BAB 1
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
A. Pengertian Pendidikan (secara umum):
1. Apakah arti pendidikan ?
- Lebih daripada sekedar sekolah/ pengajaran.
- Pendidikan berasal dari kata latin educare
(merawat, melengkapi, sehat kuat) atau educere (membimbing keluar dari..)
Pendidikan
adalah:
- Semua usaha yang dilakukan secara sadar
(educatus) untuk mengalihkan:
- Pengalaman
- Kecakapan
- Pengetahuan
- Ketrampilan
- Dari satu individu/ kelompok kepada individu
(kelompok) atau dari generasi tua/dewasa, ke generasi muda, dll.
- Untuk suatu perkembangan, kemajuan yang berguna
untuk menjalankan fungsi hidup (jasmani/rohani) Karena suatu usaha
sadar/bertujuan memerlukan rencana dan strategi dan pendekatan. Pendidikan
adalah pembentukan pribadi secara utuh Sekolah/pengajaran memberikan
penalaran, pengetahuan dan ketrampilan
Hasil:
- dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mau
menjadi mau
- dari tidak trampil menjadi trampil
- dari tidak kuat menjadi kuat
- dari tidak berpengalaman menjadi berpengalaman
- dari tidak mampu menjadi mampu
2. Pendidikan Nasional
Tujuan: Pembentukan manusia seutuhnya dalam hal:
- Fisik
- Intelektual
- Religius
- Ketrampilan
- Moral
- Sosio kultural & politik
Agar
dihasilkan Manusia tepat guna
3.
Komponen / unsur pendidikan:
- Guru
- Murid
- Tujuan yang jelas
- Bahan pelajaran
- Metode
- Fasilitas
B. Pengertian
"PAK"
1. Arti pendidikan Agama Kristen
Perbedaan Pendidikan Kristen dan Pendidikan Agama Kristen:
- Pendidikan Kristen (pendidikan umum/biasa):
Pendidikan yang berdasarkan/ orientasi Kristen nilai-nilai Kristiani);
dalam suasana Kristen. Pendidikan Kristen biasanya digunakan untuk pengajaran
disekolah-sekolah Kristen, baik di sekolah-sekolah rakyat, maupun
disekolah-sekolah lanjutan, yang masih dijalankan oleh gereja atau
organisasi (perhimpunan) Kristen. Jadi nama ini menunjuk kepada pengajaran
biasa, tetapi yang diberikan dalam suasana Kristen.
- Pendidikan Agama Kristen: Pengajaran pokok-pokok
kebenaran iman Kristen; pengetahuan = harta rohani (Alkitab) untuk menjaga
kelakuan hidup rohani
2. Tujuan PAK
Pendidikan Agama Kristen:
- Tidak hanya memberikan pengetahuan dan pengertian
dengan pengajaran yang teratur/ sistematis.
- Kuasa ilahi (supranatural) yang mempengaruhi dan
menguasai seluruh alam perasaan kehendak dan tingkah laku manusia.
Tujuan:
Agar setiap pelajar, muda, tua, memasuki persekutuan iman yang hidup dengan
Tuhan sendiri, oleh dan dalam Dia, mereka terhisap pula pada persekutuan
jemaatNya yang mengakui dan memuliakan namaNya di segala waktu dan tempat.
- Tugas guru: membukakan semua kebenaran Firman
Allah.
- Tugas murid: meresponi - bukan hanya membeo,
secara pribadi hadir di hadapan Allah.
C. Pengertian PAK untuk
Anak
1. Mengapa anak-anak ?
Hidup manusia kebanyakan dibagi menjadi 3 masa:
- Masa anak (1 - 12)
- Masa remaja (13 - 24)
- Masa dewasa (25 - ke atas)
Dari masa-masa tersebut.
Masa anak-anak adalah masa terpenting.
Mengapa?
- Masa anak menjadi dasar bangunan yang menentukan
masa depan.
- Masa yang paling diingat, paling jelas sepanjang
hidup
- Daya menerima, meniru sangat kuat juga pengajaran
- Hati mereka masih murni; belum terbentuk
kebiasaan buruk: harus diajar untuk membenci dosa. (dosa sudah ada tetapi
belum dilahirkan)
- Hati masih polos, sifat-sifat spontanitas dan
kejujuran
Contoh:
Peranan ibu sampai umur 3 tahun = paling penting.
Sejarah membuktikan pentingnya masa anak-anak.
- Merry Slessor (7 tahun) = Penginjil ke Afrika
- Issac Watts (9 tahun) = Penulis lagu-lagu
terkenal
- Cathrine Booth (6 tahun) = Pembangunan rohani
- Polycarpus (9 tahun) = Tokoh sejarah yang mati
syahid
- Jonathan Edwards (7 tahun) = Ahli filsafat,
Teolog
- Tokoh Alkitab: Musa, Daniel, Daud, Samuel, Obaja,
Timotius, dll
2. Pemegang Tanggung
jawab PAK Anak.
Siapa?
- Keluarga = Pengaruh terbesar masalah: Keluarga
abad 20 tidak mencerminkan rumah tangga Kristen
- Sekolah = Situasi formal masalah: Guru-guru tidak
dipersiapkan (positif dan negatif)
- Gereja = harapan terakhir untuk kehidupan rohani
masalah: Fasilitas & kemampuan terbatas: pendeta & majelis yaitu
tidak memahami anak.
3. Tujuan PAK Anak
1)
Mengenal
Allah sebagai pencipta dan pemerintah seluruh alam ini, dan Yesus Kristus
sebagai penebus, pemimpin dan penolong mereka.
2)
Supaya
mereka mengerti akan kedudukan mereka dan panggilan mereka selaku
anggota-anggota gereja Tuhan, dan suka turut bekerja bagi perkembangan gereja
di bumi ini.
3)
Supaya
mereka mengasihi sesamanya oleh karena Tuhan telah mengasihi mereka sendiri.
4)
Supaya
mereka insaf akan dosanya dan selalu bertobat pula, minta ampun dan pembaruan
hidup pada Tuhan.
5)
Supaya
mereka suka belajar terus mengenai berita Alkitab, suka mengambil bagian dalam
kebaktian jemaat, dan suka melayani Tuhan di segala lapangan hidup.
4. Dasar PAK Anak = Alkitab
- Alkitab adalah pusat pengajaran Kristen sumber
kebenaran dan pengajaran moral
- Alkitab adalah otoritas tertinggi bagi iman dan
perbuatan
- Sumber perintah untuk pengajaran (pendidikan) 2
Tim 3: 16, Ul.6, Mat. 28
PERANAN
KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK
Alkitab menyatakan bahwa tugas
utama dalam mendidik anak ada pada orangtua. Sejak anak dibesarkan, peran
orangtua tidak dapat diabaikan, baik pemberian nutrisi, pemeliharaan,
pendidikan, dan keteladanan bagi perkembangan anak, baik untuk perkembangan
fisik, intelektual, sosial, emosional maupun spiritual. Namun seiring
bertambahnya usia anak dan terbatasnya kemampuan orang tua dalam berbagai aspek
pengetahuan serta kesibukan tuntutan kehidupan, sebagian orangtua terabaikan
perannya sebagai pendidik utama. Mereka hampir sepenuhnya menyerahkan tugas mendidik
hanya kepada sekolah.
Dalam perspektif Kristen, sekolah
adalah mitra orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Sedangkan orangtua
adalah pendidik utama. Sekolah Kristen harus menyelaraskan prinsip pendidikan
Kristen berkaitan pengembangan karakter dan pendisiplinan anak baik di sekolah
maupun di rumah. Sekolah Kristen adalah perpanjangan tangan dari orangtua dalam
mendidik anak. Sekolah Kristen berkesempatan menggunakan pertemuan orang tua
murid sebagai sarana “parenting school“Â dengan tujuannya menjalin
relasi dan kebersamaan dalam mengembangkan karakter, sikap, moral, dan
spiritual anak. Untuk dapat membangun hubungan tersebut, Sekolah Kristen harus
memiliki filsafat dan prinsip-prinsip pendidikan Kristen yang bersumber pada
kebenaran Firman Tuhan.
Apa yang sebaiknya menjadi pertimbangan orang tua
ketika ingin menyerahkan anaknya untuk dididik kepada pihak lain juga, misalnya
sekolah?
Apabila orang tua mendelegasikan
pendidikan anak kepada orang lain atau pihak lain, mereka harus memilih
guru-guru Kristen yang selektif dengan sangat hati-hati untuk memastikan bahwa
mereka mengikuti prinsip-prinsip Alkitab. “Untuk mendapat anak inilah aku
berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya.
Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya
kepada TUHAN.” Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN. (I Sam.
1:27-28). Orang tua harus memilihkan sekolah Kristen terbaik bagi pendidikan
anak mereka. Mereka perlu memastikan pembinaan iman, kerohanian dan pendidikan
akademik yang terbaik yang ada dalam sekolah Kristent tersebut.
Ketika Musa mendidik anak-anak
bangsa Israel untuk mengikuti Tuhan, Yitro mengatakan bahwa dia lebih baik
mendelegasikan beberapa tugas kepada orang lain jika ia berencana untuk
bertahan hidup. Namun, Yitro memperingatkan Musa untuk sangat berhati-hati
dalam memilih orang, Musa perlu memeriksakan karakter orang yang dapat
didelegasikan sebagian dari tanggung jawab ini. Pada dasarnya, masing-masing
orang pilihan harus takut akan Tuhan, cinta kebenaran dan benci ketamakan.
Jika peran utama tersebut ada pada orang tua, siapakah
yang lebih berperan, apakah sang ayah atau ibu?
Orang tua memegang peran penting
bagi pendidikan anak. Sejak dari bayi sampai memilihkan sekolah bagi anaknya,
peran orang tua sebagai pendidik utama sudah dinyatakan. Pendidikan anak-anak
adalah tanggung jawab orangtua bersama. Setiap orangtua Kristen harus sadar
bahwa anak-anak adalah tugas orang tua yang diperintahkan Tuhan dalam mendidik
anak. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya orangtua mendidik dan mengajar
anak-anak mereka. Alkitab menyebutkan peran ayah secara spesifik ditugaskan
dalam mendidik anak-anak mereka “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan
amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan
nasihat Tuhan.” (Ef. 6:4). Peran ayah dalam mendidik anak juga dinyatakan dalam
Ibrani 12:9-10, ” dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan
mereka kita hormati” Bahkan ada pepatah mengatakan “seorang ayah yang mengajar
lebih dari seratus guru”, memberikan gambaran betapa pentingnya ayah (orang
tua) yang mengajar.
Pendidikan anak-anak adalah tanggung jawab yang besar.
Setiap orang tua Kristen harus bahwa anak-anak adalah pekerjaan rumah yang
Tuhan berikan dalam pendidikan anak. Pendidikan anak tidak semata-mata
mengajarkan nilai-nilai kehidupan, tetapi mengenal kebenaran Allah, hidup
bersama dengan Allah. Mazmur 127:5 mengatakan “Berbahagialah orang yang telah
membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu,
apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang.” Pendidikan pada anak
mengajarkan mereka jalan kehidupan, jalan yang menunjukkan juruselamat,
menunjukkan kebenaran, mengenal hikmat, dan pengetahuan. Pendidikan anak harus
berdasarkan pada Firman Tuhan yang merupakan sumber kebenaran mutlak.
Oswald Chambers (1874-1917) seorang guru dan penginjil
dari gerakan Holiness Movement dari Inggris merespon kegundahanya dalam
pendidikan anak. Menurut Chambers, manusia beriman harus mendidik anak dalam
iman, sebab bila tidak, mereka akan kesulitan datang tidak ada untuk
menolongnya, dia terisolasi dan kesepian.
Have I been able to reproduce my own kid spiritually?
If so, in a time of difficulty I will be brought through magnificently
victorious: but woe be to the spiritual man who has never produced his own
kind, when the difficulties come there is none to assist, he is isolated and
lonely
Apakah
saya bisa mereproduksi anak saya sendiri secara rohani? Jika demikian, pada
saat sulit saya akan dibawa dengan kemenangan yang luar biasa: tapi celakalah
orang rohani yang tidak pernah menghasilkan jenisnya sendiri, ketika kesulitan
datang tidak ada yang membantu, dia terisolasi dan sepi.
Oleh sekolah harus mampu
menjembataninya dengan pendidikan Kristen dalam setiap aspek kehidupan anak,
mempelajari setiap pelajaran dengan perspektif Kristen, penyelenggaraan
parenting school bagi orang tua untuk menyelaraskan pendidikan dan pembinaan
karakter yang sesuai firman Tuhan baik di rumah maupun di sekolah.
Alkitab mengatakan bahwa kita
wajib mengajar anak-anak dengan sepenuh waktu, di sinilah kita harus membuat
suasana belajar yang lebih kondusif, membuat mereka siap belajar. Alkitab tidak
menyebutkan anak akan belajar ketika mereka siap. Orang tua harus
mengkondisikan kesiapan anak dalam belajar dalam sepanjang waktu. “Hati yang
gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan
tulang” (Amsal 17:22). Di sinilah peran orang tua dan guru agar anak dapat
dipersiapkan sepanjang waktu untuk mereka belajar mengenal akan realistas
ciptaan Tuhan dan kebenaran-Nya.
Pendidikan anak dilakukan sepanjang hari, selama dua
puluh empat jam dalam sehari, tujuh hari dalam seminggu, proses yang berlanjut
dari lahir hingga anak-anak menjadi dewasa. Proses yang berulang-ulang. “Apa
yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah
engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya
apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan,
apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ul. 6:6-7, Ul. 11:19)
Sebagai orangtua, kita harus
menggunakan waktu yang tersedia (Kairos) untuk mendidik anak-anak kita. Hal itu
bertentangan dengan pendapat John H. Pestalozzi (1746-1827), seorang ahli
pendidikan dari Swiss yang berpendapat bahwa anak-anak akan belajar ketika
mereka siap untuk belajar (readiness). Jika kita memberikan kesempatan kapan
anak mau belajar, maka natur keberdosaan manusia dalam hal kenikmatan,
keinginan daging, menunda pekerjaan, maka anak lebih cenderung menghindari
belajar. Orangtua Kristen akan mengalami kegagalan bila tidak memanfaatkan
waktu yang tersedia dalam mendidik anak.
A. Allah
memulai sejarah keselamatan dengan
- Pertama membentuk keluarga
- Memilih sebuah keluarga
- Memanggil sebuah keluarga
B. Tujuan Keluarga
- Mendapatkan keturunan & membersarkan anak
- Memberikan afeksi/ kasih sayang, dukungan &
keakraban
- Mengembangkan kepribadian
- Menanamkan & mengajarkan kewajiban &
tanggung jawab
- Mengajarkan & meneruskan adat istiadat
nilai-nilai kebudayaan, nilai moral & agama
C. Keluarga sebagai
tempat untuk membangun Pribadi Kristen
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam membangun pribadi Anak
a. Unsur :
- Fisik (tidak bisa memilih ayah, ibu / siapa yang
membentuk kita)
- Pikiran/ mental (penyakit, bentuk tubuh, dll)
- Temperamen
- Rohani
b.
Pengaruh lingkungan
- Alamiah [ contoh lahir dipantai, di gunung, iklim
panas / dingin]
- Kebudayaan & tradisi
- Keluarga
- Pribadi yang lain
2.
Kebudayaan : Totalitas ideologi yang menjadi pandangan hidup seseorang/ suatu
bangsa
- Ideologi
- Cara
hidup
Contoh : nilai disini berbeda dengan di negara lain: memberi nama; cara memandang; cara mengulurkan tangan
3.
Keluarga :
- Waktu paling banyak
- Pengaruh paling besar
- Menguasai metode paling utama
- Pengenalan sifat paling dalam (keterbukaan, sifat
pembawaan)
- kemungkinan memonitor paling jujur dan terbuka.
BAB
II
PAK ANAK DALAM PERJANJIAN LAMA (PL)
A.
Latar belakang PL
- Bangsa Yahudi
Bangsa
yang penuh misteri, kecil tapi kuat, sedikit tapi menyebar ke seluruh dunia
menyebar tapi kemurniannya terjaga, kadang tidak bertanah air & tak punya
raja, tapi selalu menojol dan memberi pengaruh kuat kepada dunia. Dianiaya,
tapi bertahan bahkan berkelimpahan. Bangsa yang beridentitas kuat.
- Agama Yahudi
Penganut
agama Yudaisme, mementingkan akan ketaatan kepada Hukum Agama yang dijalankan
dengan penuh ketekunan, kemurniannya dijaga dari generasi ke generasi
berikutnya. Pengajarannya kuat dan memberi dasar yang teguh untuk setiap
tingkah laku dan tindakan. Pengaplikasikan hukum agama sering dilakukan secara
harafiah.
- Budaya Yahudi
Yang
paling mengesankan dalam budaya Yahudi adalah perhatiannya pada pendidikan.
Pendidikan menjadi bagian yang paling utama & terpenting dalam budaya
Yahudi. Semua bidang budaya diarahkan untuk menjadi tempat untuk mereka
mendidik generasi muda, yang kelak akan memberi pengaruh yang besar.
Obyek utama dalam pendidikan mereka adalah
mempelajari Hukum Taurat
B. Prinsip Pendidikan
dalam Perjanjian Lama
1. Prinsip-prinsip yang dipegang oleh bangsa Yahudi:
- Seluruh kebenaran adalah kebenaran
Allah
Kej. 1:1 Segala sesuatu telah dijadikan oleh Allah untuk tujuan supaya manusia mengenal Allah dan berhubungan denganNya. Cara Allah menyatakan diri adalah dengan:
Wahyu Umum: Supaya orang menyadari dan mengakui keberadaan Allah.
melalui: Alam, sejarah, hati nurani manusia
Wahyu Khusus: Supaya manusia menerima keselamatan dari Allah. Allah berinkarnasi menjadi manusia melalui: Yesus Kristus dan Alkitab Menurut konsep Yahudi tidak ada perbedaan nilai antara duniawi & rohani, semuanya ada dalam wilayah Tuhan. Itu sebabnya orang Yahudi percaya bahwa "seluruh hidup adalah suci" - Pendidikan
berpusatkan pada Allah.
Fokus utama dalam pendidikan Yahudi adalah: Yehova (Hab. 2: 10 kegagalan campur tangan Allah: kegagalan bangsa.) Bagi anak Yahudi tidak ada buku lain yang mereka memiliki keharusan untuk dipelajari selain Alkitab (torat) untuk menjadi pegangan & pelajaran tentang Allah dan karyaNya - Pendidikan
adalah kegiatan utama dan diintergrasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kitab Talmud:
Kalau ingin menghancurkan bangsa Yahudi, kita harus membinasakan guru-guruNya.
Bangsa Yahudi adalah bangsa pertama yg memiliki sistem pendidikan Nasional (Ul. 6: 4-9)
Pendidikan mereka tidak hanya secara teori, tetapi menjadi kegiatan sehari-hari dalam cara hidup dan keagamaannya. Contoh: Kitab Imamat: mengajarkan semua tata cara hidup dan beragama
2. Tempat pendidikan anak
bangsa Yahudi
Di rumah.
Pendidikan anak Yahudi bermula di rumah. Dimulai berpangkal dari peranan
seorang ibu Yahudi. Tugas kewajiban ibu adalah untuk menjaga kelangsungan hidup
rumah tangga yg juga terkait erat sebagai tugas rohani mendidik anak-anaknya.
Jauh-jauh hari sebelum anak berhubungan dgn dunia luar, anak terlebih dahulu
mendapat pendidikan dari ibunya sehingga sesudah menginjak usia remaja/pemuda
ia sudah mempunyai dasar yg benar.
Contoh: Melalui cerita-cerita sejarah bangsa dan hari-hari peringatan/besar
Sikap PL terhadap
anak-anak pada umumnya :
- Keluarga
PL (Yahudi) menyukai keluarga besar sebab anak dipandang sebagai karunia
Allah, mempunyai anak banyak = diberkati Tuhan.
Kej. 22: 2 ; Maz. 127: 3-4 ; 128: 3 ; Yes. 8: 18 - Anak
laki-laki lebih dewasa/diharapkan
Kej. 15: 2; 30 ; 1 Sam. 1L 11, 20 - Anak
sulung harus dipersembahan sebagai milik Allah
Bil. 3: 40-51 - Kedukaan yang besar dialami oleh keluarga yang
tidak punya anak.
Kej. 30: 1; 1 Sam 1: 3-17; 2 Sam. 12: 14-25; Maz. 113: 9; Luk. 1: 24-25 - Pengajaran, Bimbingan dan kasih sayang harus
diberikan pada anak-anak
melalui: Kegiatan sehari-hari ; Makan malam; Mendapat guru privat
Ul. 4: 9-10 ; Maz. 78: 4-6 ; Ams. 4: 3-4 - Anak
merupakan tanggung jawab untuk bekerja
Ams. 6: 9 -11; 6: 20 ; 13: 1 - Anak-anak Abraham (keturunan) disunat dan diberi
nama pada hari ke-8
(Kej. 17: 12; 21: 4) - Sering ada peng "anak mas" an (Kej. 25:
28)
- Istilah "anak" dalam bahasa Ibrani
- Anak-anak
ikut hadir dalam upacara-upacara ibadah
Yos. 8: 35 ; 2 Taw. 20: 13 ; Ezr. 8: 21 ; Neh. 12: 43
Prinsip Pengajaran/Pendidikan Anak menurut Ulangan 6: 4-9
Ulangan 6: 1-9: Menjadi pusat pengajaran pendidikan agama Kristen kitab-kitab lain yang membahas pendidikan bersumber dari kitab Ulangan ini.
Ayat 4:
Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa !
Ayat ini disebut "Shema" = pengakuan iman orang Yahudi
(agama Yudaisme) yang artinya "Dengarlah"
- Yesus menyebut ayat ini sebagai hukum yang
pertama - prinsip iman dan ketaatan
- Memberikan konsep Allah yang paling akurat, jelas
dan pendek
- Tuhan adalah unik, lain dengan yang lain. Dia
Allah yang hidup benar dan sempurna.
- Proklamasi akan keesaan Allah yang mengalahkan
semua konsep agama "Politeisme" dari negara atau bangsa
"tetangga Tuhan adalah satu" nya. Tidak ada Allah yang lain,
hanya satu nama Allah. Konsep ini dipakai oleh agama lain untuk menyerang
"Allah Tritunggal". Istilah "esa" (Hb. Ehad) adalah
satu kesatuan dari Allah "Elohim: (Istilah ini juga untuk menyebut
kesatuan Adam >< Hawa.
- Kepercayaan monoteisme memberi keamanan karena
Allah yang satu itu mempunyai integritas dan standar yang satu.
- Ayat 4 ini bersamaan dengan ayat 5 diucapkan
sedikitnya 2 x sehari oleh orang Yahudi dewasa laki-laki.
- Ayat ini diucapkan bersamaan dengan Ula. 11:
13-21, Bil. 15: 37-41
Ayat 5:
Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap kekuatanmu.
- Kasih harus menjadi motif setiap hubungan manusia
dengan Tuhan.
- Kasih disebutkan pertama karena: di situ letaknya
pikiran, emosi dan kehendak manusia
- Tugas yang Tuhan bebankan untuk manusia lakukan:
kasihilah Allah Tuhanmu.
Musa mengajarkan Israel untuk takut. - Mengasihi Tuhan artinya: Memilih Dia untuk suatu
hubungan intim dengan senang hati mentaati perintah-perintahNya.
- Mengasihi dengan hati yang tulus, bukan hanya di
mulut tapi juga dalam tindakan.
- Mengasihi dengan seluruh kekuatan, memiliki
semuanya.
- Mengasihi dengan kasih yang terbaik, tidak ada
yang melebihi kasih kita kepada Dia, sehingga kita takluk kepada Dia.
- Mengasihi dengan seluruh akal budi/pengertian,
karena kita kenal Dia maka kita mengasihi dan mentaati perintahNya.
- Dengan semua kasih kita, menguasai hidup kita.
Ayat 6 :
Apa yang kuperintahkan kepadamu hari ini haruslah engkau perhatikan
Ayat 7:
Haruslah engaku mengajarkan berulang-ulang "kepada anak" mu,
membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam
perjalanan, apabila engkau bangun.
- Mereka yang mengasihi Allah, mengasihi FirmanNya
dan melakukannya dengan meditasi
- Bertanggungjawab untuk merenungkannya dan
menyimpannya dalam hati supaya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
- Orang tua mempunyai tugas untuk mengajarkan
Firmannya kepada Anak-anak dengan didikan harus dimulai dari dini (kecil)
- Pengajaran moral akan lebih berhasil kalau
dilaksanakan tidak dalam situasi sekolah resmi, tapi dalam setiap tindakan
sehari-hari.
- Pengulangan adalah salah satu metode supaya
Firman itu tidak lepas dari ingatan.
- Menggunakan setiap kesempatan di mana pun berada
untuk memberi pendidikan kepada anak.
- Pendidikan: praktikal artinya praktis dilakukan
bersama-sama dengan semua kegiatan sehari-hari.
- Ayat 7 dipakai sebagai fondasi kurikulum
pendidikan Kristen.
Ayat 8-9 :
Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah
itu menjadi lambang dahimu. - dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang
pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.
- Tulisan hukum-hukum belum menjadi milik umum,
namun demikian, Allah menghendaki mereka melakukannya, supaya terbiasa
bergaul dengan hukum Allah.
- Orang Yahudi mengerti perintah ini dan
melakukannya secara harafiah.
- Mereka mengenal tiga hal tanda-tanda untuk
mengingat hukum Allah:
- Zizth (Bil. 15: 37-41)
dipakai/dipasang pada ujung jubah Iman.
- Mezna (Ulangan) kotak kecil yang
berisi (Ul. 6: 4-9) diletakkan di sebelah kanan pintu.
- Tephillin - 2 kotak kecil berbentuk
kubus: masing-masing kertas perkamen yang ditulis dengan tangan secara
khusus 4 ayat " hal 13: 1-10, hal. 13: 11-16, Ul. 6: 41, 11: 13-21
satu diikatkan di tangan kiri dan satu di dahi. Tanda-tanda ini dipakai
pada saat sembahyang di luar hari Sabbath. Tanda- tanda ini sangat indah
sebagai peringatan akan kehadiran Allah di rumah dan akhirmya
dipraktekkan untuk mengusir setan.
- Tanda-tanda simbolik ini adalah
supaya penekanan pemahaman ayat itu menjadi nyata sehingga pengajaran itu
akan berlangsung terus-menerus.
PRINSIP
PENDIDIKAN Menurut AMSAL 1-7
A. Pendahuluan/Pengantar.
- Kitab
Amsal berisi banyak nasehat-nasehat/wejangan-wejangan hikmat dari
orang-orang bujak, orang-orang berpengetahuan. Di dalam bahasa Ibrani kata
pengetahuan mempunyai asosiasi kuat akan:
* pengenalan akan Allah dan manusia & kehidupan yang bijaksana - Dalam
kitab Amsal, sering disinggung hubungan antara:
Guru - murid
"anakku" sebagai panggilan akrab u/murid, orang yang diajar.
Ayah - anak
B. Amsal 1-7
- Kunci
kata Amsal adalah: "Takut akan Tuhan"
"Takut akan Tuhan artinya: hormat dan segan akan kebesaran dan keagungan Tuhan karena HikmatNya. - "Hikmat" sering dipersonifikasikan.
- Tradisi lisan adalah cara mendidik anak/murid
adalah dengan menuturkan kata-kata hikmat belum ada sekolah formal
- Metode yang dipakai: dengan mengulang-ulang
supaya diingat.
- Kontras antara "Jalan orang benar ><
orang fasik" menjadi tema hikmat
- Tujuan Himat: Hidup bahagia & berkelimpahan
- Hal-hal yang diajarkan oleh hikmat Salomo:
(Aplikasi)
h.
-Bijaksana -Keadilan -Kemurahan
i.
-Hidup benar -Kebenaran -Kebaikan
j.
-Berpengetahuan -Kehormatan -Sukacita
k.
-Sukses -Kerendahan hati -Berpengharapan
l.
-Penguasaan diri -Kesucian -Persahabatan
m.
-Kesetiaan -Pemberian Semangat -Ketenangan
n.
-Ketaatan -Keramahtamahan -Mau belajar
o.
-Kekayaan
-Kedamaian
p.
-Kejujuran -Kasih
PRINSIP PENDIDIKAN
Menurut MAZMUR 78
A. Pendahuluan/Pengantar
- Mazmur
78 adalah Mazmur sejarah
Judul: Pelajaran dari Sejarah, lebih cocok untuk diberi judul: "Tangan Tuhan dalam Sejarah". - Tema
Mazmur 78 ini:
Pelajaran sejarah yang orang-orang Israel yang setia harus ajarkan kepada anak-anak mereka. - Peribahasa:
"Bangsa yang tidak menghargai pahlawan adalah negara yang tidak
..."
"Pelajaran terbesar dari Sejarah: Manusia tidak belajar dari sejarah."
B. Ayat 1-8
- Asaf memanggil umat Allah untuk
mendengarkan pengajaran. (menarik perhatian) (sebagai nabi).
- Pengajaran: perbuatan Allah, kuasa
Allah & KeajaibanNya
- Disampaikan melalui:
perumpamaan-perumpamaan & tradisi yang diturunkan dari generasi yang
turun temurun & dalam tradisi lisan.
- Pengajaran seperti teka-teki, bukan
karena sulit tapi harus diperhatikan dengan seksama/teliti.
"Iman" datang dari pendengaran dan harus didengarkan dengan
teliti
- Kegagalan/Kesuksesan bangsa bukan
karena peralatan perang, tapi karena ketidaktaatan baik individu maupun
kelompok.
- Bangsa Israel, tidak pernah mau
belajar dari sejarah selalu tidak taat, memberontak & melupakan.
- Tuhan marah karena Bangsa Israel
kurang iman; Tuhan mendatangkan bencana-bencana untuk membuat orang Israel
sadar, teringat & mencari Tuhan; tetapi Israel tetap tidak taat, &
Tuhan selalu/tetap sabar & mengampuni.
- Tuhan selalu dilukiskan dengan gaya
bahasa personifikasi
- "Ia bangun dari tidur.
- "Ia bangkit untuk menolong
Israel
- "Ia memimpin umatNya
KESIMPULAN/PELAJARAN
- Mazmur 78: Mazmur yang panjang yang
berisi tradisi/sejarah Israel yang diturunkan dari generasi tua ke
generasi muda.
- Menceritakan tentang hubungan Allah
dengan Israel. Dari Keluaran & Jaman Daud
- Walaupun Israel selalu memberontak
& tidak taat, Allah selalu setia.
- Urut-urutan kejadian tidak sesuai
dengan Kejadian sebenarnya.
- Ditulis sebelum Babilonia datang
& menghancurkan kerajaan Daud.
BAB
III
PAK
ANAK DALAM PERJANJIAN BARU (PB)
A. Latar Belakang
Perjanjian Baru
- Agama Yudaisme/ Yahudi
- Pengajaran hukum Taurat : Ketaatan
akan Hukum
- Melakukan tradisi Yahudi : Merayakan
hari-hari raya Yahudi tradisi sunat, dll.
- Budaya Yunani
- Pengajaran hikmat manusia &
filsafat Yunani
- Kepercayaan kepada banyak dewa-dewi
- Pemerintah Romawi
- Penyembahan kepada Kaisar
- Tuduhan-tuduhan terhadap orang
Kristen
B. Sistem Pendidikan
Perjanjian Baru
- Latar Belakang Yahudi
- Dibawah umur 5 tahun Ibu menjadi
pendidik utama
- Pendidikan formal diberikan di luar
rumah :
- di rumah gurunya : dari pagi sampai
pentang duduk bersila di kaki guru (Kis. 22: 3)
- di sinagoge : oleh seorang
"Hazzan", pemimpin sinagoge yang mengajar tentang kitab-kitab
gulungan
- di Bait Allah dengan : para ahli
Taurat untuk belajar berdebat & berdiskusi, khususnya untuk mereka
yang sudah dewasa, contoh : waktu Tuhan Yesus umur 12 th.
- Metode Mengajar
- Anak-anak/ murid-murid belajar
bersama-sama, dari anak kecil sampai remaja.
- Anak kecil : menghafal. Anak lebih
besar menbaca imamat suasana kelas sangat ribut tetapi mereka terbiasa
- Sistem pendidikan sekolah Romawi & Yunani
- Sekolah bukan suatu keharusan tetapi
sangat populer.
- Sekolah dijalankan oleh
guru-gurunya, mereka pengembara, berpindah dari satu tempat ke tempat
lain.
- Anak laki-laki bersekolah mulai umur
6-8 tahun.
- Media mengajar : Bahasa Yunani
- Pelajaran yang diajarkan: musik,
menulis & gymnastik (Khususnya musik harpa)
- Sesudah umur 16 tahun. Anak
laki-laki belajar sendiri
- Wanita dididik oleh ibunya : membaca
& menulis & menari. Jarang wanita mendapat pendidikan tinggi
kalau ada biasanya karena mereka wanita simpanan orang-orang kaya yang
ikut bersekolah karena guru yang datang ke rumah.
- Kira-kira pada jaman Perjanjian Baru
ada 30 sekolah, (30 M)
- Perbedaan dengan sistem pendidikan PB & PL
PL |
PB |
Orang
tua menjadi sumber utama, tidak ada istilah sibuk (kalau perlu nenek/ kakek
ikut mendidik). |
-Orang
tua tidak selalu menjadi sumber, apalagi untuk mengajarkan tradisi Yahudi,
tidak semua orang tua Kristen berasal dari Keluarga Yahudi |
Sejarah
bangsa Israel & tradisi Yahudi/ Taurat menjadi pokok pengajaran utama. |
Pelajaran,
musik & gimnastik/sport menjadi bagian yang tidak terpisahkan |
Pendidikan terjadi
dimana saja dari pengalaman hidup. |
Anak kebanyakan belajar
di rumah guru kelas. |
Memilih guru karena
kepribadian & karakter. |
Guru
dipilih karena kemampuannya. |
C. Prinsip Pendidikan
dalam Perjanjian Baru
- Mengajar
adalah tindakan intervensi Allah
Titus 2 : 11- 12 untuk mengalami proses pendidikan
2 Tim 2 : 2 untuk meneruskan kepada orang lain - Mengajar adalah perintah Allah = Matius 28 :
16-20
- Tujuan mengajar/ pendidikan = 2 Tim 3: 16 à
mengkomunikasikan kebenaran
- Pendidikan harus diajarkan sejak dini = 2 Tim 3:
15; Markus 10: 13-16
- Pengajar-pengajar dituntut orang yang berkualitas
(panggilan) = 1 Kor 12: 28
- Keterlibatan manusia seutuhnya = Markus 12: 30-31
PAK REMAJA / PEMUDA
MENURUT YESUS
A. Latar Belakang Injil
1. Kehidupan Kristus
- Dilahirkan dari keluarga tukang kayu
- Tergolong kelas menengah tetapi ada implikasi
bahwa hidup keluarga tidak terlalu berkecukupan.
- Yusuf tidak disebut lagi setelah kelahiran Yesus,
kemungkinan Yusuf mati waktu Yesus masih muda. Markus 6: 3 : "Anak
Maria"
- Tidak mendapatkan pendidikan tinggi, tetapi
pengertiannya tentang PL tidak diragukan. Lukas 2: 42 : perdebatan dengan
para ahli taurat.
2.
Tuhan Yesus & tradisi Yahudi
- Tuhan Yesus taat dan menjadi seorang Yahudi yang
baik
- Belajar taurat
- Merayakan hari-hari raya keagamaan
khusus
- Tuhan Yesus tidak taat pada hukum Yahudi yang
mematikan kasih dan aplikasi harafiah.
B. Yesus Sebagai Guru
Besar
Yesus diingat/ dipuja orang karena :
Penyembuh ; Pembuat Mujizat ; Guru
- Tujuan pengajaran Yesus = Yoh 10: 10 à memberikan
hidup dan hidup yang berkelimpahan
- Yesus mengajar dengan kuasa (otoritas dari Allah)
Kehadiaran kuasa Anak Allah mewarnai ke 4 injil = Matius 7 : 28-29
- Prinsip pengajaran Yesus
- memulai dimana murid berada (Yoh 3:
1-12)
- sesuai dengan talenta masing-masing
untuk dikembangkan (Mat. 25: 14-30)
- memberikan pengajaran kepada hati
manusia dari hati - semua bagian manusia diperbaharui
- Metode
- Cerita
- Memberi tugas
- Perumpamaan
- Kotbah
- Diskusi, tanya-jawab
- Alat peraga
- Teladan Yesus sebagai Guru
- Yesus disebut guru : 43 x (Injil) ;
Yesus disebut rabi : 14 x Mengajar adalah bisnis utama Yesus
- Tahu materi yang diajarka
- Tahu bagaimana cara mengajarkannya
- Mengajar dengan integritas
- Sistem permuridan Mark. 5: 3;Luk.
8:9 ; 10:24; 6:1)
- Belajar = mendengar / bercerita
- Pertanggungan jawab (Markus 6: 30)
C. Amanat Agung Yesus
(Matius 28 : 16-20)
- Mandat
penginjilan dan pengajaran
mengkomunikasikan Injil (kebenaran) untuk membuat murid - Mandat ini diberikan kepada : -
individu ; - orang-orang ; - gereja
- Penekanan pada keutuhan Kristus
- Isi
amanat : Pergi Babtiskan & ajarkan
perintah untuk tujuan : "menjadikan murid" = murid =/= pengikut
D. Peranan Roh Kudus
dalam Mengajar
Yohanes 14: 26 :
- Untuk mengiluminasi : mengajar
- Untuk memberi pertobatan ; dan -
Untuk melahirbarukan
BAB IV
PENTINGNYA
PELAYANAN ANAK
Setelah membaca bagian
ini, mahasiswa dapat menyatakan kemampuan berikut ini: 1.
Menyebutkan defenisi pentingnya
pelayanan anak 2.
Menguraikan empat aspek mengapa
pelayanan anak itu penting 3.
Menjelaskan
empat aspek mengapa pelayanan anak itu penting |
Defenisi Pentingnya
pelayanan anak
Pelayanan anak adalah dasar pengajaran
yang diterima oleh anak manusia dari orang yang dianggap dewasa dalam mengajar
firman Tuhan. Dikatakan pentingnya pelayanan anak, karena dalam masa
kanak-kanak inilah terbentuk dan tersusun dasar-dasar yang menopang seluruh
kehidupannya dikemudian hari. Walaupun konsep-konsep itu masih dapat berubah
dalam tahap perkembangan / pertumbuhan mereka, namun arah pandangan hidup sudah
tertanam, baik itu positif maupun yang negatif.
Melayani anak-anak berdampak bagi Kerajaan Allah. Gereja kiranya menggarapnya dengan serius. Bagaimana dengan gereja
Anda?
Bagi sebagian orang, melayani anak-anak dianggap
kurang terlalu penting. Bahkan, ada sebagian gereja yang tidak memberi tempat
dan fasilitas bagi pelayanan anak. Namun, bila kita mempelajari Alkitab,
ternyata pelayanan anak diberi tempat istimewa. Injil Matius 18:1-11, mencatat
betapa pentingnya melayani anak-anak. Berdasarkan ayat-ayat tersebut,
setidaknya ada empat hal yang perlu kita renungkan bersama. Keempat hal
dimaksud adalah:
1. Anak-anak adalah ladang pelayanan (ayat 1-4)
2. Berkat Tuhan atas anak-anak (ayat 5)
3. Penyesatan di ladang Tuhan (ayat 6-9)
4. Misi penyelamatan untuk anak-anak (ayat. 10-11)
Menurut penelitian, anak-anak
dapat menguasai lima bahasa sekaligus. Bagi orang dewasa ini sulit terjadi.
Bukankah ini menunjukkan bahwa daya ingat anak-anak sangatlah besar? Apa saja
yang mereka dengar akan diingat-ingat. Bila orangtua mengucapkan kata-kata yang
tidak beriman, anak-anak mudah mengingatnya.
Di sekeliling kita, banyak anak
yang disesatkan karena perkataan orang dewasa. Secara tegas Tuhan Yesus
menyatakan sikap terhadap mereka yang menyesatkan anak-anak. Alkitab katakan
demikian, “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil
ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan
diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.” (ay. 6).
Pernyataan Tuhan Yesus ini sangat tegas! Tuhan Yesus tidak tanggung-tanggung
mengungkapkan kenyataan ini. Hal ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus sangat
mencintai pelayanan anak.
A.
Mengapa
melayani anak itu penting?
1. Dari Aspek Waktu
Ditinjau dari aspekt waktu, melayani
anak merupakan tindakan yang bijak, karena masa kanak-kanak merupakan masa yang
sangat tepat.
Beberapa
Pandangan para tokoh tentang pentingya masa kanak-kanak.
1)
Homrighousen
and Enklaar
Ahli-ahli ilmu jiwa dalam telah membuktikan bahwa
watak dan tingkah laku orang dewasa sebagian
besar ditentukan oleh pengalamannya dan pengaruh tingkah lingkungannya pada
masa anak-anak.
2)
Yakub
Subsada
Masa-masa pra sekolah justru adalah masa-masa
pendidikan yang paling primer,
karena 75 % dari kepribadiannya terbentuk sebelum anak tersebut berumur 6 tahun
(Golden age).
3)
Paul
Meier
Saya percaya bahwa
85% watak seorang dewasa telah terbentuk pada saat ia berusia 6 tahun. Enam
tahun pertama merupakan masa yang paling penting.
4)
Melvin
A. Jones
Waktu antara 2-8
tahun adalah yang terbaik bagi orang tua untuk mempengaruhi pada anaknya agar
mengetahui jalan Tuhan.
5)
James
Dobson
Saya percaya tahun
yang kelima dalam kehidupan seorang anak merupakan masa yang paling penting.
6)
Plato
Saudara juga
mengetahui bahwa awal dari pada segala sesuatu pekerjaan merupakan hal yang
paling penting; terutama sekali hal-hal yang masih muda dan lunak; karena itu
merupakan saat, dimana sifat-sifat dibentuk dan kesan-kesan yang diingini lebih
mudah dibuat.
7)
Kresna
Mulyadi
“Ibarat kaset kosong,” anak akan merekam
dan menyimpan memori atas kejadian yang pernah didengar dan dirasakannya.
8)
Stephen
Tong
Masa kanak-kanak
bagaikan Fondamen sebuah bangunan yang akan mempengaruhi keseluruhan bangunan
itu.
9)
Ruth
Laufer
Seluruh
perkembangan paling pesat terjadi pada masa kanak-kanak. Dan lagi, arah
pandangan hidupnya dibentuk. Konsep-konsep yang dibentuk pada masa ini sangat
mempengaruhi masa dewasa mereka.
2. Dari Aspek Teologis
· Perintah Allah
1) Ulangan 6:4-7: » Ajarlah Menyampaikan
Imformasi agar dimengerti.
3.
Dengarkanlah,
hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa! 5 Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
kekuatanmu. 6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah
engkau perhatikan, 7 haruslah engkau mengajarkannya
berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila
engkau duduk dirumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau
berbaring dan apa bila engkau bangun. 8 Haruslah juga engkau mengikatnya
sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, 9 dan haruslah
engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.
2) Amsal 22:6 : Didiklah, Ada perubahan
sikap, tata perilaku setelah diajar.
Didiklah orang
muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak
akan menyimpang dari pada jalan itu (TB) Train a child in the way he shold go, and when he is old he will not
trun from it (Proverb 22 :6, NIV).
3)
Ulangan
11:18-19 : Tarulah dalam hati bukan hanya didalam pikiran tetapi
didalam hati. 18. Tetapi kamu harus
menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; Kamu harus
mengingatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi
lambang didahimu. 19 Kamu harus mengajarkannya kepada
anak-anak dengan membicarakannya, apabila engkau sedang dalam perjalanan,
apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun;
4)
Mazmur
78: 2-8: Ceritakanlah dari generasi ke generasi » mengerti
kehendak Allah dan dapat mengajarkannya kepada orang lain.
· Pesan Kristus
1)
Lukas
18 : 16 : Jangan menghalangi mereka.
2)
Matius
18: 6: Jangan menyesatkan mereka
3)
Efesus 8 : 1-4 Didik mereka sesuai ajaran Kristus
4)
Markus
10: 13-16
: Kristus melayani mereka
Matius 18: 6: Jangan menyesatkan mereka
6
Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya
kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya
lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.
Markus 10: 15 :Kristus
melayani mereka
15
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah
seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” 16 Lalu Ia
memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia
memberkati mereka.
Tanggung Jawab Orang Tua
Sementara ada orang tua Kristen yang
mempunyai konsep bahwa pendidikan anak adalah tanggung jawab seorang guru dalam
konteks ruang kelas yang memberikan pengajaran. Dengan demikian maka tidaklah
heran kalau akhirnya mereka beranggapan bahwa dengan mengirim anak-anak mereka
ke gereja berarti sudah memenuhi kewajibannya.
Harus di sadari bahwa mengajar anak-anak
merupakan hak dan kewajiban orang tua.
1)
Tuhan mempercayakan anak-anak kepada orang
tua untuk dididik, dan ini merupakan kepercayaan yang luar biasa. “Orang tua mempunyai hak istimewa yang
terbesar dalam dunia ini” (Narramore, 1961. 16); bahkan kepercayaan itu agung dan mulia, demikian menurut John
Wesley (Melvin A Jones . 35). Oleh karenanya orang tua harus
mempertanggung-jawabkan hal itu kepada Allah.
2)
Betapapun sibuknya orang tua, kesempatan
untuk mengajar dan mendidik anak-anak mereka harus secara serius disediakan,
sekaligus menjadikan kebersamaan dalam keluarga yang menjamin terwujudnya
keharmonisan. Bentuk pengajaran yang diberikan tentunya tidak sebatas
memberikan cerita-cerita atau pengajaran lain yang membutuhkan ucapan bibir.
Tetapi lingkungan hidup, khususnya tempat tinggal juga dapat dimanfaatkan
sebagai sarana positif untuk menunjang pengajaran, misalnya adanya
symbol-simbol beruapa hiasan dinding, kalender,atau lagu-lagu rohani, yang
semuanya mencirikan kehidupan Kristiani. Tak kalah pentingnya dari semuanya itu
adalah keteladanan orang tua.
Sebagai penerima mandat dan hak istimewa
dari Allah, maka baiklah orang tua menyimak firman-Nya: Didiklah anakmu. Maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu dan
mendatangkan sukacita kepadamu” (Ams. 29: 17). Sekarang telah menjadi jelas
bahwa mendidik anak-anak bukan saja merupakan perintah Allaah tetapi dengan
menaati perintah tersebut akan memberikan ketentraman dan sukacita. Rasul
Paulus juga menyadari mandat tersebut. Karena itu kepada jemaat di Efesus ia
mengingatkan agar mereka mendidik anak-anak di dalam ajaran dan nasehat Tuhan
(Efesus 6: 4). (3) mendidik anak akan mendapat ketentraman dan sukacita.
Dalam bukunya “Membesarkan Anak dalam
Tuhan” (1994, 5), Stephen Tong menegaskan bahwa ibu dan bapak adalah wakil Allah untuk mendidik anak-anak.
Karena anak adalah Harta yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah. Oleh
karenanya setiap orang tua Wajib mendidik anak-anaknya di dalam ajaran Tuhan,
agar kelak mereka bukan hanya mempunyai pengetahuan tentang Allah, tetapi juga
memiliki hubungan secara pribadi dengan-Nya (4).
ANAK-ANAK BELAJAR APA
YANG MEREKA JALANI
Jika
seorang anak hidup dengan kritikan,
Ia
belajar mengutuk.
Jika
seorang anak hidup dengan permusuhan,
Ia
belajar untuk berkelahi.
Jika
seorang anak hidup dengan ejekan,
Ia
belajar untuk menjadi malu.
Jika
seorang anak hidup dengan toleransi,
Ia
belajar untuk menjadi lentur.
Jika
seorang anak hidup dengan dorongan,
Ia
belajar percaya diri.
Jika
seorang anak hidup dengan pujian,
Ia
belajar menghargai.
Jika
seorang anak hidup dengan keadilan,
Ia
belajar keadilan.
Jika
seorang anak hidup dengan persetujuan,
Ia
belajar menyukai dirinya sendiri.
Jika
seorang anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan,
Ia
belajar menemukan kasih di dunia.
(Dorothy
law Nolte).
Bacalah
tujuan Allah dalam memilih Abraham dalam kejadian 18:18, 19. Apakah
tanggung-jawab Abraham terhadap anak-anaknya?
Dari Aspek Anak
Butuh Keselamatan
§ John Lock,
Psikolog Inggris, dalam teorinya “Tabularasa” Kertas putih bersih (Tabularasa:
tablet atau lempeng tanah liat yang putihm bersih, dan belum tergores apapun) »
dari segi watak, pendidikan dan bukan keselamatan.
§ Horace W. Bushnel,
yang hidup sezaman dengan Jonathan Edwards (1970) mengajarkan bahwa pada
dasarnya anak-anak tidak berdosa, hanya kalau mereka dengan sadar menolak yang
baik, mereka menjadi salah secara pribadi, pendapat ini ditolak oleh:
§ Edwards (pencetus
pertama Kebangunan Rohani di Amerika Serikat) :
“ Meskipun anak-anak nampaknya tak bersalah,
tetapi kalau mereka hidup di luar Kristus mereka tidak “tak bersalah” dalam
pandangan Allah, melainkan seperti ular kecil, dan masih jauh daripada ular kecil. Mereka dalam keadaan yang sangat menyedihkan.” Contoh: Lihai dalam membantah.
§ George Whitefiel,
Penginjil Amerika, kelahiran Goucester. Inggris 1714. Yang dalam usianya tak
lebih dari 54 tahun pernah berkotbah sebanyak 18.000 kali, menegaskan bahwa anak-anak
dapat dibandingkan dengan ular berbisa dan buaya » ganas.
§ Alkitab
Kejadian 8:21
“…..yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya….” » ada benih
kejahatan tetapi tingkat kejahatannya tergantung waktu.
Mazmur 51: 7
“ Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan dalam dosa aku dikandung
ibuku,” » sudah berdosa sejak dalam kandungan.
Roma 5: 12
“ sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa
itu juga maut, demikianlah maut itu telah mengajar kepada semua orang, karena
semua orang telah berbuat dosa.” 3: 10 “ seperti ada tertulis: tidak ada yang
benar, seorang pun tidak. “
Anak membutuhkan
Pengajaran Yang benar.
§ James Piaget,
Psikolog kenamaan menegaskan bahwa karena anak dilahirkan dalam keadaan berdosa
maka kita perlu mengajar mereka. (band. Amsal 22: 6). Karena itu, Abraham
Lincoln, mantan presiden Amerika Serikat berkata “Ajar seorang anak untuk
mengenal Kristus. Ajarlah mereka ketika masih berusia 5 tahun, dan mereka akan
tahu bagaiamana bertobat dan beriman kepada Kristus seperti orang dewasa.”
(Stephen Tong, Arsitek Jiwa, Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993,
23). Karena anak belum mengerti.
§ Paul Meir menegaskan:
“apa yang dimasukkan orang tua ke dalam otak anak usia 6 tahun pertama hidupnya
akan keluar lagi dari otaknya selama 70 tahun berikutnya.”
§ Singgih D. Gunarslo menuturkan
alasan mengapa anak-anak perlu diajar adalah sebagai berikut:
“Pada
masa-masa ini kita tidak dapat menilai apakah suatu tingkah laku anak itu
bermoral atau
tidak bermoral. Anak belum mampu berpikir mengapa suatu tingkah laku dikatakan
baik atau tidak baik. Benar atau salaj. Pengertian anak pada masa-masa ini
tentang baik atau tidak baiknya suatu tingkah laku, hanya terbatas pada
konsekuensi-keonsekuensi yang mengikuti perilakunya tersebut…cara berpikir anak
masih lemah.
§ Yehezkiel 18: 4,
“Sesunngguhnya semua jiwa Aku punya! Baik
jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa itulah yang
harus mati.”
Anak
Sudah dapat Percaya
§ Jean Piaget. Salah
satu alasan mengapa sebagian orang kurang peduli kepada pelayanan anak adalah karena
adanya anggapan bahwa anak-anak belum mampu mengerti ajaran agama; demikian
menurut psikolog kelahiran 9 agustus 1896 di SwissPendapat itu didasarkan pada
penilaian bahwa anak-anak yang berusia dibawah 13 tahun, berpikirnya
mennggunakan instingnya dan bukan inteleknya.
Contoh:
Kucing yan memelihara anaknya.
§ Yakub Subsada (1990, 72)
dengan tangkas menolak pandangan Piaget di atas “memang intelek mereka belum
berkembang seperti orang dewasa tetapi apakah pengenalan akan Allah dan
pengalaman akan keselamatan Dalam Kristus tergantung semata-mata pada kemampuan
intelek? Bukankah Alkitab menyaksikan (justru disini keunikan Kristen) bahwa
keselamatan itu semata-mata anugerah (baca efesus 2: 8-9). Yang dikerjakan oleh
Roh Kudus dalam hidup orang percaya? Bukankah Alkitab menyaksikan bahwa yang
dituntun oleh Roh Kudus bukannya melek dan emosi (meskipun keduanya tak
diabaikan) tetapi roh mereka (baca Roma 8: 14-16).
»
Roh anak yang dituntun oleh Roh Kudus untuk percaya pada Yesus Kristus.
§ Berbeda
dengan Jean Piaget, Samuel Sidjabat
menegaskan bahwa anak-anak memiliki potensi untuk mengerti, memahami, namun
sesuai dengan tingkat perkembangannya (1994, 96). Karenanya mereka membutuhkan
penjelasan berita injil yang sesuai dengan tingkat pengertiannya. Hal serupa
ditegaskan pula oleh Allen Shelly, dalam bukunya “Kebutuhan Rohani Anak”. (p.11). bahwa anak-anak selalu tertarik
kepada Tuhan Yesus dan Ia tidak pernah menyuruh mereka menunggu sampai
benar-benar mereka mengerti.
Berikut
beberapa bukti teologis yang menunjukkan bahwa anak-anak sudah dapat mengerti
pada saat Firman Tuhan disampaikan kepadanya.
Bukti Teologis
Samuel (1 Sam 1: 22-28)
Begitu putus menyusu, Hana menyerahkan
anaknya kepada Tuhan. Dalam situasi yang sungguh kacau, kerohanian bangsa
Israel berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, sehingga Allah ma
berbicara kepada Samuel. Fakta ini tentu bias dimengerti bahwa Samuel pun sudah
dapat menerima dan mengerti Firman Allah.
Anak-anak Israel (Ul 6:
4-7).
Perintah Tuhan agar orang Israel mengajak
anak-anak mereka secara berulang-ulang, bukankah hal ini suatu bukti bahwa
anak-anak mereka sudah bisa mengerti apa yang diajarkan kepada mereka? Tentunya
Allah tidak akan memberikan perintah tersebut sendainya mereka belum mampu
mengerti ajaran yang disampaikan kepadanya. Dan lagi, perintah untuk “mengajar
anak-anak” tidak hanya satu kali saja, tetapi berulang-ulang kali ditulis dalam
Perjanjian Lama (Ulangan 11: 18; Amsal 13: 24; 22:6; 23: 13; Amsal 29:15).
Timotius (2 Tim 3:15)
Dalam hal inilah Alkitab dengan jelas
mengatakan bahwa dari kecil, Timotius sudah mengenal Kitab Suci yang menuntun
kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus.
Anak-anak pada masa
Kristus
Baik Matius, Markus, Lukas maupun Yohanes
mencatat bagaiman Tuhan Yesus menerima dan memberkati anak-anak yang datang
kepada-Nya. Bahkan Dia menjadikan anak-anak sebagai kriteria untuk masuk kedalam Kerajaan Sorga.
Bukti
Historis
Melalui sejarah gereja dapat diketahui
bahwa ternyata terdapat tokoh-tokoh sejarah gereja yang diselamatkan pada usia
kanak-kanak. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
§ Polykarpus
Seoarang uskup
ternama di Smirna, Asia Kecil. Ada yang menyebut bahwa Polykarpus adalah murid
Rasul Yohanes. Sekitar tahun 54, setelah pulang dari Roma ia ditangkap dan
digiring kembali ke Roma, kemudian dijatuhi hukuman mati. Sesaat sebelum
hukuman itu diterimanya, beberapa kali sang Kaisar memintanya agar ia mau
menyangkal Yesus. Tetapi Polykarpus tetap teguh dalam imannya, bahwa dengan
berani mengatakan: “Aku telah melayani Kristusku 86 tahun lamanya, namun belum
pernah sekalipun Ia berbuat jahat kepadaku. Bagaimana mungkin aku dapa mengutuk
Kristusku, Juruselamatku? (Willem, 1987, 214).
Umur berapa
Polykarpus bertobat? Dalam bukunya Arsitek Jiwa, Stephen Tong menyatakan bahwa Polykarpus bertobat pada usia 9 tahun
(Paulus Daun, p.28).
§ Chaterine Booth
Istri William
Booth (pendiri Salvation Army) ini merupakan seorang penginjil wanita yang
terkenal, dimana ia bertobat pada usia 6 tahun.
§ John Sung
Ju Un, itulah nama
kecil John Sung. Nama yang cukup familiar dikalangan gereja-gereja Indonesia,
terutama gereja-gereja Tionghoa. Ia adalah anak seorang pendeta Gereja
Methodist.
Sosok yang
dilahirkan pada 27 September 1901 di desa Hong Chek, propinsi Fukien, Tiongkok
ini bertobat pada usia 11 tahun. Demikian menurut F.D Willem (1987, 226). Sejak
pertobatannya dalam sebuah kebangunan rohani di Hingwa tahun 1912, ia mulai
berkotbah dimana-mana, sehingga ia dikenal dengan julukan pengkotbah cilik.
Bahkan ia pernah di beri gelar obor Allah
di Asia.
Salah satu Negara
yang pernah dikunjunginya adalalah Indonesia. Atas undangan jemaat-jemaat
Tionghoa di Surabaya. Maka pada tahun 1939 ia datang ke Indonesia. Selain
Surabaya, ia mengabarkan Injil di beberapa kota Indonesia lainnya, seperti
Jakarta, Bogor, Cirebon, Yogyakarta, Magelang, Purworejo, Solo, dan Madiun.
John
Sung sendiri percaya bahwa ia belum bertobat sampai ia melewati beberapa tahun
krisis rohani di Amerika. Ketika ia berumur sembilan tahun ada kebangunan
rohani di Hinghwa. Pada bulan itu kira-kira ada 3,000 orang Kristen yang masih
belum sungguh-sungguh bertobat. Pada Jum’at Agung pagi ia mendengar khotbah
tentang ”Yesus di Taman Getsemani.” Pengkhotbah pada waktu itu membandingkan
para Murid yang sedang tidur dengan keberanian Yesus. Banyak orang menangis
dengan dukacita mendalam di akhir khotbah itu. Di antara orang-orang yang
menangis itu adalah John Sung, seorang bocah berumur sembilan tahun dan anak
lelaki seorang pendeta Methodis. Yang nampak bagi saya bahwa John Sung
“mempersembahkan” hidupnya kepada Kristus namun belum sungguh-sungguh bertobat
pada waktu itu. Sebagaimana pendeta pendahulu saya, Dr. Timothy Lin (yang
ayahnya juga adalah seorang pendeta), John Sung mulai berkhotbah dan membantu
ayahnya sebelum umur tiga belas tahun. Namun, juga seperti Dr. Lin, ia belum
mengalami pertobatan sejati pada waktu itu. Ia adalah siswa yang rajin dan
menyelesaikan sekolah menengah atasnya dengan prestasi terbaik di kelasnya.
Pada waktu itu ia menjadi terkenal sebagai “pendeta cilik.” Namun kendati semua
aktivitas hatinya dan semangatnya tidak semuanya memuaskan. Pekerjaan yang ia
telah lakukan dalam pelayanannya digambarkan “sama spektakulernya dengan
birunya bulu burung pekakak, suburnya seperti daun-daun pada musim panas, namun
tanpa satupun buah segar untuk diberikan kepada Tuhan Yesus” (Leslie T. Lyall, A
Biography of John Sung, China Inland Mission, 1965 edition, hal. 15).
DARI ASPEK
DAMPAKNYA
§ Bagi Anak
Anak-anak bukan saja merupakan ladang
penginjilan yang subur, melainkan juga merupakan modal yang produktif, dimana
melaluinya banyak jiwa yang diselamatkan. Hal ini selaras dengan pernyataan John Wanamaker berikut ini: “Menyelamatkan seorang dewasa menyelamatkan
seorang saja; menyelamatkan seorang anak berarti menyelamatkan orang berlipat
ganda”.
Melihat dari sisi waktu, George Belley menyatakan bahwa lebih
sedikit usaha dan waktu yang diperlukan untuk memenangkan 20 orang anak bagi
Kristus daripada memenangkan satu orang dewasa. Seorang anak yan dimenangkan
pada umur 10 tahun lebih bermanfaat dalam pelayanan bagi Kristus daripada banyak
orang dewasa yang bertobat pada umur 50 tahun.
Kalau kita sepakat dengan pernyataan
Wanamaker dan Belley tersebut diatas, maka menyia-nyiakan anak-anak berarti
suatu kerugian besar. Perlu disadari bahwa panggilan untuk memenangkan jiwa
dibebankan kepada setiap orang percaya tanpa memperdulikan bakat, keterampilan
(sekalipun hal itu diperlukan). Tugas penginjilan iniu adalah suatu keharusan
dan bukan piliha. Penginjilan bukan dilakukan di luar gereja tetapi juga di
dalam gereja, termasuk kepada anak-anak sekolah minggu. Itulah sebabnya Ralp
Riggs (1987, 115) menegskan bahwa tanpa penginjilan sebuah sekolah minggu
berjalan secara rutin dan tak mempunyai kehidupan; tujuannya yang paling
penting tidak mendapat perhatian. Tahukah bahwa D. L. Moody dimenangkan
bagi Kristus oleh karena guru sekolah minggu yang sungguh-sungguh mengasihi
jiwa murid-muridnya?
Kini sudah saatnya dibutuhkan guru-guru
Sekolah Minggu yang bukan hanya pandai mengajar, tetapi juga bertanggung jawab
dan penduli keselamatan jiwa murid-muridnya. Yakinlah bahwa pelayanan yang
dilakukan dengan penuh tangggung jawab akan menghasilkan jiwa-jiwa kepada
Krsitus. Salah satu contohnya adalah Erick Bolman. Sebagaimana dilaporkan Mary
Go (p.16) berikut ini:
Erick Boldman adalah anak seorang pendeta dari
“calvary Chapel”. Yakni Ron Boldman. Gereja yang digembalakan merupakan salah
satu gereja yang berkembang pesat di Amerika. Setelah menyelesaikan pendidikan
teologinya, ia memberitakan Injil dna mendirikan gereja. Hanya dalam beberapa
tahun saja jumlah orang yang menghadiri kebaktian meningkat dengan pesat. Pada
tahun 1973, jumlah jemaat yang menghadiri kebaktian rata-rata 135 orang, namun
dua tahun kemudia jumlah itu telah meningkat menjadi 1.325 orang. Pendeta yang
dipakai Tuhan luar biasa ini ternate awal pengenalannya akan Kristus bermula
ketika Erick Boldman, anaknya yang membawanya mengikuti Sekolah Minggu orang
dewasa: orang tua mengikuti ibadah di gereja karena anaknya yang mengajak.
Bagi Gereja.
Kenyataan
Gereja Membutuhkan Generasi Penerus
Disadari maupun tidak,
keberadaan anak-anak di suatu gereja sebenarnya merupakan generasi yang kelak
akan menjadi penerus bagi gereja itu sendiri. Hal ini diakui pula oleh Stephen
Tong (1993, 8) sebagai berikut:
1 “Anak-anak
merupakan hari depan atau prospek gereja. Melalui anak-anak didalam satu
gereja, kita dapat melihat hari depan gereja itu. Kondisi anak-anak menemukan
masa depan gereja.”
Hal yang senada diakui
oleh Paulus Daun (p.37) yang mengegaskan bahwa anak-anak ini dikemudian hari
adalah tiang-tiang penopang bagi gereja yang mempunyai misi memperlebar
Kerajaan Allah di bumi ini.
Melihat perkembangan zaman yang terus
berubah menuju sasaran yang lebih baik (harapannya). Namun secara tidak
disadari, muncul pula dampak sebagai efek samping dari perkembangan zaman ini,
yang nampaknya merupakan pengaruh dari dampak tersebut justru akan membawa
“sasaran” itu lebih jauh dari harapan. Memang secara fisik terlihat adanya
perkembangan yang positif, tetapi dari segi spiritual, akhlak manusia semakin
hari semakin memprihatinkan. Hal ini bukan tidak mungkin gereja akan terkena
imbasnya. Oleh karena itu gereja sangat membutuhkan generasi yang berkualitas,
yakni:
Ø Mempunyai dasar kerohanian yang benar
Hal ini sangat
penting bahkan merupakan hal yang sangat mendasar. Karena anak (dalam
perkembangannya) akan berdiri dan bertumbuh di atas dasar yang benar (Berdoa,
firman Tuhan, pengenalan akan Kristus).
Ø Memiliki pengenalan yang mendalam
akan firman Tuhan
Untuk menghadapi zaman
yang semakin memprihatinkan ini, maka gereja membutuhkan generasi penerus yang
bukan hanya tahu siapa dan tahu apa cerita Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu.
Tetapi dibutuhkan generasi penerus yang mempunyai pengenalan yang mendalam akan
firman Tuhan.
Ø Mengasihi Tuhan dan gereja-Nya.
Ada pepatah mengatakan “tak kenal
maka tak sayang”. Kalau kita sepakat dengan pepatah ini, maka itu berarti
seseorang tidak mungkin sayang (mengasihi) sebelum ia mengenalnya. Demikian
halnya dengan berlakun bagi anggota jemaat (termasuk anak-anak). Oleh karena
itu, sangatlah penting untuk menempatkan “pengenalan akan Tuhan” itu sebagai
sasaran awal pelayanan.
Faktor
Pertumbuhan Gereja
Ada
Petobat baru. Perpindahan sekolah minggu » dewasa
Selain karena faktanya gereja membutuhkan
generasi penerus. Melayani anak-anak penting bagi gereja karena hal ini merupakan
fakor pertumbuhan gereja.
Ada beberapa faktor yang menunjang
pertumbuhan gereja; pertama, pertumbuhan melalui perpindahan, yaitu gereja di
satu tempat yang mengalami pertumbuhan jumlah anggotanya yang disebabkan karena
ada jemaat lain yang pindah ke gereja tersebut. Faktor berikutnya adalah
bertumbuhan yang diakibatkan karena mengabarkan Injil, baik yang dilakukan oleh
anggota jemaat maupun hamba Tuhan. Sedangkan faktor yang ketiga, yaki gereja
bertumbuh melalui hadirnya anak-anak yang lahir dari keluarga jemaat. Hal ini
bisa terjadi apabila anak-anak yang dilahirkaj tersebut telah sejak dini dibina
dengan baik dalam rumah tangga maupun gereja.
Terkait dengan keberadaan anak-anak dalam
gereja, Stephen Tong (1993, 9) menegsakan bahwa jika tidka ada anak-anak, hari
depan gereja akan menjadi tanda tanya dan suram.
Bagi
Bangsa (dalam Alkitab)
Temukan
dua keluarga yang sukses dalam kariernya tetapi gagal dalam mendidik anak
mereka
Temukan
dua keluarga yang sukses dalam kariernya maupun dalam mendidik anak mereka.
Temukan tiga tokoh Alkitab pembebas
bangsanya.
BAB
V
MEMBIMBING
ANAK KEPADA KRISTUS
Setelah membaca bagian ini, mahasiswa dapat menyatakan kemampuan berikut ini: 1. Memahami tentang bagaimana membimbing anak
kepada Kristus 2. Dapat menyebutkan bagaimana membimbing anak
kepada Kristus 3. Mampu melayani anak sekolah minggu dengan
tahap tiga langkah bagaimana membimbing anak kepada Kristus 4. Memahami bentuk pastoral anak yang dapat disediakan Gereja |
A. Bagaimana Membimbing Anak Kepada
Kristus?
Harus diakui bahwa tidak ada satu
cara yang terlalu jitu yang dapat diterapkan di berbagai tempat dan kesempatan
untuk membimbing seseorang kepada Kristus. Tetapi ini tidak berarti bahwa kita
tidak perlu memikirkannya. Sebaliknya bila dengan kesungguhan kita mencermati
langkah-langkah apa dan bagaimana membimbing seseorang kepada Kristus, tentunya
akan sangat bermanfaat untuk membimbing seseorang kepada Kristus, tentunya akan
sangat bermanfaat untuk lebih efektif dalam melakukannya. Berkaitan dengan
membimbing anak kepada Kristus, ada empat langkah pentinhg yang penting yang
perlu diperhatikan.
1. Kebutuhan akan Keselamatan
Pada paparan sebelumnya
telah dijelaskan bahwa anak-anak pun membutuhkan keselamatan. Karena pada
dasarnya mereka adalah orang berdosa. Sebagai orang berdosa, anak-anak bukan
saja diperhadapkan kepada pengadilan Allah (Why 20:11,12), tetapi juga hukuman
maut telah menantinya (Rm 6:23; Yeh 18: 4 dan Yoh 8:21-24).
Dengan demikian menjadi jelas bahwa masa depan
anak-anak sungguh amat mengerikan. Mereka sangat membutuhkan keselamatan agar
dapat terbebas dari hukuman maut yang mengancamnya, sementara mereka belum tahu
keadaannya yang sebenarnya. Oleh karena itu siapakah yang memberitahu mereka?
· Dosa
(Rm 3:23)
· Upah
Dosa (Rm 6:23)
· Di
hukum (Ibr 9:27)
2. Jalan Keselamatan
Seseorang tidak akan
selamat hanya karena sudah mengetahui bahwa dirinya adalah orang berdosa yang
membutuhkan keselamatan. Oleh karena itu langkah berikunya yang harus
dijelaskan kepada mereka adalah “jalannya keselamatan”, agar mereka tahu kepada
siapa harus percaya yang melaluinya mereka di selamatkan (pengorbanan Kristus).
Tuhan Yesus bersabda: “Akulah jalan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6). Dia
bukanlah petunjuk jalan, tetapi Dia sendirilah jalannya. Dan Dia bukan
“salah satu” diantara banyak jalan, tetapi Dialah satu-satunya jalan kepada
Allah.
Oswald Smith (Keajaiban
Anugerah, 1977, 105) menegaskan bahwa untuk sampai kepada Allah bukanlah
melalui hal-hal berikut:
“Bukan dengan Imam, bukan dengan Paus atau Pendeta. Bukan dengan Nabi
atau pemuka agama manapun…Dan bukan dengan Gereja dan agama Baptisan atau
Perjamuan Suci. Bukan dengan perbuatan baik dan kehidupan yang berakhlak
tinggi. Bukan dengan seluruh keadaan atau perbuatan Anda atau yang dapat
diperbuat oleh orang lain bagi anda; melainkan dengan Kristus dan Kristus saja.”
Hal itu pulalah yang ditegaskan oleh
rasul Paulus kepada jemaat di Efesus; “Sebab
karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu,
tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang
memegahkan diri”. (Ef. 2: 8-9).
3. Dorong menerima Keselamatan
Keselamatan tidak dapat
diperoleh hanya dengan mengerti dan memahami kedua hal tersebut diatas, kecuali
menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Oleh karena itu doronglah
mereka untuk mengambil keputusan secara pribadi untuk percaya kepada Tuhan Yesus
(Yoh 1:12).
Setelah itu ajak dia
untuk berdoa dengan kata-katanya sendiri. Atau, sebagai pembimbing yang
bijaksana kita bisa menolong dia untuk berdoa dengan cara mengikuti kata-kata
sebagai berikut:
“Tuhan
Yesus, saya tahu bahwa saya orang berdosa. Banyak dosa yang telah saya lakukan
melawan firmanMu, saya percaya bahwa Engkau telah mati di atas kayu salib bagi
dosa-dosa saya. Sekarang saya mau menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat
saya secara pribadi dan masuklah kedalam hati saya”.
4. Pimpin kepada kepastian Keselamatan.
Setelah mereka mengambil
keputusan menerima Yesus, pimpinlah mereka kepada pemahaman yang benar akan
firman Tuhan tentang kepastian akan keselamatan. Ayat-ayat yang dapat dipakai
sebagai acuan: Yohanes 1:12; 5:24; 10:28; dan 1 Yohanes 5: 11-13.
Sebagai seorang yang
membimbing seseorang kepada Kristus satu hal yang harus diingat dan sekaligus
pengalaman hidupnya adalah untuk dapat menjadikan orang lain yang belum menjadi
agar dapat menjadi, saudara harus telah menjadi.”
B. Mengajarkan Keselamatan Kepada Anak
Inti ajaran yang
diberitakan
Kata “Injil”
berasal dari bahasa Yunani “euanggelion” yang berarti “kabar baik”. Berita baik
sekalipun tidak pernah dianggap baik jika bertemu dengan keadaan yang buruk.
Dianggap baik ataupun tidak, Injil merupakan kabar baik. Karena pada dasarnya
yang dihadapi adalah keadaan yang buruk, yakni orang-orang berdosa.
Saudara telah bekerja keras seharian dan
belum makan apa-apa, kemudia ada seseorang yang menawarkan sepotong roti dan
segelas air kepada saudara, bukankah ini merupakan kabar baik bagi saudara?
Lain halnya kalau tawaran itu disampaikan pada saat dimana saudara baru saja
makan kenyang.
Hal yang sama berlaku juga bukan saja
untuk kebutuhan jasmani tetapi juga rohani. Betapapun baiknya berita itu
tergantung kepada seberapa buruk situasi dan kondisi yang dihadapinya. Jadi
orang yang tidak memahami atau membantah Injil sebagai kabar baik, hal ini
lebih banyak disebabkan karena ia tidak tahu atau belum pernah menyadari
keberadaannya sebagai orang berdosa.
Oleh karena itu tugas kita adalah menolong
mereka menyadari betapa buruknya keadaanya, agar mereka menghargai keindahan
Injil. Karenanya dalam pemberitaan kita harus mengikutsertakan hal-hal yang positif
dan hal-hal yang negatif.
Hal-hal
yang postif : kematian Kristus menggantikan orang
berdosa dan pada hari ke-3 bangkit dari antara orang mati.
Hal-hal
yang negatif : kita adalah orang berdosa terpisah dari
Allah dan akan menerima hukuman sebagai akibat dari dosa-dosanya.
Dalam menyampaikan Injil ada dua hal
sebagai berikut yang harus ditekankan agar berita itu bukan saja dapat
dimengerti. Tetapi juga dipahami sehingga pendengar lebih dimungkinkan
menanggapi secara positif berita mulia itu.
1.
Empat Sifat Allah 2. Empat Konsep dalam Injil
a.
Allah Maha Kudus a. Manusia berdosa
b.
Allah Maha Adil b. Manusia menanggung dosa
c.
Allah Maha Kasih c. Penebusan oleh Allah
d.
Allah Maha Kuasa d. Kebangkitan
Mempertemukan
antara sifat-sifat Allah dengan empat konsep dalam Injil merupakan keputusan
penting agar Injil dapat difahami secara baik.
Empat
Sifat Allah Empat
Konsep dalam Injil
a.
Allah
itu Kudus tanpa kejahatan a.
Manusia berdosa
Yes. 6:3; Yos. 24:19; Maz. 22:4 Rm. 3:10-12; Maz. 14:2,3
Maz. 99:5,9; Yoh. 17:11 Pengkh.7:20; Yak.4:17; Mat.5:27,28
b.
Allah
itu Adil tidak membiarkan dosa b.
Manusia menanggung dosa
Bil. 14: 18; Kel. 34:6,7 Rm.6:23; Ef.2:1-3; 2 Tes. 1:8-9
c.
Allah
Maha Kasih c.
Penebusan oleh Allah
1 Yoh. 4:8 Rm. 5:8-9; 1 Pet. 3:18; 2:24
Ibr. 7:26; Yes. 53:4-6
d.
Allah
Maha Kuasa d.
Kebangkitan
Kej. 17:1 Kis. 2: 32-33
Anak dan Keselamatan
Pengalaman keselamatan meruapakn pekerjaan
Roh Kudus dan bukan hasil usahan manusia. Oleh karena itu bergantung dan
berserah sepenuhnya kepada-Nya mutlak dilakukan, seraya mempersiapkan diri
dengan baik agar bisa dipakai sebagai alat-Nya.
Berikut
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemberita pada saat menjelaskan
keselamatan kepada anak-anak.
· Hindari pemakaian istilah yang
abstrak
Misalnya seperti:
Yesus singa Yehuda, Yesus kembang mawar saron, Yesus terang dunia, Yesus jalan,
Yesus pintu, serahkan hatimu kepada Tuhan, bukalah pintu hatimu, cari dahulu
Kerajaan Allah.
· Hindari pemakaian kata-kata yang
sifatnya mengancam.
Hal ini penting
artinya agar keputusan yang diambil oleh anak-anak bukan karena rasa takut
tetapi dengan motivasi yang benar.
· Hindari ilusi yang tidak Alkitabiah
Misalnya pada saat
mengkisahkan sorga, disana banyak makanan yang enak-enak, serta mainan yang
bagus-bagus. Bukankah Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman (Rm.
14:17)?
· Hindari sistem memberi suapan
Berupa
hadiah-hadiah untuk merangsang anak agar mau percaya kepada Yesus. Atau memuji
mereka yang mengambil keputusan menerima Kristus di depan teman-temannya.
Tentu, bukan berarti tidak boleh melakukan keduanya sejauh hal itu tidak
menimbulkan persepsi yang keliru.
Berikut berbagai
alat yang dapat dipergunakan sebagai sarana memberitakan Injil kepada
anak-anak.
SARANA PENGINJILAN
ANAK
Dalam pelayanan-Nya, Tuhan Yesus kerap
kali menggunakan berbagai media yang ada disekitarnta, sperti pohon, uang
logam, orang, kegiatan-kegiatan tertentu dan lain sebagainya. Hal itu berarti
dalam melayankan Injil dimungkinkan menggunakan berbagai alat untuk mencapai
maksudnya.
Berikut
berbagai alat yang dapat dipergunakan sebagai sarana memberitakan Injil kepada
anak-anak.
1B. Buku
2B. Gambar
3B. Tali
4B. Kertas
BENTUK PASTORAL ANAK YANG
DAPAT DI SEDIAKAN GEREJA
A. Pelajaran Alkitab
Sekolah
Minggu
1)
Menjangkau anak-anak untuk belajar Alkitab
2)
Membimbing anak-anak datang kepada Yesus.
3)
Membawa orang tua anak datang kepada Yesus
melalui anak mereka.
4)
Mengajak
mereka untuk melayani.
Sekolah Alkitab
Liburan (SAL)
1)
Menjangkau anak-anak dari SD-SMP belajar
Alkitab selama liburan
2)
Mengajarkan Alkitab secara praktis
3)
Mengembangkan kemampuan bersosialisasi dan
mandiri
PA
Keluarga
1)
Menjangkau keluarga untuk belajar Alkitab
bersama
2)
Menjalin komunikasi antar keluarga (mezbah
keluarga)
3)
Menolong orang tua berperan sebagaimana
kata Alkitab
B. Pemuridan
C. Musik
1)
Paduan
suara anak
2)
Memberi pengalaman music untuk beribadah
3)
Mengajar teori dan praktek
4)
D. Kebaktian Anak
1)
Konsep Gereja Anak
E. Pelayanan Khusus
1)
Mengadakan pertemuan dengan orang tua
untuk mengarahkan mereka dalam membina anak (keluarga)
2)
Mengadakan acara
rekreasi/camping/retret/ibadah padang
3)
Mengadakan ibadah bersama dengan anak-anak
cacat (pengalaman kasih dalam Kristus), ke Panti Asuhan, dan lain-lain.
BAB
VI
TINJAUAN
PERKEMBANGAN ANAK
Setelah membaca bagian ini, mahasiswa dapat menyatakan kemampuan berikut ini: 1.
Memahami tahap perkembangan anak
dari sudut tinjauan perkembagan psikologi
/ moral / rohani anak 2.
Menyebutkan
sudut tinjauan
perkembangan:
psikologi / moral / rohani anak 3.
Membuat ringkasan tentang tinjauan perkembangan psikologi /
moral / rohani anak. |
A. Psikologi
Kepribadian seseorang
tersusun atas dasar vitalitas jasmani dan rohani, disamping factor temperamen, krakter dan bakat.
Vita;litas jasmani seseorang bergantung pada konstruksi tubuhnya yang
terpengaruh oleh factor hereditas sehingga keadaannya tetap dan merupakan daya
hidup yang bersifat jasmani. Vitalitas psikis merupakan daya hidup psikis dan
merupakan energy hidup yang belum terarah secara intensional karena sebagaian
bergantung pada alam lingkungan yang membentuknya.
1. Sanguin (
Periang )
Ciri- ciri yang Posistif :
a.
Anak lincah
b.
Banyak ngomong, bicara, ngobrol
c.
Sangat percaya diri
d.
Penuh harapan / optimis
e.
Suka bergaul
f.
Mudah menyesuaikan diri
g.
Mudah mebyelami perasaan orang lain /
tergugah perasaan
h.
Rela berkorban
Ciri-ciri yang negatif :
a.
Kurang stabil perasaannya
b.
Kurang konsekuen, kurang disiplin
c.
Kurang tenang
d.
Bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu /
ceroboh
e.
penakut
Contoh : Petrus
· Matius
17 : 1-8 mengusulkan membuat tenda-
Yesus dimuliakan.
· Matius
18 : 21-22 pengampunan
· Matius
19 :27-28 berani bertanya
· Matius
26 : 30-35 Janji
· Matius
26 : 47-53 memotong telinga Malkus
· Yohanes
20 :1-10 melihat kubur Yesus
· Yohanes
21 :1-14 menangkap ikan lagi
· Yohanes
21: 15-19 pemulihan Petrus.
Karir yang cocok bagi orang bertipe
sanguine adalah : Pelawak, Pemimpin dll.
2.
Melankolik
( melankhole ) memiliki banyak cairan empedu hitam
Ciri-ciri yang Positive :
- Rela
berkorban
- Sangat
teliti ( berhati-hati dalam bertindak )
- Suka
menganalisa
- Senang
pekerjaan yang sulit / rumit yang memerlukan penelitian
- Penuh
tanggung jawab ( hal berjanji )
- Setia
dan dapat diandalkan
- Tidak
mau menyakiti hati orang lain
- Suka
mengevaluasi diri sendiri
Ciri-ciri yang negatif :
- Suka
merenung
- Sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan
- Introvert
- Terlalu
sensitive
- Gam,pabg
tersinggung
- Selalu
tidak puas ( perfeksionis )
- Sukar
memaafkan
- Kuatir
- Tidak
mudah berjanji
Contoh dalam Alkitab
: Musa
-
Keluaran 2 : 11-15 tanggung jawab, setia, suka membela, kuatir, takut- lari.
-
Keluaran 3:1-22; 4:1-17 penuh pertimbangan, sukar mengambil
keputusan, penakut,
perfeksionis.
-
Keluaran 4:18-21 teguh, setia, tahan menghadapi kesukaran, rela
berkorban
-
Keluaran 6:9-11; 29 Introvert, percaya diri, mudah tersinggung
-
Keluaran 14, 15,17 Tekun, penuh tanggung jawab, setia, rela berkorban.
Karir yang cocok bagi orang bertipe Melankolik adalah
dokter, pendeta, dll
3.
KOLERIK ( Kholeri
) -
Mempunyai banyak cairan empedu kuning.
Ciri-ciri yang Positif :
a.
Aktif, bersemangat
b.
Pintar, cerdas
c.
Sistematis, terarah, ada tujuan
d.
Tegas, penuh kepercayaan diri, cepat
bertindak
e.
Gagasan yang mantap
f.
Praktis, tidak bertele-tele
g.
Hatinya keras tetapi mudah mengalah
h.
Bila dipuji semangatnya di bangkitkan
Ciri-ciri yang negatif :
- Kasar,
keras, cepat marah
- Mudah
tersinggung, kurang berperasaan
- Sulit
memahami penderitaan orang lain
- Sulit
meminta maaf, pendendam
- Percaya
diri, menganggap enteng orang lain
- Cepat
puas diri
- Sinis,
licik, tidak suka hal yang cengeng
- Cenderung
menguasaii orang lain
- Kurang
berminat dalam kesenian
Contoh dalam Alkitab : Paulus
-
Kisah Para rasul 7:54-60 Kurang
berperasaan
-
Kisah Para rasul 11-13 berbakat
pemimpin, gagasan mantap, cepat bertindak
-
Kisah Para rasul 14:3 berani mengajar, berani
berhadapan dengan pejabat
-
Kisah Para rasul 17:17-21 sistematis,
terarah dalam berdebat
-
Kisah Para rasul 17-19 cerdas,
pandai ( pengetahuan ,luas )
-
Kisah Para rasul 20 :22-24 Keras tetapi lembut
-
Kisah Para rasul 21:10-14 berani
mati
-
Kisah Para rasul 21:37-40 percaya
diri
-
Galatia 2:11-14 berani
menegur
Karir yang paling cocok buat orang yang
bertipe Kolerik adalah jaksa, polisi, tentara, guru.
4. PHLEGMATIK (
Phlegma ) – mempunyai banyak lender.
Ciri-ciri yang positif :
- Santai,
tenang, stabil
- Senang
damai, cinta lingkungan hidup
- Tidak
suka banyak bicara, tetapi banyak bertindak
- Agak
pemalu
- Tidak
suka balas dendam, bisa memaklumi kegagalan orang lain
- Tajam
pengamatannya, bisa melihat kelemahan orang lain
- Tertib,
teratur
- Tidak
mudah panic
- Mudah
mengampuni
Cirri-ciri yang negatif :
- Acuh
tak acuh
- Suka
menunda pekerjaan, lamban, pemalas
- Suka
mengkritik orang
- Sering
berpura-pura
- Konservatif
Contoh
dalam Alkitab : Abraham
-
Kejadian 12:1-5 yang penting bertindaqk cepat
-
Kejadian 12 : 10-20 suka melindungi diri sendiri
-
Kejadian 13:1-10 senang damai
-
Kejadian 14 : 11-16 baik hati, tidk mau membalas
-
Kejadian 16: 1-6 acuh tak acuh
-
Kejadian 18:20-33 memperhatikan kepentingan orang lain ( doa syafaat )
-
Kejadian 20 :1-18 melindungi diri, memakai topeng
-
Kejadian 21:8-14 tidak suka keributan
Karir yang cocok untuk orang phlegmatic adalah : guru, ahli teknik, diplomat, konselor dll.
B. Moral -
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian Anak
- Keluarga
· Sikap
orang tua
-
Mengasihi Anak
-
Menolak kehadiran anak ( digugurkan )
·
Suasana keluarga
-
orang tua yang cekcok
-
orang tua yang harmonis
·
hubungan saudara
-
anak tunggal : manja
-
anak sulung : mandiri, biasa mengatur adik
- Kebudayaan :
lingkungan social dimana anak berasal
o
Sopan
: contoh bagi orang batak
mengeluarkan suara ( bagi kita tidak sopan )
-mengangkat tangan
: jari telunjuk, semua jari tangan
- Kondisi Fisik
o
Gambar diri : gemuk, kurus, cacat fisik
- Simbol Status
Anak orang kaya lebih percaya diri
daripada anak orang miskin.
5.
Tingkat Kebutuhan dasar
Manusia menurut Abraham Maslow :
Safety needs
Physiological needs
Ad.
1.
Fisik
: makanan, minuman, tidak terpenuhi menjadi takut, curiga, dijauhi,
tidak dikasihi ( merasa )
2.
Rasa aman
à jauhkan bendaa-benda yang membuat anak itu
terluka atau berbahaya.
3.
Rasa di miliki dan memiliki
4.
Di hargai
5.
Aktualisasi diri
C. Rohani
Ø Mendidik Anak
Kunci yang sangat penting
dalam mendidik anak adalah menerapkan prinsip-prinsip kebapaan yang lahir dari
hati bapa. Ada dua elemen yang sangat penting dalam mendidik anak, yaitu kasih
saying dan disiplin. Seorang bapa adalah seorang pribadi yang dapat memberikan
kasih saying dan disiplin secara seimbang.
Ø Macam Orang Tua
JENIS ORANG TUA |
HASIL |
|
Di isi mahasiswa Manja |
|
Penakut, minder |
|
Kurang ajar,
nakal |
|
Baik |
Ø Mengenal Anak
Ada istilah karena
tak kenal maka tak saying. Kita harus mengenal kebutuhan anak, agar dapat
mengasihi mereka. Mengasihi adalah menjawab kebutuhannya.
Ø Kebutuhan anak menurut usia
0
– 5 tahun |
5 – 12 tahun |
12
- pemuda |
Tolong saya |
Ajar saya |
Beri saya contoh |
KEY CHARACTERISTIC CHART
STAGES OF DEVELOPMENT |
PHYSICAL |
MENTAL |
EMOTIONAL |
SPIRITUAL |
SOCIAL |
Infancy Usia Birth – 1th |
Rapid Grower ( pertumbuhan Nya cepat ) |
Discover (menemukan
perkembangan Mental dar Orang tua |
Sensitive Sensiteve: tangisan |
Dependent (tergantung pada
orang tua |
Limited Terbatas Lingkungan (org tua & Saudara). |
Pre –School Usia : 2-3 th |
Active |
Discover Ingin menemu Kan sesuatu |
Fearfull Takut /penakut |
Imitiator Peniru dari Orang tuanya |
Self Centered Egois |
Early Childhood Usia 4-5 th |
Player Suka bermain |
Questioner Suka bertanya |
Responden Respon dengan Keadaan seke liling |
Believer Percaya apa Kata gurunya |
Conformist Mencocokan Dengan ling Kungannya |
Middle Childhood Usia 6-8 th |
Histler Suka tergesa Gesa Banyak gerak |
Observer Suka mengamati |
Insecure Merasa diri Tidak aman/ Kurang aman |
Discerner Memikirkan/ Memperhati kan. |
Friendly Bersahabat, Akrab, ramah. |
Later Childhood Usia 9-11 th |
Active Sangat aktif Makan2 |
Investigative menyelidiki |
Expresive Mudah emosional |
Relating Fellowship Dengan remaja Atau temannya |
Adjusting Mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan |
· Anak menurut urutan kelahiran
Anak
ke……… |
Kecenderungan |
Anak
pertama
|
Lebih dapat
dipercaya menjadi yang bertanggung jawab Terpaksa
berhadapan dengan orang dewasa Terdorong untuk
menjadi pemimpin |
Anak
kedua
|
Sangat
membutuhkan penerimaan Selalu bersaing
untuk mendapat perhatian Sangat loyal
kepada teman Terlalu
cepat bertindak |
Anak ketiga
dan seterusnya |
Lebih independen Mudah
menyesuaikan diri Lebih sosial |
· Mengapa anak memberontak ?
Jawabannya hanya
satu. Anak tersebut terluka hatinya dan tidak aman ( Kolose 3:21 ). Beberapa
hal yang menyebabkan anak terluka hatinya :
·
Orang
tua
Ø Tidak
tepat dalam janji
Ø Tidak
pernah mengakui kesalahan
Ø Tidak
pernah meminta maaf
Ø Mendisiplinkan
anak dengan marah / tidak adil
Ø Terlalu
bebas ( tidak disiplin )
Ø Tidak
menghormati orang tua
Ø Tidak
mengasihi istri
Ø Tidak
mendidik anak dengan baik
Ø Tidak
konsisten
Ø Dll
·
Mendisiplin
Anak
Ada tiga prinsip dalam mendidik anak :
1. Mendidik
Ø Sebagai
gaya hidup
Ø Dengan
contoh hidup
Ø Jelas
batas-batasnya
Ø Konsisten
2. memperingati
Ø Memuji
lebih baik daripada mengoreksi
Ø Memberi
kesempatan
3. Disiplin
Ø Hubungan
lebih penting daripada peraturan rumah tangga ( Mzm 32:8-9 )
Ø Langsung
pada saat itu
Ø Mengikat
kuasa gelap
Ø Mendidik
lewat hati nurani
Ø Mengajarkan
pertobatan
Ø Memukul
dengan tongkat
Ø Jangan
menyakiti rohnya
Ø Memberi
hiburan / pujian bila berlaku baik
Ø Restitusi - memberikan hadiah bila anak melakukan yang
baik
(
Jenis hukuman : 1. Dipukul ( harus pada saat itu ) dengan tongkat kasih / rotan
kasih ( ada alat ) : dilakukan untuk usia anak < dari 12 tahun.
- Di
asingkan : usia > 12 tahun
Mis : dihukum dikamar,
dengan tidak boleh nonton TV dll
Diberi tugas tambahan.
- Di
tegur : usia > 12 tahun
Pola Nutrisi Rohani anak dan dampaknya :
- Example tanpa Bible = kurang ajar
- Bible
tanpa Example = munafik
- Example
dengan bible = komitmen
terhadap alkitab
---------
--------- --------- --------- ---------
-------- ---------
---------
bible =
komitmen
Terhadap
Alkitab.
BAB
VII
PERKEMBANGAN
ANAK
Setelah membaca bagian
ini, mahasiswa dapat menyatakan kemampuan berikut ini: 1. Mengidentifikasi tiga tahap perkembangan anak 2. Membuat daftar tahap-tahap perkembangan
anak. 3. Mengenal ciri-ciri perkembangan anak 4. meringkas ciri-ciri perkembangan anak |
Perkembangan adalah
perubahan-perubahan yang terjadi secara teratur yang disebabkan oleh proses
kematangan dengan bermacam-macam pengalaman. Perkembangan itu menyangkut
bertambahnya sentimeter pada tinggi badan maupun penyempurnaan keterampilan
yang ada pada diri anak. Dalam masa perkembangan ini, seseorang melewati masa
krisis dan masa tenang. Masa krisis terjadi bila dalam waktu yang relatif
singkat terjadi banyak perubahan yang bisa mengoncangkan keseimbangan tubuh,
jiwa maupun pikiran. Sedangkan dalam masa tenang, hal-hal yang sudah diperoleh
akan berakar dan berkembang dengan tenang.
Ada dua macam krisis yang dihadapi
anak dalam masa perkembangannya, Pertama, pada waktu anak berumur lima setengah
sampai enam tahun, mulai masuk sekolah. Kedua, pada saat anak berumur dua belas
tahun ke atas, dimana mereka memasuki masa pubertas.
Selain krisis, ada dua faktor yang
mempengaruhin perkembangan anak, yaitu faktor warisan atau keturunan dan faktor
dunia sekitarnya. Dua faktor ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak
secara positif bila keduanya saling mengisi, namun akan terjadi sebaliknya,
bila kedua faktor tersebut saling bersebrangan fungsinya. Misalnya, warisan
dapat dibandingkan dengan tanah. Benih yang baik yang ditanam yang baik, tentu
akan menghasilkan panen yang baik pula. Sebaliknya, sekalipun benihnya baik,
namun karena di tanam di tanah yang tidak baik,maka hasilnya pun kurang baik
dan bahkan tidak baik.
Tugas guru, orang tua adalah
mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri anak. Perlu disadari bahwa setiap
anak mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, tidak mungkin atau tidak baik bila
dipaksakan menjadi sama. Kalau demikian halnya. Bagaimana caranya mengembangkan
kemampuan anak yang berbeda-beda itu? Salah satu jawabannya adalah guru wajib
berupaya memahami bagaimana perkembangan kepribadian peserta didiknya. Pada
bagian berikut kita akan memperoleh gambaran secara lengkap tentang pribadi
anak berusia 0 – 12 tahun.
§ Mengenal Tahap-tahap Perkembangan
Anak.
Perkembangan moral seorang anak
berlangsung secara bertahap, dimana tahap yang satu hnaya dapat dicapai apabila
tahap sebelumnya telah dilalui. Piaget dan Kolhberg mengatakan bahwa
perkembangan moral seorang anak sejalan dengan perkembangan aspek kognitifnya.
Dengan makin bertambahnya tingkat pengertian anak, makin banyak pula
nilai-nilai moral yang dapat ditangkap dan dimengerti oleh anak.
1)
Anak
Usia 0 – 3 Tahun
Dalam
bukunya, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Singgih Gunarsa mengatakan bahwa seorang anak dilahirkan
tanpa bekal pengertian yang baik dan tidak baik, dalam lingkungan hidup di mana
ia berada. Adapun tingkah laku yang ditunjukkan mereka hampir semua dikuasai
oleh karena dorongan-dorongan naluriah semata. Bila akibat yang ditimbulkan
dari perilakunya menyenangkan maka ia cenderung untuk mengulangi perilaku yang
sama. Sebaliknya bila tingkah lakunya mendatangkan perasaan yang tidak
menyenangkan, maka ia tidak akan mengulanginya.
Oleh
karena itu tidaklah bijaksana langsung melakukan penilaian apakah tingkah laku
mereka itu bermoral atau tidak. Mereka belum mampu berpikir mengapa suatu
tingkah laku itu dikatakan baik atau tidak baik, benar atau salah. Pengertian
mereka tentang ukuran ini hanya terbatas pada konsekuensi-konsekuensi yang
mengikuti tingkah lakunya. Karena itu bila ada seorang anak batal memukul adik
atau temannya, itu bukan berarti bahwa ia sudah mengerti apakah perbuatan
(memukul) itu tidak baik, tetapi semata-mata untuk menghindari hukuman atau
perasaan yang tidak menyenangkan.
Peranan
orang tua bagi anak usia ini adalah menanamkan hal-hal mana yang diperbolehkan
dan mana yang tidak diperbolehkamn. Selain itu saatnya yang tepat bagi orang
tua untuk menanamkan disiplin sejak dini.
2)
Anak
Usia 3 – 6 tahun
Pada
masa ini mereka sudah memiliki dasar-dasar dari sikap moralitasnya. Pengajaran yang diberikan kepada mereka bukan
terbatas tentang apa yang baik dan tidak baik saja (seperti pada usia
sebelumnya), tetapi harus lebih ditujukan kepada bagaimana sebaiknya mereka
berperilaku.
Anak pada usia ini
sudah mengenal apakah perbuatannya itu baik atau tidak, melalui hadiah-hadiah
atau hukuman yang diterimanya.
Adapun peranan
orang tua terhadap anak usia ini sangatlah penting untuk menanamkan disiplin
melalui cerita-cerita yang sesuai, yang dapat merangsanng mereka meniru
perbuatan baik yang ditunjukkan dalam cerita tersebut, serta menghindari
perbuatan yang tidak baik. Memang untuk merealisasikan peran ini, khususnya
menanamkan konsep-konsep moral pada mereka tidaklah mudah, karena pada dasarnya
sifat “ego” mereka masih terlalu dominan.
3)
Anak
Usia 6 – Remaja
Pada
tahap ini anak menghadapi situasi yang lebih luas, dimana mereka sudah mulai mengenal adanya kelompok sosial
lain disamping keluarganya.
Setelah
menginjak usia 8 – 9 tahun, konsep mereka tentang yang baik dan buruk sudah
bertambah luas. Kini mereka sadar bahwa mencuri itu perbuatan yang salah.
Lain
halnya ketika mereka berusia 10 – 12 tahun. Mereka sudah mengerti dengan baik
alasan-alasan atau prinsip-prinsip yang mendasari suatu perbuatan. Mereka sudah
mampu membedakan bermacam-macam nilai moral dan situasi di mana nilai-nilai
tersebut bisa diterapkan. Mereka juga telah mengenal konsep moral seperti
kejujuran, keadilan dan kehormatan.
Dari
konsep yang telah mereka miliki tersebut, akan mendorong mereka untuk melakukan
sesuatu dengan mempertimbangkan apakah tindakan yang dilakukannya itu memiliki
nilai yang baik atau tidak. Jelaslah sekarang bahwa tindakan yang mereka
lakukan itu bukan lagi untuk mendapat kepuasan secara fisik (seperti pada usia
sebelumnya), melainkan untuk mendapatkan kepuasan batiniah.
Anak
pada usia ini mempunyai kecenderungan lebih kepada kelompoknya daripada kepada
orang tuanya. Ini bukan berarti orang tua sudah kehilangan perannya. Sebaliknya
perannya justru semakin diperlukan, yakni menjaga berbagai kemungkinan buruk
yang terjadi pada anaknya akibat pergaulan dengan lingkungannya. Dalam hal ini
sebaiknya orang tua tidak bertindak terlalu otoriter, tetapi penuh kasih dan
pengertian, sambil terus menanamkan disiplin kepada mereka untuk mengimbangi
dampak negatif dari pengaruh lingkungan.
Mengenal Ciri-ciri
Perkembangan Anak
1) Anak
Usia 0 – 3 Tahun
Mengajar anak pada
usia ini bukan saja mendidik tetapi juga menjaga mereka. Mereka sudah dapat
dididik melalui indra mereka pada saat menonton televisi dan lain-lain, namun
sikap mereka dapat pula dibentuk melalui teladan hidup, dan itu jauh lebih
efektif.
Tanda-tanda
Perkembangan
Tanda-tanda
perkembangan yang dapat dijumpai pada anak usia ini antara lain:
· Terjadi
pertumbuhan secara fisik
· Sudah
memiliki kemampuan berkomuniksai, walau masih sederhana
· Sudah
mempunyai kesadaran dan bisa manaruh perhatian kepada orang lain.
Secara
Fisik
Mereka dapat
diumpamakan sebagai seorang aktor yang sangat giat. Ia ingin mencapai
benda-benda di sekitarnya, melihat dan mengotak-ngatiknya.
Akitivitas penting
bagi pertumbuhan. Bertumbuh dengan siklus yang terdiri dan makan, minum, tidur
dan menggerakkan tubuhnya. Selain itu, aktivitas pengting bagi perkembangan.
Bertumbuh berarti penambahan ukuran, sedangkan perkembangan berarti perubahan
pada sifat-sifat jaringan tubuh, yang selanjutnya mengarah pada kekuatan dan
kedewasaan..
Energi dalam diri
mereka perlu katup pelepas, oleh karena itu sebaiknya disediakan ruangan yang
memungkinkan mereka dapat bergerak dengan leluasa.
Secara Mental
Mereka dapat
diumpamakan sebagai seorang penjelajah/penemu hal-hal baru. Ia menemukan
ibukan, menemukan dunianya, yakni tempat tidurnya dan juga menemukan dirinya
sendiri. Baginya pelukan ibunya adalah sorganya, mata ibunya adalah bintangnya
dan pemeliharaan ibunya adalah kelangsungan hidupnya.
Secara Moral
Dapat digambarkan
sebagai seorang peniru, yang menirukan hal-hal yang benar dan yang salah. Agama
yang dianutnya adalah pantual dari agama yang dlihat di sekitarnya. Persetujuan
atau kebencian orang-orang disekitarnya terhadap tindakan-tindakannya sangat
berpengaruh bagi pembentukan kepribadiannya.
Sifat-sifat
yang masih menonjol pada usia ini adalah egois, suka menentang, selalu ingin
dihargai, dipuji dan tidak mau dipersalahkan. Agus Sujanto (1988, 44)
berpendapat bahwa mereka selalu berusaha menarik perhatian dan menuntut
orang-orang disekitarnya menuruti kemauannya. Dalam menghadapi sifat anak yang
demikian hendaknya guru atau orang tua tidak banyak memerintah, melarang atau
terlalu banyak campur tangan dalam aktivitas mereka.
Ketahanan
mereka dalam mendengarkan sesuatu yang diceritakan kepada mereka baru sekitar
lima menit. Perbendaharaan kata yang mereka miliki masih sedikit. Bahkan
pengertiannya terhadap ruang, waktu dan angka-angka masih sangat terbatas. Oleh
karena itu pergunakan bahasa yang sederhana ketika berbicara kepada mereka.
Misalnya, jika ingin mengatakan “seribu tahun yang lalu” atau “lima ratus kilo
meter jauhnya”, adalah lebih mudah dimengerti jika dikatakan “pada zaman dahulu
kala” atau “jauh sekali”
Secara Emosi
Mereka adalah
seorang penakut. Takut akan hal-hal yang masih asing baginya, yang tidak dikenalnya. Selain itu mereka
sangat peka terhadap keadaan disekitarnya. Akitivitasnya begitu aktif, karena
itu ia akan memberikan reaksi senang atau tidak senang terhadap suasana, warna
dan hal-hal lain yang terjamah oleh indranya.
5Secara Rohani
Mereka
lebih cenderung untuk meniru daripada harus mendengarkan. Memang, dimungkinkan
bagi mereka untuk dapat mengerti apa yang didengarnya, namun karena kuatnya
kecenderungan untuk meniru, maka mereka akan meniru apa saja yang dilihatnya. Tahap awal perkembangan manusia dimulai
dari masa perkembangan bayi. Hamid (2000) menjelaskan bahwa perkembangan
spiritual bayi merupakan dasar untuk perkembangan spiritual selanjutnya.
Bayi
memang belum memiliki moral untuk mengenal arti secara rohani. Keluarga yang
spiritualnya baik merupakan sumber dari terbentuknya perkembangan spiritual
yang baik pada bayi.
2) Anak
Usia 4 – 5 Tahun
Tanda-tanda Perkembangan
· Mulai
mengenal dan tahu perbedaan jenis kelamin.
· Sudah
memiliki kemampuan bergaul dengan orang lain, walau masih secara emosional
· Jika
pada usia sebelumnya mereka lebih banyak belajar melalui indranya, tetapi kini
mereka sudah mempunyai kemampuan untuk mengutarakan sesuatu secara lisan.
· Berbeda
dengan usia sebelumnya, dimana mereka cenderung meniru apa saja baik benar
maupun salah, namun kini mereka sudah mampu membedakan mana yang salah dan mana
yang benar.
Secara Fisik
Mereka adalah
seorang pemain. Bermain merupakan latihan fisik untuk membantu perkembangan
anggota tubuhnya, mental, sosial dan rohaninya. Dalam perkembangan mentalnya,
ada tiga hal yang mereka nyatakan dalam permainan, yaitu imajinasi dan
peniruan.
Bagi mereka
bermain merupakan sarana untuk bergaul. Itulah sebabnya, sebagian besar
waktunya dipergunakan bersama teman-temannya. Bermain dan meniru merupakan
sesuatu yang menggairahkan pikirannya. Apa yang diajarkan melalui permainan
akan lebih kuat diingatnya.
Secara Mental
Mereka adalah
seorang yang suka bertanya. Hal ini lebih disebabkan karena mereka mempunyai
dorongan rasa ingin tahu yang cukup kuat. Sikap mendukung atau mencela yang
ditunjukkan oleh orang-orang disekitarnya terhadap apa yang mereka tanyakan
akan mempengaruhi pendidikan dan kepribadiannya.
Selain daya
konsentrasinya yang masih terbatas, mereka juga belum dapat membedakan
cerita-cerita yang didengarnya itu fakta atau fiksi. Daya khayal mereka cukup
kuat, mereka juga suka mengulang-ulang istilah-istilah yang didengarnya meski
belum mengerti maksudnya.
Secara Sosial
Mereka masih terlalu egosentris, di mana “aku” nya
merupakan pusat hidupnya. Oleh karena itu mereka mau agar segala sesuatu yang
diinginkannya dituruti. Namun harus waspadai bahwa jika semua keinginannya
dituruti maka justru akan menjadikan mereka anak “manja”. Adalah bijaksana bila
orang tua mengajar mereka peduli pada orang lain, hal ini penting bagi
pembenahan sifat egosinya.
Mengenai bakat
kepemimpinan anak pada usia ini sudah dapat dikembangkan, misalnya dengan jalan
menyuruh mereka tampil di depan kelas, memimpin menyanyi atau berdoa, dan lain
sebagainya.
Secara Emosi
Emosi anak pada
usia ini sangat kuat. Reaksi-reaksinya tidak dapat ditebak sebelumnya. Tidak
jarang mereka mengungkapkan isi hatinya dengan maksud meminta perhatian.
Secara Rohani
Mereka
adalah seorang yang mudah percaya. Percaya segala sesuatu yang didengarnya.
Oleh karena itu betapa tidak bijaksananya jika hal-hal yang tidak baik
diperdengarkan kepadanya. Anak usia pra sekolah mulai memahami kebutuhan
sosial, norma, dan harapan, serta berusaha menyesuaikan dengan norma keluarga.
Anak tidak hanya membandingkan sesuatu benar atau salah, tetapi membandingkan
norma yang dimiliki keluarganya dengan norma keluarga lain. Kebutuhan anak pada
masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi yang mendasar tentang isu-isu
spiritual. Kebutuhan spiritual ini harus diperhatikan karena anak sudah mulai
berfikiran konkrit. Mereka kadang sulit menerima penjelasan mengenai Tuhan yang
abstrak, bahkan mereka masih kesulitan membedakan Tuhan dan orang tuanya
(Hamid, 2000).
3) Anak
Usia 6- 8 Tahun
Masa
ini merupakan masa peralihan. Peralihan dari lingkungan keluarga ke lingkungan
sekolah, dari bermain ke bekerja dari berkhayal ke pertimbangan yang sehat. Usia
sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami peningkatan kualitas
kognitif pada anak. Perubahan dan peralihan itu lebih disebabkan karena mereka
telah mendapatkan teman-teman baru dan tanggung jawab yang lebih dari
sebelumnya. Anak usia ini berfikir
secara konkrit, tetapi mereka sudah dapat menggunakan konsep abstrak untuk
memahami gambaran dan makna spriritual dan agama mereka.
Tanda-tanda
Perkembangan
Selama
pertengahan masa kanak-kanak, perkembangan yang berikut hendaknya dapat dicapai
oleh mereka.
© Kecocokan
dengan teman-teman sebaya
© Kecakapan-kecakapan
yang perlu untuk melakukan permainan-permainan yang umumnya dimainkan
© Perkembangan
dalam kecakapan membaca, menulis, dan berhitung.
© Pembentukan
sikap-sikap yang sehat terhadap diri sendiri
© Pembinaan
nilai-nilai moral yang nyata.
© Penyesuaian
diri pada pergaulan dengan teman-temannya.
© Adanya
keseimbangan antara kebebasan pribadi dan hubungan dengan kelompok-kelompok
yang ada.
Secara Fisik
Mereka mengalami perubahan tubuh secara cepat.
Perubahan itu ditandai dengan perubahan keadaan fisik mereka. Seperti, dari
pendek dan gemuk tiba-tiba berubah menjadi kurus dan jangkung. Kaki dan
tangannya mulai memanjang. Raut mukanya yang semula bulat berubah menjadi
lonjong. Perubahan terjadi pula pada giginya, dari gigi sulung berubah menjadi
gigi tetap. Jantungnya berdebar lebih cepat. Efek samping yang mengikuti
perubahan ini adalah keseimbangan tubuhnya terganggu untuk sementara waktu.
Secara fisik, mereka adalah seorang
yang giat, di mana mereka selalu bergerak, penuh gairah, seolah-olah tidak
dapat diam. Suka berjalan, berlari, mendaki, main lempar-lemparan dan
sebagainya.
Banyak waktunya dihabiskan untuk bermain. Walaupun
sering merasa lelah tetapi tidak mau beristirahat. Hal ini lebih disebabkan
karena perkembangan otot-otot besar yang mempengaruhi seluruh tubuhnya, yang
diikuti oleh perkembangan otot-otot kecil. Bagi mereka, bermain merupakan
kegiatan yang paling dominan. Apa saja dilakukannya dalam bentuk permainan.
Permainan berfungsi sebagai sarana mengembangkan daya kreatifitas serta
keterampilan, melatih diri dan melepaskan ketegangan emosi yang ada dalam
dirinya.
Berbeda dengan masa sebelumnya, pada usia ini
permainan mereka ditandai dengan tiga hal. Pertama, tidak lagi bermain
sendirian. Sifat egoisentrisnya mulai berkurang, mereka sudah mulai bisa
menyesuaikan diri. Kedua, lebih dipengaruhi oleh jenis kelamin dna yang
terakhir, permainan mereka lebih terarah, memiliki nilai edukatif, sosial dan
moral.
© Bagaimana
dengan pergaulannya?
Pergaulan mereka sudah lebih dewasa daripada
sebelumnya, tak lagi berdasarkan akalnya tetapi perasaannya. Mereka mengerti
apakah orang mengasihinya atau tidak. Bila mengasihi maka akan dipilih menjadi
temannya. Mereka lebih suka bergaul dengan kakaknya daripada adiknya.
Perlu dicermati
pula mengenai kebutuhannya. Mereka sering berperilaku “nakal” bila kebutuhannya
tidak dipenuhi, hal itu sebenarnya hanya sebagai ungkapan ketidakpuasannya.
Secara Mental
Daya khayalnya sangat kuat. Karenanya sering dijumpai
mereka membual, padahal semuanya itu hanya merupakan cerminan daya khayalnya
yang kuat. Cara berpikirnya masih secara hurufiah, belum dapat menerima hal-hal
yang abstrak. Oleh karena itu, hindari penggunaan kata-kata yang sifatnya
abstrak ketika berbicara dengan mereka. Walaupun kemampuan membacanya sudah
mulai bertambah. Karena itu, doronglah mereka membaca buku-buku rohani, serta
ajar mereka menghafal ayat-ayat Alkitab sebab mereka memiliki daya ingat yang
sangat baik.
Secara Sosial
Pada umumnya mereka bergaul, suka bekerjasama, tetapi
tidak suka berkompetisi. Sebab itu, kurangilah kegiatan yang bersifat
perlombaan, dan bantulah mereka untuk menjalin persahabatan antar teman.
Sekalipun pergaulan dengan teman-temannya cukup baik,
tetapi mereka masih suka bertengkar saat berkumpul dengan teman-teman mereka.
Karena itu penting untuk menanamkan dan mengajar mereka agar saling mengasihi.
Secara Emosi
Selain mudah mencetuskan perasaan emosinya, mereka
juga penuh rasa simpati. Namun demikian, mereka masih suka mengambil perhatian
orang tua atau guru demi memperoleh pujian.
Secara Rohani
Mereka sudah dapat berdoa sendiri. Itulah sebabnya
berikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan hal itu. Misalnya, menyuruh
mereka memimpin doa di depan kelas, berdoa sebelum makan, tidur, bangun tidur,
saat akan bepergian dan sebagainya.
Pada umumnya mereka suka pergi ke sekolah minggu dan
sudah dapat membedakan antara yang fakta dan fiksi, termasuk di dalamnya
membedakan yang benar dan yang salah.
4) Anak
Usia 9 – 12 Tahun
Tiada
masa seperti akhir masa kanak-kanak, penuh dengan tantangan baik bagi anak
maupun bagi orang-orang yang menghadapinya. Mereka adalah seorang yang sangat
aktif, penuh gairah, seolah tidak pernah kekurangan semangat hidup. Hubungannya
dengan Tuhan perlu terus mendapat bimbingan agar kelak mereka siap menghadapi
dan dapat menyesuaiakan diri dengan masa-masa sesudahnya.
Pada masa ini
terjadi krisis kedua, setelah krisis pertama yang pernah dialaminya ketika
berusia lima sampai enam tahun: di mana masa kini mereka akan mengalami masa
pubertas.
Secara Fisik
Pada umumnya kesehatannya cukup baik dan memiliki
semangat yang berkobar- kobar. Daya tahannya pun baik. Hal ini lebih disebabkan
karena selera makannya cukup baik. Dan daya tahan yang semakin kuat itu
nampaknya telah menjadi perangsang sehingga mereka menyukai aktivitas yang
sulit dan bersifat menantang.
Secara Mental
Kalau secara fisik anak seusia ini dapat digambarkan
sebagai seorang pengelana, maka secara mental mereka adalah seorang penyelidik
yang serta ingin tahu; demikian menurut Omar Bruker (1984, 65). Penyelidikannya
ditandai dengan kesenangannya mengoleksi benda-benda, dan gemar membaca.
Sebagai guru yang bijaksana, aktivitas apa yang mestinya diberikan kepada
mereka?
Secara Sosial
Mereka lebih suka bergaul dengan teman-teman sebaya
daripada dengan guru atau orang tuanya. Pergaulannya lebih condong dengan
teman-teman sejenis. Karena itu pada waktu mengadakan diskusi kelompok
misalnya, bagilah mereka sesuai dengan jenis kelaminnya.
Berbeda dengan
masa-masa sebelumnya, kini mereka lebih menyukai permainan yang sifatnya
bersaing. Kegiatan belajar mengajar yang dapat memebuhi kebutuhan ini misalnya
adalah mengadakan perlombaan cerdas cermat Alkitab, dan sebagainya. Seraya
terus berikan bimbingan agar mereka dapat menyalurkan persaingan itu secara
sehat.
Secara Emosi
Selain mudah mencetuskan perasaannya, mereka juga
mudah kehilangan kesabarannya. Tetapi ironisnya mereka juga suka bergurau.
Namun perasaan takut, gelisah dan sejenisnya masih sering menghinggapinya,
karena it uterus berikan perhatian yang cukup.
Secara Rohani
Mereka adalah seorang pengagum, yang mengagumi tokoh-tokoh dari cerita-cerita yang
didengarnya. Karena itu, ajarkan kepada mereka tokoh-tokoh Alkitab serta
berikan teladan hidup yang baik.
Kesukaannya untuk membaca Alkitab dan berdoa perlu
terus dipupuk, dan lagi, mereka sudah dapat menerima pengajaran Alkitab yang
agak mendalam. Ajarlah mereka untuk mulai membaca Alkitab setiap hari secara
teratur dalam waktu teduhnya.
Selain mereka sudah mulai matang untuk menerima
keselamatan, mereka juga sudah mulai tertarik bila diajar memperhatikan
keselamatan orang lain. Minat anak sudah mulai ditunjukan dalam sebuah ide, dan
anak dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan apakah keyakinan. Orang tua dapat
mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap dimensi spiritual mereka (Hamid,
2000).
BAB
VIII
GURU
SEKOLAH MINGGU DAN KEHIDUPANNYA
Setelah
membaca bagian ini, mahasiswa dapat menyatakan kemampuan berikut ini: 1.
Dapat mengenali pribadi guru
sekolah minggu melalui kehidupannya 2.
Dapat mencontoh guru sekolah minggu
yang mempunyai kehidupan yang sesuai dengan kebenaran
firman Tuhan |
Salah satu faktor penting yang turut
menentukan keberhasilan Sekolah Minggu adalah guru Sekolah Minggu (GSM) itu
sendiri. GSM lebih penting daripada bahan-bahan yang dipergunakan untuk
mengajar. Betapapun baiknya bahan-bahan itu, tetapi bila tidak diikuti dengan
kepribadian yang baik maka semuanya itu terlalu berarti. Karenanya pemberdayaan
kehidupan secara terus-menerus tentunya tidak boleh diabaikan.
Bagaimana dari kehidupan yang harus
terus-menerus mengalami pembaharuan dan pemberdayaan? Yang pasti bukan hanya
kemampuan mengajarnya dan berpikirnya, tetapi jauh lebih daripada itu adalah
kerohaniannya, keyakinannya, karakternya, dan masih ada beberapa hal lagi yang
kesemuanya dipaparkan sebagai berikut:
1.
Kerohaniannya.
Merupakan syarat utama bagi GSM
unntuk bertobat (lahir baru), yakni percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamantnya. Penyerahan diri secara sungguh-sungguh kepada-Nya mewarnai
bagian hidupnya. Hal ini merupakan hal yang sangat penting dan mendasar,
mengingat yang dihadapi adalah anak-anak yang notabene memiliki dorongan dan
kecenderungan yang kuat untuk meneledani gurunya.
Selain itu, GSM harus mempunyai beban kepada jiwa-jiwa yang terhilang dengan penuh kerinduan
mempersembahkan mereka kepada Kristus. Perhatikan ucapan berikut ini:
“Seorang
yang melayani tanpa memiliki beban, maka ia akan mengerjakan pelayanan sebagai
suatu beban berat, tetapi seorang yang melayani dengan terbeban, maka ia akan
mengerjakan pelayanannya sebagai kesukaan dan kesempatan yang indah dalam
kehidupannya.”
2.
Keyakinannya
Percaya satu-satunya jalan
keselamatan hanyalah melalui Tuhan Yesus (Yoh. 14:6; Kis. 4:12) serta memiliki
keyakinan akan keselamatan yang pasti (Yoh. 10:28; 1 Yoh. 5:11-13).
Percaya bahwa seluruh isi Alkitab
(PL dan PB) merupakan wahyu Tuhan yang sempurna, yang harus diyakini
kebenarannya yang merupakan dasar iman dan pedoman hidup.
3.
Karakternya.
Telah menanggalkan manusia lama dan
mengenakan manusia baru (Kol. 3:5-17), yang ditandai dengan munculnya buah Roh
di dalam hidupnya (Gal. 5:22, 23): kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Seoarang guru adalah figur yang dijadikan
teladan bagi para muridnya. Di dalam hidupnya yang selalu berpusatkan Kristus
maka ia dapat menjadi teladan yang baik bagi murid-muridnya. Dalam hal apakah
kita harus menjadi teladan?
Coba perhatikan nasihat rasul Paulus
sebagai berikut:
“Jadilah teladan bagi orang-orang percaya,
dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan
dalam kesucianmu.” 1 Timotius 4:12.
4.
Ibadahnya
Mempunyai kesukaan (bukan hobi) dan
kebiasaan yang teratur bersama Tuhan melalui doa dan firman-Nya. Setia berdoa
untuk pelayanannya dan berdoa untuk murid-muridnya. Hasil doanya akan banyak
dialami oleh murid-muridnya, dimana mereka diselamatkan, disembuhkan bahkan
hidup mereka berubah menjadi anak-anak yang baik. Pada giliriannya bukan musatahil
anak-anak itu akan dipakai Tuhan membawa keluarganya, teman-temannya bagi
Kristus.
5.
Pengetahuannya
Guru Sekolah Minggu hendaknya
mempunyai pengenalan yang mendalam tentang Alkitab. Alkitab merupakan pedoman
yang terpenting dalam Sekolah Minggu, karena itu GSM harus memahami isinya.
Selain itu, GSM perlu memiliki pengenalan tentang “anak” yang diajarnya. Hal
ini penting karena berkaitan dengan proses belajar mengajar. Khususnya dalam
mengajar perlu mempertimbangkan tingkat pengertian anak didiknya, agar tidak
mengajarkan hal-hal yang tidak mungkin difahaminya. Selain itu GSM perlu
memahami teknik/metode mengajar yang pas.
6.
Kasihnya
Modal utama yang harus dimiliki dan
sekaligus dijadikan titik tolak dari pengajaran GSM adalah kasih. Tentunya anda
masih ingat apa yang ditanyakan Tuhan Yesus kepada Petrus (Yoh. 21: 15-19)
sebelum Ia menyuruhnya menggembalakan domba-domba-Nya? “…apakah engkau
mengasihi Aku….” Benar Tuhan! Walaupun Petrus sudah dengan tegas menjawab bahwa
ia mengasihi-Nya, namun Tuhan Yesus masih saja bertanya (sampai 3 kali) dengan
pertanyaan yang sama. Mengapa? Coba bandigkan dengan Ulangan 6: 4-7.
7.
Sikap
hidupnya
Guru adalah tokoh (model) sentral
bagi anak didik. Karena itu menampilkan hidup dan kepribadian yang “patut
diteladani” nampaknya tidak bisa ditunda. Apalagi, GSM yang notabene
menyampaikan “kebenaran”, sudah sepatutnya hidupnya diwarnai kebenaran.
Ia adalah sosok yang mampu
menghargai harkat diri, yakni menerima keberadaan dirinya sebagaimana
diciptakan oleh Tuhan, bertingkah laku yang tepat sesuai dengan keberadaannya
laki-laki atau perempuan. Serta memiliki rasa percaya diri yang kuat karena
iman dan penyerahannya kepada Kristus, sehingga tidak rendah diri. Selain itu
ia memiliki tujuan hidup yang pasti, tahu dengan jelas apa yang harus
dilakukannya sesuai dengan kehendak dan pimpinan Tuhan sebagai pusat hidupnya.
Ada 25 Cara menjadi guru Sekolah Minggu teladan :
1.
Awali
setiap kegiatan pelayanan Anda dengan doa.
2.
Akhiri
kegiatan pelayanan Anda dengan doa.
3.
Ingatlah
untuk saling mendoakan sesama rekan guru.
4.
Evaluasi
diperlukan demi perkembangan.
5.
Berikan
materi dengan jelas dan menarik.
6.
Hargai
anak didik.
7.
Penguasaan
materi yang bagus dan mengembangkan ilmu.
8.
Adakan
studi banding ke sekolah minggu yang lain.
9.
Disiplin
tapi tidak mudah marah.
10.
Berikan
perhatian yang sama kepada seluruh anak sekolah minggu.
11.
Mengajar
tidak ubahnya seperti bernyanyi.
12.
Perkaya
persiapan Anda untuk bercerita.
13.
Miliki
inovasi untuk membuat alat peraga.
14.
Siap
sedia untuk menggantikan rekan yang berhalangan.
15.
Jalin
kedekatan dengan orang tua murid.
16.
Menerima
saran dan kritik dari orang lain.
17.
Usahakan
hadir sebelum anak–anak hadir.
18.
Tampillah
secara sederhana, tetapi menarik.
19.
Sambutlah
anak baru dengan kasih persaudaraan.
20.
Hafalkan
nama–nama anak sekolah minggu.
21.
Adakan
acara–acara istimewa.
22.
Beri
perhatian khusus pada anak yang sakit atau tertimpa kemalangan.
23.
Anak
yang sangat aktif membutuhkan perhatian Anda.
24.
Ajarkan
selalu lagu–lagu baru dengan gaya baru.
25.
Jagalah
kebersihan di dalam ruangan.
BAB IX
Awal mula pelayanan Sekolah Minggu
Pelayanan anak oleh gereja atau
yang biasa disebut dengan SEKOLAH MINGGU, tidak terlepas dari peran Robert
Raikes, ia kemudian dikenal sebagai Bapak Sekolah Minggu. Robert Raikes
lahir tanggal 14 September 1735 di Glovcester Inggris, sebuat kota kecil di
tepi sungai Severn, kira-kira 150 Km Barat Laut kota London. Pada masa akhir
abad 18, Inggris sedang dilanda suatu krisis ekonomi yang sangat parah. Setiap
orang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan anak-anak dipaksa
bekerja untuk bisa mendapatkan penghidupan yang layak.
Pada saat itu Robert Raikes yang
juga seorang wartawan, mendapat tugas untuk meliput berita tentang anak-anak
gelandangan di Gloucester bagi sebuah koran milik ayahnya. Apa yang dilihat
Robert sangat memprihatinkan, sebab anak-anak gelandangan itu harus bekerja
dari hari Senin sampai Sabtu. Apa yang dilakukan anak-anak pada hari Minggu
itu? Hari Minggu adalah satu-satunya hari libur mereka sehingga mereka habiskan
untuk bersenang-senang. Dengan tidak adanya pendidikan membuat anak-anak itu
menjadi sangat liar, minum-minuman keras, berkelahi dan melakukan berbagai
macam kenakalan juga kejahatan. Mereka tidak pernah diajak orangtuanya untuk
mengikuti kebaktian di gereja.
Semua perilaku buruk anak-anak
tersebut menjadi perhatian serius dari Robert Raikers. Ia mencari solusi
bagaimana mengatasi hal itu. Robert Raikers melihat bahwa dalam diri anak-anak
itu ada banyak potensi yang disia-siakan oleh masyarakat dan gereja.
Kreativitas anak-anak itu bisa berakibat buruk bagi masa depan mereka jika
mereka tidak dididik sejak muda.
Pada tahun 1780, ia melakukan
tindakan nyata. Melihat keadaan itu Robert Raikes bertekad untuk mengubah
keadaan. Ia dengan beberapa teman mencoba melakukan pendekatan kepada anak-anak
tersebut dengan mengundang mereka berkumpul di sebuah dapur milik Ibu Meredith
di kota Scooty Alley. Di sana selain anak-anak mendapat makanan, mereka juga
diajarkan sopan santun, membaca dan menulis. Tapi hal paling indah yang
diterima anak-anak di situ adalah mereka mendapat kesempatan mendengar
cerita-cerita Alkitab.
Pada mulanya pelayanan ini sangat
tidak mudah. Banyak anak-anak itu datang dengan keadaan yang sangat bau dan
kotor. Ia juga menerapkan metode pendidikan yang disiplin, yang terkadang
dengan pukulan rotan, tapi semuanya itu dilakukan dengan penuh cinta kasih,
akhirnya anak-anak itu belajar untuk mau dididik dengan baik, sehingga semakin
lama semakin banyak anak datang ke dapur Ibu Meredith. Semakin banyak juga yang
guru disewa untuk mengajar mereka, bukan hanya untuk belajar membaca dan
menulis tapi juga Firman Tuhan. Perjuangan yang sangat sulit tapi melegakan.
Dan dalam waktu 4 tahun sekolah minggu itu semakin berkembang bahkan ke
kota-kota lain di Inggris, dan jumlah anak-anak yang datang ke sekolah hari
minggu terhitung mencapai 250.000 anak di seluruh Inggris.
Mula-mula gereja tidak mengakui
kehadiran gerakan Sekolah Minggu yang dimulai oleh Robert Raikes ini. Tetapi
karena kegigihannya menulis ke berbagai media dan membagikan visi pelayanan
anak ke masyarakat Kristen di Inggris, juga atas bantuan John Wesley (pendiri
gereja Methodis), akhirnya kehadiran Sekolah Minggu diterima oleh gereja.
Mula-mula oleh gereja Methodis, akhirnya gereja-gereja protestan lain. Ketika
Robert Raikes meninggal dunia tahun 1811, jumlah anak yang hadir di Sekolah
Minggu di seluruh Inggris mencapai lebih dari 400.000 anak. Dari pelayanan anak
ini, Inggris tidak hanya diselamatkan dari revolusi sosial, tapi juga
diselamatkan dari generasi yang tidak mengenal Tuhan. Gerakan Sekolah Minggu
yang dimulai di Inggris ini akhirnya menjalar ke berbagai tempat di dunia,
termasuk negara-negara Eropa lainnya dan ke Amerika.
BAB X
GURU SEKOLAH MINGGU DAN PENGAJARANNYA
Setelah membaca bagian
ini, mahasiswa dapat menyatakan
kemampuan berikut ini: 1.
Mengenali isi dari pengajaran guru
sekolah minggu. 2.
Dapat mengajarkan firman Tuhan
dengan kreatif dan efisien kepada anak sekolah minggu 3.
Melampirkan bentuk-bentuk gambar
sesuai dengan tema yang akan diajarkan |
·
Persiapan Materi
Beberapa hal
penting yang mesti dilakukan oleh guru Sekolah Minggu pada waktu
mempersiapkan materi pengajaran.
·
Tentukan Tujuan
Apakah tujuan utama dari proses belajar mengajar?
Salah satu hal
yang harus dilakukan oleh seorang guru sebelum mengajar adalah
menentukan tujuan pengajaran. Hal ini penting artinya bagi tercapainya
maksud utama dari
proses belajar mengajar .
Fungsi Tujuan
· Memberi arah
kepada pelajaran dan menolong untuk menentukan cara mengajar yang digunakan .
· Pemakaian jam pelajaran secara bijaksana.
· Menolong dalam perencanaan dan merupakan dasar melakukan
evaluasi.
3. Bagaimana
Cara membuat Tujuan ?
Prinsip yang harus
diperhatikan dalam membuat tujuan pengajaran adalah bahwa tujuan itu harus
sesuai dengan kebutuhan. Karena bila tidak demikian, maka sama saja halnya
dengan menggaru di tempat yang tidak gatal, artinya
“Kegatalan” akan tetap menjadi kegatalan
dan tidak perna terjadi perubahan.
Bagaiman agar tujuan yang di buat benar-benar sesuai
dengan kebutuhan?
Ada beberapa langkah yang perlu di perhatikan, yakni
setelah membaca berulang- ulang nats Alkitab
yang akan di sampaikan, lakukanlah perenungan dengan mengikuti dua
pertanyaan bantuan sebagai berikut:
1.
Apa
relevansinya nats tersebut terhadap pendengar?
2.
Apa
azas pokok dari nats tersebut?
Contoh:
1.
Nats
Markus 4:35- 41: “ Tuhan Yesus
meredahkan Angin ribut
2.
Relevansinya
terhadap pendengar : Takut.
3.
Azas
pokoknya: Tuhan Yesus peduli terhadap para murid yang sedang
mengalami rasa Takut.
4.
Tujuannya:
Supaya melalui kisa ini anak-anak mengerti bagaimana mengatasi rasa takut dan
menyadari bahwa Tuhan Yesus memperdulikan para murid-Nya yang mengalami
ketakutan.
Latihan :
1.
Lukas 15: 11-32 : Kisah anak yang hilang
2.
Kejadian
11: 1-9 : Kisah menara Babel.
3.
Yohanes 111-16 : Kisah Lasarus yang dibangkitkan.
4.
Apa kebutuhannya?
Lelia
Lewis, dalam bukunya Kehidupan Mengajar untuk Menguba
(P.5).
Mendaftarkan ada
dua macam kebutuhan pendengar pada umumnya, yang terdiri atas kebutuhan rohani secara umum dan secara khusus.
·
Secara umum
Pada umumnya setiap pendengar mempunyai
berbagai kebutuhan sebagai berikut:
-
Lahir
Baru
-
Pengetahuan
-
Kepandaian
-
Sifat
-
Bertumbu
dalam iman.
` Tahap
selanjurtnya, tentukan nats Alkitab sesuai dengan kebutuhannya
Contoh:
-
Kebutuhan
: Lahir Baru.
-
Nats
Alkitab: Lukas 19:1-10
Latihan:
Bila seorang guru mengetahui muridnya mempunyai kebutuhan
seperti berikut, apa yang
mestinya dilakukan
atau di sampaikan kepada mereka agar kebutuhannya tersebut terpenuhi?
-
Pengetahuan
-
Kepandaian
-
Sifat
-
Kebutuhan
dalam iman.
·
Secara Khusus
Berbeda dengan poin 1C, di mana Nats Alkitab bisa
langsung dipilih karena sudah mengetahui
apa kebutuhan pendengar. Tetapi untuk poin 2C, agar dapat membuat tujuan
yang tepat maka ada dua hal yang bisa
dilakukan:
1D. Melakukan pengamatan lapangan terhadap audiens,
setelah itu baru bisa memilih nats Alkitab yang sesuai untuk kemudian
disampaikan dalam pemberitaan firman Tuhan.
2D. Atau langsung menentukan natsnya, kemudian dalam
perenungannya perlu mengikuti dua bantuan pertanyaan sebagaimana tersebut di
atas.
Kesimpulan
Beberapa
kesimpulan yang dapat ditarik pasca mengikuti langkah- langkah persiapan mengajaran sebagaimana di jelaskan di
atas adalah sebagai berikut:
·
Ajaran
kita harus membuat anak menyadari hal-hal yang penting dalam kehidupan mereka .
·
Ajaran
kita harus menghantar mereka bertemu Tuhan secara pribadi dan bukan hanya
mengenal peraturan- peraturan-Nya semata.
- Ajaran kita harus membuat mereka mengetahui bahwa
Tuhan bersedia menolong sesuai dengan kebutuhan mereka.
- Pengajaran kita harus membuat mereka mengenal
kesempatan-kesempatan yang diberikan kepada mereka untuk memberi respon
kepada Tuhan.
Keempat hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa guru
mempunyai tanggung jawab untuk membimbing anak didiknya agar mereka menyadari
kebutuhan, mengetahui informasi yang diajarkan dalam Alkitab yang menjawab
kebutuhan mereka, serta menjadikan informasi
sebagai bagian dari pribadi mereka dalam pengambilan keputusan.
Garis Besar Pembagian Satu Sesi
Pengajaran
®
Pembukaan
- Jembatan dari dunia anak ke Firman Tuhan
- Pilih unsur yang berkaitan dengan pelajaran
- Bentuknya dapat bervariasi: Ucapan selamat
datang Nyanyian bersama.Doa
pembukaan, Mengigat hari ulang tahun mereka, ceria sehari-hari, Mengulagi
satu bagian dari pelajaran minggu lalu, dan lain sebagainya.
- Persembahan ada baiknya dilaksanakan di awal
mengigat uang dalam tangan anak mudah jatuh dan mengganggu acara.
®
Penyampaian Firman Tuhan
Waktu penyampaian Firman Tuhan dalam bentuk cerita kepada
anak-anak hendaknya
menyesuaikan dengan kemampuan daya konsentrasi mereka.
- Kelas Balita
(2-3 tahun), Konsentrasi maksimal 7 menit
- Kelas kecil/ Indria(4-5 tahun), Konsentrasi maksimal
10 menit
- Kelas tengah/ Pratama (6-8 tahun), Konsentrasi
maksimal 15 menit.
- Kelas Besar / Madya( 9-11 tahun), konsentrasi
maksimal 25 menit.
- Kelas Remaja( 12-15), konsentrasi maksimal 35 menit.
® Penghafalan
Ayat Alkitab
Pada umumnya diajarkan sesaat setelah
penyampaian Firman Tuhan selesai. Ayat
Alkitab yang
dipiliah sebaiknya di sesuaikan dengan Firman Tuhan yang di sampaikan.
® Penerapan
/ respon
- Firman Tuhan akan di pendam dan akan di antarakan
untuk memberi respons.
- Penuh interaksi antar guru dan murid: di mana murid
dibimbing memberirespon melalui beraneka rangam kegiatan. Seperti
mengajarkan gambar dinding, melukis satu bagian cerita atau memisahkan
bagian gambar dan keudian menyusun ulang, menjawab pertanyaan, mengulagi
cerita, belajar lagu baru, dan sebagainya.
- Kegiatan di atas harus disesuaikan dengan cerita:
sebagai aktifitas akan menolong sehingga parasaan anak bersatu dengan cerita:
sebagian menggerakkan emosi dan k hendak anak dalam arah tindakan, dan sebagian lagi merupakan
tindakan baru.
® Penutup
Unsur yang terdapat dalam penutup antara lain meliputi
pengumuman (bilah ada) dan doa penutup
disertai pujian penutup. Anak dilepaskan di bawah berkat perlindungan
Tuhan.
Tehnik Mengajar.
®
Persiapan Diri
- Guru Sekolah Minggu (GSM) telah menguasai materi
yang akan disampaikan
- Mengecek bahan-bahan yang dibutuhkan
- Mengecek penampilan: Pakaian, Persiapan, make-up.
Dll. Sebaiknya berpenampilan secara wajar dan sesuai dengan situasi dan
kondisi.
- Mengecek ruangan, meletakkan alat peraga sehingga
siap dipakai, mengatur hal-hal yang akan menjadi yang akan menjadi pusat
perhatian.
®
Penyampaian Materi
Berikut beberapa
hal penting yang perlu di perhatikan pada saat Guru menyampaikan materi
pengajaran kepada para pendengarnya.
®
Pendahuluan
Guru sebaiknya tahu bener bagaimana sebaiknya memulai
ceritanya dengan baik.
Tahap ini merupakan langka awal untuk menarik perhatian
anak terhadap cerita yang
akan di sampaikan.
Karena itu buatlah pendahuluan semenarik mungkin.
Sudah barang tentu
pendahuluannya harus sesuai dengan cerita yang akan di sampaikan.
Berikut beberapa cara membuat pendahuluan:
· Melalui gerakan / demostrasi
· Melalui ilustrasi
· Melalui pertanyaan
· Mennyuruh anak menulis / menggambar sesuai petunjuk
· Menyuru anak melakukan sesuatu
· Menghindari menyebut judul cerita
·
Pada saat bercerita
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menyampaikan materi:
®
Intonasi
Pakailah suara
dengan sebaik-baiknya. Ucapan kata-kata
dengan jelas. Pakailah nada dan kecepatan suara yang berbeda-beda. Perhatikan
pada saat kapan suara harus tinggi, rendah, besar,kecil, cepat, lambat, berubah
berhenti. Dan ada kalanya perlu menggunakan suara tiruan.
®
Penggunaan istilah.
Gunakan kata-kata / istilah yang dapat di mengerti,
sesuai dengan tingkat Pengertian murid.Hindari pemakaian istilah-istilah abstrak. Namun
apabila harus menggunakan istilah yang abstrak, sebaiknya dijelaskan maksudnya.
®
Kontak mata
Sedapat mungkin guru memperhatikan wajah dari setiap
murid, agar dapat mengetahui reaksi mereka terhadap cerita yang di sampaikan.
®
Bahasa Tubuh
Gerak-gerik dan
mimik yang disampaikan saat bercerita akan tertanam dalam
hati dan pikiran para murid. Bahasa tubuh yang di
sampaikan sebaiknya sesuai
dengan cerita yang
disampaikan. Roman muka anda sanagt
menentukan mati
hidupnya suatu kelas.
®
Sikap.
Gerak-gerik dan tingkah laku seorang guru akan berkesan dan menjadi sasaran perhatian
anak didiknya, karena itu hindari kesan-kesan negatif. Misalnya: berdasarkan
pada papan tulis, duduku di meja,
keluar masukkan tangan dari saku celana,
sering menarik celananya, dll.
Dengan lain kata, hindari gerak-gerik yang berlebihan,
dan jangan mengulangi gerakan yang sama secara berulang-ulang; apa lagi gerakan yang
aneh.
§
Penggunaan Alat Peraga
Alat peraga merupakan alat penolong memperjelas dan
memberikan kesan yang mendalam kepada anak. Menurut penelitian dari para ahli pendidikan
menunjukkan bahwa seorang anak akan
mengingat : 10-20% dari apa yang didengar, 50-60% dariapa yang didengar dan dilihat; 70-80% dari apa yang di dengar,
dilihat dan dikatakan;serta 90% dari apa yang di dengar, dilihat, dikatakan dan
dilakukan.
Dalam bukunya Sundays School Teaching, Reginal Hill
menegaskan bahwa anak-anak lebih cepat dan lebi baik belajar. Jika didepan mereka ada sesuatu yang dapat dipandang.
Dari pada hanya di suruh mendengar
saja.Mavis Anderson (P. 42) menambahkan bahwa 80-90% dari apa yang anak pelajari, diterimanya
melalui mata. Ditambahkan, ingatannya bertambah sampai 50% melalui penggunaan alat peraga.
Tuhan Yesus dalam mengajar sering menggunakan alat peraga,
seperti Burung, Bunga (Matius 6: 25-34), seorang anak (Markus. 9: 33-37), mata
uang (Matius 22: 17-22), seorang janda Miskin (Markus 12: 41-44). Jika sang Guru Agung kita menggunakan
alat peraga dalam mengajar dalam pengajaran-Nya, bukankah
hal itu penting untuk diteladani?
§
Manfaat Alat Peraga
-
Memusatkan
perhatian
-
Mempertahankan
perhatian
-
Menolong
memperjelas pengertian
-
Memperdalam kesan dan menolong daya ingat
-
Membantu
penguasaan guru dalam kelas
§
Jenis Alat Peraga
ü
Papan Tulis
Merupakan alat peraga yang multi fungsi, bisa
untuk tempat menulis pertanyaan,
ayat mas, membuat gambar sederhana, yang dapat
dipergunakan untuk menerangkan garis
besar pelajaran, dan sebagainya.
ü
Papan Flanel
Papan
yang ditutupi dengan kain (dengan
kain kasar yang berbulu). Begitupun gambar-gambar dibelakangnya dilekatkan
planel tempel, supaya gambar tersebut dapat melekat dan dapat ditempel pada
papan flanel.
ü
Flashcard.
Seri flashcard
adalah kumpulan bebrapa gambar untuk satu alur cerita. Gambar dapat dibuat pada
kertas manila atau karton. Adapun cara menggunakannya adalah
pada saat bercerita, guru mrnunjukkan gambar-gambar secara bergantian dan
berurutan sesuai dengan alur ceritanya. Karenanya di sebut “flash” yang berarti
sebentar saja.
tempat gambar.
ü
Boneka
Boneka-boneka yang dapat di gerakkan dapat di pergunakan untuk
melakonkan
berbagai cerita Alkitab.Bahan-bahan seperti kaos kaki,
kayu, kulit dan sebagainya dapat dipakai juga sebagai boneka.
ü
Simbul
Salah satu contoh dari alat peraga ini adalah
“rambu-rambu lalu lintas”, juga dapat di gunakan untuk menjelaskan kebenaran
Firman Tuhan.Sehingga bukan tidak mungkin pada waktu mereka dalam perjalana dan
melihat rambu-rambu lalulintas yang perna dipakai gurunya
sebagai peraga waktu mengajar, mereka mengingat kembali Firman Tuhan yang pernah
di dengarnya.
ü
Peta.
Alat peraga ini lebih sesuai bila diterapkan kepada anak
besar, di mana akan bermanfaat bagi mereka mengerti tempat-tempat yang di sebut
baik dal Perjajian Lama maupun Perjanjian Baru.
ü
Gambar.
Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya
paling dikenal.
Tentunya gambar- gambar yang di pergunakan harus sesuai dengan ceriteranya.
Contoh: Allah Berfirman
Cerita Naaman
Tempat
gambar
Untuk
anak-anak cerita Naaman kan lebih terang dengan ikhtisar dalam sederhana dalam
gambar-gambar sebagai berikut:
Berikut berbagai gambar orang-orangan (stick
figures), yang hanya dilukiskan dengan beberapa garis.
Tempat
gambar
Gambar yang dapat dipergunakan
untuk dapat diketahui.
Tempat
gambar
Tmpt gmbr
§
Mengajarkan Ayat Hafalan Secara Kreatif
Dawson Trotman, pendirian para navigator perna membuat
ilustrasi “Tangan Memegang Alkitab”, untuk
menjelaskan tetang bagaimana Firman Allah dalam masuk dengan segala kelimpahan
dalam diri orang percaya. Kelima jari-jari tangan kita ini, menggambarkan kebiasaan
orang Kristen terhadap Firman Tuhan: Mendengar
(jari kelingking ), membaca (jari manis),
mempelajari (jari tengah), dan menghafal (jari telunjuk), serta merenungkan (ibu Jari).
Apakah yang
terbayang dalam benak anda, jika anda melihat seseorang yang memegang
Alkitab hanya dengan jari manis dan ibu
jari? Atau dengan ketiga jarinya, yaitu dengan jari kelingking, jari manis atau ibu jari ? benarkah orang
itu dapat memengang Alkitabnya dengan cukup kuat? Tentunya tidak sekuat kalau ia menggunakan kelima
jarinya.
Demikian juga seharusnya sikap kita terhadap firman
Tuhan. Iman kita akan semakin kuat dan teguh jika kita membiasakan diri kita
untuk mendengar. Membaca, mempelajari, menghafal dan merenungkan serta
melakukan Firman Tuhan. Perlu disadari bahwa kita hanya dapat mengingat 5% dari apa yang kita dengar, 15% dari apa yang
kita baca, dan 35% dari dari yang kita pelajari; sedangkan dari merenungkan kita hanya dapat
mengingat sebanyak 25%. Kalau begitu bagaimana agar Firman Tuhan
dapat diingat seratus persen?Dengan cara menghafalkannya bukan?
Dengan demikian
jelaslah bahwa “Menghafal Firman Tuhan” selain merupakan kebiasaan yang sangat penting, juga juga sangat berfaedah.
Tetapi persoalannya adalah bagaimana kita dapat menjadikan ayat hafalan ayat Alkitab itu menjadi menyenangkan.
Sebagian
besar dari beberapa cara berikut, dikutip dari buku Pembaharuan Mengajar.
- Mengganti kata-kata penting dengan gambar yang
sesuai.
- Dengan cara menyanyikan. Tentunya cara ini menuntut
guru untuk
mempersiapakan diri dengan baik.
- Menulis ayat-ayat tersebut padapapan tulis. Kemudian
hapus kata demi kata sambil terus di hafal sampai keseluruhan ayat bisa di
hafalkan di luar kepala.
- Tulis ayat itu kata demi kata pada kartu- kartu,
selanjutnya mintalah anak-anak untuk menempelkan kartu-kartu tersebut pada
papan planel yang telah disediakan, secara berurutan dan benar.
- Jika tidak ada papan planel, berikan kartu-kartu itu
kepada masing-masing anak sesuai dengan jumlah kartu yang tersedia.
Kemudian mintalah mereka berdiri di depan kelas secara berurutan dan
selanjutnya megucapkan kata-kata tersebut secara bergantian dan berurutan
yang benar.
- Dengan menulis ayat tersebut pada kartu warna-warni
dan kecil agar dapat di pergunakan oleh anak-anak sebagai pembatas dalam
Alkitab mereka.
Kolose 3:16
Hendaklah Perkataan Kristus Diam
Dengan Segala KekayaanNya Di Antara Kamu
BAB
XI
KURIKULUM
SEKOLAH MINGGU ANAK
Setelah
membaca bagian ini, mahasiswa dapat menyatakan kemampuan berikut ini: 1.
Mengenali apa yang dimaksud dengan
kurikulum. 2.
Mengenali kurikulum sekolah minggu
anak. 3.
Menerapkan kurikulum yang sesuai
dengan Pendidikan Agama Kristen. 4.
Menyusun kurikulum berdasarkan tema
yang dipilih di gereja masing-masing mahasiswa |
Kurikulum merupakan suatu bentuk sederhana yang akan kita
ajarkan. Hal ini mencakup arah studi, termasuk buku penuntun dan materi
pengajaran itu. Dalam penggunaan yang moderen, kurikulum di definisikan
sebagai semua sumber daya dan pengalaman,
termasuk situasi belajar mengajar yang menolong untuk mencapai tujuan.
Kriteria Kurikulum :
1.
Harus
berdasarkan Firman Tuhan
2.
Harus
menemukan kebutuhan orang yang diajar
3.
Harus
menemukan sejarah apa yang pernah diajarkan kepada mereka.
Kriteri untuk menyelesaikan kurikulum:
1.
Berapa
banyak tenaga yang dibutuhkan ?
2.
Bagaimana
harga Kurikulum itu?
3.
Apaka
kurukulum itu menolong murid untuk mengalami dam menemukan kebenaran
secara pribadi atau hanya menberikan informasi dan
menghafal kebenaran saja?
4.
Apakah
bahannya menerik?
5.
Apaka
perangkat yang di gunakan guru guru itu menolong?
6.
Apakah
materi itu mengungkapkan tujuan yang jelas?
7.
Apaka
sesuai dengan umur kelompok yang diajar ?
8.
Apakah
mengulangi pengalaman dan kebenaran yang penting?
9.
Apak
menggunakanpariasi Variasi cara yang merang sang murid untuk belajar?
Kurikulum Pendidikan Kristen menekankan kepada beberapa
hal sebagai seperti:
- Tujuanya apa / sasarannya.
- Kegiatan belajar mengajar (sesuai usia)
- Materi pelajarannya - menekankan firman Allah sebagai Aplikasinya
- Evaluasi
Perlu diperhatikan bahwa keempat hal tersebut saling
terkait satu dengan yang lainnya. Guna melaksanakan kurikulum tersebut harus ada otoritas
yang berisi sebagai berikut :
Dalam Kehendak
Allah
Dalam kebenaran kekal
Dalam Pengetahuan
Dalam
masyarakat à berguna di dalam masyarakat
Pragmatisme adalah
Paham yang memasukan pelajaran dalam
kurikulum walaupun hal tersebut tidak /
kurang di sukai
Atau diminati.
Pandangan orang Kristen terhadap kurikulum
pendidikanKristen:
- Biblical imperative
Artinya : dalam melaksanakan tujuan yang ada sifatnya
Merupakan perintah yang harus di taati
- Biblical Objective
Artinya
Tertuju pada objek
Alkitab à
Sasarannya anak paham Alkitab
-------------------------------------------------------------------------------------
Perbedaan antara
pendidikan sekuler dan pendidikan kristen:
1.
Kognitif
1. Kognitif
2.
Afektif 2. Afektif
3.
Psikomotor
3. Psikomotoris
4.
Tidak
ada transformasi
4. Transformasi oleh Roh Kudus
Dalam mencapai aspek kognitif, Afektif dan psikomotoris kepada manusia di kondisikan
mencakup (tahu, mampu dan mau), yaitu:
1.
Pengetahuan
2.
Pemahaman
3.
Aplikasi
4.
Analisis
5.
Sintesis
6.
Evaluasi
BAB XII
GURU
SEKOLAH MINGGU DAN WALI MURID
Setelah
membaca bagian ini, mahasiswa dapat menyatakan kemampuan berikut ini: 1.
Sebagai guru sekolah minggu dapat
menjalin dan Mempererat
hubungan dengan wali muridnya. 2.
Membuat rencana bagan persiapan
dalam mengajar anak sekolah minggu. 3.
Memahami proses dalam mengajar anak
sekolah minggu |
Kenyataan menunjukkan bahwa banyak anak Sekolah Minggu
yang berguguran. Hal ini terjadi baik di
gereja-gereja pedesaan maupun perkotaan. Mengapa hal ini bisah terjadi?
Mundurnya anak-anak sekolah minggu sering di sebabkan adanya berbagai hasutan
dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini yang menjadi penyebab
kemunduran itu terjadi karena pemahaman iman yang dimiliki peserta didik,
sehingga rentan terhadap tekanan iman.
Menjalin Hubungan
Satu hal lagi yang dapat di kategorikan sebagai mundurnya
anak-anak Sekolah
Minggu adalah karena gagalnya memenangkan orang tua
mereka kepada Kristus.
Bukan tidak mungkin bagi anak-anak yang sudah bertahun-tahun
mengikuti ibadah Sekolah Minggu tetapi ahurnya mundur karena dilarang oleh
orang tuanya. Oleh karena itu betapa
pentingnya bagi guru-guru Sekolah Minggu untuk menjalin hubungan dengan orang
tua murid. Jalinan hubungan ini banyak manfaatnya, seperti bisa mengenal lebih
dalam keadaan keluarga mereka. Memperkenalkan kristus kepada mereka serta dapat
menyelaraskan pembinaan iman terhadap anak-anak mereka.
Mavis L. Anderson ( 1955.74) berpendapat bahwa kira-kira
66% dari anak-anak yang di menangkan bagi
Kristus berasal dari keluarga yang telah di selamatkan. Di selamatkan
dan datang ke gereja itu kita dapati
secara kebetulan saja. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya bagi guru Sekolah Minggu untuk melakukan
pendekatan terhadap wali murid.
Mempererat Hubugan
Perlu di sadari pulah
bahwa tugas guru Sekolah Minggu bukan
semata-mata menyampaikan
cerita. Tetapi juga bertanggung jawab mendoakan, menginjili
dan mengembalakan
baik mereka yang sudah menjadi murudnya maupun para calon muridnya. Kebertanggung jawaban guru terhadap peserta didiknya
nampak bagaiman ia dapat memberikan reaksi terhadap para muridnya yang tidak
setia ke gereja.Tentunya tidak saja mendoakan, tetapi juga siap sedia
mengunjugi mereka. Di mana kunjungan inipun penting artinya demi semakin
eratnya hubungan. Bukan saja terhadap peserta didik tetapi juga terhadap wali murid.
Berikut beberapa hal
penting yang perlu di perhatikan dalam melakukan perkunjungan:
ü Tujuan
Datang dengan maksud untruk membangun hubungan
persahabatan, agar terjadi
kepercayaan dari wali murid terhadap peran anda sebagai
guru anak-anak mereka. Ciptakan kerja sama yang baik dengan mereka agar
melaluinya dapat membawa mereka kepada Kristus.
ü
Sikap
Bersikaplah dengan wajar, ramah,murah senyum dan hindari
kesalahpahaman. Ini penting bagi tercapainya tujuan Anda
ü
Pendekatan
Ciptakan suatu suasana persahabatan sementara anda
memperkenalkan diri dan menyatakan maksut perkunjungan anda.
ü
Perilaku
Dalam hal ini ebaiknya tidak terlalu terburu-buru
menyampaikan ketidak setujuan anda terhadap perilaku atau kebiasaan yang
dilakukan olah walih murid yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Sebaliknya
ciptakan suatu penbicaran yang bersahabat.
Ketegasan terhadap hal-hal yang tidak sesuia dengan Firman Tuhan itu memang
perlu, namun dalam hal ini kita harus sadar bahwa tujuan kita adalah untuk membangun kerjasama serta membawa mereka
kepada Kristus. Untuk itu diperlukan kesabaran serta ketulusan. Semakin kita
bersikeras, semakin memberi peluang bagi mereka untuk menutup diri, yang pada gilirannya mereka
akan melarang anak-anak mereka datang ke gereja.
5.
Waktu Perkunjungan
Dalam melakukan perkunjungan perlu mempertimbangka waktu.hendaknya
perkunjungan itu tidak terlalu lama supaya tidak merugikan serta menyita
waktu mereka. Ada baiknya jika telah
membuat persetujuan sebelumnya.
6.
Manfaat Perkunjungan
Hal positif yang dapat diperileh dari perkunjungan adalah dapat
terjalinnya hubungan yang erat antara guru dan orang tua murid.dan ini penting
artinya bagi kemungkinan terciptanya penanganan yang lebi baik. Khususnya dalam
kaitannya dengan anak yang sedang di didiknya.
Perkunjungan dari rumah ke rumah yang di lakukan dengan
teratur itu bukan tidak mungkin merupakan sarana bagi pertumbuhan dan
pertambahan jiwa-jiwa bagi yang di selamatkan.Hal ini diakui pula oleh Anderson,
yang menegaskan bahwa perkunjungan itu merupakan satu sumber untuk dapat paling
sedikit tiga calon petobat baru.
Guru yang bijaksana tetunya tidak membiarkan peserta didiknya tanpa perhatian, tetapi
akan berusaha sebaik mungkin agar anak didiknya mengalami kemajuan dan perubahan. Karena itu ikutilah teladan
kristus . “Akulah gembala yang baik .
Gembala yang baik
memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”.
BAGAN PERSIAPAN RENCANA MENGAJAR
Kelompok Umur
: |
Tema : |
Bahan Alkitab
: |
Ayat Fokus : |
Ayat
Hafalan : |
Tujuan umum
: Setelah Selesai Pelajaran Ini Diharapkan Murid mau Bersikap jujur. |
Tujuan
Khusus :
|
Bahan Bantu
Mengajar: -
Alkitab -
Alat
peraga -
Bahan
lainnya |
WAKTU MENGAJAR Waktu: 1.Kegiatan awal a. Untuk Asuhan (2-3) dan Indria(4-6) Kegiatan 30 Menit Berkelompok
sebagai kesiapan belajar
anak b. Untuk
anak Pratama (7-9): 20 Menit Madya (10-12) :
15 Menit 2.Pertemuan
Bersama: Asuhan &
Indria :
30 Menit Menyayi,Doa,
Cerita/ Kegiatan belajar sesuai TKP,
Evaluasi, Penutup Pratama : Belajar Alkitab & Kegiatan
Sesuai TKP 35 Menit Madya : PA dan
Kegiatan Sesuai TKP 40 Menit 3.Evaluasi
5 Menit 4.Pekerjaan Rumah (PR) |
PROSES BELAJAR MENGAJAR SEKOLAH MINGGU
1.Cari kebutuhan dan keadaan Murid:
a. Umur (Situasi dan
Kondisi Murud) b.
Pendidikan
c. Kebudayaan/kebiasaan |
2.Bahan yang akan di ajarkan : |
3.Topik Pelajaran/ Bahan Pembahasan : |
4.Hasil Belajar Yang Diharapkan : a. Pengetahuan
b. Pengertian : 1.Pemahaman
2. Penguraian
3.
Penerapan
4. Pemaduan
5. Penilaian
c. Mengambil Sikap/ Nilai-nilai Moral
d. Keterampilan |
5.Standar Kompetensi (SK): Hasil belajar yang di
harapkan oleh Guru
Terhadap Murid Setelah selesai proses
belajar Mengajar. |
6.Kompetensi Dasar (KD):Kegiatan yang dilakukan oleh
Murid untuk
Mencapai Tujuan Umum Pelajarn(SK) 7.Waktu Mengajar : a.Kesediaan Belajar / Petunjuk Awal
Pokok Pelajaran b.Guru memberi
informasi Menenai Bahan pelajaran Murid
melaksanakan KD atau Tujuan Khusus Pelajaran
Untuk mencapai Hasil Belajar yang
Diharapkan. c.Evaluasi d. Tindak
lanjut |
· Buatlah Tujuan pelajaran Untuk 3
bulan kemudian Buat tujuan pelajaran Mingguan untuk Mencapai tujuan
pelajaran 3 bulan
· Pikirkan Metode yang Cocok!
· Pikirkan Alat Peraga yang di perlukan !
· Siapkan sebelum Pelajaran
dimulai!
· Sebaiknya Guru Sudah Mulai memikirkan dan Mempersiapkan
Pelajaran 1 Minggu Sebelumnya.
BAB
XIII
GURU DALAM
PAK ANAK
Setelah
membaca bagian ini, mahasiswa dapat menyatakan kemampuan berikut ini: 1.
Mengenal pribadi guru dalam PAK
anak 2.
Melaksanakan metode belajar
mengajar dalam PAK 3.
Dapat menyusun cara mempersiapkan
pelajaran anak sekolah minggu |
Dalam memilih Guru yang mengajar dalam suatu lembaga
pendidikan Kristen, haruslah dia seorang guru Kristen yang
sudah lahir baru dan penuh Roh Khudus. Roma 8:9-11; 5:1-2; Yohanes 3:3-5.
A.
Kualitas
Guru Kristen:
1.
Sudah
bertobat - Lahir Baru
2.
Mencintai
Tuhan dengan Sungguh-sungguh
3.
Mencintai
Anak dengan tulus
4.
Mencintai Firman Tuhan – Percaya bahwa Alkitab adalah
Firman Allah ynag tidak dapat salah (Innerancy).
5.
Suka
belajar- memiliki pengetahuan tentang
hermeneutika yang benar.
6.
Mengerti
proses belajar mengajar
-
Teori
John Lock : Tabula rasa,Maka peran guru sangat
penting.
-
Anak-anak
meniru gurunya
-
Harapan
dari hasil belajar adalah :
a.
Perubahan fisik : Ada perubahan
dalam perbuatan.
Misalnya: Biasa Bohong jadi Jujur
b.
Perubahan Intelek : Pemikiran yang
berbedah, Mis: Ateis menjadi Percaya
Tuhan Yesus.
c. Perubahan
Emosi : Menjdi sanagt mengasihi Yesus,
Rajin berdoa
d. Perubahan
spiritual : Menghasilkan tujuan hidup dengan ingin melayani Tuhan.
7. Memiliki Komitmen :
Melayani anak walaupun tidak diberi imbalan
8. Bisa bekerja dengan kelompok yang lain, Misalnya:
Mengundang tim
mengajar dari
gereja laiin
9. Mengerti pertumbuhan Rohani Anak.
§
Melalui
teladan : Hubugan guru dan anak di
dalam dan di luar kelas
§
Melalui
tradisi : Lingkungan Keluarga (
Terbuka atau tertutup)
§
Melalui
Formasi : Berdoa ,Membaca
Alkitab,Beribadah
10. Memiliki ketrampilan Khusus : Pandai menyanyi, pantomime,panggung
boneka.dll
METODE BELAJAR
MENGAJAR DALAM
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN.
Metode adalah
cara untuk
memuridkan, yang mana mencoba untuk
menggabungkan isi dan pengalaman.
A. Menekankan
komunikasi :
a.
Hanya sebuah alat yang di gunakan oleh pengajar
untuk mengkomunikasikan pengetahuan , ide, atau kebenaran yang dipertimbangkan
kepada murid
b.
Kata
metode hanya menjelaskan proses yang digunakan oleh pengajar untuk
mengkomunikasikan informasi kepada murid.
B.
Menekankan
Pengalaman.
a.
Metode
ialah kendaran yang membawa murid
kedalam kontak dengan Kristus dan
Firman-Nya.
Metode
yang dipakai biasanya merupakan ekspresi pengalaman dan filsafat guru yang
memdidik
.
Menurut Winarno Surahmat , dalam proses belajar mengajar
Harus terjadi
suatu interaksi yang
bersifat timbale balik
antara guru dan murid atau sebaliknya.
Dalam
suatu proses belajar mengajar mempunyai ada tujuan tertentu yang di capai:
a.
Membawa
peserta didik trampil
b.
Membawa
peserta didik mahir
c.
Membawa
peserta didik kreatif
Pendidikan Kristen harus mencontoh pada pola ajaran Tuhan Yesus sendiri:
Tuhan Yesus
Manusia / Murid
- Memberi teladan
konkrit -_harus mencontohnya
/ menirunya
- Sering ada
Kontak _ _Murid
dekat dengan guru
Relasi
yang hangat _.__Mereka
menyediakan waktu
Tingkah
laku yang nampak harus Konsisten _. __Murid Hormat pada gurunya
Secara psikologis
belajar adalah _____________________________________________________
__Suatu
bentuk melatioh kemampuan otak
Sedang menurut teori
, belajar merupakan_______________________________________________
___ suatu pembiasaan
/ pendisiplinan.
Lowrance O Richard
dalam bukunya “ Creative Bible Teaching “ mengatakan bahwa
dalam teori mengajar , suatu pengajar
yang kreatif adalah
___________________________________________
_ memusatkan
pada kegiatan yang membangkitkan minat anak didik dengan cara memberikan
rangsangan / reinforement
Keaktifan Murid perlu dilibatkan agar bertumbuh menjadi :
-. Bagaimana cara dia memahami sesuatu
-. Melihat hubungan satu dengan yang lain
-. Cara menerapkan secara mudah
Metode dalam
Pendidikan Agama Kristen adalah : __ suatu pelayanan , pekerjaan aktif yang
dilakukan bagi Tuhan dan manusia
sehingga ke dua belah pihak bertemu satu
dengan yang lain._
Metode dalam Pendidikan
Agama Kristen merupakan alat dan bukan
tujuan dan tidak boleh metode dipergunakan untuk mendapat hasil dan sukses secara duniawi.
Metode dalam pendidikan Agama Kristen dapat dilakukan dengan praktek dan teori. Kedua hal ini baik
teori dan praktek harus digabungkan menjadi satu baru mendapat hasil yang maksimal. Metode itu
sendiri hanyalah alat saja, sedangkan guru adalah yang menghidupkan metode
tersebut.
Ada beberapa jenis
metode teori dalampendidikan yaitu Metode
otoriter,metode kreatif,
metode dialektis.
Metode otoriter adalah memekai
kuasa dari atas (otoritas) untuk kepada
murid dan menyampaikan
pendidikan
murid dan murid harus tunduk kepada kuasa (otoritas) gurunya. Murid diharuskan
menelan mentah-mentah semua ajaran sang guru.
Sedangkan metode kreatif adalah __________________________________-_____________________________________________________________________
menitikberatkan kebebasan
seseorang untuk berpikir sendiri.
Guru tidak menjadi penguasa atau memberi perinta saja
melainkan memberi dorongan kepada murid sehingga pelajaran berlangsung tanpa
paksaan . metode kreatif harus dilaksanakan dengan pimpinan sang guru agar
tidak sampai menjidi pelajaran yang bersifat main-mainkarena terlalu banyak
kreatifitas murid.
Metode yang lainadalah metode dialektis. Metode dialektis adalah _____________________________________________________________________
Penggabungan antara kedua
metode tersebut ( otoriter & kreatif
)
Metode ini mengajarkan kita untuk mengadakan suatu “
Percakapan “ antara
kepercayaan
kita dengan keadaan
masa kini (aplikatif).
Dalam Alkitab metode-metode yang tidak
dipakai Tuhan Yesus adalah:
1.
Tuhan
Yesus tidak mau mempergunakan otoritasNya untuk hal-hal yang duniawi. Dalam
Matius 4:1-11. Iblis menggoda Yesus agar mempergunakan kuasaNya untuk menguba
batu menjadi roti.
Aplikasi : Injil tidak boleh diberitakan dengan
menawarkan hadiah-hadiah jasmani.
2.
Tuhan
Yesus tidak mendemonstrasikan kuasaNya yang hebat dengan cara menuruti
bujukan iblis untuk menjatuhkan diri dari
bubungan Bait Suci.
Aplikasi : jangan menarik perhatian jemaat dengan hal-hal yang sensasional seperti : pelayanan kelepasan.
Pada setiap orang keluar jarum,
paku,salib dll.
Beberapa hal yang
perlu ( Tergantung Pada orang tua mengerti tentang metode mengajar):
1.
Proses
belajar mengajar harus mengakibatkan murid termotivasi dan melaksanakan apa
yang di ajarkan guru.
2.
Proses
belajar mengajar adalah menanamkan
pengertia bukan hanya di dalam
otak saja tetapi seharusnya mengubah watak manusia.
3.
Belajar
bersama dalam kelompok lebih bermanfaat (Tergantung pada orang tua daripada
belajar sendiri.
4.
Belajar
tidak harus teori saja melainkan juga harus dipraktekkan
5.
Pribadi
guru merupakan faktor penting
6.
Terus
melakukan perubahan untuk mendapatkan cara yang lebih baru,
alat bantu visual sangat di perlukan untuk menunjukkan pengertian murid.
METODE MEMGAJAR ANAK SUPLEMEN- MENGAJAR SECARA KREATIF
A.
Menggunakan
Indera
Visual ( Video, LCD, OHP)
B.
Menggunakan
perasaan
Main Drama , Pantomime, Panggung Boneka.
C.
Menggunakan
pikiran /Intelek/ nalar.
Menulis puisi, sajak, Tanya jawab, teka-teki, perlomban.
CARA MEMPERSIAPKAN PELAJARAN ANAK
1.
Mendoakan
anak-anak yang akan diajar.
2.
Mencari
tahu kebutuhan anak sesuai dengan tingkat usia anak
3.
Memeriksa
dan membaca bahan yang akan diajarkan
4.
Membuat
tujuan umum
5.
Membuat
tujuan khusus atau kegiatan yang cocok dengan usia anak-anak
6.
Menyiapkan
Alat peraga yang di perlukan
7.
Menyiapkan
nyanyian yang cocok dengan cerita yang akan diajarkan
8.
Evaluasi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anderson,
Mavis L. Pola Mengajar Sekolah Minggu.
Bandung: Kalam Hidup, 1982.
Brubaker,
Omar J. dan Clark, Robert. Memahami
Sesama Kita. Malang: Gandum Mas, 1984.
Dobson,
James. Berani Mendisiplin. Jepara:
Silas Press, 1984.
Dresselhaus,
Richard L. Penginjilan di Sekolah Minggu.
Malang: Gandum Mas, 1984.
Daun,
Paulus D. H. Penuntun ke dalam Sekolah
Minggu Kanak-kanak.
…………,
Apakah Evangelism itu? Yogyakarta:
Andi Offest, 1986.
Dobson,
James. Masalah Membesarkan Anak.
Bandung: Kalam Hidup.
Firman Allah yang Hidup.
Bandung: Kalam Hidup, 1989.
Gunarso,
Singgih. Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1989.
Graham,
Billy. Keluarga yang Berpusatkan Kristus.
Bandung: Kalam Hidup, 1972.
Homrighausen
E. G. & Enklaar E. H. Pendidikan
Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989.
Jones,
Melvin A. Keluarga yang Bahagia.
Surabaya: Yakin
Jacobsen,
Margareth Beiley. Ketika Anak Anda
Bertumbuh. Bandung: Kalam Hidup, 1980.
Lewis
Leila. Mengajar untuk Mengubah Kehidupan.
Bandung: Kalam Hidup, 1987.
LaHaye,
Beverly. Membina Tempramen Anak.
Bandung: Kalam Hidup, 1982.
Leigh,
Ronald W. Sekolah Minggu yang Berhasil.
Malang: Gandum Mas, t.th.
Laufer,
Ruth. Pedoman Pelayanan Anak.
Surabaya: Grafika Dinoyo.
Meier
M.D., & Paul D. Membesarkan Anak dan
Perkembangan Watak secara Kristen. Surabaya: Yakin, 1983.
McElrath
W.N.,& Mathias, Billy. Ensiklopedi
Alkitab Praktis. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1987.
Net
Work Volume 1. Child Evangelism
Fellowship Press. Grand Rapids, Mich, 49501.
Poerwadarminta
W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1976.
Penuntun Sekolah Minggu.
Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OFM, 1988.
Riggs,
Ralph. Sekolah Minggu yang Berhasil.
Malang: Gandum Mas, 1983.
Richard,
Lawrence O., Mengajar Alkitab secara
Efektif. Bandung: Kalam Hidup, 1985.
Sujanto,
Agus. Psikologi Perkembangan.
Jakarta: Aksara Baru, 1983.
Setiawani,
Mary Go. Pembaruan Mengajar. Bandung:
Kalam Hidup, 1990.
Sidjabat,
Samuel. Strategi Pendidikan Kristen.
Yogyakarta: Yayasan Andi, 1994.
Smith,
Oswald J. Keajaiban Anugerah.
Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Imanuel, 1977.
Subsada,
Yakub B. Pembinaan Keluarga Kristen 1
& 2. Malang: Lembaga Bina Keluarga Kristen, 1990.
Teknik
Mengajar. Malang: Gandum Mas
Tong,
Stephen. Arsitek Jiwa. Jakarta:
Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993.
…………,
Membesarkan Anak dalam Tuhan.
Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1994.
Tafsiran Alkitab Masa
Kini 3. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OFM, 1992.
Wes
Haystead. Mengajar Anak tentang Allah.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988.
Willem
F. D. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh
Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar