah menjadi jelas bahwa mendidik anak-anak bukan saja merupakan perintah Allaah tetapi dengan menaati perintah tersebut akan memberikan ketentraman dan sukacita. Rasul Paulus juga menyadari mandat tersebut. Karena itu kepada jemaat di Efesus ia mengingatkan agar mereka mendidik anak-anak di dalam ajaran dan nasehat Tuhan (Efesus 6: 4). (3) mendidik anak akan mendapat ketentraman dan sukacita.

Dalam bukunya “Membesarkan Anak dalam Tuhan” (1994, 5), Stephen Tong menegaskan bahwa ibu dan bapak adalah wakil Allah untuk mendidik anak-anak. Karena anak adalah Harta yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah. Oleh karenanya setiap orang tua Wajib mendidik anak-anaknya di dalam ajaran Tuhan, agar kelak mereka bukan hanya mempunyai pengetahuan tentang Allah, tetapi juga memiliki hubungan secara pribadi dengan-Nya (4).

 

ANAK-ANAK BELAJAR APA YANG MEREKA JALANI

 

Jika seorang anak hidup dengan kritikan,

Ia belajar mengutuk.

Jika seorang anak hidup dengan permusuhan,

Ia belajar untuk berkelahi.

Jika seorang anak hidup dengan ejekan,

Ia belajar untuk menjadi malu.

Jika seorang anak hidup dengan toleransi,

Ia belajar untuk menjadi lentur.

Jika seorang anak hidup dengan dorongan,

Ia belajar percaya diri.

Jika seorang anak hidup dengan pujian,

Ia belajar menghargai.

Jika seorang anak hidup dengan keadilan,

Ia belajar keadilan.

Jika seorang anak hidup dengan persetujuan,

Ia belajar menyukai dirinya sendiri.

Jika seorang anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan,

Ia belajar menemukan kasih di dunia.

 

(Dorothy law Nolte).

 

 

Bacalah tujuan Allah dalam memilih Abraham dalam kejadian 18:18, 19. Apakah tanggung-jawab Abraham terhadap anak-anaknya?

 

Dari Aspek Anak

Butuh Keselamatan

§  John Lock, Psikolog Inggris, dalam teorinya “Tabularasa” Kertas putih bersih (Tabularasa: tablet atau lempeng tanah liat yang putihm bersih, dan belum tergores apapun) » dari segi watak, pendidikan dan bukan keselamatan.

 

§  Horace W. Bushnel, yang hidup sezaman dengan Jonathan Edwards (1970) mengajarkan bahwa pada dasarnya anak-anak tidak berdosa, hanya kalau mereka dengan sadar menolak yang baik, mereka menjadi salah secara pribadi, pendapat ini ditolak oleh:

 

§  Edwards (pencetus pertama Kebangunan Rohani di Amerika Serikat) :

Meskipun anak-anak nampaknya tak bersalah, tetapi kalau mereka hidup di luar Kristus mereka tidak “tak bersalah” dalam pandangan Allah, melainkan seperti ular kecil, dan masih jauh daripada ular kecil. Mereka dalam keadaan yang sangat menyedihkan.” Contoh: Lihai dalam membantah.

 

§  George Whitefiel, Penginjil Amerika, kelahiran Goucester. Inggris 1714. Yang dalam usianya tak lebih dari 54 tahun pernah berkotbah sebanyak 18.000 kali, menegaskan bahwa anak-anak dapat dibandingkan dengan ular berbisa dan buaya »  ganas.

 

§  Alkitab

*     Kejadian 8:21 “…..yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya….” » ada benih kejahatan tetapi tingkat kejahatannya tergantung waktu.

*     Mazmur 51: 7 “ Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan dalam dosa aku dikandung ibuku,” » sudah berdosa sejak dalam kandungan.

*     Roma 5: 12 “ sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah mengajar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” 3: 10 “ seperti ada tertulis: tidak ada yang benar, seorang pun tidak. “

 

Anak membutuhkan Pengajaran Yang benar.

 

§  James Piaget, Psikolog kenamaan menegaskan bahwa karena anak dilahirkan dalam keadaan berdosa maka kita perlu mengajar mereka. (band. Amsal 22: 6). Karena itu, Abraham Lincoln, mantan presiden Amerika Serikat berkata “Ajar seorang anak untuk mengenal Kristus. Ajarlah mereka ketika masih berusia 5 tahun, dan mereka akan tahu bagaiamana bertobat dan beriman kepada Kristus seperti orang dewasa.” (Stephen Tong, Arsitek Jiwa, Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993, 23). Karena anak belum mengerti.

 

§  Paul Meir menegaskan: “apa yang dimasukkan orang tua ke dalam otak anak usia 6 tahun pertama hidupnya akan keluar lagi dari otaknya selama 70 tahun berikutnya.”

 

§  Singgih D. Gunarslo menuturkan alasan mengapa anak-anak perlu diajar adalah sebagai berikut:

“Pada masa-masa ini kita tidak dapat menilai apakah suatu tingkah laku anak itu

bermoral atau tidak bermoral. Anak belum mampu berpikir mengapa suatu tingkah laku dikatakan baik atau tidak baik. Benar atau salaj. Pengertian anak pada masa-masa ini tentang baik atau tidak baiknya suatu tingkah laku, hanya terbatas pada konsekuensi-keonsekuensi yang mengikuti perilakunya tersebut…cara berpikir anak masih lemah.

 

§  Yehezkiel 18: 4,Sesunngguhnya semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa itulah yang harus mati.”

 

Anak Sudah dapat Percaya

§  Jean Piaget. Salah satu alasan mengapa sebagian orang kurang peduli kepada pelayanan anak adalah karena adanya anggapan bahwa anak-anak belum mampu mengerti ajaran agama; demikian menurut psikolog kelahiran 9 agustus 1896 di SwissPendapat itu didasarkan pada penilaian bahwa anak-anak yang berusia dibawah 13 tahun, berpikirnya mennggunakan instingnya dan bukan inteleknya.

Contoh: Kucing yan memelihara anaknya.

 

§  Yakub Subsada (1990, 72) dengan tangkas menolak pandangan Piaget di atas “memang intelek mereka belum berkembang seperti orang dewasa tetapi apakah pengenalan akan Allah dan pengalaman akan keselamatan Dalam Kristus tergantung semata-mata pada kemampuan intelek? Bukankah Alkitab menyaksikan (justru disini keunikan Kristen) bahwa keselamatan itu semata-mata anugerah (baca efesus 2: 8-9). Yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam hidup orang percaya? Bukankah Alkitab menyaksikan bahwa yang dituntun oleh Roh Kudus bukannya melek dan emosi (meskipun keduanya tak diabaikan) tetapi roh mereka (baca Roma 8: 14-16).

» Roh anak yang dituntun oleh Roh Kudus untuk percaya pada Yesus Kristus.

§  Berbeda dengan Jean Piaget, Samuel Sidjabat menegaskan bahwa anak-anak memiliki potensi untuk mengerti, memahami, namun sesuai dengan tingkat perkembangannya (1994, 96). Karenanya mereka membutuhkan penjelasan berita injil yang sesuai dengan tingkat pengertiannya. Hal serupa ditegaskan pula oleh Allen Shelly, dalam bukunya “Kebutuhan Rohani Anak”. (p.11). bahwa anak-anak selalu tertarik kepada Tuhan Yesus dan Ia tidak pernah menyuruh mereka menunggu sampai benar-benar mereka mengerti.

 

Berikut beberapa bukti teologis yang menunjukkan bahwa anak-anak sudah dapat mengerti pada saat Firman Tuhan disampaikan kepadanya.

 

Bukti Teologis

Samuel (1 Sam 1: 22-28)

Begitu putus menyusu, Hana menyerahkan anaknya kepada Tuhan. Dalam situasi yang sungguh kacau, kerohanian bangsa Israel berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, sehingga Allah ma berbicara kepada Samuel. Fakta ini tentu bias dimengerti bahwa Samuel pun sudah dapat menerima dan mengerti Firman Allah.

 

Anak-anak Israel (Ul 6: 4-7).

Perintah Tuhan agar orang Israel mengajak anak-anak mereka secara berulang-ulang, bukankah hal ini suatu bukti bahwa anak-anak mereka sudah bisa mengerti apa yang diajarkan kepada mereka? Tentunya Allah tidak akan memberikan perintah tersebut sendainya mereka belum mampu mengerti ajaran yang disampaikan kepadanya. Dan lagi, perintah untuk “mengajar anak-anak” tidak hanya satu kali saja, tetapi berulang-ulang kali ditulis dalam Perjanjian Lama (Ulangan 11: 18; Amsal 13: 24; 22:6; 23: 13; Amsal 29:15).

 

Timotius (2 Tim 3:15)

Dalam hal inilah Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa dari kecil, Timotius sudah mengenal Kitab Suci yang menuntun kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus.

 

Anak-anak pada masa Kristus

Baik Matius, Markus, Lukas maupun Yohanes mencatat bagaiman Tuhan Yesus menerima dan memberkati anak-anak yang datang kepada-Nya. Bahkan Dia menjadikan anak-anak sebagai kriteria untuk masuk kedalam Kerajaan Sorga.

 

 

Bukti Historis

Melalui sejarah gereja dapat diketahui bahwa ternyata terdapat tokoh-tokoh sejarah gereja yang diselamatkan pada usia kanak-kanak. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

§  Polykarpus

Seoarang uskup ternama di Smirna, Asia Kecil. Ada yang menyebut bahwa Polykarpus adalah murid Rasul Yohanes. Sekitar tahun 54, setelah pulang dari Roma ia ditangkap dan digiring kembali ke Roma, kemudian dijatuhi hukuman mati. Sesaat sebelum hukuman itu diterimanya, beberapa kali sang Kaisar memintanya agar ia mau menyangkal Yesus. Tetapi Polykarpus tetap teguh dalam imannya, bahwa dengan berani mengatakan: “Aku telah melayani Kristusku 86 tahun lamanya, namun belum pernah sekalipun Ia berbuat jahat kepadaku. Bagaimana mungkin aku dapa mengutuk Kristusku, Juruselamatku? (Willem, 1987, 214).

Umur berapa Polykarpus bertobat? Dalam bukunya Arsitek Jiwa, Stephen Tong menyatakan  bahwa Polykarpus bertobat pada usia 9 tahun (Paulus Daun, p.28).

 

§  Chaterine Booth

Istri William Booth (pendiri Salvation Army) ini merupakan seorang penginjil wanita yang terkenal, dimana ia bertobat pada usia 6 tahun.

 

§  John Sung

Ju Un, itulah nama kecil John Sung. Nama yang cukup familiar dikalangan gereja-gereja Indonesia, terutama gereja-gereja Tionghoa. Ia adalah anak seorang pendeta Gereja Methodist.

Sosok yang dilahirkan pada 27 September 1901 di desa Hong Chek, propinsi Fukien, Tiongkok ini bertobat pada usia 11 tahun. Demikian menurut F.D Willem (1987, 226). Sejak pertobatannya dalam sebuah kebangunan rohani di Hingwa tahun 1912, ia mulai berkotbah dimana-mana, sehingga ia dikenal dengan julukan pengkotbah cilik. Bahkan ia pernah di beri gelar obor Allah di Asia.

Salah satu Negara yang pernah dikunjunginya adalalah Indonesia. Atas undangan jemaat-jemaat Tionghoa di Surabaya. Maka pada tahun 1939 ia datang ke Indonesia. Selain Surabaya, ia mengabarkan Injil di beberapa kota Indonesia lainnya, seperti Jakarta, Bogor, Cirebon, Yogyakarta, Magelang, Purworejo, Solo, dan Madiun.

John Sung sendiri percaya bahwa ia belum bertobat sampai ia melewati beberapa tahun krisis rohani di Amerika. Ketika ia berumur sembilan tahun ada kebangunan rohani di Hinghwa. Pada bulan itu kira-kira ada 3,000 orang Kristen yang masih belum sungguh-sungguh bertobat. Pada Jum’at Agung pagi ia mendengar khotbah tentang ”Yesus di Taman Getsemani.” Pengkhotbah pada waktu itu membandingkan para Murid yang sedang tidur dengan keberanian Yesus. Banyak orang menangis dengan dukacita mendalam di akhir khotbah itu. Di antara orang-orang yang menangis itu adalah John Sung, seorang bocah berumur sembilan tahun dan anak lelaki seorang pendeta Methodis. Yang nampak bagi saya bahwa John Sung “mempersembahkan” hidupnya kepada Kristus namun belum sungguh-sungguh bertobat pada waktu itu. Sebagaimana pendeta pendahulu saya, Dr. Timothy Lin (yang ayahnya juga adalah seorang pendeta), John Sung mulai berkhotbah dan membantu ayahnya sebelum umur tiga belas tahun. Namun, juga seperti Dr. Lin, ia belum mengalami pertobatan sejati pada waktu itu. Ia adalah siswa yang rajin dan menyelesaikan sekolah menengah atasnya dengan prestasi terbaik di kelasnya. Pada waktu itu ia menjadi terkenal sebagai “pendeta cilik.” Namun kendati semua aktivitas hatinya dan semangatnya tidak semuanya memuaskan. Pekerjaan yang ia telah lakukan dalam pelayanannya digambarkan “sama spektakulernya dengan birunya bulu burung pekakak, suburnya seperti daun-daun pada musim panas, namun tanpa satupun buah segar untuk diberikan kepada Tuhan Yesus” (Leslie T. Lyall, A Biography of John Sung, China Inland Mission, 1965 edition, hal. 15).

 

 

DARI ASPEK DAMPAKNYA

 

§  Bagi Anak

      Anak-anak bukan saja merupakan ladang penginjilan yang subur, melainkan juga merupakan modal yang produktif, dimana melaluinya banyak jiwa yang diselamatkan. Hal ini selaras dengan pernyataan John Wanamaker berikut ini: “Menyelamatkan seorang dewasa menyelamatkan seorang saja; menyelamatkan seorang anak berarti menyelamatkan orang berlipat ganda”.

      Melihat dari sisi waktu, George Belley menyatakan bahwa lebih sedikit usaha dan waktu yang diperlukan untuk memenangkan 20 orang anak bagi Kristus daripada memenangkan satu orang dewasa. Seorang anak yan dimenangkan pada umur 10 tahun lebih bermanfaat dalam pelayanan bagi Kristus daripada banyak orang dewasa yang bertobat pada umur 50 tahun.

      Kalau kita sepakat dengan pernyataan Wanamaker dan Belley tersebut diatas, maka menyia-nyiakan anak-anak berarti suatu kerugian besar. Perlu disadari bahwa panggilan untuk memenangkan jiwa dibebankan kepada setiap orang percaya tanpa memperdulikan bakat, keterampilan (sekalipun hal itu diperlukan). Tugas penginjilan iniu adalah suatu keharusan dan bukan piliha. Penginjilan bukan dilakukan di luar gereja tetapi juga di dalam gereja, termasuk kepada anak-anak sekolah minggu. Itulah sebabnya Ralp Riggs (1987, 115) menegskan bahwa tanpa penginjilan sebuah sekolah minggu berjalan secara rutin dan tak mempunyai kehidupan; tujuannya yang paling penting tidak mendapat perhatian. Tahukah bahwa D. L. Moody dimenangkan bagi Kristus oleh karena guru sekolah minggu yang sungguh-sungguh mengasihi jiwa murid-muridnya?

      Kini sudah saatnya dibutuhkan guru-guru Sekolah Minggu yang bukan hanya pandai mengajar, tetapi juga bertanggung jawab dan penduli keselamatan jiwa murid-muridnya. Yakinlah bahwa pelayanan yang dilakukan dengan penuh tangggung jawab akan menghasilkan jiwa-jiwa kepada Krsitus. Salah satu contohnya adalah Erick Bolman. Sebagaimana dilaporkan Mary Go (p.16) berikut ini:

      Erick Boldman adalah anak seorang pendeta dari “calvary Chapel”. Yakni Ron Boldman. Gereja yang digembalakan merupakan salah satu gereja yang berkembang pesat di Amerika. Setelah menyelesaikan pendidikan teologinya, ia memberitakan Injil dna mendirikan gereja. Hanya dalam beberapa tahun saja jumlah orang yang menghadiri kebaktian meningkat dengan pesat. Pada tahun 1973, jumlah jemaat yang menghadiri kebaktian rata-rata 135 orang, namun dua tahun kemudia jumlah itu telah meningkat menjadi 1.325 orang. Pendeta yang dipakai Tuhan luar biasa ini ternate awal pengenalannya akan Kristus bermula ketika Erick Boldman, anaknya yang membawanya mengikuti Sekolah Minggu orang dewasa: orang tua mengikuti ibadah di gereja karena anaknya yang mengajak.

 

Bagi Gereja.

Kenyataan Gereja Membutuhkan Generasi Penerus

      Disadari maupun tidak, keberadaan anak-anak di suatu gereja sebenarnya merupakan generasi yang kelak akan menjadi penerus bagi gereja itu sendiri. Hal ini diakui pula oleh Stephen Tong (1993, 8) sebagai berikut:

      1 “Anak-anak merupakan hari depan atau prospek gereja. Melalui anak-anak didalam satu gereja, kita dapat melihat hari depan gereja itu. Kondisi anak-anak menemukan masa depan gereja.”

      Hal yang senada diakui oleh Paulus Daun (p.37) yang mengegaskan bahwa anak-anak ini dikemudian hari adalah tiang-tiang penopang bagi gereja yang mempunyai misi memperlebar Kerajaan Allah di bumi ini.

      Melihat perkembangan zaman yang terus berubah menuju sasaran yang lebih baik (harapannya). Namun secara tidak disadari, muncul pula dampak sebagai efek samping dari perkembangan zaman ini, yang nampaknya merupakan pengaruh dari dampak tersebut justru akan membawa “sasaran” itu lebih jauh dari harapan. Memang secara fisik terlihat adanya perkembangan yang positif, tetapi dari segi spiritual, akhlak manusia semakin hari semakin memprihatinkan. Hal ini bukan tidak mungkin gereja akan terkena imbasnya. Oleh karena itu gereja sangat membutuhkan generasi yang berkualitas, yakni:

 

Ø  Mempunyai dasar kerohanian yang benar

Hal ini sangat penting bahkan merupakan hal yang sangat mendasar. Karena anak (dalam perkembangannya) akan berdiri dan bertumbuh di atas dasar yang benar (Berdoa, firman Tuhan, pengenalan akan Kristus).

Ø  Memiliki pengenalan yang mendalam akan firman Tuhan

Untuk menghadapi zaman yang semakin memprihatinkan ini, maka gereja membutuhkan generasi penerus yang bukan hanya tahu siapa dan tahu apa cerita Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu. Tetapi dibutuhkan generasi penerus yang mempunyai pengenalan yang mendalam akan firman Tuhan.

Ø  Mengasihi Tuhan dan gereja-Nya.

Ada pepatah mengatakan “tak kenal maka tak sayang”. Kalau kita sepakat dengan pepatah ini, maka itu berarti seseorang tidak mungkin sayang (mengasihi) sebelum ia mengenalnya. Demikian halnya dengan berlakun bagi anggota jemaat (termasuk anak-anak). Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menempatkan “pengenalan akan Tuhan” itu sebagai sasaran awal pelayanan.

 

Faktor Pertumbuhan Gereja

Ada Petobat baru. Perpindahan sekolah minggu » dewasa

Selain karena faktanya gereja membutuhkan generasi penerus. Melayani anak-anak penting bagi gereja karena hal ini merupakan fakor pertumbuhan gereja.

Ada beberapa faktor yang menunjang pertumbuhan gereja; pertama, pertumbuhan melalui perpindahan, yaitu gereja di satu tempat yang mengalami pertumbuhan jumlah anggotanya yang disebabkan karena ada jemaat lain yang pindah ke gereja tersebut. Faktor berikutnya adalah bertumbuhan yang diakibatkan karena mengabarkan Injil, baik yang dilakukan oleh anggota jemaat maupun hamba Tuhan. Sedangkan faktor yang ketiga, yaki gereja bertumbuh melalui hadirnya anak-anak yang lahir dari keluarga jemaat. Hal ini bisa terjadi apabila anak-anak yang dilahirkaj tersebut telah sejak dini dibina dengan baik dalam rumah tangga maupun gereja.

 

Terkait dengan keberadaan anak-anak dalam gereja, Stephen Tong (1993, 9) menegsakan bahwa jika tidka ada anak-anak, hari depan gereja akan menjadi tanda tanya dan suram.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagi Bangsa (dalam Alkitab)

Temukan dua keluarga yang sukses dalam kariernya tetapi gagal dalam mendidik anak mereka

 

     

 

 

           

                       

 

 

                                                                                               

Temukan dua keluarga yang sukses dalam kariernya maupun dalam mendidik anak mereka.

           

 

 

     

 

 

 

Temukan tiga tokoh Alkitab pembebas bangsanya.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

MEMBIMBING ANAK KEPADA KRISTUS

 

   Setelah membaca bagian ini,

   mahasiswa dapat menyatakan kemampuan

   berikut ini:

1.     Memahami tentang bagaimana membimbing anak kepada Kristus

2.     Dapat menyebutkan bagaimana membimbing anak kepada Kristus

3.      Mampu melayani anak sekolah minggu dengan tahap tiga langkah bagaimana membimbing anak kepada Kristus

4.  Memahami bentuk pastoral anak yang dapat disediakan Gereja

 

 

A.    Bagaimana Membimbing Anak Kepada Kristus?

 

            Harus diakui bahwa tidak ada satu cara yang terlalu jitu yang dapat diterapkan di berbagai tempat dan kesempatan untuk membimbing seseorang kepada Kristus. Tetapi ini tidak berarti bahwa kita tidak perlu memikirkannya. Sebaliknya bila dengan kesungguhan kita mencermati langkah-langkah apa dan bagaimana membimbing seseorang kepada Kristus, tentunya akan sangat bermanfaat untuk membimbing seseorang kepada Kristus, tentunya akan sangat bermanfaat untuk lebih efektif dalam melakukannya. Berkaitan dengan membimbing anak kepada Kristus, ada empat langkah pentinhg yang penting yang perlu diperhatikan.

 

1.     Kebutuhan akan Keselamatan

Pada paparan sebelumnya telah dijelaskan bahwa anak-anak pun membutuhkan keselamatan. Karena pada dasarnya mereka adalah orang berdosa. Sebagai orang berdosa, anak-anak bukan saja diperhadapkan kepada pengadilan Allah (Why 20:11,12), tetapi juga hukuman maut telah menantinya (Rm 6:23; Yeh 18: 4 dan Yoh 8:21-24).

 

Dengan  demikian menjadi jelas bahwa masa depan anak-anak sungguh amat mengerikan. Mereka sangat membutuhkan keselamatan agar dapat terbebas dari hukuman maut yang mengancamnya, sementara mereka belum tahu keadaannya yang sebenarnya. Oleh karena itu siapakah yang memberitahu mereka?

·       Dosa (Rm 3:23)

·       Upah Dosa (Rm 6:23)

·       Di hukum (Ibr 9:27)

 

2.     Jalan Keselamatan

Seseorang tidak akan selamat hanya karena sudah mengetahui bahwa dirinya adalah orang berdosa yang membutuhkan keselamatan. Oleh karena itu langkah berikunya yang harus dijelaskan kepada mereka adalah “jalannya keselamatan”, agar mereka tahu kepada siapa harus percaya yang melaluinya mereka di selamatkan (pengorbanan Kristus).

 

Tuhan Yesus bersabda: “Akulah jalan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6). Dia bukanlah petunjuk jalan, tetapi Dia sendirilah jalannya. Dan Dia bukan “salah satu” diantara banyak jalan, tetapi Dialah satu-satunya jalan kepada Allah.

 

Oswald Smith (Keajaiban Anugerah, 1977, 105) menegaskan bahwa untuk sampai kepada Allah bukanlah melalui hal-hal berikut:

Bukan dengan Imam, bukan dengan Paus atau Pendeta. Bukan dengan Nabi atau pemuka agama manapun…Dan bukan dengan Gereja dan agama Baptisan atau Perjamuan Suci. Bukan dengan perbuatan baik dan kehidupan yang berakhlak tinggi. Bukan dengan seluruh keadaan atau perbuatan Anda atau yang dapat diperbuat oleh orang lain bagi anda; melainkan dengan Kristus dan Kristus saja.”

 

Hal itu pulalah yang ditegaskan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Efesus; “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”. (Ef. 2: 8-9).

 

3.     Dorong menerima Keselamatan

Keselamatan tidak dapat diperoleh hanya dengan mengerti dan memahami kedua hal tersebut diatas, kecuali menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Oleh karena itu doronglah mereka untuk mengambil keputusan secara pribadi untuk percaya kepada Tuhan Yesus (Yoh 1:12).

 

Setelah itu ajak dia untuk berdoa dengan kata-katanya sendiri. Atau, sebagai pembimbing yang bijaksana kita bisa menolong dia untuk berdoa dengan cara mengikuti kata-kata sebagai berikut:

 

 Tuhan Yesus, saya tahu bahwa saya orang berdosa. Banyak dosa yang telah saya lakukan melawan firmanMu, saya percaya bahwa Engkau telah mati di atas kayu salib bagi dosa-dosa saya. Sekarang saya mau menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat saya secara pribadi dan masuklah kedalam hati saya”.

 

4.     Pimpin kepada kepastian Keselamatan.

Setelah mereka mengambil keputusan menerima Yesus, pimpinlah mereka kepada pemahaman yang benar akan firman Tuhan tentang kepastian akan keselamatan. Ayat-ayat yang dapat dipakai sebagai acuan: Yohanes 1:12; 5:24; 10:28; dan 1 Yohanes 5: 11-13.

 

Sebagai seorang yang membimbing seseorang kepada Kristus satu hal yang harus diingat dan sekaligus pengalaman hidupnya adalah untuk dapat menjadikan orang lain yang belum menjadi agar dapat menjadi, saudara harus telah menjadi.”

 

B.    Mengajarkan Keselamatan Kepada Anak

 

Inti ajaran yang diberitakan

Kata “Injil” berasal dari bahasa Yunani “euanggelion” yang berarti “kabar baik”. Berita baik sekalipun tidak pernah dianggap baik jika bertemu dengan keadaan yang buruk. Dianggap baik ataupun tidak, Injil merupakan kabar baik. Karena pada dasarnya yang dihadapi adalah keadaan yang buruk, yakni orang-orang berdosa.

 

Saudara telah bekerja keras seharian dan belum makan apa-apa, kemudia ada seseorang yang menawarkan sepotong roti dan segelas air kepada saudara, bukankah ini merupakan kabar baik bagi saudara? Lain halnya kalau tawaran itu disampaikan pada saat dimana saudara baru saja makan kenyang.

 

Hal yang sama berlaku juga bukan saja untuk kebutuhan jasmani tetapi juga rohani. Betapapun baiknya berita itu tergantung kepada seberapa buruk situasi dan kondisi yang dihadapinya. Jadi orang yang tidak memahami atau membantah Injil sebagai kabar baik, hal ini lebih banyak disebabkan karena ia tidak tahu atau belum pernah menyadari keberadaannya sebagai orang berdosa.

 

Oleh karena itu tugas kita adalah menolong mereka menyadari betapa buruknya keadaanya, agar mereka menghargai keindahan Injil. Karenanya dalam pemberitaan kita harus mengikutsertakan hal-hal yang positif dan hal-hal yang negatif.

 

Hal-hal yang postif : kematian Kristus menggantikan orang berdosa dan pada hari ke-3 bangkit dari antara orang mati.

 

Hal-hal yang negatif : kita adalah orang berdosa terpisah dari Allah dan akan menerima hukuman sebagai akibat dari dosa-dosanya.

 

Dalam menyampaikan Injil ada dua hal sebagai berikut yang harus ditekankan agar berita itu bukan saja dapat dimengerti. Tetapi juga dipahami sehingga pendengar lebih dimungkinkan menanggapi secara positif berita mulia itu.

 

1.     Empat Sifat Allah                                     2. Empat Konsep dalam Injil

a.      Allah Maha Kudus                              a. Manusia berdosa

b.     Allah Maha Adil                                 b. Manusia menanggung dosa

c.      Allah Maha Kasih                               c. Penebusan oleh Allah

d.     Allah Maha Kuasa                              d. Kebangkitan

 

Mempertemukan antara sifat-sifat Allah dengan empat konsep dalam Injil merupakan keputusan penting agar Injil dapat difahami secara baik.

 

 

Empat Sifat Allah                                                       Empat Konsep dalam Injil

a.      Allah itu Kudus tanpa kejahatan                    a. Manusia berdosa

Yes. 6:3; Yos. 24:19; Maz. 22:4                        Rm. 3:10-12; Maz. 14:2,3

Maz. 99:5,9; Yoh. 17:11                                    Pengkh.7:20; Yak.4:17; Mat.5:27,28

 

b.     Allah itu Adil tidak membiarkan dosa           b. Manusia menanggung dosa

Bil. 14: 18; Kel. 34:6,7                                       Rm.6:23; Ef.2:1-3; 2 Tes. 1:8-9

 

c.      Allah Maha Kasih                                           c. Penebusan oleh Allah

1 Yoh. 4:8                                                          Rm. 5:8-9; 1 Pet. 3:18; 2:24

                                                                           Ibr. 7:26; Yes. 53:4-6

 

d.     Allah Maha Kuasa                                          d. Kebangkitan

Kej. 17:1                                                             Kis. 2: 32-33

 

 

 

 

Anak dan Keselamatan

Pengalaman keselamatan meruapakn pekerjaan Roh Kudus dan bukan hasil usahan manusia. Oleh karena itu bergantung dan berserah sepenuhnya kepada-Nya mutlak dilakukan, seraya mempersiapkan diri dengan baik agar bisa dipakai sebagai alat-Nya.

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemberita pada saat menjelaskan keselamatan kepada anak-anak.

 

·       Hindari pemakaian istilah yang abstrak

Misalnya seperti: Yesus singa Yehuda, Yesus kembang mawar saron, Yesus terang dunia, Yesus jalan, Yesus pintu, serahkan hatimu kepada Tuhan, bukalah pintu hatimu, cari dahulu Kerajaan Allah.

 

·       Hindari pemakaian kata-kata yang sifatnya mengancam.

Hal ini penting artinya agar keputusan yang diambil oleh anak-anak bukan karena rasa takut tetapi dengan motivasi yang benar.

 

·       Hindari ilusi yang tidak Alkitabiah

Misalnya pada saat mengkisahkan sorga, disana banyak makanan yang enak-enak, serta mainan yang bagus-bagus. Bukankah Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman (Rm. 14:17)?

 

 

·       Hindari sistem memberi suapan

Berupa hadiah-hadiah untuk merangsang anak agar mau percaya kepada Yesus. Atau memuji mereka yang mengambil keputusan menerima Kristus di depan teman-temannya. Tentu, bukan berarti tidak boleh melakukan keduanya sejauh hal itu tidak menimbulkan persepsi yang keliru.

Berikut berbagai alat yang dapat dipergunakan sebagai sarana memberitakan Injil kepada anak-anak.

 

 

SARANA PENGINJILAN ANAK

           

Dalam pelayanan-Nya, Tuhan Yesus kerap kali menggunakan berbagai media yang ada disekitarnta, sperti pohon, uang logam, orang, kegiatan-kegiatan tertentu dan lain sebagainya. Hal itu berarti dalam melayankan Injil dimungkinkan menggunakan berbagai alat untuk mencapai maksudnya.

 

Berikut berbagai alat yang dapat dipergunakan sebagai sarana memberitakan Injil kepada anak-anak.

 

1B. Buku

 

 

 

 

 

2B. Gambar

 

 

 

 

3B. Tali

 

 

 

 

4B. Kertas

 

 

 

 

BENTUK PASTORAL ANAK YANG DAPAT DI SEDIAKAN GEREJA

 

A.    Pelajaran Alkitab

Sekolah Minggu

1)     Menjangkau anak-anak untuk belajar Alkitab

2)     Membimbing anak-anak datang kepada Yesus.

3)     Membawa orang tua anak datang kepada Yesus melalui anak mereka.

4)     Mengajak mereka untuk melayani.

 

Sekolah Alkitab Liburan (SAL)

1)     Menjangkau anak-anak dari SD-SMP belajar Alkitab selama liburan

2)     Mengajarkan Alkitab secara praktis

3)     Mengembangkan kemampuan bersosialisasi dan mandiri

 

PA Keluarga

1)     Menjangkau keluarga untuk belajar Alkitab bersama

2)     Menjalin komunikasi antar keluarga (mezbah keluarga)

3)     Menolong orang tua berperan sebagaimana kata Alkitab

 

B.    Pemuridan

C.    Musik

1)      Paduan suara anak

2)     Memberi pengalaman music untuk beribadah

3)     Mengajar teori dan praktek

4)      

D.    Kebaktian Anak

1)     Konsep Gereja Anak

 

E.    Pelayanan Khusus

1)     Mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk mengarahkan mereka dalam membina anak (keluarga)

2)     Mengadakan acara rekreasi/camping/retret/ibadah padang

3)     Mengadakan ibadah bersama dengan anak-anak cacat (pengalaman kasih dalam Kristus), ke Panti Asuhan, dan lain-lain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB VI

TINJAUAN PERKEMBANGAN ANAK

 

   Setelah membaca bagian ini,

   mahasiswa dapat menyatakan kemampuan

   berikut ini:

1.      Memahami tahap perkembangan anak dari sudut tinjauan perkembagan psikologi / moral / rohani anak

2.      Menyebutkan sudut tinjauan perkembangan: psikologi / moral / rohani anak

3.      Membuat ringkasan tentang tinjauan perkembangan psikologi / moral / rohani anak.

 

 

A.    Psikologi

 

Kepribadian seseorang tersusun atas dasar vitalitas jasmani dan rohani, disamping  factor temperamen, krakter dan bakat. Vita;litas jasmani seseorang bergantung pada konstruksi tubuhnya yang terpengaruh oleh factor hereditas sehingga keadaannya tetap dan merupakan daya hidup yang bersifat jasmani. Vitalitas psikis merupakan daya hidup psikis dan merupakan energy hidup yang belum terarah secara intensional karena sebagaian bergantung pada alam lingkungan yang membentuknya.

1.     Sanguin  ( Periang )

 

Ciri- ciri yang Posistif :

a.      Anak lincah

b.     Banyak ngomong, bicara, ngobrol

c.      Sangat percaya diri

d.     Penuh harapan / optimis

e.      Suka bergaul

f.      Mudah menyesuaikan diri

g.     Mudah mebyelami perasaan orang lain / tergugah perasaan

h.     Rela berkorban

 

Ciri-ciri yang negatif :

a.      Kurang stabil perasaannya

b.     Kurang konsekuen, kurang disiplin

c.      Kurang tenang

d.     Bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu / ceroboh

e.      penakut

 

Contoh : Petrus

·       Matius 17 : 1-8    mengusulkan membuat tenda- Yesus dimuliakan.

·       Matius 18 : 21-22            pengampunan

·       Matius 19 :27-28             berani bertanya

·       Matius 26 : 30-35            Janji

·       Matius 26 : 47-53            memotong  telinga Malkus

·       Yohanes 20 :1-10            melihat kubur  Yesus

·       Yohanes 21 :1-14            menangkap ikan lagi

·       Yohanes 21: 15-19          pemulihan Petrus.

 

Karir yang cocok bagi orang bertipe sanguine adalah : Pelawak, Pemimpin dll.

 

2.     Melankolik ( melankhole ) memiliki banyak cairan empedu hitam

Ciri-ciri yang Positive :

  1. Rela berkorban
  2. Sangat teliti ( berhati-hati dalam bertindak )
  3. Suka menganalisa
  4. Senang pekerjaan yang sulit / rumit yang memerlukan penelitian
  5. Penuh tanggung jawab ( hal berjanji )
  6. Setia dan dapat diandalkan
  7. Tidak mau menyakiti hati orang lain
  8. Suka mengevaluasi diri sendiri

 

Ciri-ciri yang negatif :

  1. Suka merenung
  2. Sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan
  3. Introvert
  4. Terlalu sensitive
  5. Gam,pabg tersinggung
  6. Selalu tidak puas  ( perfeksionis )
  7. Sukar memaafkan
  8. Kuatir
  9. Tidak mudah berjanji

 

Contoh dalam Alkitab  :  Musa

-        Keluaran 2 : 11-15            tanggung jawab, setia, suka membela, kuatir, takut- lari.

-        Keluaran 3:1-22; 4:1-17   penuh pertimbangan, sukar mengambil keputusan, penakut,

perfeksionis.

-        Keluaran 4:18-21              teguh, setia, tahan menghadapi kesukaran, rela berkorban

-        Keluaran 6:9-11; 29          Introvert, percaya diri, mudah tersinggung

-        Keluaran 14, 15,17           Tekun, penuh tanggung jawab, setia, rela berkorban.

 

Karir yang cocok bagi orang bertipe Melankolik adalah dokter, pendeta, dll

 

3.     KOLERIK ( Kholeri )  -  Mempunyai banyak cairan empedu kuning.

 

Ciri-ciri yang Positif :

a.      Aktif, bersemangat

b.     Pintar, cerdas

c.      Sistematis, terarah, ada tujuan

d.     Tegas, penuh kepercayaan diri, cepat bertindak

e.      Gagasan yang mantap

f.      Praktis, tidak bertele-tele

g.     Hatinya keras tetapi mudah mengalah

h.     Bila dipuji semangatnya di bangkitkan

 

Ciri-ciri yang negatif  :

  1. Kasar, keras, cepat marah
  2. Mudah tersinggung, kurang berperasaan
  3. Sulit memahami penderitaan orang lain
  4. Sulit meminta maaf, pendendam
  5. Percaya diri, menganggap enteng orang lain
  6. Cepat puas diri
  7. Sinis, licik, tidak suka hal yang cengeng
  8. Cenderung menguasaii orang lain
  9. Kurang berminat dalam kesenian

 

Contoh dalam Alkitab : Paulus

-        Kisah Para rasul 7:54-60              Kurang berperasaan

-        Kisah Para rasul 11-13                 berbakat pemimpin, gagasan mantap, cepat bertindak

-        Kisah Para rasul 14:3                    berani mengajar, berani berhadapan dengan pejabat

-        Kisah Para rasul 17:17-21             sistematis, terarah dalam berdebat

-        Kisah Para rasul 17-19                 cerdas, pandai ( pengetahuan ,luas )

-        Kisah Para rasul 20 :22-24           Keras tetapi lembut

-        Kisah Para rasul 21:10-14             berani mati

-        Kisah Para rasul 21:37-40             percaya diri

-        Galatia 2:11-14                             berani menegur

Karir yang paling cocok buat orang yang bertipe Kolerik adalah jaksa, polisi, tentara, guru.

 

4.     PHLEGMATIK  ( Phlegma ) – mempunyai banyak lender.

 

Ciri-ciri yang positif :

  1. Santai, tenang, stabil
  2. Senang damai, cinta lingkungan hidup
  3. Tidak suka banyak bicara, tetapi banyak bertindak
  4. Agak pemalu
  5. Tidak suka balas dendam, bisa memaklumi kegagalan orang lain
  6. Tajam pengamatannya, bisa melihat kelemahan orang lain
  7. Tertib, teratur
  8. Tidak mudah panic
  9. Mudah mengampuni

 

Cirri-ciri yang negatif :

  1. Acuh tak acuh
  2. Suka menunda pekerjaan, lamban, pemalas
  3. Suka mengkritik  orang
  4. Sering berpura-pura
  5. Konservatif

 

Contoh  dalam Alkitab  : Abraham

-        Kejadian 12:1-5                yang penting bertindaqk cepat

-        Kejadian 12 : 10-20          suka melindungi diri sendiri

-        Kejadian 13:1-10              senang damai

-        Kejadian 14 : 11-16          baik hati, tidk mau membalas

-        Kejadian 16: 1-6               acuh tak acuh

-        Kejadian 18:20-33            memperhatikan kepentingan orang lain ( doa syafaat )

-        Kejadian 20 :1-18             melindungi diri, memakai topeng

-        Kejadian 21:8-14              tidak suka keributan

 

Karir yang cocok untuk orang phlegmatic adalah  : guru, ahli teknik, diplomat, konselor dll.

 

 

 

 

B.    Moral  - Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian Anak

 

  1. Keluarga

 

·       Sikap orang tua          

-        Mengasihi Anak

-        Menolak kehadiran anak ( digugurkan )

·       Suasana keluarga       

-        orang tua yang cekcok

-        orang tua yang harmonis

·       hubungan saudara      

-        anak tunggal   : manja

-        anak sulung    : mandiri, biasa mengatur adik

  1. Kebudayaan : lingkungan social dimana anak berasal

o   Sopan    : contoh  bagi orang batak mengeluarkan suara ( bagi kita tidak sopan )

-mengangkat tangan : jari telunjuk, semua jari tangan

  1. Kondisi Fisik

o   Gambar diri  : gemuk, kurus, cacat fisik

 

  1. Simbol Status

Anak orang kaya lebih percaya diri daripada anak orang miskin.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

      5.  Tingkat   Kebutuhan dasar Manusia  menurut  Abraham Maslow :

 

 

 

 

 

 

 

 

 


                                                       Safety needs

 


                                                 Physiological needs

Ad.

1.     Fisik  : makanan, minuman, tidak terpenuhi menjadi takut, curiga, dijauhi, tidak dikasihi ( merasa )

2.     Rasa aman  à  jauhkan bendaa-benda yang membuat anak itu terluka atau  berbahaya.

3.     Rasa di miliki  dan memiliki

4.     Di hargai

5.     Aktualisasi diri

 

 

 

 

 

C.    Rohani

Ø  Mendidik Anak

Kunci yang sangat penting dalam mendidik anak adalah menerapkan prinsip-prinsip kebapaan yang lahir dari hati bapa. Ada dua elemen yang sangat penting dalam mendidik anak, yaitu kasih saying dan disiplin. Seorang bapa adalah seorang pribadi yang dapat memberikan kasih saying dan disiplin secara seimbang.

 

Ø  Macam Orang Tua

 

JENIS  ORANG TUA

 

HASIL

  1. Kasih sayang tinggi, disiplin rendah

Di isi mahasiswa

 

Manja

  1. Kasih sayang rendah, disiplin tinggi

 Penakut, minder

  1. Kasih sayang rendah, disiplin rendah

Kurang ajar, nakal

  1.  Kasih sayang tinggi, disiplin tinggi

Baik

 

 

Ø  Mengenal  Anak

Ada istilah karena tak kenal maka tak saying. Kita harus mengenal kebutuhan anak, agar dapat mengasihi mereka. Mengasihi adalah menjawab kebutuhannya.

Ø  Kebutuhan anak menurut usia

 

0 – 5 tahun

 

   5 – 12 tahun

12 - pemuda

 

Tolong  saya

 

 

Ajar saya

 

Beri saya contoh

 

 

KEY  CHARACTERISTIC  CHART

 

STAGES

 OF DEVELOPMENT

PHYSICAL

MENTAL

EMOTIONAL

SPIRITUAL

SOCIAL

Infancy

 

Usia

Birth – 1th

Rapid

Grower

( pertumbuhan

Nya cepat )

Discover

 

(menemukan perkembangan

Mental dar

Orang tua

Sensitive

 

Sensiteve:

tangisan

Dependent

 

(tergantung pada orang tua

Limited

 

Terbatas

Lingkungan

(org tua &

Saudara).

 

Pre –School

 

Usia :

2-3 th

Active

 

Discover

 

Ingin menemu

Kan sesuatu

Fearfull

 

Takut /penakut

Imitiator

 

Peniru dari

Orang tuanya

 

Self

Centered

Egois

Early

Childhood

 

Usia

4-5 th

Player

 

Suka bermain

Questioner

 

Suka bertanya

Responden

 

Respon dengan

Keadaan seke

liling

Believer

 

Percaya apa

Kata gurunya

Conformist

 

Mencocokan

Dengan ling

Kungannya

 

Middle Childhood

 

Usia

6-8 th

Histler

 

Suka tergesa

Gesa

Banyak gerak

 

Observer

 

Suka mengamati

Insecure

 

Merasa diri

Tidak aman/

Kurang aman

Discerner

 

Memikirkan/

Memperhati

kan.

Friendly

 

Bersahabat,

Akrab, ramah.

 

Later

Childhood

 

Usia

9-11 th

Active

 

Sangat aktif

Makan2

Investigative

 

menyelidiki

Expresive

 

Mudah emosional

Relating

 

Fellowship

Dengan remaja

Atau temannya

Adjusting

 

Mudah menyesuaikan diri dengan

lingkungan

 

 

 

·       Anak menurut  urutan kelahiran

 

      Anak  ke………

 

          Kecenderungan

Anak pertama

  1. Anak sulung
  2. Miriam
  3. Esau
  4. Yakobus
  5. Petrus

 

Lebih dapat dipercaya menjadi yang bertanggung jawab

Terpaksa berhadapan dengan orang dewasa

Terdorong untuk menjadi pemimpin

Anak kedua

  1. Yakub
  2. Yohanes
  3. Thomas
  4. Harun
  5. Maria

 

Sangat membutuhkan penerimaan

Selalu bersaing untuk mendapat perhatian

Sangat loyal kepada teman

Terlalu cepat  bertindak

 Anak ketiga  dan seterusnya

 

 

Lebih independen

Mudah menyesuaikan diri

Lebih sosial

 

·       Mengapa anak memberontak ?

Jawabannya hanya satu. Anak tersebut terluka hatinya dan tidak aman ( Kolose 3:21 ). Beberapa hal yang menyebabkan anak terluka hatinya :

·       Orang tua

Ø  Tidak tepat dalam janji

Ø  Tidak pernah mengakui kesalahan

Ø  Tidak pernah meminta maaf

Ø  Mendisiplinkan anak dengan marah / tidak adil

Ø  Terlalu bebas ( tidak disiplin )

Ø  Tidak menghormati orang tua

Ø  Tidak mengasihi istri

Ø  Tidak mendidik anak dengan baik

Ø  Tidak konsisten

Ø  Dll

 

 

·       Mendisiplin Anak

Ada tiga prinsip dalam mendidik anak :

1. Mendidik

Ø  Sebagai gaya hidup

Ø  Dengan contoh hidup

Ø  Jelas batas-batasnya

Ø  Konsisten

2. memperingati

Ø  Memuji lebih baik daripada mengoreksi

Ø  Memberi kesempatan

3. Disiplin

Ø  Hubungan lebih penting daripada peraturan rumah tangga ( Mzm 32:8-9 )

Ø  Langsung pada saat itu

Ø  Mengikat kuasa gelap

Ø  Mendidik lewat hati nurani

Ø  Mengajarkan pertobatan

Ø  Memukul dengan tongkat

Ø  Jangan menyakiti rohnya

Ø  Memberi hiburan / pujian bila berlaku baik

Ø  Restitusi  - memberikan hadiah bila anak melakukan yang baik

 ( Jenis hukuman : 1. Dipukul ( harus pada saat itu ) dengan tongkat kasih / rotan kasih ( ada alat ) : dilakukan untuk usia anak < dari 12 tahun.

  1. Di asingkan : usia > 12 tahun

Mis : dihukum dikamar, dengan tidak boleh nonton TV dll

            Diberi tugas tambahan.

  1. Di tegur  : usia > 12 tahun

 

 

 

Pola Nutrisi Rohani anak dan dampaknya :

  1. Example  tanpa Bible             = kurang ajar
  2. Bible tanpa Example              = munafik
  3. Example dengan bible            = komitmen terhadap alkitab

                                                     

---------  ---------

--------- ---------

---------  --------

---------  ---------

 
Description: j0216724    +                 bible                     = komitmen

                                                                                                            Terhadap

                                                                                                            Alkitab.

 

 

 

BAB VII

PERKEMBANGAN ANAK

 

   Setelah membaca bagian ini,

   mahasiswa dapat menyatakan kemampuan

   berikut ini:

1.     Mengidentifikasi  tiga tahap perkembangan anak

2.     Membuat daftar tahap-tahap perkembangan anak.

3.     Mengenal ciri-ciri  perkembangan anak

4.     meringkas ciri-ciri  perkembangan anak

 

 

            Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang terjadi secara teratur yang disebabkan oleh proses kematangan dengan bermacam-macam pengalaman. Perkembangan itu menyangkut bertambahnya sentimeter pada tinggi badan maupun penyempurnaan keterampilan yang ada pada diri anak. Dalam masa perkembangan ini, seseorang melewati masa krisis dan masa tenang. Masa krisis terjadi bila dalam waktu yang relatif singkat terjadi banyak perubahan yang bisa mengoncangkan keseimbangan tubuh, jiwa maupun pikiran. Sedangkan dalam masa tenang, hal-hal yang sudah diperoleh akan berakar dan berkembang dengan tenang.

 

            Ada dua macam krisis yang dihadapi anak dalam masa perkembangannya, Pertama, pada waktu anak berumur lima setengah sampai enam tahun, mulai masuk sekolah. Kedua, pada saat anak berumur dua belas tahun ke atas, dimana mereka memasuki masa pubertas.

 

            Selain krisis, ada dua faktor yang mempengaruhin perkembangan anak, yaitu faktor warisan atau keturunan dan faktor dunia sekitarnya. Dua faktor ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak secara positif bila keduanya saling mengisi, namun akan terjadi sebaliknya, bila kedua faktor tersebut saling bersebrangan fungsinya. Misalnya, warisan dapat dibandingkan dengan tanah. Benih yang baik yang ditanam yang baik, tentu akan menghasilkan panen yang baik pula. Sebaliknya, sekalipun benihnya baik, namun karena di tanam di tanah yang tidak baik,maka hasilnya pun kurang baik dan bahkan tidak baik.

 

            Tugas guru, orang tua adalah mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri anak. Perlu disadari bahwa setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, tidak mungkin atau tidak baik bila dipaksakan menjadi sama. Kalau demikian halnya. Bagaimana caranya mengembangkan kemampuan anak yang berbeda-beda itu? Salah satu jawabannya adalah guru wajib berupaya memahami bagaimana perkembangan kepribadian peserta didiknya. Pada bagian berikut kita akan memperoleh gambaran secara lengkap tentang pribadi anak berusia 0 – 12 tahun.

 

§  Mengenal Tahap-tahap Perkembangan Anak.

            Perkembangan moral seorang anak berlangsung secara bertahap, dimana tahap yang satu hnaya dapat dicapai apabila tahap sebelumnya telah dilalui. Piaget dan Kolhberg mengatakan bahwa perkembangan moral seorang anak sejalan dengan perkembangan aspek kognitifnya. Dengan makin bertambahnya tingkat pengertian anak, makin banyak pula nilai-nilai moral yang dapat ditangkap dan dimengerti oleh anak.

1)          Anak Usia 0 – 3 Tahun

Dalam bukunya, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Singgih Gunarsa    mengatakan bahwa seorang anak dilahirkan tanpa bekal pengertian yang baik dan tidak baik, dalam lingkungan hidup di mana ia berada. Adapun tingkah laku yang ditunjukkan mereka hampir semua dikuasai oleh karena dorongan-dorongan naluriah semata. Bila akibat yang ditimbulkan dari perilakunya menyenangkan maka ia cenderung untuk mengulangi perilaku yang sama. Sebaliknya bila tingkah lakunya mendatangkan perasaan yang tidak menyenangkan, maka ia tidak akan mengulanginya.

Oleh karena itu tidaklah bijaksana langsung melakukan penilaian apakah tingkah laku mereka itu bermoral atau tidak. Mereka belum mampu berpikir mengapa suatu tingkah laku itu dikatakan baik atau tidak baik, benar atau salah. Pengertian mereka tentang ukuran ini hanya terbatas pada konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti tingkah lakunya. Karena itu bila ada seorang anak batal memukul adik atau temannya, itu bukan berarti bahwa ia sudah mengerti apakah perbuatan (memukul) itu tidak baik, tetapi semata-mata untuk menghindari hukuman atau perasaan yang tidak menyenangkan.

 

Peranan orang tua bagi anak usia ini adalah menanamkan hal-hal mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak diperbolehkamn. Selain itu saatnya yang tepat bagi orang tua untuk menanamkan disiplin sejak dini.

 

2)              Anak Usia 3 – 6 tahun

Pada masa ini mereka sudah memiliki dasar-dasar dari sikap moralitasnya.   Pengajaran yang diberikan kepada mereka bukan terbatas tentang apa yang baik dan tidak baik saja (seperti pada usia sebelumnya), tetapi harus lebih ditujukan kepada bagaimana sebaiknya mereka berperilaku.

Anak pada usia ini sudah mengenal apakah perbuatannya itu baik atau tidak, melalui hadiah-hadiah atau hukuman yang diterimanya.

Adapun peranan orang tua terhadap anak usia ini sangatlah penting untuk menanamkan disiplin melalui cerita-cerita yang sesuai, yang dapat merangsanng mereka meniru perbuatan baik yang ditunjukkan dalam cerita tersebut, serta menghindari perbuatan yang tidak baik. Memang untuk merealisasikan peran ini, khususnya menanamkan konsep-konsep moral pada mereka tidaklah mudah, karena pada dasarnya sifat “ego” mereka masih terlalu dominan.

           

 

3)                  Anak Usia 6 – Remaja

Pada tahap ini anak menghadapi situasi yang lebih luas, dimana mereka sudah      mulai mengenal adanya kelompok sosial lain disamping keluarganya.

Setelah menginjak usia 8 – 9 tahun, konsep mereka tentang yang baik dan buruk sudah bertambah luas. Kini mereka sadar bahwa mencuri itu perbuatan yang salah.

Lain halnya ketika mereka berusia 10 – 12 tahun. Mereka sudah mengerti dengan baik alasan-alasan atau prinsip-prinsip yang mendasari suatu perbuatan. Mereka sudah mampu membedakan bermacam-macam nilai moral dan situasi di mana nilai-nilai tersebut bisa diterapkan. Mereka juga telah mengenal konsep moral seperti kejujuran, keadilan dan kehormatan.

Dari konsep yang telah mereka miliki tersebut, akan mendorong mereka untuk melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan apakah tindakan yang dilakukannya itu memiliki nilai yang baik atau tidak. Jelaslah sekarang bahwa tindakan yang mereka lakukan itu bukan lagi untuk mendapat kepuasan secara fisik (seperti pada usia sebelumnya), melainkan untuk mendapatkan kepuasan batiniah.

Anak pada usia ini mempunyai kecenderungan lebih kepada kelompoknya daripada kepada orang tuanya. Ini bukan berarti orang tua sudah kehilangan perannya. Sebaliknya perannya justru semakin diperlukan, yakni menjaga berbagai kemungkinan buruk yang terjadi pada anaknya akibat pergaulan dengan lingkungannya. Dalam hal ini sebaiknya orang tua tidak bertindak terlalu otoriter, tetapi penuh kasih dan pengertian, sambil terus menanamkan disiplin kepada mereka untuk mengimbangi dampak negatif dari pengaruh lingkungan.

 

Mengenal Ciri-ciri Perkembangan Anak

1) Anak Usia 0 – 3 Tahun

Mengajar anak pada usia ini bukan saja mendidik tetapi juga menjaga mereka. Mereka sudah dapat dididik melalui indra mereka pada saat menonton televisi dan lain-lain, namun sikap mereka dapat pula dibentuk melalui teladan hidup, dan itu jauh lebih efektif.

 

Tanda-tanda Perkembangan

Tanda-tanda perkembangan yang dapat dijumpai pada anak usia ini antara lain:

·       Terjadi pertumbuhan secara fisik

·       Sudah memiliki kemampuan berkomuniksai, walau masih sederhana

·       Sudah mempunyai kesadaran dan bisa manaruh perhatian kepada orang lain.

 

*     Secara Fisik

Mereka dapat diumpamakan sebagai seorang aktor yang sangat giat. Ia ingin mencapai benda-benda di sekitarnya, melihat dan mengotak-ngatiknya.

 

Akitivitas penting bagi pertumbuhan. Bertumbuh dengan siklus yang terdiri dan makan, minum, tidur dan menggerakkan tubuhnya. Selain itu, aktivitas pengting bagi perkembangan. Bertumbuh berarti penambahan ukuran, sedangkan perkembangan berarti perubahan pada sifat-sifat jaringan tubuh, yang selanjutnya mengarah pada kekuatan dan kedewasaan..

 

Energi dalam diri mereka perlu katup pelepas, oleh karena itu sebaiknya disediakan ruangan yang memungkinkan mereka dapat bergerak dengan leluasa.

 

*     Secara Mental

Mereka dapat diumpamakan sebagai seorang penjelajah/penemu hal-hal baru. Ia menemukan ibukan, menemukan dunianya, yakni tempat tidurnya dan juga menemukan dirinya sendiri. Baginya pelukan ibunya adalah sorganya, mata ibunya adalah bintangnya dan pemeliharaan ibunya adalah kelangsungan hidupnya.

 

*     Secara Moral

Dapat digambarkan sebagai seorang peniru, yang menirukan hal-hal yang benar dan yang salah. Agama yang dianutnya adalah pantual dari agama yang dlihat di sekitarnya. Persetujuan atau kebencian orang-orang disekitarnya terhadap tindakan-tindakannya sangat berpengaruh bagi pembentukan kepribadiannya.

                  

Sifat-sifat yang masih menonjol pada usia ini adalah egois, suka menentang, selalu ingin dihargai, dipuji dan tidak mau dipersalahkan. Agus Sujanto (1988, 44) berpendapat bahwa mereka selalu berusaha menarik perhatian dan menuntut orang-orang disekitarnya menuruti kemauannya. Dalam menghadapi sifat anak yang demikian hendaknya guru atau orang tua tidak banyak memerintah, melarang atau terlalu banyak campur tangan dalam aktivitas mereka.

 

Ketahanan mereka dalam mendengarkan sesuatu yang diceritakan kepada mereka baru sekitar lima menit. Perbendaharaan kata yang mereka miliki masih sedikit. Bahkan pengertiannya terhadap ruang, waktu dan angka-angka masih sangat terbatas. Oleh karena itu pergunakan bahasa yang sederhana ketika berbicara kepada mereka. Misalnya, jika ingin mengatakan “seribu tahun yang lalu” atau “lima ratus kilo meter jauhnya”, adalah lebih mudah dimengerti jika dikatakan “pada zaman dahulu kala” atau “jauh sekali”

 

 

 

 

 

*     Secara Emosi

Mereka adalah seorang penakut. Takut akan hal-hal yang masih asing baginya,      yang tidak dikenalnya. Selain itu mereka sangat peka terhadap keadaan disekitarnya. Akitivitasnya begitu aktif, karena itu ia akan memberikan reaksi senang atau tidak senang terhadap suasana, warna dan hal-hal lain yang terjamah oleh indranya.

 

*     5Secara Rohani

Mereka lebih cenderung untuk meniru daripada harus mendengarkan. Memang, dimungkinkan bagi mereka untuk dapat mengerti apa yang didengarnya, namun karena kuatnya kecenderungan untuk meniru, maka mereka akan meniru apa saja yang dilihatnya. Tahap awal perkembangan manusia dimulai dari masa perkembangan bayi. Hamid (2000) menjelaskan bahwa perkembangan spiritual bayi merupakan dasar untuk perkembangan spiritual selanjutnya.

Bayi memang belum memiliki moral untuk mengenal arti secara rohani. Keluarga yang spiritualnya baik merupakan sumber dari terbentuknya perkembangan spiritual yang baik pada bayi.

 

2) Anak Usia 4 – 5 Tahun

             Tanda-tanda Perkembangan

·       Mulai mengenal dan tahu perbedaan jenis kelamin.

·       Sudah memiliki kemampuan bergaul dengan orang lain, walau masih secara emosional

·       Jika pada usia sebelumnya mereka lebih banyak belajar melalui indranya, tetapi kini mereka sudah mempunyai kemampuan untuk mengutarakan sesuatu secara lisan.

·       Berbeda dengan usia sebelumnya, dimana mereka cenderung meniru apa saja baik benar maupun salah, namun kini mereka sudah mampu membedakan mana yang salah dan mana yang benar.

*     Secara Fisik

 Mereka adalah seorang pemain. Bermain merupakan latihan fisik untuk membantu perkembangan anggota tubuhnya, mental, sosial dan rohaninya. Dalam perkembangan mentalnya, ada tiga hal yang mereka nyatakan dalam permainan, yaitu imajinasi dan peniruan.

Bagi mereka bermain merupakan sarana untuk bergaul. Itulah sebabnya, sebagian besar waktunya dipergunakan bersama teman-temannya. Bermain dan meniru merupakan sesuatu yang menggairahkan pikirannya. Apa yang diajarkan melalui permainan akan lebih kuat diingatnya.

 

*     Secara Mental

Mereka adalah seorang yang suka bertanya. Hal ini lebih disebabkan karena mereka mempunyai dorongan rasa ingin tahu yang cukup kuat. Sikap mendukung atau mencela yang ditunjukkan oleh orang-orang disekitarnya terhadap apa yang mereka tanyakan akan mempengaruhi pendidikan dan kepribadiannya.

Selain daya konsentrasinya yang masih terbatas, mereka juga belum dapat membedakan cerita-cerita yang didengarnya itu fakta atau fiksi. Daya khayal mereka cukup kuat, mereka juga suka mengulang-ulang istilah-istilah yang didengarnya meski belum mengerti maksudnya.

 

*     Secara Sosial

Mereka masih terlalu egosentris, di mana “aku” nya merupakan pusat hidupnya. Oleh karena itu mereka mau agar segala sesuatu yang diinginkannya dituruti. Namun harus waspadai bahwa jika semua keinginannya dituruti maka justru akan menjadikan mereka anak “manja”. Adalah bijaksana bila orang tua mengajar mereka peduli pada orang lain, hal ini penting bagi pembenahan sifat egosinya.

Mengenai bakat kepemimpinan anak pada usia ini sudah dapat dikembangkan, misalnya dengan jalan menyuruh mereka tampil di depan kelas, memimpin menyanyi atau berdoa, dan lain sebagainya.

 

*     Secara Emosi

Emosi anak pada usia ini sangat kuat. Reaksi-reaksinya tidak dapat ditebak sebelumnya. Tidak jarang mereka mengungkapkan isi hatinya dengan maksud meminta perhatian.

 

*     Secara Rohani

Mereka adalah seorang yang mudah percaya. Percaya segala sesuatu yang didengarnya. Oleh karena itu betapa tidak bijaksananya jika hal-hal yang tidak baik diperdengarkan kepadanya. Anak usia pra sekolah mulai memahami kebutuhan sosial, norma, dan harapan, serta berusaha menyesuaikan dengan norma keluarga. Anak tidak hanya membandingkan sesuatu benar atau salah, tetapi membandingkan norma yang dimiliki keluarganya dengan norma keluarga lain. Kebutuhan anak pada masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi yang mendasar tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritual ini harus diperhatikan karena anak sudah mulai berfikiran konkrit. Mereka kadang sulit menerima penjelasan mengenai Tuhan yang abstrak, bahkan mereka masih kesulitan membedakan Tuhan dan orang tuanya (Hamid, 2000).

 

3) Anak Usia 6- 8 Tahun

Masa ini merupakan masa peralihan. Peralihan dari lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah, dari bermain ke bekerja dari berkhayal ke pertimbangan yang sehat. Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami peningkatan kualitas kognitif pada anak. Perubahan dan peralihan itu lebih disebabkan karena mereka telah mendapatkan teman-teman baru dan tanggung jawab yang lebih dari sebelumnya. Anak usia ini berfikir secara konkrit, tetapi mereka sudah dapat menggunakan konsep abstrak untuk memahami gambaran dan makna spriritual dan agama mereka.

 

Tanda-tanda Perkembangan

Selama pertengahan masa kanak-kanak, perkembangan yang berikut hendaknya dapat dicapai oleh mereka.

©     Kecocokan dengan teman-teman sebaya

©     Kecakapan-kecakapan yang perlu untuk melakukan permainan-permainan yang umumnya dimainkan

©     Perkembangan dalam kecakapan membaca, menulis, dan berhitung.

©     Pembentukan sikap-sikap yang sehat terhadap diri sendiri

©     Pembinaan nilai-nilai moral yang nyata.

©     Penyesuaian diri pada pergaulan dengan teman-temannya.

©     Adanya keseimbangan antara kebebasan pribadi dan hubungan dengan kelompok-kelompok yang ada.

 

*     Secara Fisik

Mereka mengalami perubahan tubuh secara cepat. Perubahan itu ditandai dengan perubahan keadaan fisik mereka. Seperti, dari pendek dan gemuk tiba-tiba berubah menjadi kurus dan jangkung. Kaki dan tangannya mulai memanjang. Raut mukanya yang semula bulat berubah menjadi lonjong. Perubahan terjadi pula pada giginya, dari gigi sulung berubah menjadi gigi tetap. Jantungnya berdebar lebih cepat. Efek samping yang mengikuti perubahan ini adalah keseimbangan tubuhnya terganggu untuk sementara waktu.

Secara fisik, mereka adalah seorang yang giat, di mana mereka selalu bergerak, penuh gairah, seolah-olah tidak dapat diam. Suka berjalan, berlari, mendaki, main lempar-lemparan dan sebagainya.

Banyak waktunya dihabiskan untuk bermain. Walaupun sering merasa lelah tetapi tidak mau beristirahat. Hal ini lebih disebabkan karena perkembangan otot-otot besar yang mempengaruhi seluruh tubuhnya, yang diikuti oleh perkembangan otot-otot kecil. Bagi mereka, bermain merupakan kegiatan yang paling dominan. Apa saja dilakukannya dalam bentuk permainan. Permainan berfungsi sebagai sarana mengembangkan daya kreatifitas serta keterampilan, melatih diri dan melepaskan ketegangan emosi yang ada dalam dirinya.

Berbeda dengan masa sebelumnya, pada usia ini permainan mereka ditandai dengan tiga hal. Pertama, tidak lagi bermain sendirian. Sifat egoisentrisnya mulai berkurang, mereka sudah mulai bisa menyesuaikan diri. Kedua, lebih dipengaruhi oleh jenis kelamin dna yang terakhir, permainan mereka lebih terarah, memiliki nilai edukatif, sosial dan moral.

©     Bagaimana dengan pergaulannya?

Pergaulan mereka sudah lebih dewasa daripada sebelumnya, tak lagi berdasarkan akalnya tetapi perasaannya. Mereka mengerti apakah orang mengasihinya atau tidak. Bila mengasihi maka akan dipilih menjadi temannya. Mereka lebih suka bergaul dengan kakaknya daripada adiknya.

Perlu dicermati pula mengenai kebutuhannya. Mereka sering berperilaku “nakal” bila kebutuhannya tidak dipenuhi, hal itu sebenarnya hanya sebagai ungkapan ketidakpuasannya.

 

*     Secara Mental

Daya khayalnya sangat kuat. Karenanya sering dijumpai mereka membual, padahal semuanya itu hanya merupakan cerminan daya khayalnya yang kuat. Cara berpikirnya masih secara hurufiah, belum dapat menerima hal-hal yang abstrak. Oleh karena itu, hindari penggunaan kata-kata yang sifatnya abstrak ketika berbicara dengan mereka. Walaupun kemampuan membacanya sudah mulai bertambah. Karena itu, doronglah mereka membaca buku-buku rohani, serta ajar mereka menghafal ayat-ayat Alkitab sebab mereka memiliki daya ingat yang sangat baik.

 

*     Secara Sosial

Pada umumnya mereka bergaul, suka bekerjasama, tetapi tidak suka berkompetisi. Sebab itu, kurangilah kegiatan yang bersifat perlombaan, dan bantulah mereka untuk menjalin persahabatan antar teman.

Sekalipun pergaulan dengan teman-temannya cukup baik, tetapi mereka masih suka bertengkar saat berkumpul dengan teman-teman mereka. Karena itu penting untuk menanamkan dan mengajar mereka agar saling mengasihi.

 

*     Secara Emosi

Selain mudah mencetuskan perasaan emosinya, mereka juga penuh rasa simpati. Namun demikian, mereka masih suka mengambil perhatian orang tua atau guru demi memperoleh pujian.

 

 

*     Secara Rohani

Mereka sudah dapat berdoa sendiri. Itulah sebabnya berikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan hal itu. Misalnya, menyuruh mereka memimpin doa di depan kelas, berdoa sebelum makan, tidur, bangun tidur, saat akan bepergian dan sebagainya.

Pada umumnya mereka suka pergi ke sekolah minggu dan sudah dapat membedakan antara yang fakta dan fiksi, termasuk di dalamnya membedakan yang benar dan yang salah.

 

4) Anak Usia 9 – 12 Tahun

Tiada masa seperti akhir masa kanak-kanak, penuh dengan tantangan baik bagi anak maupun bagi orang-orang yang menghadapinya. Mereka adalah seorang yang sangat aktif, penuh gairah, seolah tidak pernah kekurangan semangat hidup. Hubungannya dengan Tuhan perlu terus mendapat bimbingan agar kelak mereka siap menghadapi dan dapat menyesuaiakan diri dengan masa-masa sesudahnya.

Pada masa ini terjadi krisis kedua, setelah krisis pertama yang pernah dialaminya ketika berusia lima sampai enam tahun: di mana masa kini mereka akan mengalami masa pubertas.

 

*     Secara Fisik

Pada umumnya kesehatannya cukup baik dan memiliki semangat yang berkobar- kobar. Daya tahannya pun baik. Hal ini lebih disebabkan karena selera makannya cukup baik. Dan daya tahan yang semakin kuat itu nampaknya telah menjadi perangsang sehingga mereka menyukai aktivitas yang sulit dan bersifat menantang.

 

*     Secara Mental

Kalau secara fisik anak seusia ini dapat digambarkan sebagai seorang pengelana, maka secara mental mereka adalah seorang penyelidik yang serta ingin tahu; demikian menurut Omar Bruker (1984, 65). Penyelidikannya ditandai dengan kesenangannya mengoleksi benda-benda, dan gemar membaca. Sebagai guru yang bijaksana, aktivitas apa yang mestinya diberikan kepada mereka?

 

*     Secara Sosial

Mereka lebih suka bergaul dengan teman-teman sebaya daripada dengan guru atau orang tuanya. Pergaulannya lebih condong dengan teman-teman sejenis. Karena itu pada waktu mengadakan diskusi kelompok misalnya, bagilah mereka sesuai dengan jenis kelaminnya.

 Berbeda dengan masa-masa sebelumnya, kini mereka lebih menyukai permainan yang sifatnya bersaing. Kegiatan belajar mengajar yang dapat memebuhi kebutuhan ini misalnya adalah mengadakan perlombaan cerdas cermat Alkitab, dan sebagainya. Seraya terus berikan bimbingan agar mereka dapat menyalurkan persaingan itu secara sehat.

 

*     Secara Emosi

Selain mudah mencetuskan perasaannya, mereka juga mudah kehilangan kesabarannya. Tetapi ironisnya mereka juga suka bergurau. Namun perasaan takut, gelisah dan sejenisnya masih sering menghinggapinya, karena it uterus berikan perhatian yang cukup.

 

*     Secara Rohani

Mereka adalah seorang pengagum, yang  mengagumi tokoh-tokoh dari cerita-cerita yang didengarnya. Karena itu, ajarkan kepada mereka tokoh-tokoh Alkitab serta berikan teladan hidup yang baik.

Kesukaannya untuk membaca Alkitab dan berdoa perlu terus dipupuk, dan lagi, mereka sudah dapat menerima pengajaran Alkitab yang agak mendalam. Ajarlah mereka untuk mulai membaca Alkitab setiap hari secara teratur dalam waktu teduhnya.

Selain mereka sudah mulai matang untuk menerima keselamatan, mereka juga sudah mulai tertarik bila diajar memperhatikan keselamatan orang lain. Minat anak sudah mulai ditunjukan dalam sebuah ide, dan anak dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan apakah keyakinan. Orang tua dapat mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap dimensi spiritual mereka (Hamid, 2000).

 

 

 

 

BAB VIII

GURU SEKOLAH MINGGU DAN KEHIDUPANNYA

 

Setelah membaca bagian ini, mahasiswa dapat menyatakan kemampuan

 berikut ini:

1.     Dapat mengenali pribadi guru sekolah minggu melalui kehidupannya

2.     Dapat mencontoh guru sekolah minggu yang mempunyai

 kehidupan yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan

 

Salah satu faktor penting yang turut menentukan keberhasilan Sekolah Minggu adalah guru Sekolah Minggu (GSM) itu sendiri. GSM lebih penting daripada bahan-bahan yang dipergunakan untuk mengajar. Betapapun baiknya bahan-bahan itu, tetapi bila tidak diikuti dengan kepribadian yang baik maka semuanya itu terlalu berarti. Karenanya pemberdayaan kehidupan secara terus-menerus tentunya tidak boleh diabaikan.

Bagaimana dari kehidupan yang harus terus-menerus mengalami pembaharuan dan pemberdayaan? Yang pasti bukan hanya kemampuan mengajarnya dan berpikirnya, tetapi jauh lebih daripada itu adalah kerohaniannya, keyakinannya, karakternya, dan masih ada beberapa hal lagi yang kesemuanya dipaparkan sebagai berikut:

 

1.               Kerohaniannya.

            Merupakan syarat utama bagi GSM unntuk bertobat (lahir baru), yakni percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamantnya. Penyerahan diri secara sungguh-sungguh kepada-Nya mewarnai bagian hidupnya. Hal ini merupakan hal yang sangat penting dan mendasar, mengingat yang dihadapi adalah anak-anak yang notabene memiliki dorongan dan kecenderungan yang kuat untuk meneledani gurunya.

            Selain itu, GSM harus mempunyai beban kepada jiwa-jiwa yang terhilang dengan penuh kerinduan mempersembahkan mereka kepada Kristus. Perhatikan ucapan berikut ini:

            Seorang yang melayani tanpa memiliki beban, maka ia akan mengerjakan pelayanan sebagai suatu beban berat, tetapi seorang yang melayani dengan terbeban, maka ia akan mengerjakan pelayanannya sebagai kesukaan dan kesempatan yang indah dalam kehidupannya.”

 

2.               Keyakinannya

            Percaya satu-satunya jalan keselamatan hanyalah melalui Tuhan Yesus (Yoh. 14:6; Kis. 4:12) serta memiliki keyakinan akan keselamatan yang pasti (Yoh. 10:28; 1 Yoh. 5:11-13).

            Percaya bahwa seluruh isi Alkitab (PL dan PB) merupakan wahyu Tuhan yang sempurna, yang harus diyakini kebenarannya yang merupakan dasar iman dan pedoman hidup.

 

3.               Karakternya.

            Telah menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru (Kol. 3:5-17), yang ditandai dengan munculnya buah Roh di dalam hidupnya (Gal. 5:22, 23): kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.

            Seoarang guru adalah figur yang dijadikan teladan bagi para muridnya. Di dalam hidupnya yang selalu berpusatkan Kristus maka ia dapat menjadi teladan yang baik bagi murid-muridnya. Dalam hal apakah kita harus menjadi teladan?

            Coba perhatikan nasihat rasul Paulus sebagai berikut:

 

Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” 1 Timotius 4:12.

 

 

4.               Ibadahnya

            Mempunyai kesukaan (bukan hobi) dan kebiasaan yang teratur bersama Tuhan melalui doa dan firman-Nya. Setia berdoa untuk pelayanannya dan berdoa untuk murid-muridnya. Hasil doanya akan banyak dialami oleh murid-muridnya, dimana mereka diselamatkan, disembuhkan bahkan hidup mereka berubah menjadi anak-anak yang baik. Pada giliriannya bukan musatahil anak-anak itu akan dipakai Tuhan membawa keluarganya, teman-temannya bagi Kristus.

 

5.     Pengetahuannya

            Guru Sekolah Minggu hendaknya mempunyai pengenalan yang mendalam tentang Alkitab. Alkitab merupakan pedoman yang terpenting dalam Sekolah Minggu, karena itu GSM harus memahami isinya. Selain itu, GSM perlu memiliki pengenalan tentang “anak” yang diajarnya. Hal ini penting karena berkaitan dengan proses belajar mengajar. Khususnya dalam mengajar perlu mempertimbangkan tingkat pengertian anak didiknya, agar tidak mengajarkan hal-hal yang tidak mungkin difahaminya. Selain itu GSM perlu memahami teknik/metode mengajar yang pas.

 

6.     Kasihnya

            Modal utama yang harus dimiliki dan sekaligus dijadikan titik tolak dari pengajaran GSM adalah kasih. Tentunya anda masih ingat apa yang ditanyakan Tuhan Yesus kepada Petrus (Yoh. 21: 15-19) sebelum Ia menyuruhnya menggembalakan domba-domba-Nya? “…apakah engkau mengasihi Aku….” Benar Tuhan! Walaupun Petrus sudah dengan tegas menjawab bahwa ia mengasihi-Nya, namun Tuhan Yesus masih saja bertanya (sampai 3 kali) dengan pertanyaan yang sama. Mengapa? Coba bandigkan dengan Ulangan 6: 4-7.

           

7.     Sikap hidupnya

            Guru adalah tokoh (model) sentral bagi anak didik. Karena itu menampilkan hidup dan kepribadian yang “patut diteladani” nampaknya tidak bisa ditunda. Apalagi, GSM yang notabene menyampaikan “kebenaran”, sudah sepatutnya hidupnya diwarnai kebenaran.

 

            Ia adalah sosok yang mampu menghargai harkat diri, yakni menerima keberadaan dirinya sebagaimana diciptakan oleh Tuhan, bertingkah laku yang tepat sesuai dengan keberadaannya laki-laki atau perempuan. Serta memiliki rasa percaya diri yang kuat karena iman dan penyerahannya kepada Kristus, sehingga tidak rendah diri. Selain itu ia memiliki tujuan hidup yang pasti, tahu dengan jelas apa yang harus dilakukannya sesuai dengan kehendak dan pimpinan Tuhan sebagai pusat hidupnya.

 

Ada 25 Cara menjadi guru Sekolah Minggu teladan :

1.     Awali setiap kegiatan pelayanan Anda dengan doa.

2.     Akhiri kegiatan pelayanan Anda dengan doa.

3.     Ingatlah untuk saling mendoakan sesama rekan guru.

4.     Evaluasi diperlukan demi perkembangan.

5.     Berikan materi dengan jelas dan menarik.

6.     Hargai anak didik.

7.     Penguasaan materi yang bagus dan mengembangkan ilmu.

8.     Adakan studi banding ke sekolah minggu yang lain.

9.     Disiplin tapi tidak mudah marah.

10.  Berikan perhatian yang sama kepada seluruh anak sekolah minggu.

11.  Mengajar tidak ubahnya seperti bernyanyi.

12.  Perkaya persiapan Anda untuk bercerita.

13.  Miliki inovasi untuk membuat alat peraga.

14.  Siap sedia untuk menggantikan rekan yang berhalangan.

15.  Jalin kedekatan dengan orang tua murid.

16.  Menerima saran dan kritik dari orang lain.

17.  Usahakan hadir sebelum anak–anak hadir.

18.  Tampillah secara sederhana, tetapi menarik.

19.  Sambutlah anak baru dengan kasih persaudaraan.

20.  Hafalkan nama–nama anak sekolah minggu.

21.  Adakan acara–acara istimewa.

22.  Beri perhatian khusus pada anak yang sakit atau tertimpa kemalangan.

23.  Anak yang sangat aktif membutuhkan perhatian Anda.

24.  Ajarkan selalu lagu–lagu baru dengan gaya baru.

25.  Jagalah kebersihan di dalam ruangan.

 

BAB IX

Awal mula pelayanan Sekolah Minggu

Pelayanan anak oleh gereja atau yang biasa disebut dengan SEKOLAH MINGGU, tidak terlepas dari peran Robert Raikes, ia kemudian dikenal sebagai Bapak Sekolah Minggu. Robert Raikes lahir tanggal 14 September 1735 di Glovcester Inggris, sebuat kota kecil di tepi sungai Severn, kira-kira 150 Km Barat Laut kota London. Pada masa akhir abad 18, Inggris sedang dilanda suatu krisis ekonomi yang sangat parah. Setiap orang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan anak-anak dipaksa bekerja untuk bisa mendapatkan penghidupan yang layak.

Pada saat itu Robert Raikes yang juga seorang wartawan, mendapat tugas untuk meliput berita tentang anak-anak gelandangan di Gloucester bagi sebuah koran milik ayahnya. Apa yang dilihat Robert sangat memprihatinkan, sebab anak-anak gelandangan itu harus bekerja dari hari Senin sampai Sabtu. Apa yang dilakukan anak-anak pada hari Minggu itu? Hari Minggu adalah satu-satunya hari libur mereka sehingga mereka habiskan untuk bersenang-senang. Dengan tidak adanya pendidikan membuat anak-anak itu menjadi sangat liar, minum-minuman keras, berkelahi dan melakukan berbagai macam kenakalan juga kejahatan. Mereka tidak pernah diajak orangtuanya untuk mengikuti kebaktian di gereja.        

Semua perilaku buruk anak-anak tersebut menjadi perhatian serius dari Robert Raikers. Ia mencari solusi bagaimana mengatasi hal itu. Robert Raikers melihat bahwa dalam diri anak-anak itu ada banyak potensi yang disia-siakan oleh masyarakat dan gereja. Kreativitas anak-anak itu bisa berakibat buruk bagi masa depan mereka jika mereka tidak dididik sejak muda.

Pada tahun 1780, ia melakukan tindakan nyata. Melihat keadaan itu Robert Raikes bertekad untuk mengubah keadaan. Ia dengan beberapa teman mencoba melakukan pendekatan kepada anak-anak tersebut dengan mengundang mereka berkumpul di sebuah dapur milik Ibu Meredith di kota Scooty Alley. Di sana selain anak-anak mendapat makanan, mereka juga diajarkan sopan santun, membaca dan menulis. Tapi hal paling indah yang diterima anak-anak di situ adalah mereka mendapat kesempatan mendengar cerita-cerita Alkitab.

Pada mulanya pelayanan ini sangat tidak mudah. Banyak anak-anak itu datang dengan keadaan yang sangat bau dan kotor. Ia juga menerapkan metode pendidikan yang disiplin, yang terkadang dengan pukulan rotan, tapi semuanya itu dilakukan dengan penuh cinta kasih, akhirnya anak-anak itu belajar untuk mau dididik dengan baik, sehingga semakin lama semakin banyak anak datang ke dapur Ibu Meredith. Semakin banyak juga yang guru disewa untuk mengajar mereka, bukan hanya untuk belajar membaca dan menulis tapi juga Firman Tuhan. Perjuangan yang sangat sulit tapi melegakan. Dan dalam waktu 4 tahun sekolah minggu itu semakin berkembang bahkan ke kota-kota lain di Inggris, dan jumlah anak-anak yang datang ke sekolah hari minggu terhitung mencapai 250.000 anak di seluruh Inggris.

Mula-mula gereja tidak mengakui kehadiran gerakan Sekolah Minggu yang dimulai oleh Robert Raikes ini. Tetapi karena kegigihannya menulis ke berbagai media dan membagikan visi pelayanan anak ke masyarakat Kristen di Inggris, juga atas bantuan John Wesley (pendiri gereja Methodis), akhirnya kehadiran Sekolah Minggu diterima oleh gereja. Mula-mula oleh gereja Methodis, akhirnya gereja-gereja protestan lain. Ketika Robert Raikes meninggal dunia tahun 1811, jumlah anak yang hadir di Sekolah Minggu di seluruh Inggris mencapai lebih dari 400.000 anak. Dari pelayanan anak ini, Inggris tidak hanya diselamatkan dari revolusi sosial, tapi juga diselamatkan dari generasi yang tidak mengenal Tuhan. Gerakan Sekolah Minggu yang dimulai di Inggris ini akhirnya menjalar ke berbagai tempat di dunia, termasuk negara-negara Eropa lainnya dan ke Amerika.

 

BAB X

GURU SEKOLAH MINGGU DAN PENGAJARANNYA

Setelah membaca bagian ini,  mahasiswa dapat menyatakan kemampuan

   berikut ini:

1.     Mengenali isi dari pengajaran guru sekolah minggu.

2.     Dapat mengajarkan firman Tuhan dengan kreatif dan efisien kepada

 anak sekolah minggu

3.     Melampirkan bentuk-bentuk gambar sesuai dengan tema yang akan diajarkan

 

·       Persiapan Materi

       Beberapa hal penting yang mesti dilakukan oleh guru Sekolah Minggu pada waktu mempersiapkan   materi pengajaran.

·       Tentukan Tujuan

Apakah tujuan utama dari proses belajar mengajar?

Salah satu  hal yang harus dilakukan oleh seorang guru sebelum mengajar  adalah     menentukan tujuan pengajaran. Hal ini penting artinya bagi tercapainya maksud  utama dari  proses  belajar mengajar .

  Fungsi  Tujuan

·       Memberi arah  kepada pelajaran dan menolong untuk menentukan cara  mengajar yang digunakan .

·       Pemakaian jam pelajaran secara bijaksana.

·       Menolong dalam perencanaan dan merupakan dasar melakukan evaluasi.

 

3.     Bagaimana Cara membuat Tujuan ?

 Prinsip yang harus diperhatikan dalam membuat tujuan pengajaran adalah bahwa tujuan itu harus sesuai  dengan kebutuhan. Karena  bila tidak demikian, maka sama saja halnya dengan  menggaru  di tempat yang tidak gatal, artinya “Kegatalan” akan tetap  menjadi kegatalan dan tidak perna terjadi perubahan.

Bagaiman agar tujuan yang di buat benar-benar sesuai dengan kebutuhan?

Ada beberapa langkah yang perlu di perhatikan, yakni setelah membaca berulang- ulang nats Alkitab  yang akan di sampaikan, lakukanlah perenungan dengan mengikuti dua pertanyaan bantuan sebagai berikut:

1.     Apa relevansinya nats tersebut terhadap pendengar?

2.     Apa azas pokok dari  nats tersebut?

Contoh:

1.     Nats Markus  4:35- 41: “ Tuhan Yesus meredahkan Angin ribut

2.     Relevansinya terhadap pendengar : Takut.

3.     Azas pokoknya: Tuhan Yesus peduli terhadap para murid yang sedang mengalami rasa Takut.

4.     Tujuannya: Supaya melalui kisa ini anak-anak mengerti bagaimana mengatasi rasa takut dan menyadari bahwa Tuhan Yesus memperdulikan para murid-Nya yang mengalami ketakutan.

Latihan : 

1.     Lukas  15: 11-32 : Kisah anak yang hilang

2.     Kejadian 11: 1-9 : Kisah menara Babel.

3.     Yohanes 111-16 : Kisah Lasarus yang dibangkitkan.

 

4.     Apa kebutuhannya?

            Lelia Lewis, dalam bukunya Kehidupan Mengajar untuk Menguba (P.5).

 Mendaftarkan ada dua macam kebutuhan pendengar pada umumnya, yang terdiri atas kebutuhan  rohani secara umum dan secara khusus.

 

 

 

 

·       Secara umum

               Pada umumnya setiap pendengar mempunyai berbagai kebutuhan sebagai berikut:

-        Lahir Baru

-        Pengetahuan

-        Kepandaian

-        Sifat

-        Bertumbu dalam iman.

`    Tahap selanjurtnya, tentukan nats Alkitab sesuai dengan kebutuhannya

Contoh:

-        Kebutuhan : Lahir Baru.

-        Nats Alkitab: Lukas 19:1-10

Latihan:

Bila seorang guru mengetahui muridnya mempunyai kebutuhan seperti berikut, apa yang

 mestinya dilakukan atau di sampaikan kepada mereka agar kebutuhannya tersebut terpenuhi?

-        Pengetahuan

-        Kepandaian

-        Sifat

-        Kebutuhan dalam iman.

 

·       Secara Khusus

Berbeda dengan poin 1C, di mana Nats Alkitab bisa langsung dipilih karena sudah mengetahui  apa kebutuhan pendengar. Tetapi untuk poin 2C, agar dapat membuat tujuan yang tepat maka ada  dua hal yang bisa dilakukan:

1D. Melakukan pengamatan lapangan terhadap audiens, setelah itu baru bisa memilih nats Alkitab yang sesuai untuk kemudian disampaikan dalam pemberitaan firman Tuhan.

2D. Atau langsung menentukan natsnya, kemudian dalam perenungannya perlu mengikuti dua bantuan pertanyaan sebagaimana tersebut di atas.

 

 

Kesimpulan

       Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik pasca mengikuti langkah- langkah persiapan mengajaran sebagaimana di jelaskan di atas  adalah sebagai berikut:

·       Ajaran kita harus membuat anak menyadari hal-hal yang penting dalam kehidupan mereka .

·       Ajaran kita harus menghantar mereka bertemu Tuhan secara pribadi dan bukan hanya mengenal peraturan- peraturan-Nya semata.

  • Ajaran kita harus membuat mereka mengetahui bahwa Tuhan bersedia menolong sesuai dengan kebutuhan  mereka.
  • Pengajaran kita harus membuat mereka mengenal kesempatan-kesempatan yang diberikan kepada mereka untuk memberi respon kepada Tuhan.

 

Keempat hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa guru mempunyai tanggung jawab untuk membimbing anak didiknya agar mereka menyadari kebutuhan, mengetahui informasi yang diajarkan dalam Alkitab yang menjawab kebutuhan mereka, serta menjadikan informasi  sebagai bagian dari pribadi mereka dalam pengambilan keputusan.

 

Garis Besar Pembagian Satu Sesi Pengajaran 

®    Pembukaan

  • Jembatan dari dunia anak ke Firman Tuhan
  • Pilih unsur yang berkaitan dengan pelajaran
  • Bentuknya dapat bervariasi: Ucapan selamat datang  Nyanyian bersama.Doa pembukaan, Mengigat hari ulang tahun mereka, ceria sehari-hari, Mengulagi satu bagian dari pelajaran minggu lalu, dan lain sebagainya.
  • Persembahan ada baiknya dilaksanakan di awal mengigat uang dalam tangan anak mudah jatuh dan mengganggu acara.

 

®    Penyampaian Firman Tuhan 

Waktu penyampaian Firman Tuhan dalam bentuk cerita kepada anak-anak hendaknya                       menyesuaikan dengan kemampuan daya konsentrasi mereka.

  •  Kelas Balita (2-3 tahun), Konsentrasi maksimal 7 menit
  • Kelas kecil/ Indria(4-5 tahun), Konsentrasi maksimal 10 menit
  • Kelas tengah/ Pratama (6-8 tahun), Konsentrasi maksimal 15 menit.
  • Kelas Besar / Madya( 9-11 tahun), konsentrasi maksimal 25 menit.
  • Kelas Remaja( 12-15), konsentrasi maksimal 35 menit.

 

®    Penghafalan Ayat Alkitab

            Pada umumnya diajarkan sesaat setelah penyampaian Firman Tuhan selesai. Ayat

Alkitab  yang dipiliah sebaiknya di sesuaikan dengan Firman Tuhan yang di sampaikan.

 

®    Penerapan / respon

  • Firman Tuhan akan di pendam dan akan di antarakan untuk memberi respons.
  • Penuh interaksi antar guru dan murid: di mana murid dibimbing memberirespon melalui beraneka rangam kegiatan. Seperti mengajarkan gambar dinding, melukis satu bagian cerita atau memisahkan bagian gambar dan keudian menyusun ulang, menjawab pertanyaan, mengulagi cerita, belajar lagu baru, dan sebagainya.
  • Kegiatan di atas harus disesuaikan dengan cerita: sebagai aktifitas akan menolong sehingga parasaan anak bersatu dengan cerita: sebagian menggerakkan emosi dan k hendak anak dalam arah tindakan, dan sebagian lagi merupakan tindakan baru.

              

®    Penutup

Unsur yang terdapat dalam penutup antara lain meliputi pengumuman (bilah ada) dan doa    penutup disertai pujian penutup. Anak dilepaskan di bawah berkat perlindungan Tuhan. 

 

Tehnik Mengajar.

®    Persiapan Diri

  • Guru Sekolah Minggu (GSM) telah menguasai materi yang akan disampaikan
  • Mengecek bahan-bahan yang dibutuhkan
  • Mengecek penampilan: Pakaian, Persiapan, make-up. Dll. Sebaiknya berpenampilan secara wajar dan sesuai dengan situasi dan kondisi.
  • Mengecek ruangan, meletakkan alat peraga sehingga siap dipakai, mengatur hal-hal yang akan menjadi yang akan menjadi pusat perhatian.

 

®    Penyampaian Materi

 Berikut beberapa hal penting yang perlu di perhatikan pada saat Guru menyampaikan materi pengajaran kepada para pendengarnya.

            

®    Pendahuluan

Guru sebaiknya tahu bener bagaimana sebaiknya memulai ceritanya dengan baik.

Tahap ini merupakan langka awal untuk menarik perhatian anak terhadap cerita yang

akan di  sampaikan. Karena itu buatlah pendahuluan semenarik mungkin.

Sudah barang tentu  pendahuluannya harus sesuai dengan cerita yang akan di sampaikan.

Berikut beberapa cara membuat pendahuluan:

·  Melalui gerakan / demostrasi

·  Melalui ilustrasi

·  Melalui pertanyaan

·  Mennyuruh anak menulis / menggambar sesuai petunjuk

·  Menyuru anak melakukan sesuatu

·  Menghindari menyebut judul cerita

 

·       Pada saat bercerita

                   Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menyampaikan materi:

®    Intonasi

 Pakailah suara dengan sebaik-baiknya. Ucapan  kata-kata dengan jelas. Pakailah nada dan kecepatan suara yang berbeda-beda. Perhatikan pada saat kapan suara harus tinggi, rendah, besar,kecil, cepat, lambat, berubah berhenti. Dan ada kalanya perlu menggunakan suara tiruan.

 

®    Penggunaan istilah.

Gunakan kata-kata / istilah yang dapat di mengerti, sesuai dengan tingkat Pengertian murid.Hindari pemakaian istilah-istilah abstrak. Namun apabila harus menggunakan istilah yang abstrak, sebaiknya dijelaskan maksudnya.     

    

®    Kontak mata

Sedapat mungkin guru memperhatikan wajah dari setiap murid, agar dapat mengetahui reaksi mereka terhadap cerita yang di sampaikan.

 

®    Bahasa Tubuh

  Gerak-gerik dan mimik yang disampaikan saat bercerita akan tertanam dalam

hati dan pikiran para murid. Bahasa tubuh yang di sampaikan sebaiknya sesuai

 dengan cerita yang disampaikan. Roman muka  anda sanagt menentukan mati

  hidupnya suatu kelas.

®    Sikap.

Gerak-gerik dan tingkah laku seorang guru akan berkesan dan menjadi sasaran  perhatian anak didiknya, karena itu hindari kesan-kesan negatif. Misalnya: berdasarkan pada papan  tulis, duduku di meja, keluar  masukkan tangan dari saku celana, sering menarik celananya, dll.

Dengan lain kata, hindari gerak-gerik yang berlebihan, dan jangan mengulangi gerakan yang sama secara berulang-ulang; apa lagi gerakan yang aneh. 

 

 

 

§  Penggunaan Alat Peraga

Alat peraga merupakan alat penolong memperjelas dan memberikan kesan yang mendalam kepada anak. Menurut penelitian dari para ahli pendidikan menunjukkan bahwa seorang anak  akan mengingat : 10-20% dari apa yang didengar, 50-60% dariapa yang didengar dan   dilihat; 70-80% dari apa yang di dengar, dilihat dan dikatakan;serta 90% dari apa yang di dengar, dilihat, dikatakan dan dilakukan.

Dalam bukunya Sundays School Teaching, Reginal Hill menegaskan bahwa anak-anak lebih cepat dan lebi baik belajar. Jika didepan mereka ada sesuatu yang dapat dipandang. Dari pada hanya  di suruh mendengar saja.Mavis Anderson (P. 42) menambahkan bahwa 80-90% dari apa yang anak pelajari, diterimanya melalui mata. Ditambahkan, ingatannya bertambah sampai 50%  melalui penggunaan alat peraga.

Tuhan Yesus dalam mengajar sering menggunakan alat peraga, seperti Burung, Bunga (Matius 6: 25-34), seorang anak (Markus. 9: 33-37), mata uang (Matius 22: 17-22), seorang janda Miskin (Markus 12: 41-44). Jika sang Guru Agung kita menggunakan alat peraga dalam mengajar dalam pengajaran-Nya, bukankah hal itu penting untuk  diteladani?  

 

§  Manfaat Alat Peraga

-   Memusatkan perhatian

-   Mempertahankan perhatian

-   Menolong memperjelas pengertian

-    Memperdalam kesan dan menolong daya ingat

-   Membantu penguasaan guru dalam kelas

 

§  Jenis Alat Peraga

ü  Papan Tulis

  Merupakan alat peraga yang multi fungsi, bisa untuk tempat menulis pertanyaan,

ayat mas, membuat gambar sederhana, yang dapat dipergunakan untuk   menerangkan garis  besar pelajaran, dan sebagainya.

ü  Papan Flanel

  Papan yang ditutupi dengan kain (dengan kain kasar yang berbulu). Begitupun gambar-gambar dibelakangnya dilekatkan planel tempel, supaya gambar tersebut dapat melekat dan dapat ditempel pada papan flanel.

ü  Flashcard.

  Seri flashcard adalah kumpulan bebrapa gambar untuk satu alur cerita. Gambar dapat dibuat pada kertas manila atau karton. Adapun cara menggunakannya   adalah pada saat bercerita, guru mrnunjukkan gambar-gambar secara bergantian dan berurutan sesuai dengan alur ceritanya. Karenanya di sebut “flash” yang   berarti sebentar saja.

 

 

 

tempat gambar.

 

ü  Boneka

                   Boneka-boneka yang dapat di gerakkan dapat di pergunakan untuk melakonkan

berbagai cerita Alkitab.Bahan-bahan seperti kaos kaki, kayu, kulit dan sebagainya  dapat dipakai juga sebagai boneka.

ü  Simbul

Salah satu contoh dari alat peraga ini adalah “rambu-rambu lalu lintas”, juga dapat di gunakan untuk menjelaskan kebenaran Firman Tuhan.Sehingga bukan tidak mungkin pada waktu mereka dalam perjalana dan melihat rambu-rambu lalulintas yang perna dipakai    gurunya sebagai peraga waktu mengajar, mereka mengingat kembali Firman Tuhan yang pernah di dengarnya.

 

ü  Peta.

Alat peraga ini lebih sesuai bila diterapkan kepada anak besar, di mana akan bermanfaat bagi  mereka mengerti tempat-tempat yang di sebut baik dal Perjajian Lama maupun Perjanjian Baru.

ü  Gambar.

Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya paling dikenal. Tentunya gambar- gambar yang di pergunakan harus sesuai dengan ceriteranya.

                 Contoh: Allah Berfirman

                               Cerita Naaman

 

                                                Tempat gambar

 

Untuk anak-anak cerita Naaman kan lebih terang dengan ikhtisar dalam sederhana dalam gambar-gambar sebagai berikut:

 

 

 

 

             Berikut berbagai gambar orang-orangan (stick figures), yang hanya dilukiskan dengan beberapa garis.

 

                                                Tempat gambar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                Gambar yang dapat dipergunakan untuk dapat diketahui.

 

 

                                                Tempat gambar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                        Tmpt gmbr

 

 

§  Mengajarkan Ayat Hafalan Secara Kreatif

            Dawson Trotman, pendirian para navigator perna membuat ilustrasi “Tangan Memegang Alkitab”,  untuk menjelaskan tetang bagaimana Firman Allah dalam masuk dengan segala kelimpahan dalam diri orang percaya. Kelima jari-jari tangan kita ini, menggambarkan kebiasaan orang Kristen terhadap Firman Tuhan: Mendengar (jari kelingking ), membaca (jari manis), mempelajari   (jari tengah), dan menghafal (jari telunjuk), serta merenungkan (ibu Jari).

 Apakah yang terbayang dalam benak anda, jika anda melihat seseorang yang memegang Alkitab   hanya dengan jari manis dan ibu jari? Atau dengan ketiga jarinya, yaitu dengan jari kelingking,   jari manis atau ibu jari ? benarkah orang itu dapat memengang Alkitabnya dengan cukup kuat?  Tentunya tidak sekuat kalau ia menggunakan kelima jarinya.

Demikian juga seharusnya sikap kita terhadap firman Tuhan. Iman kita akan semakin kuat dan teguh jika kita membiasakan diri kita untuk mendengar. Membaca, mempelajari, menghafal dan merenungkan serta melakukan Firman Tuhan. Perlu disadari bahwa kita hanya dapat mengingat 5%  dari apa yang kita dengar, 15% dari apa yang kita baca, dan 35% dari dari yang kita pelajari;  sedangkan dari merenungkan kita hanya dapat mengingat sebanyak 25%. Kalau begitu bagaimana  agar Firman Tuhan dapat diingat seratus persen?Dengan cara menghafalkannya bukan?

 Dengan demikian jelaslah bahwa “Menghafal Firman Tuhan” selain merupakan kebiasaan yang   sangat penting, juga juga sangat berfaedah. Tetapi persoalannya adalah bagaimana kita dapat menjadikan ayat hafalan  ayat Alkitab itu menjadi  menyenangkan.

 Sebagian besar dari beberapa cara berikut, dikutip dari buku Pembaharuan Mengajar.

  • Mengganti kata-kata penting dengan gambar yang sesuai.
  • Dengan cara menyanyikan. Tentunya cara ini menuntut guru untuk

mempersiapakan diri dengan baik.

  • Menulis ayat-ayat tersebut padapapan tulis. Kemudian hapus kata demi kata sambil terus di hafal sampai keseluruhan ayat bisa di hafalkan di luar kepala.
  • Tulis ayat itu kata demi kata pada kartu- kartu, selanjutnya mintalah anak-anak untuk menempelkan kartu-kartu tersebut pada papan planel yang telah disediakan, secara berurutan dan benar.
  • Jika tidak ada papan planel, berikan kartu-kartu itu kepada masing-masing anak sesuai dengan jumlah kartu yang tersedia. Kemudian mintalah mereka berdiri di depan kelas secara berurutan dan selanjutnya megucapkan kata-kata tersebut secara bergantian dan berurutan yang benar.
  • Dengan menulis ayat tersebut pada kartu warna-warni dan kecil agar dapat di pergunakan oleh anak-anak sebagai pembatas dalam Alkitab mereka.

                                             

Kolose 3:16

Hendaklah Perkataan Kristus Diam Dengan  Segala KekayaanNya Di Antara Kamu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB XI

KURIKULUM SEKOLAH MINGGU ANAK

 

Setelah membaca bagian ini,

   mahasiswa dapat menyatakan kemampuan

   berikut ini:

1.     Mengenali apa yang dimaksud dengan kurikulum.

2.     Mengenali kurikulum sekolah minggu anak.

3.     Menerapkan kurikulum yang sesuai dengan Pendidikan Agama Kristen.

4.     Menyusun kurikulum berdasarkan tema yang dipilih di gereja masing-masing

 mahasiswa

 

Kurikulum merupakan suatu bentuk sederhana yang akan kita ajarkan. Hal ini mencakup arah studi, termasuk buku penuntun dan materi pengajaran itu. Dalam penggunaan yang moderen, kurikulum di definisikan sebagai  semua sumber daya dan pengalaman, termasuk situasi belajar mengajar yang menolong untuk mencapai tujuan.

 

Kriteria Kurikulum :

1.     Harus berdasarkan Firman Tuhan

2.     Harus menemukan kebutuhan orang yang diajar

3.     Harus menemukan sejarah apa yang pernah diajarkan kepada mereka. 

 

Kriteri untuk menyelesaikan kurikulum:

1.     Berapa banyak tenaga yang dibutuhkan ?

2.     Bagaimana harga Kurikulum itu?

3.     Apaka kurukulum itu menolong murid untuk mengalami dam menemukan kebenaran

secara pribadi atau hanya menberikan informasi dan menghafal kebenaran saja?

4.     Apakah bahannya menerik?

5.     Apaka perangkat yang di gunakan guru guru itu menolong?

6.     Apakah materi itu mengungkapkan tujuan yang jelas?

7.     Apaka sesuai dengan umur kelompok yang diajar ?

8.     Apakah mengulangi pengalaman dan kebenaran yang penting?

9.     Apak menggunakanpariasi Variasi cara yang merang sang murid untuk belajar?

 

Kurikulum Pendidikan Kristen menekankan kepada beberapa hal sebagai seperti:

  1. Tujuanya apa / sasarannya.
  2. Kegiatan belajar mengajar (sesuai usia)
  3. Materi pelajarannya - menekankan firman Allah sebagai Aplikasinya
  4. Evaluasi

Perlu diperhatikan bahwa keempat hal tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya. Guna melaksanakan kurikulum tersebut harus ada otoritas yang berisi sebagai berikut :

Dalam   Kehendak   Allah

 

 

Dalam kebenaran kekal

 

 

Dalam Pengetahuan

 

 

Dalam masyarakat    à berguna di dalam masyarakat

 

 

Pragmatisme adalah 

Paham yang memasukan pelajaran dalam kurikulum walaupun hal tersebut  tidak / kurang di sukai

 

 

Atau diminati.

Pandangan orang Kristen terhadap kurikulum pendidikanKristen:

  • Biblical imperative

Artinya : dalam melaksanakan tujuan yang ada sifatnya

 

 

Merupakan perintah  yang harus di taati

 

  • Biblical Objective

Artinya

  Tertuju pada objek Alkitab  à Sasarannya  anak paham Alkitab

 

                                    

-------------------------------------------------------------------------------------

 

Perbedaan  antara pendidikan sekuler dan pendidikan kristen:

1.     Kognitif                                                       1. Kognitif

2.     Afektif                                                         2. Afektif

3.     Psikomotor                                                  3. Psikomotoris

4.     Tidak ada transformasi                               4. Transformasi oleh Roh Kudus

 

Dalam mencapai aspek kognitif,  Afektif dan  psikomotoris kepada manusia di kondisikan

mencakup (tahu, mampu dan mau), yaitu:

1.     Pengetahuan

2.     Pemahaman

3.     Aplikasi

4.     Analisis

5.     Sintesis

6.     Evaluasi

 

 

BAB XII

GURU SEKOLAH MINGGU DAN WALI MURID

 

Setelah membaca bagian ini,

   mahasiswa dapat menyatakan kemampuan

   berikut ini:

1.     Sebagai guru sekolah minggu dapat menjalin dan

Mempererat  hubungan dengan wali muridnya.

2.     Membuat rencana bagan persiapan dalam mengajar

anak sekolah minggu.

3.     Memahami proses dalam mengajar anak sekolah minggu

 

Kenyataan menunjukkan bahwa banyak anak Sekolah Minggu yang berguguran. Hal ini terjadi  baik di gereja-gereja pedesaan maupun perkotaan. Mengapa hal ini bisah terjadi? Mundurnya anak-anak sekolah minggu sering di sebabkan adanya berbagai hasutan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini yang menjadi penyebab kemunduran itu terjadi karena pemahaman iman yang dimiliki peserta didik, sehingga rentan terhadap tekanan iman.

 

Menjalin Hubungan

Satu hal lagi yang dapat di kategorikan sebagai mundurnya anak-anak Sekolah 

Minggu adalah karena gagalnya memenangkan orang tua mereka kepada Kristus.

Bukan tidak mungkin bagi anak-anak yang sudah bertahun-tahun mengikuti ibadah Sekolah Minggu tetapi ahurnya mundur karena dilarang oleh orang tuanya. Oleh  karena itu betapa pentingnya bagi guru-guru Sekolah Minggu untuk menjalin hubungan dengan orang tua murid. Jalinan hubungan ini banyak manfaatnya, seperti bisa mengenal lebih dalam keadaan keluarga mereka. Memperkenalkan kristus kepada mereka serta dapat menyelaraskan pembinaan iman terhadap anak-anak mereka.     

 

Mavis L. Anderson ( 1955.74) berpendapat bahwa kira-kira 66% dari anak-anak yang di menangkan bagi  Kristus berasal dari keluarga yang telah di selamatkan. Di selamatkan dan datang ke  gereja itu kita dapati secara kebetulan saja. Hal ini  menunjukkan betapa pentingnya bagi guru Sekolah Minggu untuk melakukan pendekatan terhadap wali murid.

     

Mempererat Hubugan

Perlu di sadari pulah bahwa tugas guru Sekolah Minggu  bukan semata-mata    menyampaikan cerita. Tetapi juga bertanggung jawab mendoakan, menginjili dan   mengembalakan baik mereka yang sudah menjadi murudnya maupun para calon muridnya. Kebertanggung jawaban guru terhadap peserta didiknya nampak bagaiman ia dapat memberikan reaksi terhadap para muridnya yang tidak setia ke gereja.Tentunya tidak saja mendoakan, tetapi juga siap sedia mengunjugi mereka. Di mana kunjungan inipun penting artinya demi semakin eratnya hubungan. Bukan saja terhadap peserta didik tetapi  juga terhadap wali murid.

Berikut beberapa hal penting yang perlu di perhatikan dalam melakukan perkunjungan:                                                                          

ü  Tujuan

Datang dengan maksud untruk membangun hubungan persahabatan, agar terjadi                    

kepercayaan dari wali murid terhadap peran anda sebagai guru anak-anak mereka. Ciptakan kerja sama yang baik dengan mereka agar melaluinya dapat membawa mereka kepada Kristus.

 

ü  Sikap

Bersikaplah dengan wajar, ramah,murah senyum dan hindari kesalahpahaman. Ini penting bagi tercapainya tujuan Anda

 

 

ü  Pendekatan

Ciptakan suatu suasana persahabatan sementara anda memperkenalkan diri dan menyatakan maksut perkunjungan anda.

 

ü  Perilaku

Dalam hal ini ebaiknya tidak terlalu terburu-buru menyampaikan ketidak setujuan anda terhadap perilaku atau kebiasaan yang dilakukan olah walih murid yang   tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Sebaliknya ciptakan suatu penbicaran yang    bersahabat.  Ketegasan terhadap hal-hal yang tidak sesuia dengan Firman Tuhan itu memang perlu, namun dalam hal ini kita harus sadar bahwa tujuan  kita adalah untuk  membangun kerjasama serta membawa mereka kepada Kristus. Untuk itu diperlukan kesabaran serta ketulusan. Semakin kita bersikeras, semakin memberi peluang bagi mereka untuk  menutup diri, yang pada gilirannya mereka akan melarang anak-anak mereka datang ke gereja.

 

5.     Waktu Perkunjungan

Dalam melakukan perkunjungan perlu mempertimbangka waktu.hendaknya perkunjungan itu tidak terlalu lama supaya tidak merugikan serta menyita waktu   mereka. Ada baiknya jika telah membuat persetujuan sebelumnya.

 

6.     Manfaat Perkunjungan

Hal positif yang dapat diperileh dari perkunjungan adalah dapat terjalinnya hubungan yang erat antara guru dan orang tua murid.dan ini penting artinya bagi kemungkinan terciptanya penanganan yang lebi baik. Khususnya dalam kaitannya dengan anak yang sedang di didiknya.

Perkunjungan dari rumah ke rumah yang di lakukan dengan teratur itu bukan tidak mungkin merupakan sarana bagi pertumbuhan dan pertambahan jiwa-jiwa bagi yang di selamatkan.Hal ini diakui pula oleh Anderson, yang menegaskan bahwa perkunjungan itu merupakan satu sumber untuk dapat paling sedikit tiga calon petobat baru.

Guru yang bijaksana tetunya tidak  membiarkan peserta didiknya tanpa perhatian, tetapi akan berusaha sebaik mungkin agar anak didiknya mengalami kemajuan dan   perubahan. Karena itu ikutilah teladan kristus . “Akulah gembala yang baik .

  Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”.

                             

 

BAGAN PERSIAPAN RENCANA MENGAJAR

Kelompok Umur    :

Tema                      :

Bahan Alkitab        :

Ayat  Fokus            :

Ayat  Hafalan         :

Tujuan umum         :  Setelah Selesai  Pelajaran Ini Diharapkan Murid  mau Bersikap jujur.

 

Tujuan  Khusus      :

  1. Murid dapat.................
  2. Murid dapat.................
  3. Murid dapat.................

Bahan  Bantu Mengajar:

-        Alkitab

-        Alat peraga

-        Bahan lainnya

WAKTU MENGAJAR                                                                    Waktu:

1.Kegiatan  awal

a. Untuk Asuhan (2-3) dan Indria(4-6) Kegiatan                               30 Menit

    Berkelompok sebagai  kesiapan  belajar  anak

b. Untuk  anak  Pratama  (7-9):                                                          20 Menit

    Madya  (10-12) :                                                                            15 Menit

2.Pertemuan  Bersama:                                                              

    Asuhan & Indria  :                                                                          30 Menit

    Menyayi,Doa, Cerita/ Kegiatan belajar sesuai

    TKP, Evaluasi, Penutup

    Pratama   : Belajar Alkitab & Kegiatan Sesuai  TKP                     35 Menit

    Madya     : PA dan  Kegiatan Sesuai TKP                                     40 Menit

3.Evaluasi                                                                                            5 Menit

4.Pekerjaan Rumah (PR)

 

 

PROSES  BELAJAR MENGAJAR SEKOLAH MINGGU

 

1.Cari kebutuhan dan keadaan Murid:    a. Umur

   (Situasi dan Kondisi Murud)                b. Pendidikan

                                                                 c. Kebudayaan/kebiasaan

 

2.Bahan yang akan di ajarkan           :

3.Topik Pelajaran/ Bahan Pembahasan :

4.Hasil Belajar Yang Diharapkan : a. Pengetahuan

                                                         b. Pengertian :  1.Pemahaman

                                                                                   2. Penguraian

                                                                                   3. Penerapan

                                                                                   4. Pemaduan

                                                                                   5. Penilaian

                                                         c. Mengambil Sikap/ Nilai-nilai Moral

                                                         d. Keterampilan          

5.Standar Kompetensi (SK): Hasil belajar yang di harapkan oleh Guru

                                             Terhadap Murid Setelah selesai proses

                                              belajar Mengajar.

 

6.Kompetensi Dasar (KD):Kegiatan yang dilakukan oleh Murid untuk

                                            Mencapai Tujuan Umum Pelajarn(SK)

 

7.Waktu Mengajar : a.Kesediaan Belajar / Petunjuk Awal Pokok Pelajaran

                                 b.Guru memberi informasi Menenai Bahan pelajaran

                                    Murid melaksanakan KD atau Tujuan Khusus

                                    Pelajaran Untuk mencapai Hasil Belajar yang                                                                                       

                                    Diharapkan.

                                 c.Evaluasi

                                 d. Tindak lanjut

 

 

·       Buatlah Tujuan pelajaran Untuk  3  bulan kemudian Buat tujuan pelajaran Mingguan untuk Mencapai tujuan pelajaran 3 bulan

·       Pikirkan Metode yang Cocok!

·       Pikirkan Alat Peraga yang di perlukan !

·       Siapkan sebelum Pelajaran  dimulai!

·       Sebaiknya Guru Sudah Mulai memikirkan dan Mempersiapkan Pelajaran 1 Minggu Sebelumnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB XIII

GURU  DALAM  PAK  ANAK

 

 

Setelah membaca bagian ini,

   mahasiswa dapat menyatakan kemampuan

   berikut ini:

1.     Mengenal pribadi guru dalam PAK anak

2.     Melaksanakan metode belajar mengajar dalam PAK

3.     Dapat menyusun cara mempersiapkan pelajaran anak sekolah minggu

 

Dalam memilih Guru yang mengajar dalam suatu lembaga pendidikan  Kristen, haruslah dia seorang guru  Kristen yang sudah lahir baru dan penuh Roh Khudus. Roma 8:9-11; 5:1-2; Yohanes 3:3-5.

 

A.    Kualitas Guru Kristen:

1.     Sudah bertobat -  Lahir Baru

2.     Mencintai Tuhan dengan Sungguh-sungguh

3.     Mencintai Anak dengan tulus

4.     Mencintai  Firman Tuhan – Percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah ynag tidak dapat salah (Innerancy).

5.     Suka belajar- memiliki pengetahuan tentang  hermeneutika yang benar.

6.     Mengerti proses belajar mengajar

-        Teori John  Lock       : Tabula rasa,Maka peran guru sangat penting.

-        Anak-anak meniru gurunya

-        Harapan dari hasil belajar adalah :

          a. Perubahan fisik      : Ada perubahan dalam perbuatan.

Misalnya: Biasa Bohong jadi Jujur                       

         b. Perubahan Intelek  : Pemikiran yang berbedah, Mis: Ateis menjadi Percaya 

                     Tuhan Yesus.

                     c. Perubahan Emosi   : Menjdi sanagt mengasihi Yesus, Rajin berdoa

                     d. Perubahan spiritual : Menghasilkan tujuan hidup dengan ingin melayani Tuhan.

                        7.  Memiliki Komitmen   :  Melayani anak walaupun tidak diberi imbalan

8. Bisa bekerja dengan kelompok yang lain, Misalnya: Mengundang tim

mengajar   dari gereja laiin

9.   Mengerti pertumbuhan Rohani Anak.

§  Melalui teladan   : Hubugan guru dan anak di dalam dan di luar kelas

§  Melalui tradisi     : Lingkungan Keluarga ( Terbuka atau tertutup)

§  Melalui Formasi  : Berdoa ,Membaca Alkitab,Beribadah

10. Memiliki ketrampilan Khusus   : Pandai menyanyi, pantomime,panggung boneka.dll

 

METODE  BELAJAR  MENGAJAR DALAM

PENDIDIKAN  AGAMA KRISTEN.

 

      Metode adalah cara  untuk memuridkan, yang mana mencoba untuk  menggabungkan isi dan pengalaman.

A.    Menekankan komunikasi  :

a.      Hanya  sebuah alat yang di gunakan oleh pengajar untuk mengkomunikasikan pengetahuan , ide, atau kebenaran yang dipertimbangkan kepada murid

b.     Kata metode hanya menjelaskan proses yang digunakan oleh pengajar untuk mengkomunikasikan informasi kepada murid.

B.    Menekankan  Pengalaman.

a.      Metode ialah kendaran yang membawa  murid kedalam kontak dengan Kristus dan

Firman-Nya.

 Metode yang dipakai biasanya merupakan ekspresi pengalaman dan filsafat guru yang

memdidik .

Menurut Winarno Surahmat , dalam proses belajar mengajar

Harus  terjadi  suatu interaksi  yang bersifat  timbale  balik  antara guru  dan murid  atau sebaliknya.

 

                    

           Dalam suatu proses belajar mengajar mempunyai ada tujuan tertentu yang di capai:

a.      Membawa peserta didik trampil

b.     Membawa peserta didik mahir

c.      Membawa peserta didik kreatif 

Pendidikan Kristen harus mencontoh pada pola ajaran Tuhan Yesus  sendiri:

Tuhan Yesus                                                                    Manusia / Murid

- Memberi teladan  konkrit                                -_harus mencontohnya / menirunya

- Sering ada  Kontak                                        _ _Murid dekat dengan guru

 Relasi yang hangat                                        _.__Mereka menyediakan waktu

 Tingkah laku yang nampak harus Konsisten    _. __Murid Hormat pada gurunya

Secara psikologis belajar adalah _____________________________________________________

__Suatu bentuk melatioh kemampuan otak

Sedang menurut teori , belajar merupakan_______________________________________________

___ suatu  pembiasaan  / pendisiplinan.                         

Lowrance  O  Richard  dalam bukunya     Creative Bible Teaching “ mengatakan bahwa dalam teori mengajar , suatu pengajar yang kreatif  adalah ___________________________________________

_ memusatkan pada kegiatan yang membangkitkan minat anak didik dengan cara memberikan rangsangan / reinforement

Keaktifan Murid perlu dilibatkan agar bertumbuh  menjadi :

-. Bagaimana cara dia memahami sesuatu

-. Melihat hubungan satu dengan yang lain

-. Cara menerapkan secara mudah

Metode  dalam Pendidikan Agama Kristen  adalah : __ suatu pelayanan , pekerjaan aktif yang dilakukan bagi Tuhan  dan manusia sehingga ke dua belah pihak bertemu satu  dengan yang lain._

Metode  dalam Pendidikan Agama  Kristen merupakan alat dan bukan tujuan dan tidak boleh metode dipergunakan untuk  mendapat hasil dan sukses secara duniawi. Metode dalam pendidikan Agama Kristen dapat dilakukan dengan praktek dan teori. Kedua hal ini baik teori dan praktek harus digabungkan menjadi satu  baru mendapat hasil yang maksimal. Metode itu sendiri hanyalah alat saja, sedangkan guru adalah yang menghidupkan metode tersebut.

 

 Ada beberapa jenis metode teori dalampendidikan yaitu Metode otoriter,metode kreatif,   

         metode dialektis.

         Metode otoriter adalah memekai kuasa  dari atas (otoritas) untuk kepada murid dan menyampaikan

         pendidikan murid dan murid harus tunduk kepada kuasa (otoritas) gurunya. Murid diharuskan menelan mentah-mentah semua ajaran sang guru.

        Sedangkan metode kreatif  adalah __________________________________-_____________________________________________________________________

menitikberatkan kebebasan seseorang untuk berpikir sendiri.

Guru tidak menjadi penguasa atau memberi perinta saja melainkan memberi dorongan kepada murid sehingga pelajaran berlangsung tanpa paksaan . metode kreatif harus dilaksanakan dengan pimpinan sang guru agar tidak sampai menjidi pelajaran yang bersifat main-mainkarena terlalu banyak kreatifitas murid.

Metode yang lainadalah metode dialektis. Metode dialektis adalah _____________________________________________________________________

Penggabungan antara kedua metode tersebut  ( otoriter & kreatif )

Metode ini mengajarkan kita untuk mengadakan suatu “ Percakapan “  antara kepercayaan

kita dengan keadaan  masa  kini (aplikatif).

Dalam Alkitab metode-metode yang tidak dipakai Tuhan Yesus adalah:

1.     Tuhan Yesus tidak mau mempergunakan otoritasNya untuk hal-hal yang duniawi. Dalam Matius 4:1-11. Iblis menggoda Yesus agar mempergunakan kuasaNya untuk menguba batu menjadi roti.

Aplikasi : Injil tidak boleh diberitakan dengan menawarkan hadiah-hadiah jasmani.

2.     Tuhan Yesus tidak mendemonstrasikan kuasaNya yang hebat dengan cara menuruti

 bujukan iblis untuk menjatuhkan diri dari bubungan Bait Suci.

Aplikasi : jangan menarik perhatian jemaat dengan hal-hal yang  sensasional seperti : pelayanan kelepasan. Pada  setiap orang keluar jarum, paku,salib dll.

 

Beberapa  hal yang perlu  ( Tergantung Pada orang tua  mengerti tentang metode mengajar):

1.     Proses belajar mengajar harus mengakibatkan murid termotivasi dan melaksanakan apa yang di ajarkan  guru.

2.     Proses belajar mengajar adalah menanamkan  pengertia bukan hanya di dalam

 otak saja tetapi seharusnya mengubah watak manusia.

3.     Belajar bersama dalam kelompok lebih bermanfaat (Tergantung pada orang tua daripada belajar sendiri.

4.     Belajar tidak harus teori saja melainkan juga harus dipraktekkan

5.     Pribadi guru merupakan faktor penting

6.     Terus melakukan perubahan untuk mendapatkan cara yang lebih baru, alat bantu visual sangat di perlukan untuk menunjukkan pengertian murid.

 

METODE MEMGAJAR ANAK SUPLEMEN- MENGAJAR SECARA KREATIF

A.    Menggunakan Indera

Visual ( Video, LCD, OHP)

B.    Menggunakan perasaan

Main Drama , Pantomime, Panggung Boneka.

C.    Menggunakan pikiran /Intelek/ nalar.

Menulis puisi, sajak, Tanya jawab, teka-teki, perlomban.

 

 

 

 

CARA MEMPERSIAPKAN PELAJARAN ANAK

1.     Mendoakan anak-anak yang akan diajar.

2.     Mencari tahu kebutuhan anak sesuai dengan tingkat usia anak

3.     Memeriksa dan membaca bahan yang akan diajarkan

4.     Membuat tujuan umum

5.     Membuat tujuan khusus atau kegiatan yang cocok dengan usia anak-anak

6.     Menyiapkan Alat peraga yang di perlukan

7.     Menyiapkan nyanyian yang cocok dengan cerita yang akan diajarkan

8.     Evaluasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR KEPUSTAKAAN

 

Anderson, Mavis L. Pola Mengajar Sekolah Minggu. Bandung: Kalam Hidup, 1982.

Brubaker, Omar J. dan Clark, Robert. Memahami Sesama Kita. Malang: Gandum Mas, 1984.

Dobson, James. Berani Mendisiplin. Jepara: Silas Press, 1984.

Dresselhaus, Richard L. Penginjilan di Sekolah Minggu. Malang: Gandum Mas, 1984.

Daun, Paulus D. H. Penuntun ke dalam Sekolah Minggu Kanak-kanak.

…………, Apakah Evangelism itu? Yogyakarta: Andi Offest, 1986.

Dobson, James. Masalah Membesarkan Anak. Bandung: Kalam Hidup.

Firman Allah yang Hidup. Bandung: Kalam Hidup, 1989.

Gunarso, Singgih. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1989.

Graham, Billy. Keluarga yang Berpusatkan Kristus. Bandung: Kalam Hidup, 1972.

Homrighausen E. G. & Enklaar E. H. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989.

Jones, Melvin A. Keluarga yang Bahagia. Surabaya: Yakin

Jacobsen, Margareth Beiley. Ketika Anak Anda Bertumbuh. Bandung: Kalam Hidup, 1980.

Lewis Leila. Mengajar untuk Mengubah Kehidupan. Bandung: Kalam Hidup, 1987.

LaHaye, Beverly. Membina Tempramen Anak. Bandung: Kalam Hidup, 1982.

Leigh, Ronald W. Sekolah Minggu yang Berhasil. Malang: Gandum Mas, t.th.

Laufer, Ruth. Pedoman Pelayanan Anak. Surabaya: Grafika Dinoyo.

Meier M.D., & Paul D. Membesarkan Anak dan Perkembangan Watak secara Kristen. Surabaya: Yakin, 1983.

McElrath W.N.,& Mathias, Billy. Ensiklopedi Alkitab Praktis. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1987.

Net Work Volume 1. Child Evangelism Fellowship Press. Grand Rapids, Mich, 49501.

Poerwadarminta W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1976.

Penuntun Sekolah Minggu. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OFM, 1988.

Riggs, Ralph. Sekolah Minggu yang Berhasil. Malang: Gandum Mas, 1983.

Richard, Lawrence O., Mengajar Alkitab secara Efektif. Bandung: Kalam Hidup, 1985.

Sujanto, Agus. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru, 1983.

Setiawani, Mary Go. Pembaruan Mengajar. Bandung: Kalam Hidup, 1990.

Sidjabat, Samuel. Strategi Pendidikan Kristen. Yogyakarta: Yayasan Andi, 1994.

Smith, Oswald J. Keajaiban Anugerah. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Imanuel, 1977.

Subsada, Yakub B. Pembinaan Keluarga Kristen 1 & 2. Malang: Lembaga Bina Keluarga Kristen, 1990.

Teknik Mengajar. Malang: Gandum Mas

Tong, Stephen. Arsitek Jiwa. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993.

…………, Membesarkan Anak dalam Tuhan. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1994.

Tafsiran Alkitab Masa Kini 3. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OFM, 1992.

Wes Haystead. Mengajar Anak tentang Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988.

Willem F. D. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

  BAB 1 PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN   A. Pengertian Pendidikan (secara umum): 1. Apakah arti pendidikan ? Lebih daripada sekedar s...