Translate

Selasa, 25 Mei 2021

surat Roma

 1 Bab I Alasan Penulisan Surat Roma (Keadaan Retorika) 

1. Pendahuluan

1.1. Tematik yang Pernah Digunakan Gereja-Gereja 

1.1.1. St. Agustinus, Dosa Asal Manusia (Roma 5) 

1.1.2. Martin Luther, Hanya Oleh Iman (Roma 3 ; 4) 

1.1.3. John Calvin, Predestinasi (Roma 9; 11) 

1.1.4. John Wesley, Kehidupan yang Kudus (Roma 6;8) 

1.1.5. Karl Barth, Allah yang Benar (Roma 1;2) 

1.1.6. Kesimpulan, Keilahian Allah dalam Surat Roma 


    1.2. Tematik pada Masa Itu 

1.2.1. Masalah Kesukuan / Rasisme (khususnya orang Yahudi dan Holocaust)

1.2.2. Masalah Sejarah dan Penjelasan Ulang 

1.2.3. Gejala, Penjelasan dengan Metode Baru 


2. Kebudayaan sebagai Jalur Retorika 

2.1. Retorika itu bukan berarti kata-kata yang indah-indah, kata-kata yang dibesarbesarkan dengan sombong. Tetapi Retorika merupakan perwujudan seni persuasi dan ekspresi 

2.2. Kebudayaan bukan hanya ditujukan kepada sekelompok komunitas, dalam tradisi, kebiasaan, pengetahuan dan tingkah laku, sebaliknya meliputi sikap hidup, konsep nilai, tujuan dan aktifitas dari seluruh pernyataan anggota komunitas tersebut. 

2.2.1. Penjelasan Sejarah : Penelitian Karya Sejarah, Asal-Usul dan Kesesuaian Isi dan Fakta Sejarah pada waktu itu. 

2.2.2. Penjelasan Retorika Kebudayaan, selain dari pada yang di atas, harus memperhatikan hasil karya penulis dan bagaimana pembentukan hidup yang dialaminya dan gambaran keadaan sejarah yang dialaminya. Khususnya hasil proses pembentukan, batas budaya (garis budaya), pernyataan isi budaya yang tersirat bisa mencapai hasil bagi pembaca dari Retorika tersebut. Dengan perkataan lain, dalam kaca mata penulis, hasil karya ini adalah respon untuk dirinya dan pembaca yang berhubungan keunikan keadaan sejarahnya. Buku ini dipakai oleh penulis untuk membimbing pembaca sebagai alat untuk melihat apa yang diinginkannya. 

2.2.2.1. Contoh: Iklan pemerintah untuk membangun jalan layang Kereta Api cepat Hongkong ke Sheng Cen.

 2.2.3. Oleh sebab itu dalam setiap halaman keadaan retorika, kalau penulis membahas batasan keberhasilan atau merubah perasaan dan tingkah laku dari pembaca, demikianla sejarah asal perubahan tersebut.12 3. Keadaan Retorika Paulus dalam Surat Roma, Hubungan Paulus dengan Jemaat Roma 12 2 3.1. Paulus dengan terpaksa, dengan status sebagai orang luar, menuliskan surat Roma (Roma 16, salam dan daftar nama) 

3.2. Gereja Roma tak mungkin kalau bukan Paulus yang mendirikan, di sini Paulus kehilangan otoritasnya, tidak seperti otoritas yang dimiilikinya terhadap jemaat Galatia dan Jemaat Korintus 

3.3. Paulus adalah Rasul untuk jemaat kafir, sebelum menjalin hubungan dengan jemaat Roma yang kental dengan keyahudiannya, Paulus harus lebih dahulu bisa dipercaya oleh mereka 

3.4. Paulus memiliki alasan sendiri dan percaya bahwa jemaat Roma melindungi diri dengan sikap yang meragukannya, jemaat kafir meragukan otoritasnya, jemaat Yahudi memiliki kecenderungan meragukannya (melanggar Taurat) 4. Keadaan Retorika Paulus di Surat Roma, Sejarah dan Organisasi Jemaat Roma 4.1. Asal Jemaat dan Keberuntungan 4.1.1. Pentakosta (Kis 2:10) 4.1.2. Claudius dan Impulsore Chrestonya Sostenes (Tahun 49 M, Kis 8:2, bandingkan Kis 18:12-15) 4.1.3. Penganiayaan Nero (Tahun 64 M (Tacitus (Dicatat) 15.44) 4.1.4. Kesimpulan 4.1.4.1. Pemisahan Komunitas Orang Kristen Roma dan Komunitas Roma Yahudi 4.1.4.2. Pemisahan Komunitas Orang Kristen non-Yahudi dan Komunitas Orang Kristen Yahudi. Tetapi yang harus diingat orang Kristen nonyahudi waktu itu dan orang Yahudi bersama-sama berkumpu di dalam Rumah Ibadat. Kira-kira merekalah yang disebut sebagai “Orang yang takut dan hormat kepada Allah” (God-fearer) dalam kebiasaan kepercayaan hampir sama dengan orang Yahudi. 4.1.4.3. Maka setelah Claudius wafat pada tahun 54 M, sebagian orang Yahudi kembali ke Roma dan orang Kristen non yahudi pada waktu itu sehingga dapat menyebabkan kontradiksi seperti yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 15. Faktanya, dalam waktu 3 atau 4 tahun yang singkat (Surat Roma kemungkinan ditulis tahun 57 M) profil dari iman kepercayaan orang Kristen kafir yang ada di kota Roma dengan yang dahulu hampir sama (Tobin 41). 4.1.4.4. Persoalan Paulus adalah bagaimana mengurangi keraguan injil di Jemaat Roma. 4.2. Wahyu dari surat Roma 16 4.2.1. Orang-orang Kafir penerima surat Roma (1:5-155, 13; 11:13; 15:15-16; lihat 9:3-4; 10:1-2; 11:23, 28, 31; 16:26) 4.2.2. Paulus mengirimkan salam kepada orang-orang Kristen kafir yang penting yang ada di Jemaat Roma (Roma 16:3, 16) 4.2.3. Paulus menyebutkan 26 nama (17 laki-laki, 9 perempuan) kepada 16 orang yang khusus yang memiliki hubungan istimewa dengannya, dan kebanyakan 3 sudah mengenal Paulus di luar kota Roma. Di antara ke 26 orang ini boleh dipastikan sebagian yang kembali ke Roma setelah Claudius wafat (Peter Lompe) 4.2.4. Lima Tempat Rumah Ibadah 4.2.4.1. Akwila dan Priskila (16:5) 4.2.4.2. Rumah ibadat di Asinkritus, Flegon, Hermes, Patrobas, Hermas (16:14) 4.2.4.3. Rumah ibadat di Filologus, Yulia, Nereus dan saudarinya, Olimpas (16:15) 4.2.4.4. Rumah Aristobulus (16:10) 4.2.4.5. Rumah Narkisus (16:11) 4.2.5. Jemaat berbagai suku, jenis kelamin, status dalam masyarakat dan hierarki 4.2.5.1. Orang- orang yang dikirimi salam ada 17 laki-laki dan 9 perempuan, 16 orang yang disebutkan di depan, Paulus mengirimkan salam dengan cium kudus, di antaranya 12 orang (7 perempuan dan 5 laki-laki), khususnya mereka yang giat dalam Injil. Di antara ke 26 orang itu ada 2 pasang suami istri, Akwila dan Priskila, Andronicus dan Yunias. 4.2.5.2. Di antara 24 nama yang dikirimi salam, ada 15 nama Yunani, 7 nama latin dan 2 nama Yahudi. Di antara nama Yunani, ada satu orang Yahudi. Di antara nama latin ada tiga orang yahudi. Menurut pandangan Peter Lampe dan Ben Witheringtonm 26 orang yang menerima salam, ada kemungkinan semuanya orang yahudi. Mereka mengenal Paulus di daerah timur dan pada tahun 54 M, setelah Claudius wafat, mereka kembali ke Roma. 4.2.5.3. Penolong / Donatur dan Klien (Patron dan Client), pada abad pertengahan hubungan seorang pemimpin dan bawahan. 4.2.5.4. Orang Bebas, Budak, orang merdeka 4.2.5.4.1. Menurut analisa Peter Lampe, Priskila, Akwila, Rufus dan ibunya, Urbanus kemungkinan adalah orang bebas. Nereus, Hermes, Persis, Herodion, Trifena dan Trifosa mungkin adalah budak atau budah yang sudah merdeka. Yulia, Yunias dan Maria mungkin budak perempuan atau budak yang sudah merdeka. 4.2.6. Kesimpulan, hasil retorika 4.2.6.1. Tempat ibadat tersebar, tidak ada pusat organisasi. Paulus mengirim salam di mana-mana ada wakilnya. 4.2.6.2. Di antara orang-orang yang dikenal Paulus, kebanyakan dari golongan menengah ke bawah. Tetapi kesempatan melayani mereka sangat adil, sebagai penolong (donator), rasul di antara rekan kerja, ada laki-laki dan perempuan, dapat menolong menghilangkan keraguan mereka terhadap Paulus. Jemaat Roma tidak dapat melalaikan orangoorang yang ada di daftar nama. 4.2.6.3. Paulus menyatakan bahwa dia sudah memiliki jaringan hubungan di Roma, sehingga jemaat Roma tidak bisa meremehkan dengan 4 mengabaikan otoritas hubungan Febe dengan Paulus dan surat kirimannya. 4.2.6.4. Dalam mengirim salam kepada 16 orang, khusus dengan cium kudus, menunjukkan jemaat Roma seharusnya memahami sumbangsih Paulus terhadap jemaat Roma. 4.2.7. Salam dari Korintus 4.2.7.1. Yang mengirimkan salam di antaranya adalah Febe, Gayus, Tertius punya pengaruh sebagai donatur. 5. Kondisi Retorika Paulus di Roma, Isi Hati Paulus di Roma 5.1. Surat Roma 1-15 Budaya Laten 5.1.1. Paulus dan Roma 5.1.1.1. Tidak seperti paragraf demi paragraf, otoritas Paulus dan pekerjaannya (1:1) 5.1.1.2. Bukan tidak meninggalkan tema demi tema, injil dari Paulus dan amanatnya (1:2-6) 5.1.2. Paulus sendiri dan pekerjaannya di Roma 5.2. Paulus terus berharap mengunjungi Roma (1:6, 10, 13; 15:22, 24, 28, 32) 5.2.1. Sebagian pekerjaan dari Rasul untuk orang kafir (1:6, 13, 15; 15: 15, 16; 16:26) 5.2.2. Berharap memiliki persekutuan dengan jemaat di Roma dan mendirikan mereka (1:11, 12; 16:24a) 5.2.3. Maju selangkah lagi menjadi bagian dari mereka, didukung mereka menjadi misionaris ke Spanyol (1:12,13; 15:23, 24, 28, 29) 5.3. Paulus khawatir dana yang dikumpulkan untuk jemaat di Yerusalem tidak diterima (15:25-27, 30-32) 5.3.1. Sesuai pemaparan yang di depan, Paulus memahami, jemaat di Roma menjaga sikap terhadapnya. Ini juga merupakan sikap sebagian jemaat Yahudi terhadapnya. Paulus berusaha sekuat tenaga merubah pengenalan jemaat Roma terhadap dirinya dan Injil yang disampaikan Paulus (2:16; 16:25) 6. Kesimpulan 6.1. Meskipun pluralis, Jemaat Roma relative menyatu (1:8; 15:14; 16:19) oleh sebab itu penulisan surat Roma tidak berarti dapat menyelesaikan konflik jemaat Yahudi Roma. Isi surat Roma (1:16 – 15:13) juga bukan surat untuk menyelesaikan konflik di antara jemaat Roma, Kafir, dan Jemaat Yahudi. 6.2. Mengabarkan injil ke Spanyol adalah tujuan Paulus, memenangkan kepercayaan jemaat Roma adalah kesulitannya. Timbulnya surat Roma, diharapkan dapat menyelesaikan masalah. Dari sudut pandang ini, surat Roma merupakan rekomendasi dari Paulus yang tujuannya bagi iman kepercayaan Paulus sebagai pertanggung jawaban yang jelas kepada jemaat Yahui, sehingga diakui dengan sah oleh Jemaat Roma. 6.3. Oleh sebab itu, tematik yang muncul di surat Roma sejak awal, sudah ada di suratsurat kiriman yang lainnya (Fitzmyer, Romans 71-73) 5 7. Struktur Surat Roma Kata Pembuka 1:1-7 Salam dan Doa 1:8-10 Catatan pinggir 1:11-15 Rekomendasi Paulus Langkah Pertama: Injil dari Paulus (1:16; 15:13) Proposisi (1:16-17) - Kefasikan Manusia dan Kebenaran Allah (1:18; 3;31) Menurut arti, manusia tidak mungkin dapat mengakui Allah, diri sendiri hanya dapat menjadi bobrok, oleh sebab itu, penghakiman Allah (1:18-32), Allah menghakimi manusia menurut tingkah lakunya. Agama memerintahkan manusia berbuat baik, berbuat baik sama saja tidak diselamatkan (2:1-16). Pengalaman orang Yahudi adalah suatu contoh (2:17-24). Sunat dalam hati tidak menentukan Allah menghakimi manusia berdasarkan tingkah laku, karena Taurat menyebabkan manusia mengakui dosa (2:25; 3:20). Kristus menyatakan kebenaran Allah, di luar Taurat, tidak melanggar Taurat (3:21- 31) - Perjalanan Manusia Dibenarkan (4:1 – 5:21) Abraham dibenarkan oleh sebab Iman, di luar Taurat, tidak melanggar Taurat (4:1- 16). Iman Abraham menggambarkan iman kita (4:17-25). Dibenarkan oleh sebab Iman adalah hasil manusia berdamai dengan Allah (5:1-11). Dasar berdamai dengan Allah, Anugerah Allah melampaui dosa kita (5:12-21). - Ikatan Dosa, Anugerah, Taurat, dan Aku (6:1 – 7:25) Hanya di dalam Kristus baru dapat menghapus taurat, dosa, kuasa maut (6:1 – 7:25). - Hidup rohani (8:1-39) Tubuh kita ditebus, bersandar kuasa Roh Kudus, juga jaminan dari Kasih Allah (8:1-39). Orang Yahudi dan kebenaran Allah (9:1 – 10:36). Allah itu setia, juga tak dapat dipermainkan (9:1 – 10:36). - Kebenaran di bawah Anugerah (12:1 – 15:13) Ketekunan golongan minoritas, kepada yang di atasnya hormat, kepada yang bawahnya harmonis (12:1 – 13:14). Ketekunan yang superior tidak menjadi sandungan untuk orang lain, tidak mencari disukai orang (14:1 – 15:13). Surat rekomendasi Paulus yang ke 2, arah tujuan misiku (15:14-33) Resume Pekerjaan (15:14-33) Perjalanan dan Harapan (15:22-33) Surat Rekomendasi Paulus ke 3, hubunganku dengan orang lain (16:1-16) Kata Salam (16:17-24) Pujian (16:25-27) 6 Bab II Keadaan Manusia dalam Kitab Roma 8. Pendahuluan. 8.1 Dasar sudut pandang Paulus adalah sudut pandang orang Yahudi. Kenyataan ini member kita banyak pelajaran. 8.1.1 Sudut pandang umum (Ethnicity, not race). 8.1.1.1 Setengah abad sebelum masehi: Asia kecil; awala abad pertama masehi: Syria, Palestine & Egypt; akhir abad pertama dan awal abad kedua masehi : Palestine. 8.1.1.2 Polarisasi dua keadaan yang bertentangan: The Jews vs The Nations (1:14,16). 8.1.2 Agama, sudut pandang moral. 8.1.2.1 Hati orang kafir tidak lurus (Roma 1:28; Gal 2:14). 8.1.2.2 Orang kafir tidak mampu mendisplinkan diri (Roma 1:26). 8.2 Paulus selain menggunakan otoritas Alkitab, juga memakai filsafat jaman itu untuk melukiskan keadaan manusia. 9. Keadaan sulit manusia : murka Allah (1:18-32). 9.1 Penyataan murka Allah (1:18). 9.2 Penyebab murka Allah (1:19-23). 9.2.1 ketidak saleh dan kefasikan manusia tercermin dari sikap membungkam kebenaran (<> “menghalangi kebenaran”) (1:18,28,32). 9.2.2 “Tidak menganggap bahwa Tuhan itu adalah Tuhan segala Tuhan, yang mereka anggap Tuhan itu bukanlah Tuhan” ini dijadikan inti mereka membungkam Kebenaran (1:23). 9.2.3 Paulus melihat sikap membungkam Kebenaran menjadikan manusia sok pintar (1:21-22 ; 1:14). 9.2.4 Dengan demikian Paulus mengadukan tekad pribadi bersama dengan budaya umum. 10. Masalah manusia : hasil murka Allah (1:24-32). 10.1 Menurut Paulus, menyembah berhala pada dasarnya adalah semacam perubahan, pergeseran (1:23,25,26; Maz 106:20; Yer 2:11). 7 10.1.1 Perubahan pertama menyebabkan manusia kehilangan hikmat. 10.1.2 Perubahan kedua meyebabkan manusia tidak displin diri. 10.1.3 Perubahan ketiga meyebabkan manusia tidak mengerti kasih dan kebenaran. 10.1.4 Bandingkan dengan tradisi Konfusionis (bijak,kasih,keberanian). 10.2 Titk awal dari analisa Paulus mengandung cara pandang tradisi orang Yahudi (PL dan buku hikmat kebijaksanaan Solomo dll), juga cara pandang budaya Roma yang hebat zaman itu. Menahan kedagingan dan penguasaan diri agar mencapai hasil “self-mastery” ; bandingkan (Kis 24:25 ; Gal 5:23; 1Kor 7:9 ; 9:25; Titus 1:8; 2Pet 1:6). 10.3 Tuhan “membiarkan” = Tuhan “lepas tangan”, patut dipandang semacam penghakiman (Kel 23:31; Ul 7:23; Im 26:25; Yos 7:7; Hakim 2:14; 6:1,13; dsb). 10.3.1 Pandangan pesimis ; Allah tidak lagi campur tangan. 10.3.2 Pandangan optimis : Allah ijinkan manusia semakin rusak. 10.3.3 Kenyataan yang harus dihadapi : manusia tidak bias tanpa Allah. 10.4 Daftar catatan perbuatan jahat. 10.4.1 Perbuatan jahat dalam daftar catatan ada 2 bagian : 10.4.1.1 Memperhatikan yang didalam untuk dapat dinyatakan keluar dari diri kita. (bandingkan 13:13; Gal 5:9-21; 1Kor 5:10-11; 6:9-10; 2Kor 12:20-21; Kol 3:5,8; Ef 4:31; 5:3-4; 1Tim1:9-10; 2Tim 3:2-5) berbeda dengan PL (Kel20; 21; 33:14-26 ;Im 19; Ul 27:15- 26; Hos 4:1-2 dsb). Mungkin mencerminkan pandangan stockleisme. 10.4.1.2 Perbuatan jahat memutar balik hubungan antar manusia (anti social vices based on self – interests). 10.4.2 Pandangan Paulus terhadap perilaku seks sesama jenis adalah contoh pandangan orang Yahudi (Kej 19:1-28; Im 18:22,29; 20:13; Ul 23:17; 1Raja 14:24; 15:12; 22:46; 2Raja 23:7; Hak 19:22-26; Yes 1:9-10; 3:9; Yer 23:14; Rat 4:6). Sesama jenis dan lawan jenis tidak menunjukan kecenderungan seks pribadi, tetapi didasari bagaimana orang yahudi melihat Tuhan menciptakan mahluk sesuai aturan. 11 Masalah manusia : Tuhan tidak pandang bulu (2:1-11). 8 11.1 Tuhan menghakimi sesuai perbuatan manusia, oleh sebab itu mengajar manusia berbuat baik tapi bukan karena kebaikan bisa selamat : bodoh dan sok pintar, bicara kasih tapi tidak displin diri, Paulus melihatnya sebagai munafik dan kesombongan (perhatikan 2:2 “and do the same things’). 11.1.1 Terhadap orang yang mesti benar dan salah dan juga bisa menilai benar dan salah, penghakiman Tuhan berlandaskan “mendengar perkataan, melihat perbuatan”. 11.1.2 Ini tidak bisa dijadikan dasar mengatakan Tuhan hanya menghakimi berdasarkan perbuatan, tapi kalau dilihat dari sudut pandang yang lain, Tuhan adalah juruselamat kita persis karena Dia adalah hakim kita. Sebelum dibenarkan karena iman terlebih dahulu harus mengerti arti menghadapi dihakimi karena perbuatan. 11.1.3 Tuhan tidak segan –segan menghadapi Paulus semata-mata adalah suatu tuntutan pada umumnya, juga adalah sebuah dasar pengakuan orang Yahudi (Ul 10:17; 2Raj3:14; 2Taw 19:7; Mal 1:8; Ay 34:19; 42:8; Maz 82:2; Wis 6:7; Sir 35:12-13; Ps.Sol 2:18; Jub 5:15; Gal 2:6; Kol 3:25; Ef 6:9). 12 Masalah manusia : orang kafir = orang Yahudi (2:12-16). 12.1 Paulus tetap membicarakan penghakiman dan keadilan Allah. Disini dia pertamakali memasukan kata “Dosa” dan “Taurat” (2:12). 12.2 Sungguhpun ada perbedaan besar antara orang kafir dan orang Yahudi, tetapi ada sedikit persamaan : Tuhan mempunyai cara menghakimi kedua jenis manusia ini : Taurat orang Yahudi dan hati nurani orang kafir. 12.2.1 “Taurat” disini bukan menunjuk kepada “hukum alam”. Hukum alam stockleisme dulu, tapi yang dimaksud bukan bekerja menurut “alam” sepertinya sama menurut kebiasaan, belum tentu seperti yang dikatakan <> didesa yang mengatakan “mengikuti peraturan alami pada umumnya, manusia dengan sekuat akal budi dan hatihati sehingga memperoleh keuntungan besar, itulah keadaan pada umumnya. Pemikir pada zaman Paulus seperti Seneca dan Cicero satu abad sebelumnya, hukum alam adalah nilai semangat dari hierarki superior merasakan jajahan Roma, misalnya tidak boleh berzinah, kabur dari barisan dll. Yang paling dasar adalah tangga hierarki “alam” yang kuat menolong yang lemah. Dilihat dari sisi ini, disini Paulus menggunakan “hukum alam” kemungkinannya tidak besar (Rom 12:2-21; Filp 1:9-10). 9 Ditambah lagi ditempat lain Paulus menunjuk orang kafir sebelum percaya Tuhan sudah dibawah Taurat “Musa” (Roma 6:14-15; 7:4-6), oleh karenanya “Taurat” disini seharusnya menunjuk Taurat Musa. Bagaimanapun Paulus mengganggap Taurat adalah standar penentuan perbuatan orang kafir (yang berhubungan Tuhan menghakimi orang kafir menurut standar Dia, lihat Im 18; Yes 10:12-13; 14:3-15; 22-23; Dan 4:27; Yeh29:3 , 9-10; Amos 1:3,6,9,11,12; 2:1). 12.2.2 Hati nurani manusia zaman sekarang dasar kegunaannya negative : peringatan, mengingatkan dan dosa. Tapi hati nurani Silo kegunaannya lebih positif : lebih pasti dan saling melayani. Sayangnya sama seperti Taurat tidak bisa membuat orang kafir dibenarkan, karena tidak memuliakan Allah sesuai dengan yang mereka ketahui (1:21,28), juga tidak melakukan sesuai dengan yang mereka pertahankan (2:1). 13 Masalah manusia: orang Yahudi tidak bisa meyelamatkan manusia, diri sendiri, sama seperti orang kafir (Rom 2:17-29). 13.1 Dosa orang kafir karena mereka “tidak berTuhankan Tuhan” tetapi dosa orang Yahudi karena mereka “tidak mau diajar” (arti Torah adalah pengajaran “Instruction”). Kedua belah pihak punya kesamaan: menetapkan dosa mereka, meremehkan apa yang mereka ketahui. 13.2 Berhubungan dengan pengajaran “surat dalam hati” dalam PL, (Im 26:41; Ul 10:16; 30:6; Yer 4:4; 9:24-25; Yeh 44:7,9; iQs 5:5; iQpH ab 11:13; iQh 2:18; 18:20; Jub 1:23; Philo, Quaest.Ex 2.2; Spec.Leg.i.305; De migr.Abr 92; Kol 2:11; Ef 2:11; Filp 3:3 dsb). 14 Masalah manusia: orang Yahudi tidak bisa karena ada Taurat dan membenarkan diri sendiri (3:1-8). 15 Masalah manusia: tidak ada orang yang bisa menghindar dari penghakiman Allah (3:9- 20). 16 Masalah manusia (thematic): dosa. 16.1 Keberadaan Struktural (Roma 12-21). 16.2 Kuasa dosa. 16.2.1 Paulus membedakan 2 jenis sifat dosa: kuasa dan perilaku. 16.2.2 Didalam Adam, tidak ada orang yang bisa lepas dari kuasa dosa (Roma 5:14). 16.2.3 Dosa dan mati sudah menjadi raja (Roma 5:14,17,21; 6:6,9) Kematian menguasai akhir hidup manusia (Roma 5:21). 10 16.2.4 Kuasa dosa dan kematian itu ada dan dia merdeka (tidak dibawah Taurat) (Roma 5:13-14). 16.2.4.1 Tetapi disaat yang sama dosa juga hidup diatas hukum Taurat (Roma 7). 17 Masalah manusia (thematic): Taurat. 17.1 Taurat membuat manusia mengenal dosa (Roma 3:20). 17.2 Taurat disentuh menjadi murka (Roma 3:15). 17.3 Taurat membuat kesalahan menjadi banyak (Roma 5:20). 17.4 Taurat membuat dosa jadi nyata (Roma 7:7). 17.5 Taurat membuat dosa bergerak (Roma 7:8). 17.6 Taurat membuat manusia karena dosanya, ditetapkan berdosa (Roma 7:9-11). 17.7 Ujungnya Taurat meyebabkan orang berdosa mengenali dua keadaannya yang bermasalah. 18 Masalah manusia: Kematian. Kitab Roma 5-8 melihat kematian ada tanda-tanda seperti: 18.1 Mati berarti selesai (Completion). 18.1.1 Pengorbanan Kristus (Roma 5:8, 18-19). 18.1.2 Masuk kedalam pintu kemuliaan dan pengharapan (Roma 6:1-14; 8:18-25). 18.2 Mati berarti rugi (Depletion). 18.2.1 Semacam belenggu, ingin mencari pelepasan (Roma 8:15, 18-25). 18.2.2 Masuk kedalam penciptaan Allah (Roma 5:12; 8:7). 18.2.3 Manusia tidak bisa menentang kuasa (Roma 5:14,17; 6:9,16,21,23 ; 7:6,24; 8:2) 18.2.4 Akibat dosa (Roma 5:12,14,18,19; 7:9; 8:4,6) juga adalah hukuman dosa (Roma 6:16,21,23; 7:5,8,13). 11 Bab III Kemungkinan manusia dibenarkan: Iman percaya. 1 Pada dasarnya manusia bisa dibenarkan karena Allah yang menyediakan sarana keselamatan (dilihat dari Theologia Paulus, dari PB, dari seluruh isi Alkitab, inisiatif keselamatan berasal dari Allah, manusia karena masalah sendiri jadi tidak berdaya, makanya juga tidak mungkin bisa berinisiatif. Tetapi memperbaiki relasi dengan Tuhan harus melihat bagaimana manusia meresponi keselamatan yang Tuhan sediakan, dan “iman percaya” manusia, Paulus melukiskan sebagai sikap dasar manusia bagaimana dia meresponi Tuhan. Jika ingin mengerti arti “iman percaya” dalam pandangan Paulus, harus terlebih dahulu mengerti bagaimana Paulus melihat statusnya dan misi. 1.1 Pernyataan paling jelas: Roma 1:5-6, 14-15, 16-17; 16:25-26. 1.2 Sebuah istilah penting: Paulus menegaskan misi dia adalah supaya orang kun taat pada iman karena nama Yesus (<> percaya firman), 1:5; 16:26. Terjemahan lebih tepat (ketaatan karena iman percaya) ini menjelaskan perpaduan “perilaku”. Hanya karena alasan ini saja kita tidak bisa melihat “melakukan” (12:1-15; 21) sebagai tambahan atau sekunder. Tetapi ingin “taat terhadap iman percaya, benarbenar harus mengerti dulu asal usul “iman percaya”. 1.3 Kata “iman percaya dimulai dari pasal pertama, tapi pusatnya ada dipasal 3-4 (kata “ “ : 3:3,22,25,26,27,28,30 (2x),31; 4:5,9,11,12,13,14,16 (2x), 19,20; 5:1,2. Kata kerja ( ) : 3:2,22; 4:3,5,11,17,18,24). Seluruh kitab muncul 40x dan 21x diantaranya di 3:3-5:2; 21x kata kerja 8x muncul di pasal 3 dan 4. dan muncul terbanyak di pasal 10 ( : 9 :30,32; 10:6,8,17; :9:33; 10:4,9,10,11,14,16) 2 Makna iman percaya. 2.1 Kata kerja. 2.1.1 Kadang-kadang Paulus hanya menyebut harus percaya (absolute use, lihat 1:16; 3:22; 4:11,18; 10:4; 13:11; 15:13; 1:17). Tapi kadang-kadang konteksnya muncul apa yang dipercayai (misalnya 3:22). 2.1.2 Yang lebih sering terlihat huruf “percaya Tuhan”, dan berlanjut mengatakan bagaimana percaya Tuhan/ Kristus atau percaya apa (4:3,5,17,24; 6:8; 9:33; 10:9,10,11,14). 2.2 Sebutan/ Istilah. 2.2.1 “Percaya” sebagai istilah sebagian besar ketika muncul (dalam kitab Roma) dipakai tersendiri, yang paling jelas di 3:22,25,26, bahkan berhubungan dengan Kristus. 2.2.2 Dipakai tersendiri menjelaskan satu hal: Paulus tidak melihat “iman percaya” adalah sesuatu yang harus diakui akal budi (Intellectual Assent), sebaliknya, “iman percaya” semacam unsur nilai, semacam sikap dan pengakuan akal budi hanya sebagian dari unsur nilai dan sikap. 12 2.2.3 Tapi pernyataan ini juga harus hati-hati. Pemakaian tersendiri tidak berarti mewakili cirri khas seseorang,seperti kita mengatakan “batu ini berwarna merah” dalam perkataan ini “warna merah” adalah cirri khas dari batu tersebut. Buat Paulus, “iman percaya” adalah sebuah ciri khas dalam sebuah relasi, artinya “iman percaya” tidak bisa sendirian dalam sebuah subjek. Dia adalah sebuah subjek terhadap subjek lain (perhatikan: “subjek yang lain”, bukan sikap” objek yang lain”), atau penjelasan hubungan sebuah subjek dengan subjek yang lain. 2.2.4 Makanya seringkali, kita bisa menterjemahkan “iman percaya” menjadi “bersandar”, “mempercayai”,”percaya”,bahkan “setia mempercayai”,”tulus mempercayai”dsb. 2.2.5 Dalam kitab Roma, “percaya” berarti menjadikan Tuhan sebagai Tuhan, mempercayai Dia, bersandar pada-Nya, setia dan tulus kepada-Nya. 3 Bobot “iman percaya”. 3.1 Seperti telah disebut bahwa Paulus melihat pekerjaan dan panggilan terhadap dirinya adalah sebuah relasi yang tidak bisa dipisahkan dengan “iman percaya” (1:5-6). 3.2 Bukan hanya demikian, pernyataan seluruh injil dibangun diatas “iman percaya” (1:17b). 3.2.1 Lebih tepat lagi, injil adalah kabar tentang Allah menyelamatkan manusia (oleh karena itu “memberitakan injil”, Tes 2:9; 1Kor 9:14; 15:1), juga adalah cara Allah menyelamatkan manusia (makanya “kekuatan”, 1:16b). 3.2.2 Penyelamatan Allah, menyatakan kebenaran Allah (1:17a; 3:22,25), karena Allah tidak pernah berubah (3:21; 10:4-8, 18-21; 11-29): tuntutanNya terhadap manusia tidak pernah berubah; manusia tetap akan dihakimi sesuai perbuatannya (2:16; 2Kor 5:10), Tuhan tetap setia, setia pada janji yang telah dibuat antara Dia dengan manusia (11:28). 3.2.3 Manusia yang mempunyai Taurat bisa hidup dengan melakukan kebenaran Taurat (2:12b-13; 10:5; Im 18:5), tetapi Paulus tidak menganggap manusia bisa mengandalkan dirinya sendiri, tidak berdasarkan “iman percaya”, dan bisa memelihara Taurat, memperoleh kebenaran dari Taurat (2:28-29; 9:32; Ul 30:6; Yer 4:4; 9:25; Kis 7:51; Hos 2:11). Lebih tepat lagi kokoh memelihara Taurat sama sekali tidak bisa mencapai tuntutan Taurat (9:31), karena perbuatan bukan “mengejar” dasar dari Taurat yang benar, yang benar “iman percaya” (9:32); cara “mengejar” pertama membuat orang Israel jatuh di batu sandungan yang adalah Tuhan Yesus (9:33), menyatakan Yesus sebagai Tuhan yang menyediakan 13 penebusan untuk manusia (3:24), bisa “dipakai” berdasarkan atau “keluar dari iman percaya”. 3.2.4 Taurat, Nabi dan Abraham, contoh ini membuktikan “percaya dalam hati” adalah satu-satunya jalan dimana manusia dibenarkan dihadapan Allah. Disini “percaya dalam hati” (10:9-10) adalah yang dimaksud Paulus dengan “sunat dalam hati” seperti dicatat PL (2:29, Im 26:41; Ul 10:16; 30:6; Yer 4:4; 9:24-25; Yeh 44:7,9; bandingkan iQs 5:5; IQp Hab 11:13; iQH 2:18; 18:20; Jub 1:23; Philo, Quaest. Ex.2.2; Spec.Leg.1.305; De migr.Abr 92; Kol2:11; Ef 2:11; Filp 3:3). 3.2.5 Pada bagian ini, percaya kepada Tuhan sejatinya adalah “menjadikan Tuhan sebagai Tuhan”. Apapun sikap, perilaku, percaya mencerminkan relasi orang yang percaya dengan Tuhan dan Tuhan yang dipercayainya. “Mengejar” Taurat yang benar (9:31), harus dimulai dari hubungan ini, dan dalam prosesnya mencerminkan hubungan ini. 1. Perhatikan: Sebagian besar terjemahan salah menterjemahkan, “mengejar Taurat yang benar” diterjemahkan menjadi “mengejar kebenaran Taurat” 3.2.5.1 Tetapi kalau seperti yang dijelaskan diatas, Taurat membuat manusia mengenal dosa (Roma 3:20), disentuh menjadi marah (Roma 3:15), membuat kesalahan menjadi banyak (Roma 5:20), membuat dosa menjadi nyata (Roma 7:7), membuat dosa bergerak (Roma 7:8), juga membuat manusia berdosa (Roma 7:9-11), berdasarkan “iman percaya” mengejar Taurat yang benar menandakan dua unsur yang harus ada: taat dan bersandar. Ada Taurat harus taat, pengalaman memelihara Taurat mendatangkan tidak ada pertolongan, membuat manusia melihat keadaannya yang sulit; orang yang percaya hanya bisa sepenuhnya bersandar kepada Tuhan yang membuat dia hidup, membuat dia mati. 3.2.5.2 Kedatangana Kristus, membuat orang yang percaya melihat cara penebusan yang Tuhan persiapkan untuk mereka. 2. Dengan demikian, zaman Tauratpun berlalu (Gal 3:23-24). Taurat ditaruh, maka orang kafir dan orang Israel ada bedanya (1:16; 2:29; 4:16; 5:18-21; 7:6; 8:1-4; 10:9-10; Gal 3: 26-29; Ef 2:13-18; Kol 2:13-15; dsb). Melalui iman percaya, anuegerah Allah dalam kristus ditambahkan kepada semua orang yang percaya “Kristus” (3:22). Ini juga bukan hal sederhana, pendahuluan yang belakang adalah Yesus menjadi kehidupan orang benar, aturan yang dibawaNya, juga hidup yang dipersembahkaaNya untuk penebusan. 3.3 Teladan Abraham (Pasal 4). 14 3.3.1 Dalam perdebatan, manfaat teladan Abraham dibagi 2: 3.3.1.1 Abraham adalah teladan orang yang menyembah Allah yang Esa. (Pseudo-Philo, Biblical Antiquities 6.3-18; Josephus, Antiquities 1.155; Jub 11:141-7, dsb). 3.3.1.1.2 Dia adalah teladan ideal orang Yahudi, sebelum ada Taurat dia sudah melakukan Taurat. 3.3.1.2 Buat orang kafir. 3.3.1.2.1 Sebelum percaya Allah Yahwe, Abraham juga “seorang kafir”. Tepatnya dia adalah contoh paling baik dari seorang penyembah berhala yang beralih ke Allah yang esa (Yos 24:2), dan orang Yahudi (seperti ditulis diatas) bahkan tidak melihat point yang penting ini. 3.3.2 Menurut apa yang dikatakan Paulus, contoh Abraham yang penting sebagai berikut: 3.3.2.1 Alkitab dengan jelas mengatakan Abraham dibenarkan karena iman percaya (Kej 15:6). 3.3.2.2 Abraham tidak bermegah dihadapan Allah (4:1-2). 3.3.2.3 Buat Abraham,dibenarkan Allah adalah anugerah, bukan jerih payah (4:5). 3.3.2.4 Melalui Mazmur 31:1 (70 Master) Paulus menulis orang berdosa dibenarkan disejajarkan dengan dosa diampuni, adalah keuntungan, juga anugerah, tidak ada hubungan dengan perbuatan. Juga karena alasan tersebut, anugerah ini bias ditambahkan kepada semua orang baik yang bersunat maupun yang tidak bersunat (4:9). 3.3.2.5 Ditambah lagi Abraham dibenarkan sebelum dia disunat (4:10; lihat Kej 15:16; Psl 17). 3.3.2.6 Kesimpulan: Keturunan Abraham bukan orang bersunat seperti Abraham, tetapi meneladani iman percaya dia (4:14,16). Dengan demikian, Paulus memutuskan hubungan antara status keturunan Abraham dengan keharusan memelihara Taurat. 3.3.3 Bentuk iman percaya Abraham. 3.3.3.1 Biasanya kita lebih mementingkan iman percaya Abraham secara logis (lihat diatas), dan mengesampingkan makna iman percaya Abraham. Iman percaya Abraham dan iman percaya kita. 15 3.3.3.2 Pola model yang sejajar. 3.3.3.2.1 Abraham dipanggil ketika masih sebagai orang kafir. 3.3.3.2.2 Apapun yang bias dibanggakan Abraham berdasarkan kedagingannya, tetapi Tuhan tidak “berhutang” padanya (4:2) 3.3.3.2.3 Iman percaya Abraham kepada Allah muncul saat tidak ada pengharapan (4:19). Kemungkinan anugerah ini menjadi kenyataan sama tidak mungkinnya anugerah ini menjadi kenyataan sama tidak mungkinnya dengan dia sanggup menghitung bintang-bintang di langit. 3.3.3.2.4 Iman percaya hanya dibangun diatas sebuah janji, itu saja (4:21). 3.3.3.3 Sejajar dalam kenyataan 3.3.3.3.1 Yang dipercayai Abraham adalah Allah yang membangkitkan orang mati, yang membuat dari tidak ada menjadi ada (4:17). 3.3.3.3.2 Dia tidak kehilangan iman percaya, juga tidak mencurigai janji Allah; iman dia malah menjadi lebih kokoh. (4:20). 3.3.3.3.3 Dia mengembalikan kemuliaan bagi Tuhan (4:21; 1:21). 3.3.4 Teladan Abraham adalah teladan kita orang-orang yang dikemudian hari dibenarkan karena iman. Model iman percaya dia, juga langsung menjadi model kita yang percaya Allah membangkitkan Tuhan Yesus dari kematian (4:24). 3.3.5 Oleh sebab itu iman percaya bukan meniadakan Taurat, tetapi lebih mengokohkan Taurat (3:21). 4 Kehidupan iman percaya. 4.1 Iman percaya adalah respon kita terhadap anugerah Allah dalam Kristus, tapi Kristus bukan hanya korban penebusan kita, sesuatu yang dipakai untuk menebus (Token), sebuah kado yang membuat kita berdamai dengan Allah, lebih lagi Dia adalah titik awal dari kehidupan baru kita (5:21; 6:22-23; 8:6,11). Roh kudus adalah kunci kekuatan hidup orang Kristen saat ini, dan syarat memuliakan kehidupan yang akan dating (5:5; 8:1-11; 26-30; terutama 8:9). 4.2 Apakah itu manusia “rohani”? 16 4.2.1 Diihat dari kitab Roma, manusia “rohani” adalah orang yang karena percaya kristus dan percaya kepada Allah, juga seorang yang karena percaya kepada Allah dan percaya kepada kristus. 3. Orang demikian didalamnya ada Roh Allah, membuatnya bisa mengalami kasih Allah, juga membuat dia memiliki kekuatan bisa menjalani kehidupan bedasarkan iman percaya dan bukan berdasarkan perbuatan, bedasarkan percaya dan bukan bedasarkan apa yang dilihat (2Kor 5:7). Apa yang dimaksud “ada iman percaya” sesuai seperti yang kita bahas diatas. 4.2.2 Kemampuan manusia rohani tidak mempermasalahkan bisa menyembuhkan, mengusi setan =, bernubuat, berbahasa roh; tandanya adalah sebuah kehidupan yang memperhatikan pekerjaan Allah (8:5-6) dan Roma 12-14, benar-benar adalah penjelasan Paulus terhadap beribu-ribu masalah didunia artinya sebuah model kehidupan yang memperhatikan pekerjaan Allah (12:1-2). 4.3 Pernyataan: Di Roma 12-14 penjelasan Paulus “hidup berdasarkan iman percaya‟ adalah sesuai dengan dunia yang dihadapinya saat itu. Dunia Paulus bukan dunia kita. Didalam dunia kita saat ini, menghadapi masalah dan keadaan hari ini, “hidup berdasarkan iman percaya” Paulus, akan menjadi kehidupan bagaimana? 4.3.2 “Iman percaya” kita harus bagaimana membentuk politik, ekonomi, budaya, perkataan, perilaku perorangan, hubungan antara sesama dsb? 4. Tetapi kita harus sangat hati-hati menyatakan bagaimana kita menjelaskan perkataan ini. Perkataan ini adalah sebuah kesimpulan setelah melalui serangkaian diskusi, makanya mempunyai aturan makna yang pasti. Sebuah dasar kesimpulan Paulus didalam menganalisa kitab Roma, tidak bisa menjelaskannya dengan terpisah dari kitab Roma. Yang dimaksud dengan bedasarkan iman percaya dan bukan bedasarkan perbuatan; bukan menunjukan bahwa tidak mengutamakan perbuatan kehidupan dalam Roh kudus, kenyataannya justru sebaliknya Kitab Roma dan surat Paulus yang lain) sangat mengutamakan perilaku jemaat, karena berbuat baik. Berbuat benar adalah buah dari “hidup bedasarkan iman percaya” (6:4,12-13,17- 19,22-23; 8:12-13; 13:8-14; 14:19; 16:17-19; dsb, juga lihat 1Kor 6:9-11; Gal 5:16-26; Ef 4:17-32; dsb). Hal yang sama bedasarkan iman percaya dan bukan bedasarkan melihat juga bukan menunjukan bahwa segala sesuatu harus mengandalkan “iman”, jangan mengandalkan sesuatu yang dilihat, misalnya sakit harus minta kesembuhan bedasarkan “iman”, dan tidak seharusnya minta pengobatan 17 medis. “iman percaya” dalam kitab Roma bukan menunjuk “iman” yang menyetujui “keyakinan”, juga bukan menunjuk “iman” yang percaya kepada Tuhan akan mendengar doa dan menjawab sesuai dengan doa saya”, terlebih lagi bukan “iman” yang mengesampingkan apa yang harus dikerjakan manusia dan hanya dengan berdoa maka akan terkabul. “Percaya Tuhan” dan “bersandar pada Tuhan” adalah sebagian dari “iman percaya”, bukan seluruhnya. “Iman Percaya”nya Paulus adalah sebuah sikap “bahwa Tuhan adalah Tuhan”. Dalam penggunaannya, caranya mungkin: karena saya percaya kepada Tuhan, makanya saya tidak bisa tidak menganggap penting jasmani yang bisa rusak; “karena saya percaya Tuhan, makanya apapun yang dilakukan, harus dilakukan untuk memuliakan Tuhan (Mis: melakukan supaya berguna untuk orang lain)”; dan/atau “karena saya percaya Tuhan, makanya tidak bermegah dalam hal apapun, hanya bermegah dalam Kristus dan Dia disalibkan (mis: oleh karena Kristus dan menjadi hamba untuk semuanya)”. Bedasarkan iman percaya dan bukan bedasarkan melihat” berarti sebuah nilai, sebuah penentuan sikap, dan bukan sebuah jalan pintas mengalami mujizat, atau sebuah “surat ijin” yang mengijinkan kita sesukanya mengakui dan menolak pengalaman dan akal budi. Dalam kitab Roma,justru karena “iman percaya” adalah inti dari respon kita yang tepat terhadap Tuhan, ini juga menjadi aturan untuk menilai, menilai perbuatan dan sikap objek penyembahan semua mahluk, termasuk semua pengalaman dan akal budi (pengertian) manusia berseteru dengan Tuhan. Dengan demikian, “iman percaya”pun menjadi bagian inti dari pengertian umat Kristen. 18 Bab IV Kebenaran Allah 1 Pendahuluan 1.1 Dilihat dari uraian sebelumnya, sumber masalah manusia ada 2: 1.1.1 Sikap manusia terhadap Tuhan. 1.1.2 Respon Tuhan terhadap sikap tersebut. 1.2 Ingin menyelesaikan masalah, juga harus dimulai dari 2 bagian ini. Tapi dalam menyelesaikan masalah, manusia telah kehilangan hak dan kemampuan berinisiatif, hanya Tuhan saja yang sanggup mengembalikan keadaan yang dihadapi manusia. 1.3 Cara pandang konvensional mengambil cara pandang umumnya, mengesampingkan kondisi Paulus, memandang injil Paulus dengan hanya mempertimbangkan dari sudut doktrin, terlalu mensistematisasi pesan dalam kitab Roma, mengabaikan retorika nasihat dan komposisi budaya dalam kitab Roma. 1.3.1 Tentu saja, cara pandang konvensional dalam sastra kitab Roma, pola piker logis, sehingga membangun dasar yang kokoh dalam pengalaman terhadap P.L, hanya saja suara dari penerima kitab Roma seharusnya mempunyai urutan lain, cara pandang konvensional hanya mengambil sebagian, tapi sebagian lagi tercecer. 2 Menurut cara pandang konvensional, proposal cara Paulus menyelesaikan keadaan manusia sebagai berikut, juga inti dia mempromosikan injil kepada gereja di Roma: 2.1 Akibat dosa (murka Allah) dan (Kuasa) hakiki meyebabkan manusia tidak berdaya, kecuali mengandalkan Tuhan. 2.2 Manusia berdosa diselamatkan, hanya karena anugerah Tuhan, terjadi melalui penebusan Kristus (1:16; 3:24; 4:16; 5:8,15,17,20,21; 6:14,15,23; 11:6). 2.3 Penebusan Kristus, yang benar menggantikan yang tidak benar dan menjadi “korban tebusan”, dan memenuhi tuntutan Taurat (3:25; 4:25; 5:9,10; 8:3,22; Gal 3:13; 1Pet 3:18). 2.4 Seturut dengan respon manusia, manusia diselamatkan (dibenarkan) karena percaya Kristus (3:22,27,28,30; 4;11,13,16; 24; 5:1; 10:4,9,10). 2.5 Juga karena Tuhan yang memilih (8:28,29,33; 11:5,29). 2.6 Kalau memang manusia berdosa dibenarkan, berarti berdamai dengan Tuhan. Mendapat sebutan anak, menjadi keturunan, mengharapkan kemuliaan Allah (2:6; 5:2,21; 6:8,23; 8;11,15,16,17,23,30). 19 2.7 Kehidupan manusia yang dibenarkan juga mengalami perubahan secar fundamental: 2.7.1 Hidup dalam Kristus (6:3,11,23; 7:4; 8:1,9,10,39). 2.7.2 Menjadi raja dalam kehidupan (5;17). 2.7.3 Tidak lagi menjadi budak dosa, tapi menjadi budak kebenaran (6:6,13,18,19). 2.7.4 Tidak lagi dibawah Taurat, tapi dibawah anugerah (6:14; 7:4,6; 8:1,2). 2.7.5 Tidak menuruti kedagingan, hanya menuruti Roh Kudus (5:5; 7:6; 8:4,5,6,9,13,14,23). 3 Bagian yang tercecer: Budaya Laten Roma. 3.1 Berdamai dengan Allah (5:1; 1:7; 2:10; 3:17; 8:6; 12:18; 14:17,19; 15:33; 16- 20; 10:15; Yes 52:7; Kis 10:36; Ef 2;17). 3.1.1 Perdamaian Roma (Pax Romana): Publikasi politik Roma. 3.1.1.1 Mezbah perdamaian Augustus (Ara Pacis Augustae, 9BCE). 3.1.1.2 Pujian rekan literatur: Ovid, Tibullus, Virgil. 3.1.1.3 Nero mengutamakan seni meremehkan ilmu (Calpurnius menyebut Nero sebagai Tuhan, mendatangkan perdamaian di Roma). 3.1.2 Perkataan Paulus di 5:1,10,11 berbeda dengan publikasi politik Roma, tapi juga member perhatian pada agama Roma. 3.2 Kebenaran. 3.2.1 Muncul angka: 3.2.2 “Kebenaran Allah” satu kota muncul 8x: 1:17; 3:5,21,22,25,26; 10:3a,3b. Point pentingnya langsung ketahuan (terutama muncul di 1:17). 3.2.2.1 Menurut pendapat siswa,” Kebenaran Allah” ada beberapa arti yang berbeda (lihat Feng Yin Kun, gulungan pertama 245-57): 3.2.2.1.1 Sifat hakiki Tuhan (1:17; 3:5,25). 3.2.2.1.2 Semacam kedudukan (Characteristically Lutheran). 20 3.2.2.1.3 Tindakan Tuhan menyelamatkan (Yes 46:13; 50:5- 8; Maz 98:2). 3.2.2.1.4 Perbedaan melengkapi seperti tertera diatas. 3.2.2.2 Buat orang Yunani yang tidak membaca buku 70 Master, satu kata “Kebenaran” Paulus (terutama kata kerja) akan merasa heran dengan penggunaannya. To Justify, penggunaan pada umumnya menunjuk pada “memperluas keadilan”, menjatuhkan hukuman artinya tapi Paulus memakai sebagai “membuat/menyebut menjadi dibenarkan” (lihat Roma 3:24; 4:4-5). 3.2.3 “Justice” (Iustitia) menjadi point penting promosi Roma. Paulus dalam politik dan hukum mendapat pengakuan penguasa Roma (13:1-7), tapi dia tampil sebagai jelmaan Allah yang adil, menjadikan injil Kristus sebagai bahasa sesungguhnya untuk menyatakan keadilan Allah (1Clem 5:7, “having been a herald in the whole world”). 3.2.4 Keadilan, Damai, Sukacita (14:17) 3.2.5 Bahasa yang dipakai Paulus berbau politik. Jemaat Roma hidup dibawah baying-bayang Kaisar Romawi, tidak merasa asing dengan makna politik dibalik bahasa tersebut. Kekuatan kekuasaan pemerintahan Romawi, agamanya yang besar/ mesin promosi politik, Roma terus memberi dan mendidik warganya, daerah yang dibangun berterima kasih dan setia pada Roma, bahkan menyatakannya dengan sering mengikuti kegiatan tertentu (mis: peringatan kelahiran, korban persembahan, hari-hari peringatan dll). 3.2.5.1 Dilihat dari sudut pandang ini, Injil Paulus dari awalnya sudah menghilangkan dasar persaingana antara otoritas Tuhan dengan otoritas Kaisar. 3.3 Batas Taurat (Hukum). 3.3.1 Taurat membuat dosa bergerak (7:8). 3.3.2 Perbincangan yang sama juga ditemukan di Cicero, Seneca. 3.3.3 Euripides, Medea. 3.4 Relasi donator dan Klien dalam dunia Roma (relasi Donatur, Patron-Client relationship in the Roman world, from D.A. deSilva, Honor, Patronage, Kinship &Purity: Unlocking New Testament Culture (Downers Grove: Intervarsity Press, 2000) 21 3.4.1 Personal patronage was an essential means of Acquiring access to goods, protection or opportunities for employment and advancement. 3.4.2 Expected and Publicized. 3.4.3 Petition = patron-client relationship, defined by mutual exchange of desired goods and services. 3.4.3.1 Patron who provides access to another patron = broker (mediator) 3.4.3.2 Reciprocal patronage: friendship. 3.4.4 Public benefaction 3.4.4.1 Usually limited to local elites or wealthy persons, in particular, by kings and emperors as a political means to achieve stability. 3.4.4.2 On the obverse, the imperial cult provided people in a locality with a bridge of access to their ultimate patron. 3.4.5 Patron-client relationship is publicly displayed (via the salutation, or through a client entourage, etc.) 3.4.6 Anugerah (Grace) 3.4.6.1 Pada dasarnya bukan istilah agama, tapi istilah hubungan masyarakat, menjelaskan hubungan interaktif antar sesame saat member dan menerima, juga dipergunakan dalam hubungan manusia dan Tuhan menerima pertolongan. 3.4.6.2 Anugerah = manfaat 3.4.6.2.1 Willingness to bestow benefit to another person or group. 3.4.6.2.2 Generosity and disposition of benefactor highlighted. 3.4.6.3 Grace = the gift itself. 3.4.6.4 Grace = gratitude of the beneficiary to the benefactor. 3.4.5.6 Thus favor must always give birth to favor, gift must always be met with gratitude. 3.4.7 Pemberian Donatur 22 3.4.7.1 Beside expecting proper behavior from beneficiary, a clear code of conduct for the giver also exists. 3.4.7.1.1 Motivated by self-interest: investor. 3.4.7.1.2 Out of generosity, true favor. 3.4.7.1.3 Still, gifts must be given strategically, with an eye to the virtue of the beneficiary. 3.4.8 Respons Donatur 3.4.8.1 Receiving a favor means incurring a debt, on which one could not default (obligation) 3.4.8.1.1 The reponse of the beneficiary (gratitude) was a behavior enforced not by written law but by unwritten customs and universal practice. 3.4.8.1.2 Gratitude is also enforced by the fact that once one needed a favor, chances were one would need further favors. 3.4.8.1.2.1 Inscriptional evidence to encourage benefaction (Danker). 3.4.8.2 Thus a paradox of sorts exists. 3.4.8.2.1 On the one hand, response is free and un-coerced. 3.4.8.2.2 On the other hand, response is necessary and unavoidable to avoid being labeled as an ingrate. 3.4.8.2.3 Gratitude is never a formal abligation, but can affect future relationship. 3.4.9 Menyatakan Ucapan syukur (Manifestation of Gratitude) 3.4.9.1 Public honor and testimony 3.4.9.2 Loyalty 3.4.9.2.1 The Element of faith (percaya) as dependability (adil,bisa dipercaya). 3.4.9.2.2 Faith as trust (mempercayai). 3.4.9.2.3 The danger of mixed loyalties. 3.4.9.3 Bonding through return of timely gifts. 23 3.4.10 “ Tarian Anugerah” 3.4.10.1 The system is contructed so as to keep the giver’s mind wholly on what is noble about patronage and the recipient’s mind wholly on what is noble for the client. 3.4.10.2 The commitment of both parties is sustained within the system of reciprocity. 3.5 Satu kebudayaan yang sistematis, juga membangun kepercayaan dan kesetiaan umat Kristen kepada Tuhan. Tetapi apakah agama Kristen bisa menjelaskan dan memperbaiki budaya sistematis ini?. 24 Bab V Kehidupan yang dibenarkan: Kuasa Roh Kudus (The Power of the Spirit) 1 Pendahuluan 1.1 Pengertian umat Kristen tentang keselamatan selalu menitik berat kepada Kasih Allah Bapa dan kematian Kristus, sepertinya melupakan peran Roh Kudus dalam seluruh pengalaman penebusan. Biasanya pembicaraan yang sering adalah keselamatan datangnya dari Allah dan Kristus, Roh Kudus yang membuat kita bisa menjalani kehidupan yang suci dan berkemenangan sesudah kita dibenarkan dan diselamatkan. Tapi pandangan ini bukan saja tidak tepat (bertolak belakang dengan ajaran Paulus dan beberapa tempat di P.B), juga tidak sesuai dengan realita (bertolak belakang dengan pengalaman umat percaya). 1.2 Dibawah pengaruh “aliran kepenuhan Roh Kudus” (Kharismatik) kita harus lebih lagi menjernihkan hubungan Roh Kudus dengan kita, dan mengerti pekerjaan dan kekuatan Roh Kudus didalam diri kita. Dalam kitab Roma Paulus telah memberikan sebuah bingkai yang bagus untuk memahami dan memateraikan pengalaman keselamatan kita didalam Kristus. 2 “Roh” menjadi sebuah realita akhir. 2.1 Didunia ini manusia sering menanyakan 3 hal: 2.1.1 Apa itu realita? (what is out there?). 2.1.2 Apa yang berguna? (what works?). 2.1.3 Apa yang saya inginkan? (what do I want?). 2.2 Pengenalannya akan Kristus, dari awal Paulus telah menyebut 2 Realita yang paling mendasar: “menurut kedagingan” dan “menurut Roh Kudus” (1:3; 9:5). Dengan kata lain, seandainya setiap orang mempunyai silsilah keluarga, maka silsilah keluarganya seharusnya ada 2 garis: “menurut kedagingan‟‟ dan „‟menurut Roh Kudus” 2 sumber. Tanpa mencurigai, Paulus sangat menghargai ke 2 sumber, tapi dengan jelas dia menganggap kalau terus berjalan disalah satu garis maka tidak akan ada hasilnya, sebab akan kalah dan menjadi lemah, bahkan tidak bisa memperbaharui diri sendiri, hanya dengan mengandalkan garis yang satu lagi barulah manusia punya pengharapan, dan didalam Kristus, dalam kenyataan yang lain itu barulah manusia mendapatkan pembaharuan (6:4; 2Kor 5:16-18) didasari penyebabnya Allah melalui Kristus membuat manusia berdamai denganNya. 2.4 Lepas dari realita (Kenyataan) 25 2.4.1 Sebab masalah manusia paling besar karena dia meremehkan Tuhan, tidak mengakui sumber kehidupannya, juga karena masalah ini maka terpisah dari Allah (1;18; 24,26). 2.4.2 Seandainya ada Taurat Allah dan manusia yang mengenal Taurat Allah, juga karena tidak mengerti gunanya Taurat, dengan antusias memelihara Taurat menggantikan percaya, sama saja jauh dari Tuhan, masuk kedalam penghakiman Allah (9:31-32; 10:2-4; 8:15a). 2.4.3 Meninggalkan kenyataan “menurut Roh Kudus”, manusia hanya bisa hidup dalam kenyataan “menurut kedagingan”. Didalam kenyataan ini,manusia berfikir dia boleh “menjadi Tuan dirumahnya”, karena ini kenyataan membuat dia merasa lebih nyaman. (1:22 yang mengatakan “sok pintar”)? Lihat 4:1; 1Kor 1:21-31, 2Kor 10-13), tapi sebenarnya bukan demikian. Pada kenyataan “menurut kedagingan” manusia tidak bisa menghindar dari kekangan 2 kuasa yang saling berhubungan; dosa dan kematian (5:12-21; 8:5-6,12-13). 2.4.3.1 Manusia yang terus berdosa dengan sukarela menjadi budak dosa (6:12), yang tidak rela juga tidak ada pilihan, juga hidup dibawah bayang-bayang dosa dan kematian, , telah menjadi budak yang tidak rela, bahkan tidak punya jalan keluar (7:24; Ibr 2:150, setelah mati harus menghadapi pengadilan Allah (2:3-11; 3:19; 8:20). 2.4.3.2 Juga karena demikian, injil Paulus dalam kitab Roma berkisar tentang dosa, penghakiman, kematian, dibenarkan, berdamai, kekekalan menjabarkan hal-hal “keprihatinan akhir hidup” (ultimate concern) manusia, anugerah dan iman percaya sungguh-sungguh adalah inisiatif Tuhan dalam “keprihatinan akhir hidup” dalam keselamatan disertai respon yang tepat yang bisa dilakukan manusia. 2.5 Realita pulang kembali ke tempat asal. 2.5.1 “Menurut kedagingan” kenyataan ini buat Paulus terbatas, bersifat sementara, tidak ada jalan keluar (point 1,2, lihat Ef 6:5 / Kol 3:22); Seluruh material, terutama manusia, sebenarnya bukan tidak tahu kondisi ini (8:19- 21), hanya manusia mengandalkan diri sendiri hanya bisa hidup “menurut kedagingan”. 2.5.2 Bahkan orang yang memiliki Taurat, tetap tidak bisa hidup melalui Taurat dalam kenyatan lain. Karena ingin mengejar “Taurat yang benar” (9:31) tidak bisa mengejar melalui huruf, 26 5. Tetapi harus dikejar melalui roh ( , 2:29; 7:6; 2Kor 3:6). Bedasarkan perilaku, memelihara Taurat ( ) 2.5.3 Yang dimaksud melalui Roh, minimal ada 2 unsur: 2.5.3.1 Di bab II, suratnya Paulus membandingkan surat “bersifat kelihatan” dan surat “bersifat tidak kelihatan”(2: 25-29; tentang “yang kelihatan” dengan “yang tidak kelihatan”, Ul 29:29). Surat “yang kelihatan “ dipandang “tidak masuk ke hati”. Sekalipun dipandang sebagai tanda suku bangsa atau tanda kepercayaan yang dibanggakan, keduanya tidak ada gunanya Cuma surat di hati (lihat cat hal 10), menunjuk ke hati nurani yang bersih, baru diterima dihadapan Allah (2:29). Surat ini bukan pekerjaan tangan manusia, juga tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan tangan Tuhan. “Menurut Roh” adalah masalah dalam hati, termasuk wilayah dalam hati, atau bisa dikatakan, hanya bisa dialami dalam hati (7:25; 1:9). 2.5.3.2 Dipasal 7 “menurut bahasa yang telah ditetapkan, aturan pada umumnya dipandang sebagai cara lama dan “menurut roh” dipandang cara baru; cara lama benar-benar cara hidup menurut kedagingan atau “didalam jasmani” ( 7:5). Menurut bahasa yang telah ditetapkan (atau “huruf”, artinya menyatakan hukum tersebut menjadi suatu ketetapan hukum tertulis) akibatnya hanya kematian (bagaimana menggiring sampai kematian dipasal 2 dan 3:20; 4:15; 5:20, tapi harus sampai pasal 7 barulah Paulus menunjuk dengan jelas salah satu hubungan interaktif), oleh sebab itu bisa dengan cara baru melayani Tuhan juga berarti manusia telah lepas dari kematian, dan ini juga adalah pekerjaan Allah didalam Kristus (7:4,25). 2.5.4 Tetapi “menurut Roh Kudus” tujuan akhirnya dimana? 2.5.4.1 Kitab Roma pertama kali menyinggung Roh Kudus langsung menyinggung tentang kebangkitan (kebangkitan Kristus, 1:4). Sebetulnya buat Paulus, Roh Kudus dan kebangkitan memiliki hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang tidak ada Roh Kudus tetap hidup “dalam kedagingan” dan kenyataan hidup dalam dosa, juga kenyataan hidup dibawah taurat, akhir kehidupannya penghakiman dan binasa, tidak ada kemungkinan yang lain. 2.5.4.2 Kembali ke persoalan, manusia sebenarnya harus mati. Buat Paulus ini adalah sebuah kenyataan yang tidak berubah (a given), tidak karena manusia percaya lalu ada perubahan (5:12,15,21; 6:12; 7:24; 8:10; 11; 8:19,23). Tapi didalam Kristus (atau didalam Roh 27 Kudus), kematian tubuh jasmani bukanlah sebuah kenyataan kata terakhir (death is not the last word in Christ). 2.5.4.3 Didalam Kristus, orang yang percaya kepada Tuhan akan menikmati kemuliaan (Kebangkitan; 6:22-23; 5:18,21; 6:5,7; 8:10- 11; 8:18-25,30). Persamaan orang percaya Kristus adalah Roh Kudus yang diam didalamnya, tapi faedah Roh Kudus yang diam didalam kita tidak terbatas hanya terbebas dari kebinasaan. 2.5.5 Pekerjaan Roh Kudus. 2.5.5.1 Memperkenalkan Kasih Allah (5:1). 2.5.5.2 Menuntun orang percaya (8:13-14). 2.5.5.3 Menjadi saksi Kristus (8:16-17). 2.5.5.4 Bersyafaat buat orang percaya (8:26). 2.5.5.5 Membangkitkan orang (8:10-11). 2.5.5.6 Memberi anugerah, kekuatan dan sukacita (14:17; 15:18). 2.5.5.7 Dengan kata lain, penyertaan Roh Kudus dalam hidup orang percaya benar-benar adalah penyertaan Tuhan, mengubah model hidup kita sekarang dan yang akan dating. 2.5.6 Daftar bentuk kehidupan “menurut Roh Kudus”. 2.5.6.1 Mengalami kasih Allah (5:1) 2.5.6.2 Dituntun Roh Kudus, bersatu dengan status sebagai anak Allah (8:14-16). 2.5.6.3 Taat kepada Roh Kudus, memperhatikan pekerjaan Roh Kudus, mematikan perbuatan jahat tubuh jasmani (8:3,13). 2.5.6.3.1 Perhatikan cara Paulus menggunakan huruf: kadang-kadang kelihatannya Paulus kurang hati-hati dalam menggunakan kata-kata, seperti ketika dia memakai “kedagingan” ( ) dan “tubuh” ( ). Kedua huruf ini kelihatannya bisa saling tukar, kata yang mirip, sebenarnya tidak buat Paulus, “ kedagingan” adalah tempatnya dosa (8:3), dan “tubuh” posisi dimana Tuhan menyelamatkannya melalui kebangkitan (8:11,23; 1Kor 15:44-45). Oleh karena itu cara pandang Paulus berbeda dengan filsuf Yunani, yang menganggap manusia perlu diselamatkan dari “dalam tubuh” (lihat yang mereka katakannya), yang mengatakan “tubuh 28 manusia” perlu ditebus. “tubuh” dan „roh” adalah 2 sisi yang menjadi konflik (8:2-9,12), tetapi “tubuh” dan “roh” kadangkala dipandang sebagai kenyataan yang bisa saling berdampingan. (8:11,13; 1Kor 15:44). 2.5.6.4 Yang dikatakan 8:9-10 membuat susah dimengerti, tapi tidak menyimpang dari apa yang selalu dikatakan Paulus. Ada beberap pengamatan: 2.5.6.4.1 Disini Paulus tidak memcampur jadi satu mengenai Allah, roh Allah, dan Kristus; sebaliknya penjelasan Paulus menyatakan Allah utuh dalam satu kesatuan. 2.5.6.4.2 Yang lebih penting, penjelasan ini menunjukan semua “pengalaman Rohani” harus seijin nubuatan sejarah Allah dalam Kristus. Dengan demikian, Paulus tidak menjadikan cara pandang Roh Kudus di gereja masuk kedalam satu “pengalaman ajaib” yang tidak berhubungan dengan perilaku (atau non moral). 29 Bab VI Perbuatan Benar Dibawah Anugerah: Ketaatan iman percaya (The Obedience of Faith) 1. Pendahuluan 1.1 Kelihatannya ada 1 hal yang tidak bisa dikerjakan Paulus; manusia harus taat pada firman dalam nama Kristus (<> “percaya taat pada firman”), 1:15; 16:26 atau terjemahan lebih tepat “membuat manusia taat karena iman percaya” <>, << bahasa mandarin baru>>. Dalam hal ini Paulus bukanlah satu-satunya; Paulus mempunyai sejarah pekerjaan yang lama (16:26; 10:16 Kata yang berhubungan dengan „taat”, lihat 6:16; 15:18; 6:12; 16,17). 6. Ayat kuncinya mungkin 5:19. Disana Paulus memakai Yesus menggunakan “taat” untuk menjadikan gambaran dirinya, bahkan cara penyampaiannya yang lain “meneladani Kristus” yang dikatakannya ditempat lain (15:1-8). 1.2 Pekerjaan yang ditugaskan menjelas 1hal: Injil Paulus dari awalnya (2:16; 16:25) sudah harus dilakukan, bukan Cuma pekerjaan dipikiran dan mulut (lihat tentang standar penghakiman bab 1,2). 1.3 Mengenai “mempersembahkan tubuh” (12:1) bukan penjelasan cara baru, penjelasan ini sudah pernah muncul sebelumnya di 6:13 “malah harus seperti orang yang bangkit dari kematian, mempersembahkan tubuhnya untuk Tuhan, anggota tubuh sebagai alat kebenaran dipersembahkan untuk Tuhan”. Maka inti pasal 12- 15:13 seharusnya dilihat menjadi bagian luar dari “percaya, perbuatan baik dalam anugerah, hasil taat pada Roh Kudus (8:5-8, perhatikan 8:8 “orang yang hidup dalam kedagingan tidak mendapatkan perkenanan Tuhan” dan 12:1 sebagai jawaban)/ 1.4 Dalam kehidupan nyata, “taat” buat Paulus sepertinya ada 2: 1.4.1 Umat percaya dibenarkan oleh Kristus, dalam dosa melihat diri sendiri mati, dosa tidak lagi menjadi raja, umat percaya juga sudah lepas dari Taurat. Disisi ini, Silo memperbaiki moral tidak bisa mencapai penguasaan diri mematikan keinginan tapi mencapai hasil menjadi tuan atas diri sendiri, tapi berhasil “didalam Kristus”. Oleh karena itu umat percaya boleh mengikuti Roh Kudus didalam Kristus, memperoleh kehidupan (8:6). 1.4.1.1 Tetapi menahan keinginan dan penguasaan diri, bukan Cuma masalah memperbaiki moral, tetapi juga bagaimana hidup bersama dengan orang lain, juga hal yang dikendalikan dibawah perintah Taurat. Manusia bisa menahan keinginan dan menguasai dir, dengan sendirinya bisa melakukan Taurat. Disini Paulus membuat suatu perbandingan yang signifikan antara perilaku orang percaya dengan 30 perilaku kepercayaan lain (1:26-32; bandingkan Gal 5:19-21 dan 22- 23). 1.4.1.2 Kita tidak boleh memprediksi terlau kecil peran Paulus “memperbaiki moral” mencapai hasil menahan keinginan dan penguasaan diri (Gal 5:23; 1Kor 7:9; 9:25; Titus 1:8; Kis 24:25; 2Pet 1:6). Disinilah dia menerima budaya silo, tapi hanya bisa direalisir didalam Kristus. Ini adalah penampilan nyata orang Kristen dalam kehidupan yang “benar”. 1.4.2 Penampilan ke 2 di 5:1 dan 8:6 bisa kelihatan: yaitu “damai” (bahasa Yunani ; bahasa Ibrani : (Shalom). 1.4.2.1 Yang harus diperhatikan adalah, “dibenarkan” bukan berarti “damai”; “dibenarkan” lebih serius lagi adalah masalah dalam Taurat, menyangkut kedudukan, kendali dan masalah otoritas. Dalam kata-kata “humanisme” Paulus, “dibenarkan” digabung dengan dosa, Taurat dan kematian. Tapi “damai” berbeda; “damai” adalah masalah relasi. Sekalipun juga adalah masalah kedudukan (lihat 8:7-17), tapi “damai” menyangkut sikap, kecenderungan dan perbuatan. Pada penampilan dan mengaplikasi dengan nyata, “damai” lebih rumit dibandingkan “kebenaran”, dia pasti menyangkut lebih dari 1keseluruhan, sebuah kenyataan yang bisa dialami melalui interaksi perilaku. Dalam PL, pada dasarnya Shalom adalah produk hubungan normal membuat perjanjian (Kej.26:30; 1 Raj.5:12; Ayub 5:23; Bil.25:12; Yeh.34:25;37:26). 1.4.2.2 Perhatian Paulus akan “damai” bukan saja bisa dilihat dari kata-katanya memberi ucapan salam dan memberkati (1:7;15:13,33) dalam kitab Roma, lebih lagi adalah bagian-bagian tergabung dalam proposisi dan perintah yang penting (lih.2:10; 3:17; 5:1; 8:6; 12:18; 14:17,19), menyangkut manusia dengan Tuhan, orang Yahudi dengan orang kafir, orang percaya dengan dunia, hubungan antara orang percaya dan masalah perilaku, sebuah pola pikir dasar dari aplikasi kepercayaan yang nyata dari umat percaya. 1.4.2.3 Salah satu dasar segala damai adalah damai yang diciptakan Allah di dalam Kristus, oleh karenanya umat percaya tidak perlu menghadapi murka Allah (5:9; 1:18). 2. Kenyataan damai sejahtera. 2.1 Secara menyeluruh : melayani Tuhan, tidak mengikuti dunia (12:1-2). 2.2 Salah satu mengaplikasikan damai dalam komunitas umat percaya : moral di antara sesama anggota (12:3-8). 31 2.2.1 Komunitas sama seperti anggota tubuh. Sebagai anggota, damai adalah saling melayani. 2.2.2 Ingin saling melayani, harus bisa berpikir dengan pertimbangan bijak ( , 12:3b). 2.2.2.1 Yang dimaksud “melihatnya sesuai dengan kebenaran, pas baik disenangi sesama, berarti “saling sehati”. Yang dimaksud “saling sehati” berarti “tidak menganggap diri tinggi”, malah rela “merendahkan hati” (12:16; Gal.5:13-14; Fil. 2:3-4;14:1-15:7). 2.3 Mengaplikasi damai dalam masyarakat : moral aliran minoritas (12:9 – 13:14). 2.3.1 Gambaran kehidupan yang damai: keramah-tamahan yang berprinsip (12:9-16). 2.3.2 Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tidak menuntut pembalasan (12:17-18). 2.3.3 Taat pada otoritas, menghormati penguasa (13:1-7). 2.3.4 Masalah politik ? 2.3.4.1 “Perdamaian Roma” (pax Romana) promosi politik. 2.3.4.1.1 Aelius Aristides, Eulogy of Rome (A.D. 143). For earlier works, see Seneca, De Clementia 1,4,lf; Ad Polybium XV, 1: De Prividentia IV, 14; also Pliny, Natural History XXVIII,3. 2.3.4.2 “Pengalaman agama kepercayaan” Paulus. 2.3.4.2.1 2 Kor. 4:8-9; 11 23b-27; Gal.5:11, 6:12; “tiap hari menghadapi kematian”: 1 Kor.15:31; “demi Tuhan jadi tahanan” : the Prison Epistles. 2.3.4.2.2 Tidak naik banding (1 Kor. 6:1-8); tidak mempercayai slogan-slogan (pax et securitas, 1 Tes. 5:3). 2.3.4.2.3 “Warga kerajaan surga” (Fil.3:20); “tidak berdosa kepada Tuhan yang memanggil kalian masuk ke dalam kerajaanNya dan mendapat kemuliaanNya” (1 Tes. 3:12). 2.3.4.3 Disini Paulus memberi masukan bagaimana “setia” terhadap penguassa pemerintah, tapi kesetiaan ini tidak bisa dilihat menjadi teori politik Paulus. 32 2.3.4.3.1 Melihat tulisan di atas, kesetiaan terhadap penguasa apapun terbatas pada penjelasan 12:1-2. Roma 13:11-14 juga dilihat dari sudut seluruh masalah, dengan demikian 13:1-7 hanya menyangkut ke lapisan yang terbatas, tidak termasuk semua pilihan politik umat percaya. 2.3.4.3.2 Justru karena 13:1-7 bisa dipakai untuk menunjang setiap penguasa, kalau kita ingin mengerti haruslah ada keseimbangan dengan isi Alkitab, terutama 1 Tes. 5:1-11. Kedua ayat ini saat dibaca bersamaan, kita akan mendapati Paulus ingin umat percaya sebagai “penumpang” setia pada penguasa, kesetiaan seorang “warga kerajaan surga” dan bukan kesetiaan yang telah diubah. Paulus sendiri adalah sebuah contoh yang baik. Selain kepada Tuhan, Paulus tidak ada lagi bisa “setia tanpa syarat” kepada yang lain; Paulus selamanya tidak akan menghapus kemungkinan untuk tunduk pada penguasa lain (lih.Ef.6:10-19 dan di antaranya implications). 2.3.4.3.3 Yang lain, ketaatan terhadap penguasa juga supaya umat percaya bisa “hidup dalam kesalehan dan kedamaian” (1 Tim.2:2) salah satu syarat utama. Dengan 12:17-21 yang mengatakan “jangan membalas kejahatan dengan kejahatan”, “harus berusaha hidup damai dengan semua orang”,“kalahkan kejahatan dengan kebaikan”, semua sama, mempunyai tujuan yang sama (1Pet. 3:8-16;bandingkan Roma 12:3 - 13:14 dan 1 Pet. 3:8 - 4:19 inti dan judul diskusi). 2.4 Mengaplikasikan damai dalam komunitas umat percaya: moral superior (14:1 – 15:7). 2.4.1 Dalam dunia Roma saat itu, jelas umat Kristen lemah, tapi bukan berarti dalam setiap segi umat Kristen itu lemah. Atau, ini bukan berarti setiap pribadi umat Kristen lemah dalam setiap hal. Pengertian ini terutama lebih jelas dalam kehidupan orang Kristen (terutama Kristen Yahudi dan Kristen Kafir). 2.4.2 Prinsip menerima (14:1; 15:7; 11:15). 2.4.2.1 Tidak menghina, tidak menghakimi (14:2-13a). 2.4.2.2 Tidak menjatuhkan, tidak merusak (14:13b-23). 2.4.2.3 Teladan Yesus: tidak berharap perkenanan sendiri (15:1-8). 33 2.4.3 Alasan menerima. 2.4.3.1 Kristus menerima (15:7). 2.4.3.2 Kebenaran Allah (15:8). 2.4.3.3 Kemuliaan Allah (15:6,9). 2.5 To conclude with a famous dictum from Rupert Meldenius (perhaps a pseudonym of Richard Baxter), In essentials unity; In non-essentials liberty; In all things charity. 3. kembali ke makna sesungguhnya: Tugas “agar orang kafir taat (15:18)”. 3.1 Buat Paulus, krisis terbesar gereja adalah permusuhan antara orang Yahudi dengan orang kafir. Tapi dalam kondisi tertentu, Paulus juga tidak bisa menguasai perkembangan seluruh permasalahan. Taurat adalah dasar budaya orang Yahudi, tapi yang lebih penting, orang Yahudi memandang Taurat adalah proxy Allah, tidak seorangpun yang bisa melewati Taurat untuk datang ke hadapan Allah. Taurat memiliki kesamaan dengan nabi, keduanya membawa manusia ke hadapan Allah, juga akan ada saat ……Untuk Paulus, Taurat “terpenuhi” di dalam Kristus (10:4), jelas tapi tidak hanya menunjuk bahwa Yesus telah memenuhi tuntutan Taurat, tetpai menunjuk bahwa orang yang percaya Kristus tidak lagi dikuasai hukum Taurat (6:14-15; 7:6; Gal. 3:25; 5:18), Taurat bukan lagi proxy Allah. Manusia karena percaya kepada Kristus maka tunduk kepada Allah, persis seperti orang Yahudi karena melakukan Taurat maka tunduk kepada Allah, hanya saja “tunduk kepada Allah” bukanlah “manusia + memelihara Taurat satu-satunya hasil dari gabungan ini (10:2-3). Tapi “iman percaya” di luar Taurat dan dibuktikan oleh Taurat dan nabi, satu-satunya respon yang bisa membuat manusia dibenarkan (baca : “tunduk kepada Tuhan, ”). Melalui Abraham sebagai contoh, “memelihara Taurat” lalu dilarang oleh “iman percaya Kristus”. 3.2 Allah juga mempunyai harta pusaka di tengah orang kafir, menggenapi Firman Allah melalui nabi (15:9-12, memakai LXX Maz. 17:50; 2 Sam.22:50; Ul.32:43; Maz. 117:1; Yes.11:10), hanya saja seandainya melalui Taurat, orang kafir bakal terpisah (Ef.2:14), hanya berdasarkan Kristus, berdasarkan iman percaya, barulah orang kafir mendapat belas kasihan dan Tuhan dipermuliakan (Ef. 3:7-11). Tetapi di dalam kehendak Allah yang kekal, bahkan orang Yahudi sekalipun, hanya kalau ……Kristus, berdasarkan iman percaya, baru bisa mendapatkan belas kasihan Allah, karena Kristus “telah menggenapi Taurat (10:4; Ibrani : ”). 34 3.3 Inilah rahasia Injil Allah, juga adalah kekuatan Injil Allah, lebih lagi adalah kebenaran Allah, kunci Injil Paulus bisa melampaui komunitas orang Yahudi. Untuk membuktikan hal ini, tidak ada seorangpun penulis PB yang bisa melebihi Paulus, dan semua orang percaya serta generasi berikutnya berhutang kepada usaha dan pengorbanan yang diberikan oleh Paulus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

  BAB 1 PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN   A. Pengertian Pendidikan (secara umum): 1. Apakah arti pendidikan ? Lebih daripada sekedar s...