Pertanyaan Yang
Menuntut Jawaban
|
Abd
al-Masih
Pada zaman yang serba cepat saat ini, pesawat udara telah membawa
benua-benua yang begitu jauh menjadi lebih dekat. Banyak orang dapat bepergian dengan bebas ke
negara-negara lainnya. Kita telah menjadi "Desa Sedunia" (Global
Village) – Produksi harian dari buku, TV, dan radio telah mempengaruhi pemikiran
semua orang, dan kadang kala mengakibatkan orang menjadi bingung dan frustrasi.
Dunia ini bising sekali dengan segala macam masalah. Walaupun teknologi telah
begitu majunya, tetap saja muncul pertanyaan lama: Apakah kebenaran yang kekal
itu? Jika kita saling mendengarkan, kita dapat melebarkan wawasan kita dan akan
mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang membingungkan ini.
Pada suatu saat, seorang hamba Tuhan diperbolehkan untuk
sering mengunjungi suatu penjara di negara Arab; di sini ia mengabarkan jalan
kebenaran kepada para narapidana. Ia memiliki ijin yang sah
untuk mengunjungi siapa saja yang ingin mendengarkan pesan damai dari Kebenaran
yang dapat menyucikan hati dan mengubah pikiran. Hamba Tuhan tersebut masuk ke
kamar-kamar penjara tanpa satu pengawas pun, dan menolak untuk dikawal. Ia
percaya bahwa para narapidana hanya akan membuka diri mereka dengan bebas di
dalam suatu diskusi yang jujur jika mereka tidak diawasi. Ia memasuki kamar-kamar mereka dengan berani dan duduk
berbicara dengan mereka seorang diri.
Dia juga pernah masuk ke satu ruangan yang penuh dengan
narapidana kelas berat yang dipenjarakan untuk waktu yang lebih lama. Mereka
telah mengenal dia dari kunjungan-kunjungan dia sebelumnya dan sudah terbiasa
untuk mendengar pesan-pesannya. Seusai kunjungannya, mereka berdiskusi
pesan-pesan yang disampaikannya selama berhari-hari dengan semangat yang begitu
besar.
Kali ini ketika dia mengunjungi mereka, tiba-tiba mereka
menutup pintu setelah dia masuk ke ruangan, dan berkata, "Kami tidak akan
melepaskan anda sampai anda secara jujur menjawab pertanyaan kami." Dia menjawab, "Saya datang kepada
anda secara sukarela, tanpa pengawal bersenjata. Saya siap untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan anda dari Firman Tuhan menurut apa yang saya ketahui.
Saya tidak dapat menjawab apa yang saya tidak ketahui." Mereka berkata
kepada dia, "Kami tidak bertanya tentang rahasia dunia. Kami hanya ingin
bertanya kepada anda, sebagai orang yang jujur dan tulus, untuk memberikan kami
jawaban yang jelas terhadap perbandingan yang telah mengganggu kami: Siapa yang
lebih besar, Muhammad atau Al-Masih?"
Ketika hamba Tuhan tersebut mendengar
pertanyaan ini, dia berhenti sejenak untuk menarik nafas, dan berkata kepada
dirinya sendiri, " Jika saya mengatakan 'Muhammad lebih besar,' para
narapidana yang berpihak pada Al-Masih akan menyerang saya. Dan jika saya
mengatakan, 'Al-Masih lebih besar,' para narapidana Islam akan mencoba membunuh
saya." Dia tahu bahwa hinaan atau kata yang keras melawan Muhammad dapat
dianggap sebagai pelanggaran yang pantas mendapat hukuman mati. Hamba Tuhan
tersebut berdoa dalam hatinya, memohon agar Tuhan memberikan jawaban yang
bijaksana dan yang meyakinkan kepada para narapidana tersebut. Dan Roh Kudus
memimpin hamba Tuhan ini yang berdiri sendirian di antara para narapidana,
terkunci di dalam ruangan tersebut, untuk dengan rendah hati menyampaikan
jawaban yang jujur dan jelas.
Ketika hamba Tuhan tersebut tidak langsung
menjawab, karena dia sedang berdoa dalam hatinya, para narapidana mendesak dia,
"Jangan mengelak dari tanggung jawab anda. Jangan menjadi pengecut.
Beritahu kebenaran kepada kami. Kami berjanji bahwa anda tidak akan disakiti,
apapun yang akan anda katakan. Jangan
bohongi kami, dan jangan juga menyembunyikan pemikiran nurani anda tentang hal
ini. Beritahu kami kebenaran secara keseluruhan." Hamba Tuhan itu
menjawab, "Saya siap untuk memberitahu kalian fakta-fakta yang sebenarnya.
Pertanyaan yang kalian lontarkan kepada saya bukanlah pelajaran yang telah saya
siapkan untuk kalian. Walaupun demikian, jika kalian memutuskan untuk
mendengarkan perbandingan antara Muhammad dan Al-Masih, saya tidak akan
menyembunyikan kebenaran dari kalian. Kalian seharusnya mengetahui bahwa saya
tidak bertanggung jawab atas hasil yang negatif karena pelajaran kita hari ini.
Kalianlah yang bertanggung jawab, karena kalian yang menuntut agar saya
menjawab sebuah pertanyaan yang bukan saja tidak saya lontarkan tetapi juga
tidak ingin saya singgung."
Hamba
Tuhan itu meneruskan, "Saya sendiri tidak akan mengatakan siapa yang
terbesar. Saya akan membiarkan keputusan ini dibuat oleh Al-Qur'an dan kumpulan
Tradisi Islam (Hadits). Mereka telah memberikan jawaban yang tegas dan
meyakinkan. Kalian mungkin ingin mengetahui apa yang Al-Qur'an katakan tentang
kebenaran yang tersembunyi ini, dan kebenaran ini akan membebaskan
kalian."
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa bapaknya Muhammad
adalah Abdullah; dan ibunya, Aminah. Muhammad lahir dari hubungan sepasang ayah
dan ibu. Baik Al-Qur'an maupun pakar-pakar Islam tidak menyatakan bahwa
Muhammad dilahirkan dengan cara yang supranatural. Kelahirannya tidak
diwartakan oleh seorang malaikat, dan juga tidak lahir oleh Kalimat Allah. Dia
lahir dengan cara yang biasa, sama seperti kita, yaitu karena hubungan sepasang
ayah dan ibu.
Lain halnya dengan Al-Masih, Al-Qur'an menyatakan
beberapa kali bahwa Dia tidak dilahirkan secara normal, seperti kita. Dia
dikandung oleh Perawan Maryam tanpa hubungan dengan seorang lelaki, karena
Allah meniupkan Roh-Nya di dalamnya. Hal ini berarti Isa Al-Masih adalah
satu-satunya di seluruh dunia yang dilahirkan dari Kalimat (Firman) Allah dan
Roh Allah.
Sesungguhnya, sang Mesias, Isa, Anak Maryam, duta besar
Allah, adalah Firman-Nya yang Ia limpahkan kepada Maryam; dan "Sesungguhnya Al Masih, 'Isa putera
Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya." (Sura
4:171). "Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami." (Sura
21:91).
"Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian
dari ruh (ciptaan) Kami." (Sura 66:12).
Al-Masih
bukanlah manusia biasa, tetapi Roh Tuhan yang berinkarnasi ke dalam tubuh
manusia. Jadi, Dia dilahirkan dari Roh Allah dan perawan Maryam. Sebaliknya,
Muhammad dilahirkan dari hubungan sepasang ayah dan ibu, sama seperti manusia
lainnya. Dia tidak dilahirkan dari Roh Allah.
III.
JANJI-JANJI ILAHI TENTANG MUHAMMAD DAN AL-MASIH
Kita akan mengutip Al-Qur'an janji-janji ilahi yang
diberikan kepada Maryam tentang Al-Masih yang akan dilahirkan olehnya:
"Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran
seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya,
namanya Al Masih 'Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat
dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)," (Sura 3:45).
Allah sendiri memberitahukan kepada Maryam tentang
kelahiran Al-Masih dengan menyebut Isa "kalimat (yang datang) daripada-Nya."
Semua nabi telah mendengar Firman Allah dan menuliskannya dengan
sungguh-sungguh. Bagi Al-Masih, Dia tidak hanya mendengar Firman Allah, tapi
diri-Nya sendiri juga adalah merupakan inkarnasi Firman Allah yang agung. Di
dalam diri-Nya terdapat kuasa yang penuh atas Firman Allah untuk mencipta,
menyembuhkan, mengampuni, menghibur, dan memperbaharui. Mengenai fakta yang
unik ini, Allah terlebih dahulu telah memberitahu kelahiran Al-Masih kepada
Maryam secara pribadi, mengkonfirmasikan dia kenyataan atas keajaiban yang
besar itu.
Dalam Al Qur'an tidak tertulis bahwa Muhammad adalah
Kalimat Allah yang berinkarnasi. Dia hanya mendengarkan Firman Allah dari
seorang malaikat dan mengulanginya untuk para pendengarnya. Allah tidak
memberitahukan kelahiran Muhammad kepada ibunya; dan juga Roh Allah tidak
ditiupkan ke dalam Aminah. Di sisi lain, Maryam secara pribadi berhadapan
dengan malaikat Jibril, yang dikirim oleh Allah untuk menjelaskan kepada dia
pekerjaan Roh Kudus di dalam dirinya. Hanya dia yang dipilih di antara
wanita-wanita, sebagaimana dikatakan Al-Qur'an, "Hai Maryam, sesungguhnya
Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala
wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)." (Sura 3:42).
Nama
Maryam dicatat 34 kali dalam Al Qur'an; tetapi nama ibunya Muhammad tidak
dicatat sama sekali. Ketika Muhammad memohon pengampunan atas dosa ibunya
setelah ibunya meninggal, Allah menghentikan Muhammad; hal ini membuat Muhammad
menangis dengan keras.
Konon ketika Muhammad masih kanak-kanak, dua malaikat
datang dan menyucikan hatinya. Ahli agama Islam mendukung cerita ini:
"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu
dadamu?, dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan
punggungmu?" (Sura 94:1-3).
Sejak itu, Muhammad mendapatkan gelar
kehormatan al-Mustafa, "Orang Yang Terpilih." Dia sendiri bukanlah
orang yang suci dan benar, karena dua malaikat harus mengambil beban dari
hatinya dan menyucikannya. Muhammad membutuhkan "operasi hati" agar
dapat disucikan dan menjadi seorang nabi dan pembawa berita Allah.
Di lain pihak, kita membaca dalam Al-Qur'an bahwa Anak
Maryam akan menjadi yang "paling suci" sejak saat Dia dilahirkan;
malaikat berkata kepadanya:
"Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang
utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci" (Sura
19:19).
Ahli-ahli agama Islam al-Tabari, al-Baidawi,
dan al-Zamakhshari setuju bahwa julukan "paling suci" berarti tidak
bersalah dan tidak berdosa. Sebelum Al-Masih dilahirkan, inspirasi ilahi
menyatakan bahwa orang yang akan dilahirkan dari Roh Allah akan selalu hidup
suci, tanpa satu dosa pun. Tidak perlu diadakan penyucian hati-Nya, karena
diri-Nya sendiri adalah suci. Anak Maryam tidak hanya mendengar Kalimat Allah;
diri-Nya sendiri adalah Kalimat Allah. Tidak ada perbedaan antara perbuatan-Nya
dan perkataan-Nya. Dia tetap selalu tidak bersalah dan tidak berdosa.
Al-Qur'an bersaksi beberapa kali bahwa nabi-nabi tertentu
telah berbuat dosa – kecuali Al-Masih, yang selalu hidup suci. Roh Allah
memelihara Dia, sejak Dia lahir, dalam kesucian yang sempurna, walaupun Dia
menjadi manusia. Dia tidak jatuh ke dalam pencobaan karena Dia adalah Roh Allah
yang berinkarnasi.
Muhammad mengaku secara terbuka tiga kali
dalam Al-Qur'an bahwa dia harus meminta pengampunan:
"dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan
bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi." (Sura
40:55).
"dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan
bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui
tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal." (Sura 47:19).
"Sesungguhnya Kami telah memberikan
kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap
dosamu yang telah lalu dan yang akan datang," (Sura 48:1-2).
Beberapa orang Islam menolak untuk menerima ayat-ayat ini
yang dengan jelas diungkapkan oleh Al-Qur'an. Orang-orang Islam lainnya mencoba
menutupi kebenaran ini.
Muhammad
adalah manusia biasa, yang lahir dari hubungan kedua orang tuanya. Dia
menjalani kehidupan yang normal dan berdosa sebagaimana kita juga berbuat dosa.
Dia meminta pengampunan atas dosanya kepada Allah. Tetapi Al-Masih dilahirkan
dari Roh Allah; Dia adalah Firman Allah yang menjelma menjadi manusia, hidup
penuh dengan kesucian sejak kelahiran-Nya.
V. INSPIRASI MUHAMMAD DAN AL-MASIH
Muhammad menyatakan bahwa dia menerima inspirasi melalui
malaikat Jibril, roh yang setia. Beberapa kumpulan Tradisi (Hadits) menyebutkan
bahwa setiap kali Muhammad mendapatkan inspirasi, Muhammad langsung menjadi
seperti tidak sadar. Buku al-Rewaya menyebutkan bahwa dia berubah dari keadaan
normal menjadi seperti dalam keadaan mabuk, bahkan hampir pingsan. Beberapa
pakar Islam mengatakan bahwa dia diangkat dari dunia ini. Abu Huraira
mengatakan, "Ketika inspirasi memasuki Muhammad, dia menjadi pucat
pasi." Buku al-Rewaya menulis, "Wajahnya menjadi seperti depresi, dan
matanya menjadi cekung. Kadangkala ia menjadi jatuh tertidur pulas
sekali." Omar bin al-Khattab mengatakan, "Ketika dia mendapatkan
inspirasi, dia mendengan suara yang bising, seperti suara lebah yang sedang
terbang, di seputar wajahnya." Ketika Muhammad ditanya bagaimana inspirasi
tersebut diterima olehnya; dia menjawab, "Kadangkala inspirasi tersebut
datang kepada saya seperti bunyi gema bel yang keras sekali, yang merupakan
bentuk inspirasi yang terberat bagi saya; dan ketika saya sadar, saya baru
ingat apa yang telah disampaikan."
Pakar-pakar Islam menyetujui bahwa Muhammad "merasa
berat setiap kali mendapat inspirasi; keningnya bercucuran keringat dingin;
kadangkala dia jatuh tertidur pulas sampai matanya menjadi merah." Zaid
bin Thabit mengatakan, "Ketika Muhammad mendapat inspirasi, badannya
menjadi begitu berat. Suatu kali, pahanya jatuh menimpa paha saya, dan saya
bersumpah kepada Allah, belum pernah saya menemukan hal yang lebih berat
daripada paha Muhammad. Setiap kali dia mendapat inspirasi ketika berada di
atas unta, untanya menjadi pincang, kakinya seolah-olah mau patah; dan
kadangkala untanya sampai berjongkok"(Mastery in the Quranic Sciences,
oleh al-Soyouti; 1:45-46). Menurut ahli agama Islam dan kesaksian-kesaksian
mereka, Allah tidak berbicara langsung kepada Muhammad tetapi melalui malaikat
Jibril. Allah menjaga jarak dengan dia, bahkan pada saat datangnya inspirasi.
Sebaliknya, Allah tidak pernah mengirim malaikat Jibril
kepada Al-Masih, dan Al-Masih tidak pernah menerima inspirasi melalui malaikat
Jibril atau pun pihak ketiga. Diri-Nya sendiri adalah kebenaran yang menjelma
menjadi manusia (Sura 19:34), Firman Allah yang kekal dan Roh dari Allah, dari
diri Allah, penuh dengan pengetahuan akan kehendak-Nya. Jika ada yang ingin
mempelajari kehendak Allah secara mendalam, dia harus mempelajari kehidupan
Al-Masih dengan seksama, karena Dia adalah inkarnasi dari kehendak Sang Maha Kuasa.
Al-Qur'an menyatakan bahwa Allah sendiri yang mengajarkan Al-Masih Al Kitab,
kebijaksanaan, Taurat, dan Injil, sebelum Dia berinkarnasi:
"Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al
Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil." (Sura 3:48).
Al-Masih tahu segala rahasia di atas surga dan di bumi,
karena Allah memberitahu Dia segala sesuatu yang telah ditulis dalam Kitab
Surgawi (al-Lauh al-Mahfudh), termasuk seluruh kitab Taurat, Zabur dan Injil.
Jadi, Al-Masih dipenuhi oleh Firman Allah. Dia tidak mengucapkan kalimat lain
selain kata-kata yang berasal dari Allah. Dia mengucapkan kalimat yang
menenangkan dan memberikan petunjuk kepada ibu-Nya, segera setelah Dia
dilahirkan.
"Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah:
'Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak
sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya
pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum
dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah:
'Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka
aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini'." (Sura
19:24-26).
Menurut Al-Qur'an, Al-Masih mengatakan kalimat Allah
ketika Dia masih bayi. Dia tidak membutuhkan seorang malaikat atau pun
perantara, karena diri Dia sendiri adalah Firman Allah dan Roh Allah. Untuk
alasan inilah, kuasa Allah bekerja dalam Anak Maryam, untuk mencipta,
menyembuhkan, mengampuni, menghibur, dan memperbaharui.
Kesimpulan dari inspirasi kepada Muhammad dalam Al-
Qur'an dan dalam kumpulan Tradisi (Hadits) terkumpul dalam Syariat (Hukum
Islam), yang memuat segala perintah agung dan larangan-larangan. Wujud akhir
dari inspirasi kepada Muhammad berbentuk "buku-buku": Al-Qur'an and kumpulan
Tradisi (Hadits), yang semuanya terkumpul dalam Syariat.
Inspirasi kepada Al-Masih adalah "diri-Nya
sendiri." Injil-Nya bukanlah berbentuk suatu hukum melainkan pewahyuan
atas kehidupan-Nya. Juga, Al-Masih memberikan para pengikut-Nya kuasa Ruhul
Qudus, sehingga mereka dapat memenuhi perintah-perintah-Nya. Para murid-Nya
tidak secara utama percaya pada suatu agama, dan mereka juga tidak hidup di
bawah hukum; tetapi lebih dari itu, mereka percaya kepada suatu pribadi. Mereka
berpegang erat pada Al-Masih, dan mengikut Dia. Al-Masih itu sendiri adalah
inspirasi Allah.
Ahli agama Islam mengatakan bahwa
keajaiban yang diberikan Allah kepada Muhammad adalah ayat-ayat Al-Qur'an dalam
Sura. Dengan demikian, keajaiban dari Muhammad bukan dalam bentuk perbuatan
tetapi dalam bentuk firman.
Al-Qur'an bersaksi untuk Isa,
menggambarkan karya-karya Al-Masih yang unik dan perbuatan penyembuhan-Nya yang
agung. Al-Masih tidak mengutuk musuh-Nya, juga Dia tidak berkelakuan seperti
penguasa yang kejam. Dia menunjukkan diri-Nya sebagai sumber kebaikan serta
kasih dan rahmat kepada semua manusia. Kuasa Allah keluar dari diri-Nya melalui
banyaknya tanda-tanda keajaiban yang dilakukan-Nya.
Tabib Terbesar yang Diberkati
Al-Qur'an membenarkan bahwa Al-Masih
menyembuhkan orang buta tanpa prosedur operasi atau pun obat. Dia menyembuhkan mereka hanya dengan melontarkan
kata-kata yang penuh kuasa. Perkataan-Nya terbukti memiliki kuasa penyembuhan –
dahulu dan sekarang juga. Al-Masih berkata menurut Al-Qur'an:
"dan
Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada" (Sura
19:31).
Dia
benar-benar merupakan pancuran berkat bagi semua orang di segala jaman (Sura
3:49; Sura 5:110).
Anak Maryam tidak takut terhadap mereka yang
terkena penyakit lepra, tetapi bahkan menyentuh kulit mereka yang sakit dan
menyembuhkan mereka melalui perkataan-Nya yang mempunyai kuasa menyucikan.
Al-Masih adalah Tabib terbesar sepanjang masa. Dia mengasihi orang miskin dan
mau menerima mereka yang sakit. Dia menumbuhkan harapan dan iman di dalam hati
mereka. Dia menyembuhkan setiap orang sakit yang dibawa ke hadapan-Nya.
Dia
Membangkitkan Orang Mati
Salah satu keajaiban yang dilakukan Al-Masih adalah Dia
membangkitkan orang mati; hal ini juga dikonfirmasikan baik dalam Al-Qur'an
maupun dalam Alkitab. Dia membangkitkan seorang anak perempuan, seorang lelaki
muda, dan seorang lelaki dewasa dari kematian. Siapa yang dapat membangkitkan
orang mati jika bukan Allah sendiri! Penting sekali bagi kita untuk benar-benar
menangkap dan mengerti arti yang mendalam dari beberapa ayat Al-Qur'an yang
menyatakan fakta yang tidak dapat dibantah bahwa Al-Masih berulang kali
membangkitkan orang mati (Sura 3:49; Sura 5:110).
Beberapa kritikus yang dangkal mengatakan bahwa Anak
Maryam tidak dapat melakukan keajaiban-keajaiban seorang diri, tetapi Allah-lah
yang memberi-Nya kekuatan melalui Roh Kudus, sehingga Dia dapat melakukan
keajaiban-keajaiban yang berbeda-beda. Pernyataan mereka tersebut didasarkan
oleh beberapa ayat Al-Qur'an berikut ini:
"dan
telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu'jizat) kepada Isa putera Maryam
dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus." (Sura 2:87).
"Rasul-rasul
itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara
mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah
meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada 'Isa putera Maryam
beberapa mu'jizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus." (Sura
2:253).
"(Ingatlah),
ketika Allah mengatakan: "Hai 'Isa putra Maryam, ingatlah ni'mat-Ku
kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu
dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa;
dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil,
dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang
berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu
menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) di waktu kamu
menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang
berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan
orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, … lalu orang-orang
kafir diantara mereka berkata: 'Ini tidak lain melainkan sihir yang
nyata'." (Sura 5:110).
Betapa mengherankan! Al-Qur'an bersaksi berulang kali
mengenai kerja sama antara Allah, Al-Masih dan Roh Kudus. Mereka bekerja sama
dalam kesatuan yang sempurna, melakukan keajaiban-keajaiban dalam Al-Masih
secara bersamaan. Para pengikut Al-Masih pun percaya dengan kerja sama yang
dilakukan di antara Tritunggal yang Kudus.
Pencipta
Muda
Kita dapat membaca di dalam Al-Qur'an – bukan
di Alkitab – bahwa Isa, sewaktu masih kecil, membentuk seekor burung dari tanah
liat, dan menghembuskan nafas kepadanya; lalu burung tersebut menjadi burung
yang hidup, terbang di udara:
"Sesungguhnya
aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mu'jizat) dari Tuhanmu,
yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku
meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku
menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit
sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah." (Sura 3:49).
Dalam ayat ini, kita menemukan kalimat yang
unik, "aku membuat untuk kamu," yang mengindikasikan bahwa Al-Masih
adalah seorang Pencipta. Seorang manusia biasa tidak dapat menciptakan sesuatu
dari yang tidak ada, juga tidak dapat menghembuskan nafas kehidupan kepada
benda mati.
Al-Qur'an bersaksi akan kemampuan Al-Masih
untuk memberikan kehidupan melalui tiupan nafas-Nya. Dia menghembuskan
nafas-Nya ke burung yang terbuat dari tanah dan burung tersebut menjadi hidup,
sama seperti Allah menghembuskan nafas-Nya kepada Adam. Ini berarti Al-Masih
memiliki Roh yang dapat memberi kehidupan dalam diri-Nya; Dia mampu
menghembuskan hidup ke dalam benda mati (burung yang terbuat dari tanah)
Pemelihara
yang Baik
Banyak sekali orang di Palestina yang mengetahui
kemampuan Anak Maryam yang tidak terbatas dan mengikuti Dia, bahkan sampai ke
gurun pasir, tanpa mengindahkan waktu dan keadaan yang sulit. Mereka
mendengarkan Dia sampai petang hari. Al-Qur'an bersaksi bahwa Al-Masih
menyiapkan makanan semeja penuh, yang diturunkan-Nya dari surga untuk
mengenyangkan orang banyak di padang pasir:
"(Ingatlah),
ketika pengikut-pengikut 'Isa berkata: "Hai 'Isa putera Maryam, sanggupkah
Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?". 'Isa menjawab:
"Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman".
Mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati
kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami
menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu". Isa putera Maryam
berdo'a: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan
dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu
orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi
kekuasaan Engkau; beri rezkilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling
Utama". Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan
itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu),
maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku
timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia"." (Sura
5:112-115).
Para pakar Islam berdiskusi dari segala macam
sudut pandang tentang kuantitas dan kualitas makanan yang disediakan di atas
meja di gurun pasir itu, dan bukannya meneliti Siapa yang menyediakan makanan
tersebut. Menurut Injil, Al-Masih menggunakan lima potong roti dan dua ikan,
mengucap syukur, dan melalui lima potong roti dan dua ikan ini Dia memberi
makan kepada lima ribu orang, di samping wanita dan anak-anak. Di sini Dia
memperlihatkan kekuasaan-Nya yang tidak terbatas sebagai Sang Pencipta melalui
cara yang praktis. Al-Masih tidak pernah mengucapkan kata-kata yang kosong; Dia
melakukan apa yang Dia ajarkan dan menunjukkan kehendak serta kasih-Nya melalui
keajaiban-keajaiban yang besar dan luar biasa.
Pengungkap
Rahasia
Dalam Al-Qur'an, Muhammad menyatakan:
"Aku
tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak
(pula) aku mengetahui yang ghaib." (Sura 6:50).
Lain halnya dengan Al-Masih. Muhammad mengacu
pada Isa Al-Masih dan mengatakan bahwa Al-Masihlah yang mengetahui rahasia
manusia dan dapat melihat apa yang tidak terlihat; kemampuan-kemampuan seperti
ini hanyalah dimiliki oleh Allah. Muhammad mengutip Al-Masih di dalam Al-Quran:
"…dan
aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku)
bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman." (Sura 3:49).
Muhammad menggambarkan kapasitas Al-Masih
sebagai Yang Maha Tahu, untuk mencela dan memberi peringatan kepada para
pengikutnya yang egois. Dia sangat jijik terhadap beberapa pengikutnya dari
Medinah karena mereka menyembunyikan makanan dan harta benda di dalam rumah
mereka, dan menolak untuk membagikan seluruh kekayaan mereka dengan para
imigran dari Mekah. Jadi dia memberi mereka peringatan bahwa Al-Masih akan
segera datang kembali sebagai Hakim, untuk memerintah pada Hari Penghakiman.
Muhammad mengakui bahwa Al-Masih akan mengetahui apa yang mereka lakukan secara
diam-diam di dalam rumah mereka. Dia akan mengetahui bukan hanya apa yang
mereka makan, tetapi juga apa yang mereka sembunyikan. Tidak ada yang dapat
lolos dari mata-Nya pada Hari Penghakiman. Tidak ada bukti yang lebih besar
lagi dari Muhammad mengenai keilahian Al-Masih selain apa yang dikatakannya di
sini. Dia mengakui bahwa Al-Masih mengetahui kebenaran yang tersembunyi dan
rahasia-rahasia di dalam hati manusia. Al-Masih mengetahui seluruh rahasia kita
secara rinci. Dia mengetahui perbuatan-perbuatan kita, yang baik maupun yang
buruk, karena Dia adalah Yang Maha Tahu. Tidak ada yang dapat disembunyikan
dari-Nya.
Pembuat
UU yang Bijaksana
Kita membaca dalam Al-Qur'an bahwa Al-Masih
mengijinkan para pengikut-Nya untuk melakukan apa yang dilarang menurut Hukum
Musa. Al-Masih tidak memaksa mereka untuk memenuhi seluruh peraturan Hukum
Musa. Dalam Injil, Al-Masih dengan jelas mengatakan bahwa makanan yang masuk ke
dalam perut tidak akan menajiskan kita; segala pikiran yang keluar dari hati
kitalah yang membuat kita najis, "Karena dari hati timbul segala pikiran
jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan
hujat." (Matius 15:19). Al-Masih mengungkapkan revolusi legislatif, karena
Dia adalah Pemberi Hukum dan Pembuat UU Yang Mulia yang mengambil hak dan
otoritas untuk menyempurnakan dan melengkapi Hukum Musa. Al-Qur'an
mengkonfirmasikan hak istimewa yang unik dari Al-Masih ini; bahwa Dia tidak
tunduk di bawah Hukum, tetapi berkuasa di atasnya dan menyempurnakannya. Musa,
semua nabi, dan orang-orang lainnya dalam Perjanjian Lama hidup di bawah Hukum
Musa. Mereka diharapkan untuk hidup memenuhi tuntutan Hukum Musa, tetapi
Al-Masih memiliki otoritas dan kuasa untuk menyempurnakan dan melengkapinya. Untuk
alasan ini, Dia menyatakan dalam Al-Qur'an:
"Dan
(aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk
menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu." (Sura 3:50).
Dalam
Injil, Al-Masih mengatakan,
"Kamu
telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi… Tetapi Aku berkata
kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
(Matius 5:38-44).
Pembaharu
Hati dan Pikiran
Diberikatilah orang yang menyadari bahwa
Al-Masih bukan hanya sekedar manusia biasa atau seorang nabi belaka, tetapi
Seorang Pembuat UU Yang Mulia yang memiliki kuasa Allah. Maka Muhammad
diperintahkan malaikat untuk mencari petunjuk dari orang-orang yang membaca Al
Kitab, agar dia dapat mengerti arti wahyu yang diberikan kepadanya:
"Maka
jika kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu,
maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu."
(Sura 10:94).
Al-Masih tidak perlu untuk bertanya guru-guru
pada jaman Perjanjian Lama tentang rahasia dari Hukum Musa, juga dia tidak
perlu meminta penjelasan dari pesan Perjanjian Lama, karena Diri Dia sendiri
adalah Firman Allah dan Pembuat UU. Sebenarnya Al-Masih adalah Hukum yang
berinkarnasi. Dia memiliki hak untuk ditaati semua orang. Al-Qur'an mengutip
perkataan Al-Masih:
"Karena
itu bertakwalah kepada Allah dan ta'atlah kepadaku." (Sura 3:50).
Semua manusia, Hindu, Yahudi, Islam, dan para
pengikut Al-Masih, harus mempelajari Injil dengan seksama, menyimpannya dalam
hati, dan mengikuti Al-Masih di dalam segala bagian kehidupan mereka. Al-Masih
memiliki hak dan otoritas untuk menuntut ketaatan dari setiap orang! Al-Masih
tidak hanya membimbing murid-murid-Nya kepada Allah, tetapi Dia juga memanggil
mereka untuk mengikuti Dia dan untuk menerapkan ajaran-ajaran-Nya. Untuk alasan
ini, Al-Qur'an menggambarkan para pengikut Al-Masih dengan gambaran yang
terbaik, seperti: Penolong-penolong Allah, orang yang beriman, berserah
(Islam), pengikut-pengikut-Nya dan martir (Sura 3:52-53). Kita dapat membaca
apa yang dikatakan tentang para pengikut-Nya dalam Al-Qur'an:
"Kemudian
Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula)
dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan
dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang."
(Sura 57:27).
Dalam Al-Qur'an, Allah mengatakan:
"Hai Isa, sesungguhnya Aku akan
menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta
membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang
mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian
hanya kepada Akulah kembalimu." (Sura 3:55).
Ayat-ayat Al-Qur'an ini menyatakan bahwa para pengikut
Isa yang sejati termasuk dalam golongan orang yang memiliki kelas yang lebih
tinggi, lebih istimewa, dan lebih terhormat. Mereka adalah orang-orang yang
rendah hati, tidak ingin menyombongkan diri atau menjadi tenar. Muhammad
menyatakan:
"Dan sesungguhnya kamu dapati yang
paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang
yang berkata: 'Sesungguhnya kami ini orang Nasrani'. Yang demikian itu
disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat
pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak
menyombongkan diri." (Sura 5:82).
Kesaksian Al-Qur'an menjelaskan keajaiban Al-Masih yang
terbesar, yaitu menunjukkan kemampuan-Nya untuk dengan diam-diam mengadakan
perubahan politik dan sosial tanpa peperangan ataupun tipu muslihat. Dia
memperbaharui dan membuat orang berdosa menjadi bertobat, mengubah mereka dari
orang yang egois menjadi orang yang mengasihi, dari pemimpin yang sombong
menjadi hamba Tuhan yang rendah hati. Al-Masih sendiri mengakui bahwa Dia
datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani dan untuk memberikan
hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (Matius 20:28).
Setiap
orang yang membandingkan keajaiban Muhammad dengan keajaiban Al-Masih menemukan
bahwa tanda keajaiban dari Muhammad hanyalah berupa firman, di mana tanda keajaiban
dari Al-Masih berupa keajaiban-keajaiban yang berbentuk perbuatan yang
dilakukan atas dasar kasih dan rahmat.
Dalam biografi mengenai sang Nabi, Ibn Hisham menulis bahwa
Muhammad wafat setelah sakit karena demam yang tinggi. Sebelum kematiannya,
Muhammad mengatakan bahwa racun dari bangsa Yahudi telah mematahkan hatinya.
Ketika seorang budak wanita Yahudi memberikan racun kepada makanan Muhammad,
seorang tamu yang makan bersamanya meninggal! Muhammad sendiri merasakan racun
dalam makanannya dan memuntahkannya sebelum dia telan. Namun demikian, tubuhnya
telah menyerap sebagian dari racun tersebut, dan itu yang menyebabkan
kematiannya.
Kematian Al-Masih dengan jelas diwartakan dalam Al-Qur'an,
menggenapi rencana Allah sebagai berkat bagi segala umat manusia. Dalam
Al-Qur'an, Yang Maha Kuasa berkata langsung kepada Isa:
"Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada
akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku" (Sura 3:55 ).
Walaupun kutipan ini tidak tertulis dalam Injil, hal ini
membuktikan bahwa Al-Masih bukan dibunuh secara tidak sengaja, tetapi mati
secara suka rela sesuai dengan kehendak Allah, dalam kedamaian.
Al-Qur'an tidak membantah kematian bersejarah Al-Masih sebagaimana
dikatakan orang-orang yang tidak percaya, karena kita dapat membaca nubuat yang
dikatakan oleh Al-Masih tentang kematian-Nya sendiri dalam Sura Maryam 19:33:
"Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku
dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali."
Pengakuan besar dari Al-Qur'an ini mengkonfirmasikan bahwa
Al-Masih dilahirkan, mati dan bangkit kembali dari kematian. Dengan pernyataan
ini, Muhammad mendukung ajaran Injil. Setiap orang yang percaya kepada
urut-urutan kejadian bersejarah ini akan hidup bersama Dia yang hidup sekarang
dan selama-lamanya!
Ketika Al-Masih kembali ke dunia lagi, Dia tidak akan pernah mati
lagi. Dia tidak mengatakan dalam Sura Maryam bahwa Dia akan mati nun jauh di
kemudian hari, tetapi segera setelah kelahiran dan kehidupan-Nya. Al-Qur'an
bersaksi bahwa Al-Masih dilahirkan, bahwa Dia mati, dan bahwa Dia bangkit
kembali dalam mata rantai kejadian yang berurutan. Para
pengikut Al-Masih sangat yakin tentang kematian dan kebangkitan Anak Maryam
yang bersejarah.
Al-Masih
mati secara sukarela dan dalam kedamaian yang sempurna. Kita dapat membaca hal ini dalam Injil dan
dalam Al-Qur'an. Al-Masih mengetahui sebelumnya tentang bagaimana Dia akan
mati. Dia bahkan memilih hari dan waktu kematian-Nya sendiri untuk dengan
sengaja tepat jatuh pada hari perayaan Paskah, menurut Hukum Musa. Dia
mengungkapkan bahwa Dia akan mati sebagai penebus dosa manusia dan
menyelamatkan semua orang yang percaya kepada-Nya dari dosa-dosa mereka dan
dari api kekal. Semua orang akan mati karena mereka telah
berdosa, tetapi Al-Masih tidak pernah berbuat dosa. Al-Qur'an menegaskan hal
ini beberapa kali. Al-Masih tidak mati karena dosa-Nya sendiri, tetapi karena
memikul dosa kita dan mati bagi kita. Ada kedamaian dan makna yang agung yang
menyelubungi kematian-Nya, menurut Sura Maryam 19:33, karena Dia, Domba Allah,
memikul dosa dunia dalam kasih-Nya.
Muhammad dikuburkan di Medinah, dan kuburannya masih ada
sampai sekarang. Orang Islam percaya bahwa rohnya menjadi perantara bagi mereka
yang sudah meninggal (Barzakh), sambil menunggu Hari Penghakiman.
Kita dapat membaca dalam Al-Qur'an bahwa Allah mengangkat
Al-Masih kepada diri-Nya, dan menjanjikan Dia:
"Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan
kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku" (Sura 3:55).
Janji ini dikonfirmasikan dalam Al-Qur'an sebagai fakta
yang telah terpenuhi/terlaksana:
"Allah telah mengangkat 'Isa
kepadaNya." (Sura 4:158).
Dengan kata lain, Allah memanggil anak Maryam keluar dari
kuburan dan mengangkat Isa Al-Masih kepada-Nya. Isa Al-Masih sekarang berdiam
dekat Allah, sangat dihormati baik di bumi maupun dalam kekekalan. Al-Qur'an
bersaksi:
"Hai Maryam, sesungguhnya Allah
menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan
kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih 'Isa putera Maryam,
seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang
didekatkan (kepada Allah)," (Sura 3:45).
Kuburan
Al-Masih telah kosong, karena Dia memang telah dibangkitkan, seperti yang telah
dikatakan-Nya sebelumnya. Tetapi jenazah Muhammad masih ada di kuburannya.
Al-Masih terus hidup. Muhammad telah mati; dia tidak pernah dibangkitkan dari
kuburannya, dan juga tidak pernah naik ke surga. Di sini terdapat perbedaan
yang begitu besar antara hidup dan mati. Karena kehidupan lebih besar daripada
kematian, demikian juga Isa lebih besar daripada Muhammad. Isa berada di dalam
kekekalan. Al-Qur'an sendiri dengan jelas menggambarkan Al-Masih yang hidup
sebagai sosok bagi setiap orang yang mencari kehidupan yang kekal.
Setiap kali menyebutkan nama Muhammad, seluruh umat
Muslim berdoa:
"Kiranya Tuhan mendoakan dia dan memberi
dia damai."
Doa mereka mengindikasikan bahwa damai Allah belum datang
kepada Muhammad, walaupun para pengikutnya telah mendoakan dia selama
berabad-abad! Muhammad adalah nabi yang secara terus-menerus membutuhkan campur
tangan pengikutnya, bukan sebaliknya. Al-Qur'an menyaksikan bahwa Allah
sendiri, seluruh malaikat dan seluruh umat Muslim, harus mendoakan Muhammad
dengan tekun untuk menyelamatkan dia pada hari penghakiman:
"Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya" (Sura 33:56).
Dalam Sura Maryam, Al-Masih dituliskan berkata:
"Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia
dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup
kembali." (Sura 19:15).
Putra Maryam adalah Pangeran Kedamaian yang hidup sebagai
manusia biasa dalam damai dengan Allah dari mula hingga akhirnya. Tidak ada
yang memisahkan Dia dari berkat kekal Allah.
Kelahiran Al-Masih dari perawan Maryam terjadi menurut kehendak
dan kuasa Allah. Dia dilahirkan tanpa dosa. Damai Allah yang sejati ada pada
diri-Nya sejak permulaan hidup-Nya. Berdasarkan kenyataan ini, langit terbuka
dan malaikat-malaikat bernyanyi, "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang
mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan
kepada-Nya." (Lukas 2:14).
Al-Masih benar-benar mati. Dia tidak mati untuk dosa
diri-Nya, tetapi sebagai pengganti bagi dosa-dosa kita. Bahkan dalam
kematian-Nya, Isa mengalami damai dengan Allah. Manusia mati karena dosa mereka
yang menjijikkan, "upah dosa adalah maut" (Roma 6:23). Tetapi Allah
sangat senang ketika Al-Masih mati, karena kematian-Nya telah mendamaikan Dia
kembali dengan manusia. Oleh karenanya damai Allah menyelubungi kematian Al-Masih.
Kebangkitan Isa Al-Masih dari kematian adalah bukti
terbesar bagi kesucian-Nya. Jika Al-Masih berbuat satu dosa saja selama
hidup-Nya, kematian akan memiliki kuasa yang sah atas Dia dan akan terus
mencengkeram Dia, sama halnya seperti kematian telah mencengkeram Muhammad.
Tetapi Al-Masih tidak pernah berbuat satu dosa pun, besar atau kecil! Oleh
karenanya, Dia telah mengalahkan kematian dan telah bangkit sebagai tanda
kemenangan atas kuasa kegelapan. Al-Masih masih hidup – Muhammad telah mati!
Seluruh umat Islam mengakui kenyataan ini ketika mereka mengucapkan menyebut
nama Al-Masih, dengan berkata:
"Damai ada pada-Nya."
Mereka mengetahui dengan baik dan bersaksi bahwa Dia
hidup dengan penuh kedamaian dengan Allah.
Muhammad mengalami siksaan yang begitu berat di Mekah,
tetapi ketika dia menjadi berkuasa secara politik dan sosial, dia mengirimkan
serangan-serangan yang hebat dan peperangan berdarah melawan musuh-musuhnya.
Kadang kala dia menjadi sangat tidak bertoleransi dan tidak mau memaafkan.
Dalam Al-Qur'an, Muhammad memerintahkan lebih dari 16 kali untuk membunuh
musuh-musuhnya, orang yang tidak percaya, dan orang yang keluar dari Islam:
"Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu
jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu
(Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah
kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di
tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka.
Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir." (Sura 2:191).
"Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka
penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika
mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan
janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan
(pula) menjadi penolong" (Sura 4:89).
"Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan
supaya agama itu semata-mata untuk Allah." (Sura 8:39).
"Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka
bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan
tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian."
(Sura 9:5).
Muhammad tidak membawa damai ke dunia tetapi peperangan.
Dia mengutus pasukannya untuk menyerang dan perang suci lebih dari 30 kali. Dia
sendiri turut serta dalam penyerangan dan ekspedisi sebanyak 29 kali. Dia
memimpin pengikutnya untuk mencucurkan darah musuh-musuhnya. Dia adalah contoh
seorang pemimpin politik yang beragama di semenanjung Arab.
Walaupun Orang Yahudi menghukum Dia dengan kejam, tetapi
Al-Masih yang rendah hati dan lembut tidak membela diri-Nya dengan pedang. Dia
melarang pengikut-Nya untuk mengalirkan darah musuh-musuh-Nya, dengan
memerintah Petrus "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab
barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang" (Mat 26:52).
Setiap orang Kristen yang berperang dengan senjata yang mematikan untuk
penyebaran Injil dan menumpahkan darah orang lain berarti memberontak kehendak
Tuhan. Dia akan diadili sebagai orang yang tidak taat pada perintah Pangeran
Kedamaian. Tetapi setiap orang Islam yang mati dalam perang suci dijanjikan
akan langsung diangkat ke surga. Hanya Al-Masih yang membangun kedamaian yang
sejati tanpa peperangan dan pembunuhan. Muhammad mewajibkan setiap umatnya
untuk berperang melawan musuh-musuhnya (lihat juga Sura 4:95,96; 25:52).
Al-Masih lebih suka mencurahkan darah-Nya sendiri yang berharga untuk
menyelamatkan musuh-musuh-Nya, sehingga mereka tidak akan binasa. Dia bahkan
berdoa untuk mereka: "Bapa ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa
yang mereka perbuat" (Lukas 23:34).
Isa
adalah satu-satunya Muslim sejati, jika kita menganggap definisi kata
"Muslim" berasal dari kata Arab Salam, yang berarti
"damai." Seorang Muslim sejati adalah pendamai yang menyerahkan
hidupnya sendiri kepada Allah yang penuh Kasih, dan melayani hanya kepada Allah
saja.
Inspirasi Islam menunjuk Isa sebagai "Tanda dari Allah"
(Ayatollah). Menurut Islam, Allah telah membuat Isa dan ibu-Nya sebagai tanda
yang diberikan Allah kepada manusia:
"Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia" (Sura 19:21 ).
"Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami
jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam."
(Sura 21:91).
Al-Masih tidak menerima sebutan unik ini dari manusia,
tetapi langsung dari Allah. Dia tidak menerima sebutan, "Tanda dari
Allah," agar dapat masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di
universitas, tetapi Dia telah menyandang sebutan terhormat ini sejak saat Dia
dilahirkan ke dunia. Sebaliknya, tempat tertinggi dalam Islam aliran Shi'ah
hanya dapat diberikan kepada pakar-pakar yang telah menerima gelar Ayatollah,
yang berarti "tanda dari Allah." Banyak orang Islam terlalu berlebihan
di dalam menghormati Khomeini, karena mereka bukan hanya memanggilnya
"Ayatollah" (Tanda dari Allah) tetapi juga Ruhullah ("Roh
Allah"). Para pengikut Al-Masih telah mendapat "Tanda dari
Allah" selama 1.990 tahun di dalam diri Al-Masih! Para pengikut Shi'ah
hanya memiliki Ayatollah mereka yang terkenal tahun-tahun belakangan ini saja.
Apa perbedaan antara Khomeini dan Al-Masih? Jurang di antara kedua orang ini
mustahil untuk dijembatani. Al-Masih menyembuhkan orang sakit, menyucikan orang
kusta, membangkitkan orang mati, memberi makan orang yang kelaparan, menghibur
orang yang terkena musibah, memberkati musuh-musuh-Nya, menciptakan damai
antara manusia dan Allah, dan menyelamatkan jutaan manusia dari kutukan Hari
Penghakiman. Khomeini, sebaliknya, memimpin para pengikutnya kepada dua
peperangan yang porak poranda di Irak dan Afghanistan, di mana jutaan orang
Islam terbunuh, menjadi cacat, kehilangan rumah dan lingkungan hidup. Dia
mengutuk setiap orang yang dia anggap musuh Islam. Perbedaan antara Ayatollah para
pengikut Al-Masih dan Ayatollah para pengikut Shi'ah sungguh tidak terkatakan
lagi!
Para pakar Islam aliran Sunni merasa dihina oleh
Ayatollah Khomeini ketika ia mengijinkan para pengikutnya untuk memanggil
dirinya "Roh Allah" (Ruhu-Allah) atau "Roh Kudus"
(Ruhul-Qudsi). Bahkan Muhammad pun tidak menerima sebutan tersebut bagi
dirinya. Pakar-pakar aliran Sunni dari berbagai negara Arab bertemu di
Casablanca (Moroko) dan setuju untuk mengutuk kebiasaan ini. Raja Maroko,
Hassan II, mengumumkan di depan masyarakat umum bahwa jika Khomeini tidak
menghentikan para pengikutnya untuk memanggil dirinya Ruhullah atau
Ruhul-Qudsi, maka dia (Ayatollah Khomeini) harus diusir dari Islam dan tidak
dapat lagi dianggap sebagai orang Islam. Pengumuman Raja tersebut didasarkan
pada bukti yang terdapat dalam Al-Qur'an bahwa hanya ada satu manusia di dalam
sejarah dunia yang memiliki hak untuk menamakan dirinya "Roh Kudus":
Isa, Anak Maryam, karena Dia dilahirkan dari Roh Kudus. Untuk mengutuk para
pengikut Shi'ah, para pengikut Sunni mengakui kebenaran bahwa Isa adalah
satu-satunya manusia yang pernah dilahirkan oleh Roh Allah.
Khomeini
dipilih oleh manusia sebagai tanda dari Allah kepada kaum Shi'ah yang
kebanyakan bermukim di Iran. Tetapi Al-Masih adalah "Tanda dari Allah"
yang sebenarnya bagi seluruh manusia. Dia bukan hanya "Tanda dari
Allah" bagi para pengikut Al-Masih atau bagi bangsa Yahudi, tetapi juga
bagi orang Hindu, Budha, atheis, Islam, dan lain-lainnya. Siapa saja yang
mempelajari kehidupan Al-Masih secara mendalam akan menemukan bahwa Dia adalah
Ayatollah yang sempurna, "Tanda dari Allah" yang sesungguhnya.
Kita dapat membaca di Al-Qur'an apa yang dikatakan Allah tentang
Isa:
"Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai
rahmat dari Kami" (Sura 19:21 ).
Muhammad juga dijuluki 'rahmat' dalam Al-Qur'an:
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam." (Sura 21:107).
Kita telah mengetahui bahwa inspirasi Muhammad pada dasarnya
berbeda dengan Al-Masih; demikian juga, arti dan isi rahmat dari keduanya juga
secara fundamental berbeda.
Malaikat Jibril diduga mendiktekan Al-Qur'an kepada Muhammad.
Al-Masih tidak memerlukan malaikat sebagai perantara, karena Dia sendiri adalah
inkarnasi Firman Allah yang kekal. Perbedaan antara inspirasi Injil dan
inspirasi Al-Qur'an sama besarnya dengan perbedaan rahmat Al-Masih dan Muhammad
yang tidak dapat dijembatani. Inspirasi kepada Muhammad dapat ditemukan dalam
ayat-ayat Al-Qur'an, dalam berpuluh-puluh ribu deklarasi Hadits (kumpulan
Tradisi Islam), dan dalam tata cara kehidupan praktis dia sehari-hari
(al-Sunna). Sumber-sumber ini disatukan dan dikompilasikan menjadi hukum Islam
(Syariat), yang terdiri dari perintah-perintah dan larangan-larangan. Hukum ini
mengatur segala aspek kehidupan umat Muslim, termasuk doa lima waktu, dengan keharusan untuk
membersihkan tubuh terlebih dahulu, berpuasa di bulan Ramadan, zakat, naik
haji, dan bahkan upacara penyunatan dan upacara penguburan. Hukum Syariat juga
meliputi tata cara berkeluarga, hukum warisan, kontrak, perang suci dan
hukuman-hukuman berat. Kehidupan orang Islam diatur oleh Hukum Islam yang,
menurut teologia Islam adalah bukti akhir yang nyata dari rahmat Allah kepada
orang Islam.
Injil mengingatkan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat
dibenarkan karena menjalankan Hukum Taurat, karena tidak seorang pun sanggup
untuk melakukannya dengan sempurna. Hukum Islam pun secara terus menerus
dilanggar oleh orang Islam. Jutaan dari mereka tidak menjalankan perintah untuk
berdoa lima
waktu sehari; jutaan lainnya tidak secara konsisten berpuasa pada bulan
Ramadan; yang lainnya tidak memberikan jumlah zakat yang seharusnya mereka
bayar; dan kebanyakan dari mereka tidak dapat menyelesaikan proses naik haji
tanpa melakukan kesalahan. Lebih dari itu, berapa banyakkah seseorang berdosa
terhadap isteri dan anak-anaknya, dan berapa seringkah suatu kontrak bisnis
harus diakhiri oleh penipuan atau pemaksaan; berapa seringkah mulut seseorang
mengucapkan kebohongan? Tidak ada satu orang pun yang tidak ternoda atau
terkena polusi karena tinggi hati, balas dendam, kebencian, dan hati nurani
yang kotor. Hukum Allah mengutuk setiap orang melalui perbuatan, perkataan, dan
niatnya. Tujuan akhir dari Hukum adalah penghakiman atas setiap orang berdosa
karena kejatuhannya, kebersalahannya, dan korupsinya. Memang, hukum Muhammad
mengatur orang-orang Islam, sama seperti Hukum Musa berpusat pada kehidupan
anak-anak Abraham atas Allah dan Firman-Nya. Hukum itu menuntut penyerahan yang
penuh dan kepatuhan yang menyeluruh kepada Sang Pencipta. Tetapi tidak ada
hukum yang dapat membenarkan orang berdosa, dan tidak ada hukum yang dapat
membebaskan orang yang berdosa. Hukum itu diberikan untuk menghakimi orang yang
melanggar hukum dan menghancurkan mereka. Karena Hukum, maka setiap orang akan
berjalan menuju neraka. Hukum itu adalah hakim yang adil. Tidak ada satu
manusia pun yang dapat memenuhi persyaratan Hukum.
Setiap orang yang taat beragama berharap untuk menerima
pengampunan dari Allah. Orang Islam berpikir bahwa:
"Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan
(dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk." (Sura 11:114; Sura 35:29- 30).
Tetapi menurut Islam, tidak ada satu orang pun yang dapat
memastikan bahwa dosa-dosanya akan diampuni sampai tiba Hari Penghakiman. Hukum
mereka tidak menawarkan korban pengganti, dan juga tidak memberikan keselamatan
yang cuma-cuma kepada mereka. Setiap orang Islam akan menerima upah/ganjaran
mereka pada Hari Penghakiman, ketika pelanggaran mereka dan segala kegagalan
mereka terbongkar semua. Hukum pada akhirnya akan menghukum para pengikutnya.
Muhammad mengakui bahwa seluruh pengikutnya akan pasti masuk neraka:
"Demi Tuhanmu, sesungguhnya akan Kami bangkitkan mereka
bersama syaitan, kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahannam
dengan berlutut… Dan tidak ada seorangpun dari padamu,
melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian
yang sudah ditetapkan." (Sura 19:68,71).
"Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat
Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka
Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya." (Sura 11:119).
Kita mengakui bahwa semua pengikut Al-Masih, Hindu,
Budha, dan Islam adalah orang-orang yang pada dasarnya sungguh berdosa. Tidak
ada satu manusia pun yang baik, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan
telah kehilangan kemuliaan Allah," (Roma 3:23).
Hanya Al-Masih sendiri yang hidup menurut Hukum dan
menuntut bahwa kita harus mentaati perintah kasih-Nya juga. Tetapi tujuan utama
Al-Masih adalah bukan untuk membuat suatu hukum yang menghukum manusia tetapi
untuk menyatakan kasih (anugerah) Allah terhadap manusia berdosa dan untuk
membenarkan mereka secara cuma-cuma. Al-Masih menjalani kehidupan sesuai dengan
apa yang Dia ajarkan, dan diri-Nya sendiri menyelesaikan Hukum, dengan
membuktikan bahwa Dia patut menjadi Domba Allah, yang menghapus dosa dunia
(Yoh. 1:29).
Tujuh ratus tahun sebelum kelahiran Al-Masih, Nabi Yesaya
bernubuat bahwa seseorang akan datang sebagai ganti kita, menderita untuk kita
di bawah murka Allah:
"Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah
yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira
dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena
pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang
mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh
bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba,
masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan
kepadanya kejahatan kita sekalian." (Yes. 53:4-6)
Al-Masih menyelamatkan para pengikut-Nya dari kutukan
Hukum Taurat dan membebaskan mereka dari penghakiman Hari Kiamat. Dia
membenarkan orang-orang yang menerima Dia dan percaya kepada-Nya. Dia telah
mendamaikan Allah dengan manusia dan memberikan manusia damai sejahtera yang
kekal. Rasul Paulus mendorong kita untuk menerima hak istimewa rohani ini,
dengan menulis:
"berilah
dirimu didamaikan dengan Allah. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya
menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." (2
Kor 5:20, 21).
Pertanyaan yang serius ini tidak sepatutnya ditujukan
kepada Al-Masih dan Muhammad. Menurut ukuran manusia, keduanya telah mencapai
standar dukungan yang tidak dapat dicapai oleh pendiri agama lainnya. Islam
telah memiliki 1,2 milyar pengikut, 1.370 tahun setelah kematian pendirinya.
Orang-orang yang menyatakan dirinya pengikut Al-Masih jumlahnya telah melebihi
1,8 milyar. Tidak ada satu partai politik, filsafat, atau ideologi pun yang
dapat mengumpulkan begitu banyak pengikut sebagaimana yang dimiliki oleh
Al-Masih dan Muhammad dalam abad-abad ini.
Muhammad memberi peringatan kepada para pengikutnya di
Mekah dan mengalami beberapa penyiksaan di Mekah selama duabelas tahun. Tetapi
setelah dia berimigrasi ke Medinah pada tahun 622 M, segala sesuatunya menjadi
berubah. Dia menjadi pemimpin yang sangat berpengalaman dalam politik, hukum
dan peperangan. Dalam mata para pengikutnya, dia adalah kepala (Imam) dari
seluruh umat percaya, dan Wakil Allah bagi kaum Muslim (al-Ummah).
Al-Masih sendiri tidak siap untuk menerima pertanyaan,
Siapakah yang terbesar? Al-Masih merendahkan diri-Nya dan menyatakan bahwa Dia
datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya
menjadi tebusan banyak orang. Dia berkata kepada para pengikut-Nya,
"Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah
menjadi hambamu" (Matius 20:26-27). Dia berjanji bahwa hanya orang yang
lemah lembut akan memiliki bumi (Matius 5:5). Al-Masih tidak hanya berkhotbah,
tetapi Dia juga menjalani kehidupan berdasarkan ajaran-ajaran-Nya. Walaupun Dia
memiliki kekuatan yang luar biasa, Dia memilih untuk hidup sederhana, ditolak
oleh manusia, dan akhirnya diremukkan oleh tangan-tangan jahat (Yesaya 53:1-3).
Ketika Petrus mencoba membela Dia, Dia melarangnya, dan menyuruhnya untuk mengembalikan
pedang ke sarungnya serta untuk tidak ikut campur dalam rencana Allah yang
telah diputuskan jauh sebelumnya, yang menuntut kematian-Nya untuk keselamatan
manusia (Yoh 18:11).
Al-Masih juga membuktikan otoritas-Nya ketika Dia
meyakinkan orang-orang yang setia mencari-Nya:
"Dosa kalian telah diampuni."
Sampai hari ini pun Al-Masih berkata kepada orang berdosa
yang bertobat:
"Allah mengasihi engkau; Aku telah
mendamaikan engkau dengan-Nya. Pintu telah terbuka lebar bagimu."
Allah tidak mengirim Al-Masih untuk memberikan satu hukum
lagi yang menjadi beban yang begitu berat untuk dilaksanakan oleh manusia.
Al-Masih adalah Rahmat Allah yang berinkarnasi. Di dalam Dia, kasih Yang Maha
Suci telah diungkapkan. Oleh karenanya, Dia mengasihi orang berdosa, memberkati
musuh-musuh-Nya dan memberi dorongan kepada orang-orang yang putus asa. Isa
adalah rahmat dari Yang Maha Rahmani, Yang Maha Pengasih. Dia membuktikan bahwa
diri-Nya secara esensi adalah sama dengan Allah. Di dalam Al-Masih Roh Allah
menjadi daging (Sura 4:171). Tidak ada perbedaan antara rahmat-Nya dan rahmat
Allah. Penebusan dosa yang dilakukan-Nya adalah penawaran secara cuma-cuma dari
Allah kepada setiap orang berdosa. Siapa pun yang menerima anugerah dan
pembenaran-Nya akan selama-lamanya berdamai dengan Allah. Orang yang percaya
kepada-Nya akan akhirnya mengetahui dan melihat posisi Al-Masih yang
sebenarnya, yaitu duduk di sebelah kanan Yang Maha Kuasa. Rahmat Al-Masih tidak
akan berhenti, tidak akan menghukum atau menghancurkan kita, karena Dia telah
membenarkan dan menebus kita.
Para pengikut Al-Masih tidak diharuskan untuk menderita
baik di bawah Hukum Taurat maupun di bawah Syariat dari Muhammad. Mereka tunduk
kepada rahmat dari Allah sebagaimana diungkapkan dalam Injil Al-Masih. Bahkan
Al-Qur'an membenarkan hak istimewa yang unik ini kepada para pengikut Al-Masih.
"Dan hendaklah orang-orang pengikut
Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya.
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang yang fasik" (Sura 5:47).
Al-Qur'an secara sah telah membebaskan para pengikut
Al-Masih dari Syariat dan mengkonfirmasikannya dalam kasih karunia dari Injil.
Rahmat dari Al-Masih memberikan mereka damai yang sempurna di dalam hati dan
pikiran mereka. Kekuatan rohani mereka yang berasal dari jaminan keselamatan
memimpin mereka untuk melayani dengan kasih, berdasarkan harapan yang kekal.
Al-Masih merendahkan diri-Nya lebih jauh lagi dan
memuliakan Bapa-Nya di surga, dengan mengakatan:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak
tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat
Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan
Anak." (Yoh 5:19).
"Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa
dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari
diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan
pekerjaan-Nya." (Yoh 14:10).
Jadi, Al-Masih menyangkal diri-Nya dan memberi segala
hormat kepada Allah Bapa-Nya. Dia bahkan mengakui, "Aku dan Bapa adalah
satu." (Yoh 10:30).
Maka siapa
saja yang ingin mengerti Al-Masih harus merendahkan dirinya dan bertanya,
Siapakah yang paling rendah hati? Al-Masih merendahkan diri-Nya sampai dia
membuat diri-Nya sendiri sebagai kutukan yang seharusnya menimpa kita sehingga
kita dapat dibenarkan menurut ukuran Allah di dalam Dia. Dia memberikan
diri-Nya sebagai tebusan bagi setiap orang jahat, lelaki maupun perempuan –
bahkan para pembunuh sekalipun – agar mereka dapat dibebaskan dari hukuman
Allah, yang kemudian diubah menjadi orang yang percaya yang dipenuhi dengan
kasih-Nya yang kekal.
Para narapidana mendengarkan dengan penuh seksama apa
yang dikatakan hamba Tuhan tersebut. Beberapa dari mereka menjadi marah dan
memandangi dia dengan penuh kebencian. Yang lainnya menjadi sangat tertarik dan
terpukau. Beberapa dari mereka bersukacita secara diam-diam karena mereka dapat
mendengar jawaban yang begitu jelas ini. Mereka mendapatkan harapan yang baru
dari pesan ini.
Wakil pembicara dari para narapidana menjawab hamba Tuhan
ini, "Kami mengakui bahwa anda telah berbicara dengan jelas sekali kepada
kami. Anda telah dengan berani mengatakan kepada kami apa yang benar-benar anda
percayai. Kami akan terus memikirkan perkataan anda dan mendiskusikan hal-hal
yang anda kemukakan, membandingkan mereka dengan hati-hati dengan ayat-ayat
Al-Qur'an dan kumpulan Tradisi (Hadits). Beberapa dari kami tidak setuju dengan
anda saat ini, tetapi kami telah berjanji untuk melepaskan anda dengan tenang.
Kami akan terus mempelajari pokok persoalan ini dengan tekun.
Bahan
Kajian
Pertanyaan Yang Menuntut Jawaban
Pertanyaan Yang Menuntut Jawaban
- Pertanyaan apa yang diajukan oleh para narapidana kepada hamba Tuhan
itu?
- Mengapa sulit sekali untuk menjawab pertanyaan tersebut?
- Apa perbedaan
antara kelahiran Al-Masih dan kelahiran Muhammad?
- Bagaimana
Al-Qur’an mengkonfirmasikan kehidupan Al-Masih yang penuh dengan kebenaran
dan Muhammad yang berdosa?
- Berapa kali Al-Qur’an menyebut nama Maryam? Mengapa nama ibunya
Muhammad tidak pernah disebut?
- Mengapa Al-Qur’an menyebut Al-Masih “Kalimat Allah” sebanyak enam
kali, dan apa arti sebutan ini?
- Apa perbedaan antara keajaiban yang diberikan oleh Muhammad dan
keajaiban yang diberikan oleh Al-Masih?
- Sepuluh
keajaiban Al-Masih apa saja yang tertulis dalam Al-Qur’an?
- Apa saja
sebutan bagi murid-murid Al-Masih yang tertulis dalam Sura al-Imran?
- Apa perbedaan
antara kematian Muhammad dan kematian Al-Masih menurut Al-Qur’an dan
kumpulan Tradisi (Hadits)?
- Menurut
Al-Qur’an, di manakah Al-Masih saat ini? Mengapa semua orang Islam bershawalat bagi Muhammad?
- Apa arti “Damai Islam” dan “Damai Al-Masih”?
- Dapatkah Hukum menyelamatkan para pengikutnya? Mengapa Allah harus
mengirimkan seluruh pengikut Hukum ke neraka?
- Siapakah “Tanda Allah” yang sebenarnya, dan mengapa Dia patut
mendapatkan sebutan tersebut?
- Apa pengertian anda tentang kalimat “Al-Masih adalah rahmat Allah”?
- Siapa yang nampak paling rendah hati dan mengapa?
Kirimkan jawaban dengan nama dan alamat yang
jelas, ke:
Jalan Al Rahmat
PO BOX 6892
Jakarta 13068
Indonesia
PO BOX 6892
Jakarta 13068
Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar