1
Bab I Alasan Penulisan Surat Roma (Keadaan Retorika)
1. Pendahuluan
1.1. Tematik yang Pernah Digunakan Gereja-Gereja
1.1.1. St. Agustinus, Dosa Asal Manusia (Roma 5)
1.1.2. Martin Luther, Hanya Oleh Iman (Roma 3 ; 4)
1.1.3. John Calvin, Predestinasi (Roma 9; 11)
1.1.4. John Wesley, Kehidupan yang Kudus (Roma 6;8)
1.1.5. Karl Barth, Allah yang Benar (Roma 1;2)
1.1.6. Kesimpulan, Keilahian Allah dalam Surat Roma
1.2. Tematik pada Masa Itu
1.2.1. Masalah Kesukuan / Rasisme (khususnya orang Yahudi dan Holocaust)
1.2.2. Masalah Sejarah dan Penjelasan Ulang
1.2.3. Gejala, Penjelasan dengan Metode Baru
2. Kebudayaan sebagai Jalur Retorika
2.1. Retorika itu bukan berarti kata-kata yang indah-indah, kata-kata yang dibesarbesarkan dengan sombong. Tetapi Retorika merupakan perwujudan seni persuasi
dan ekspresi
2.2. Kebudayaan bukan hanya ditujukan kepada sekelompok komunitas, dalam tradisi,
kebiasaan, pengetahuan dan tingkah laku, sebaliknya meliputi sikap hidup, konsep
nilai, tujuan dan aktifitas dari seluruh pernyataan anggota komunitas tersebut.
2.2.1. Penjelasan Sejarah : Penelitian Karya Sejarah, Asal-Usul dan Kesesuaian Isi
dan Fakta Sejarah pada waktu itu.
2.2.2. Penjelasan Retorika Kebudayaan, selain dari pada yang di atas, harus
memperhatikan hasil karya penulis dan bagaimana pembentukan hidup yang
dialaminya dan gambaran keadaan sejarah yang dialaminya. Khususnya hasil
proses pembentukan, batas budaya (garis budaya), pernyataan isi budaya yang
tersirat bisa mencapai hasil bagi pembaca dari Retorika tersebut. Dengan
perkataan lain, dalam kaca mata penulis, hasil karya ini adalah respon untuk
dirinya dan pembaca yang berhubungan keunikan keadaan sejarahnya. Buku
ini dipakai oleh penulis untuk membimbing pembaca sebagai alat untuk
melihat apa yang diinginkannya.
2.2.2.1. Contoh: Iklan pemerintah untuk membangun jalan layang Kereta
Api cepat Hongkong ke Sheng Cen.
2.2.3. Oleh sebab itu dalam setiap halaman keadaan retorika, kalau penulis
membahas batasan keberhasilan atau merubah perasaan dan tingkah laku dari
pembaca, demikianla sejarah asal perubahan tersebut.12
3. Keadaan Retorika Paulus dalam Surat Roma, Hubungan Paulus dengan Jemaat Roma
12
2
3.1. Paulus dengan terpaksa, dengan status sebagai orang luar, menuliskan surat Roma
(Roma 16, salam dan daftar nama)
3.2. Gereja Roma tak mungkin kalau bukan Paulus yang mendirikan, di sini Paulus
kehilangan otoritasnya, tidak seperti otoritas yang dimiilikinya terhadap jemaat
Galatia dan Jemaat Korintus
3.3. Paulus adalah Rasul untuk jemaat kafir, sebelum menjalin hubungan dengan
jemaat Roma yang kental dengan keyahudiannya, Paulus harus lebih dahulu bisa
dipercaya oleh mereka
3.4. Paulus memiliki alasan sendiri dan percaya bahwa jemaat Roma melindungi diri
dengan sikap yang meragukannya, jemaat kafir meragukan otoritasnya, jemaat
Yahudi memiliki kecenderungan meragukannya (melanggar Taurat)
4. Keadaan Retorika Paulus di Surat Roma, Sejarah dan Organisasi Jemaat Roma
4.1. Asal Jemaat dan Keberuntungan
4.1.1. Pentakosta (Kis 2:10)
4.1.2. Claudius dan Impulsore Chrestonya Sostenes (Tahun 49 M, Kis 8:2,
bandingkan Kis 18:12-15)
4.1.3. Penganiayaan Nero (Tahun 64 M (Tacitus (Dicatat) 15.44)
4.1.4. Kesimpulan
4.1.4.1. Pemisahan Komunitas Orang Kristen Roma dan Komunitas Roma
Yahudi
4.1.4.2. Pemisahan Komunitas Orang Kristen non-Yahudi dan Komunitas
Orang Kristen Yahudi. Tetapi yang harus diingat orang Kristen nonyahudi waktu itu dan orang Yahudi bersama-sama berkumpu di dalam
Rumah Ibadat. Kira-kira merekalah yang disebut sebagai “Orang yang
takut dan hormat kepada Allah” (God-fearer) dalam kebiasaan
kepercayaan hampir sama dengan orang Yahudi.
4.1.4.3. Maka setelah Claudius wafat pada tahun 54 M, sebagian orang
Yahudi kembali ke Roma dan orang Kristen non yahudi pada waktu itu
sehingga dapat menyebabkan kontradiksi seperti yang dicatat dalam
Kisah Para Rasul 15. Faktanya, dalam waktu 3 atau 4 tahun yang singkat
(Surat Roma kemungkinan ditulis tahun 57 M) profil dari iman
kepercayaan orang Kristen kafir yang ada di kota Roma dengan yang
dahulu hampir sama (Tobin 41).
4.1.4.4. Persoalan Paulus adalah bagaimana mengurangi keraguan injil di
Jemaat Roma.
4.2. Wahyu dari surat Roma 16
4.2.1. Orang-orang Kafir penerima surat Roma (1:5-155, 13; 11:13; 15:15-16;
lihat 9:3-4; 10:1-2; 11:23, 28, 31; 16:26)
4.2.2. Paulus mengirimkan salam kepada orang-orang Kristen kafir yang penting
yang ada di Jemaat Roma (Roma 16:3, 16)
4.2.3. Paulus menyebutkan 26 nama (17 laki-laki, 9 perempuan) kepada 16 orang
yang khusus yang memiliki hubungan istimewa dengannya, dan kebanyakan
3
sudah mengenal Paulus di luar kota Roma. Di antara ke 26 orang ini boleh
dipastikan sebagian yang kembali ke Roma setelah Claudius wafat (Peter
Lompe)
4.2.4. Lima Tempat Rumah Ibadah
4.2.4.1. Akwila dan Priskila (16:5)
4.2.4.2. Rumah ibadat di Asinkritus, Flegon, Hermes, Patrobas, Hermas
(16:14)
4.2.4.3. Rumah ibadat di Filologus, Yulia, Nereus dan saudarinya, Olimpas
(16:15)
4.2.4.4. Rumah Aristobulus (16:10)
4.2.4.5. Rumah Narkisus (16:11)
4.2.5. Jemaat berbagai suku, jenis kelamin, status dalam masyarakat dan hierarki
4.2.5.1. Orang- orang yang dikirimi salam ada 17 laki-laki dan 9 perempuan,
16 orang yang disebutkan di depan, Paulus mengirimkan salam dengan
cium kudus, di antaranya 12 orang (7 perempuan dan 5 laki-laki),
khususnya mereka yang giat dalam Injil. Di antara ke 26 orang itu ada 2
pasang suami istri, Akwila dan Priskila, Andronicus dan Yunias.
4.2.5.2. Di antara 24 nama yang dikirimi salam, ada 15 nama Yunani, 7
nama latin dan 2 nama Yahudi. Di antara nama Yunani, ada satu orang
Yahudi. Di antara nama latin ada tiga orang yahudi. Menurut pandangan
Peter Lampe dan Ben Witheringtonm 26 orang yang menerima salam,
ada kemungkinan semuanya orang yahudi. Mereka mengenal Paulus di
daerah timur dan pada tahun 54 M, setelah Claudius wafat, mereka
kembali ke Roma.
4.2.5.3. Penolong / Donatur dan Klien (Patron dan Client), pada abad
pertengahan hubungan seorang pemimpin dan bawahan.
4.2.5.4. Orang Bebas, Budak, orang merdeka
4.2.5.4.1. Menurut analisa Peter Lampe, Priskila, Akwila, Rufus dan
ibunya, Urbanus kemungkinan adalah orang bebas. Nereus,
Hermes, Persis, Herodion, Trifena dan Trifosa mungkin adalah
budak atau budah yang sudah merdeka. Yulia, Yunias dan Maria
mungkin budak perempuan atau budak yang sudah merdeka.
4.2.6. Kesimpulan, hasil retorika
4.2.6.1. Tempat ibadat tersebar, tidak ada pusat organisasi. Paulus mengirim
salam di mana-mana ada wakilnya.
4.2.6.2. Di antara orang-orang yang dikenal Paulus, kebanyakan dari
golongan menengah ke bawah. Tetapi kesempatan melayani mereka
sangat adil, sebagai penolong (donator), rasul di antara rekan kerja, ada
laki-laki dan perempuan, dapat menolong menghilangkan keraguan
mereka terhadap Paulus. Jemaat Roma tidak dapat melalaikan orangoorang yang ada di daftar nama.
4.2.6.3. Paulus menyatakan bahwa dia sudah memiliki jaringan hubungan di
Roma, sehingga jemaat Roma tidak bisa meremehkan dengan
4
mengabaikan otoritas hubungan Febe dengan Paulus dan surat
kirimannya.
4.2.6.4. Dalam mengirim salam kepada 16 orang, khusus dengan cium
kudus, menunjukkan jemaat Roma seharusnya memahami sumbangsih
Paulus terhadap jemaat Roma.
4.2.7. Salam dari Korintus
4.2.7.1. Yang mengirimkan salam di antaranya adalah Febe, Gayus, Tertius
punya pengaruh sebagai donatur.
5. Kondisi Retorika Paulus di Roma, Isi Hati Paulus di Roma
5.1. Surat Roma 1-15 Budaya Laten
5.1.1. Paulus dan Roma
5.1.1.1. Tidak seperti paragraf demi paragraf, otoritas Paulus dan
pekerjaannya (1:1)
5.1.1.2. Bukan tidak meninggalkan tema demi tema, injil dari Paulus dan
amanatnya (1:2-6)
5.1.2. Paulus sendiri dan pekerjaannya di Roma
5.2. Paulus terus berharap mengunjungi Roma (1:6, 10, 13; 15:22, 24, 28, 32)
5.2.1. Sebagian pekerjaan dari Rasul untuk orang kafir (1:6, 13, 15; 15: 15, 16;
16:26)
5.2.2. Berharap memiliki persekutuan dengan jemaat di Roma dan mendirikan
mereka (1:11, 12; 16:24a)
5.2.3. Maju selangkah lagi menjadi bagian dari mereka, didukung mereka menjadi
misionaris ke Spanyol (1:12,13; 15:23, 24, 28, 29)
5.3. Paulus khawatir dana yang dikumpulkan untuk jemaat di Yerusalem tidak diterima
(15:25-27, 30-32)
5.3.1. Sesuai pemaparan yang di depan, Paulus memahami, jemaat di Roma
menjaga sikap terhadapnya. Ini juga merupakan sikap sebagian jemaat Yahudi
terhadapnya. Paulus berusaha sekuat tenaga merubah pengenalan jemaat
Roma terhadap dirinya dan Injil yang disampaikan Paulus (2:16; 16:25)
6. Kesimpulan
6.1. Meskipun pluralis, Jemaat Roma relative menyatu (1:8; 15:14; 16:19) oleh sebab
itu penulisan surat Roma tidak berarti dapat menyelesaikan konflik jemaat Yahudi
Roma. Isi surat Roma (1:16 – 15:13) juga bukan surat untuk menyelesaikan
konflik di antara jemaat Roma, Kafir, dan Jemaat Yahudi.
6.2. Mengabarkan injil ke Spanyol adalah tujuan Paulus, memenangkan kepercayaan
jemaat Roma adalah kesulitannya. Timbulnya surat Roma, diharapkan dapat
menyelesaikan masalah. Dari sudut pandang ini, surat Roma merupakan
rekomendasi dari Paulus yang tujuannya bagi iman kepercayaan Paulus sebagai
pertanggung jawaban yang jelas kepada jemaat Yahui, sehingga diakui dengan sah
oleh Jemaat Roma.
6.3. Oleh sebab itu, tematik yang muncul di surat Roma sejak awal, sudah ada di suratsurat kiriman yang lainnya (Fitzmyer, Romans 71-73)
5
7. Struktur Surat Roma
Kata Pembuka 1:1-7
Salam dan Doa 1:8-10
Catatan pinggir 1:11-15
Rekomendasi Paulus Langkah Pertama: Injil dari Paulus (1:16; 15:13)
Proposisi (1:16-17)
- Kefasikan Manusia dan Kebenaran Allah (1:18; 3;31)
Menurut arti, manusia tidak mungkin dapat mengakui Allah, diri sendiri hanya
dapat menjadi bobrok, oleh sebab itu, penghakiman Allah (1:18-32), Allah
menghakimi manusia menurut tingkah lakunya. Agama memerintahkan manusia
berbuat baik, berbuat baik sama saja tidak diselamatkan (2:1-16). Pengalaman
orang Yahudi adalah suatu contoh (2:17-24).
Sunat dalam hati tidak menentukan Allah menghakimi manusia berdasarkan
tingkah laku, karena Taurat menyebabkan manusia mengakui dosa (2:25; 3:20).
Kristus menyatakan kebenaran Allah, di luar Taurat, tidak melanggar Taurat (3:21-
31)
- Perjalanan Manusia Dibenarkan (4:1 – 5:21)
Abraham dibenarkan oleh sebab Iman, di luar Taurat, tidak melanggar Taurat (4:1-
16). Iman Abraham menggambarkan iman kita (4:17-25). Dibenarkan oleh sebab
Iman adalah hasil manusia berdamai dengan Allah (5:1-11). Dasar berdamai
dengan Allah, Anugerah Allah melampaui dosa kita (5:12-21).
- Ikatan Dosa, Anugerah, Taurat, dan Aku (6:1 – 7:25)
Hanya di dalam Kristus baru dapat menghapus taurat, dosa, kuasa maut (6:1 –
7:25).
- Hidup rohani (8:1-39)
Tubuh kita ditebus, bersandar kuasa Roh Kudus, juga jaminan dari Kasih Allah
(8:1-39). Orang Yahudi dan kebenaran Allah (9:1 – 10:36). Allah itu setia, juga tak
dapat dipermainkan (9:1 – 10:36).
- Kebenaran di bawah Anugerah (12:1 – 15:13)
Ketekunan golongan minoritas, kepada yang di atasnya hormat, kepada yang
bawahnya harmonis (12:1 – 13:14). Ketekunan yang superior tidak menjadi
sandungan untuk orang lain, tidak mencari disukai orang (14:1 – 15:13).
Surat rekomendasi Paulus yang ke 2, arah tujuan misiku (15:14-33)
Resume Pekerjaan (15:14-33)
Perjalanan dan Harapan (15:22-33)
Surat Rekomendasi Paulus ke 3, hubunganku dengan orang lain (16:1-16)
Kata Salam (16:17-24)
Pujian (16:25-27)
6
Bab II Keadaan Manusia dalam Kitab Roma
8. Pendahuluan.
8.1 Dasar sudut pandang Paulus adalah sudut pandang orang Yahudi. Kenyataan ini
member kita banyak pelajaran.
8.1.1 Sudut pandang umum (Ethnicity, not race).
8.1.1.1 Setengah abad sebelum masehi: Asia kecil; awala abad
pertama masehi: Syria, Palestine & Egypt; akhir abad pertama dan
awal abad kedua masehi : Palestine.
8.1.1.2 Polarisasi dua keadaan yang bertentangan: The Jews vs The
Nations (1:14,16).
8.1.2 Agama, sudut pandang moral.
8.1.2.1 Hati orang kafir tidak lurus (Roma 1:28; Gal 2:14).
8.1.2.2 Orang kafir tidak mampu mendisplinkan diri (Roma 1:26).
8.2 Paulus selain menggunakan otoritas Alkitab, juga memakai filsafat jaman itu
untuk melukiskan keadaan manusia.
9. Keadaan sulit manusia : murka Allah (1:18-32).
9.1 Penyataan murka Allah (1:18).
9.2 Penyebab murka Allah (1:19-23).
9.2.1 ketidak saleh dan kefasikan manusia tercermin dari sikap
membungkam kebenaran (<> “menghalangi
kebenaran”) (1:18,28,32).
9.2.2 “Tidak menganggap bahwa Tuhan itu adalah Tuhan segala Tuhan,
yang mereka anggap Tuhan itu bukanlah Tuhan” ini dijadikan inti mereka
membungkam Kebenaran (1:23).
9.2.3 Paulus melihat sikap membungkam Kebenaran menjadikan manusia
sok pintar (1:21-22 ; 1:14).
9.2.4 Dengan demikian Paulus mengadukan tekad pribadi bersama dengan
budaya umum.
10. Masalah manusia : hasil murka Allah (1:24-32).
10.1 Menurut Paulus, menyembah berhala pada dasarnya adalah semacam
perubahan, pergeseran (1:23,25,26; Maz 106:20; Yer 2:11).
7
10.1.1 Perubahan pertama menyebabkan manusia kehilangan hikmat.
10.1.2 Perubahan kedua meyebabkan manusia tidak displin diri.
10.1.3 Perubahan ketiga meyebabkan manusia tidak mengerti kasih dan
kebenaran.
10.1.4 Bandingkan dengan tradisi Konfusionis (bijak,kasih,keberanian).
10.2 Titk awal dari analisa Paulus mengandung cara pandang tradisi orang Yahudi
(PL dan buku hikmat kebijaksanaan Solomo dll), juga cara pandang budaya Roma
yang hebat zaman itu. Menahan kedagingan dan penguasaan diri agar mencapai
hasil “self-mastery” ; bandingkan (Kis 24:25 ; Gal 5:23; 1Kor 7:9 ; 9:25; Titus 1:8;
2Pet 1:6).
10.3 Tuhan “membiarkan” = Tuhan “lepas tangan”, patut dipandang semacam
penghakiman (Kel 23:31; Ul 7:23; Im 26:25; Yos 7:7; Hakim 2:14; 6:1,13; dsb).
10.3.1 Pandangan pesimis ; Allah tidak lagi campur tangan.
10.3.2 Pandangan optimis : Allah ijinkan manusia semakin rusak.
10.3.3 Kenyataan yang harus dihadapi : manusia tidak bias tanpa Allah.
10.4 Daftar catatan perbuatan jahat.
10.4.1 Perbuatan jahat dalam daftar catatan ada 2 bagian :
10.4.1.1 Memperhatikan yang didalam untuk dapat dinyatakan
keluar dari diri kita. (bandingkan 13:13; Gal 5:9-21; 1Kor 5:10-11;
6:9-10; 2Kor 12:20-21; Kol 3:5,8; Ef 4:31; 5:3-4; 1Tim1:9-10; 2Tim
3:2-5) berbeda dengan PL (Kel20; 21; 33:14-26 ;Im 19; Ul 27:15-
26; Hos 4:1-2 dsb). Mungkin mencerminkan pandangan
stockleisme.
10.4.1.2 Perbuatan jahat memutar balik hubungan antar manusia
(anti social vices based on self – interests).
10.4.2 Pandangan Paulus terhadap perilaku seks sesama jenis adalah contoh
pandangan orang Yahudi (Kej 19:1-28; Im 18:22,29; 20:13; Ul 23:17; 1Raja
14:24; 15:12; 22:46; 2Raja 23:7; Hak 19:22-26; Yes 1:9-10; 3:9; Yer 23:14;
Rat 4:6). Sesama jenis dan lawan jenis tidak menunjukan kecenderungan
seks pribadi, tetapi didasari bagaimana orang yahudi melihat Tuhan
menciptakan mahluk sesuai aturan.
11 Masalah manusia : Tuhan tidak pandang bulu (2:1-11).
8
11.1 Tuhan menghakimi sesuai perbuatan manusia, oleh sebab itu mengajar
manusia berbuat baik tapi bukan karena kebaikan bisa selamat : bodoh dan sok
pintar, bicara kasih tapi tidak displin diri, Paulus melihatnya sebagai munafik dan
kesombongan (perhatikan 2:2 “and do the same things’).
11.1.1 Terhadap orang yang mesti benar dan salah dan juga bisa menilai
benar dan salah, penghakiman Tuhan berlandaskan “mendengar perkataan,
melihat perbuatan”.
11.1.2 Ini tidak bisa dijadikan dasar mengatakan Tuhan hanya menghakimi
berdasarkan perbuatan, tapi kalau dilihat dari sudut pandang yang lain,
Tuhan adalah juruselamat kita persis karena Dia adalah hakim kita.
Sebelum dibenarkan karena iman terlebih dahulu harus mengerti arti
menghadapi dihakimi karena perbuatan.
11.1.3 Tuhan tidak segan –segan menghadapi Paulus semata-mata adalah
suatu tuntutan pada umumnya, juga adalah sebuah dasar pengakuan orang
Yahudi (Ul 10:17; 2Raj3:14; 2Taw 19:7; Mal 1:8; Ay 34:19; 42:8; Maz
82:2; Wis 6:7; Sir 35:12-13; Ps.Sol 2:18; Jub 5:15; Gal 2:6; Kol 3:25; Ef
6:9).
12 Masalah manusia : orang kafir = orang Yahudi (2:12-16).
12.1 Paulus tetap membicarakan penghakiman dan keadilan Allah. Disini dia
pertamakali memasukan kata “Dosa” dan “Taurat” (2:12).
12.2 Sungguhpun ada perbedaan besar antara orang kafir dan orang Yahudi, tetapi
ada sedikit persamaan : Tuhan mempunyai cara menghakimi kedua jenis manusia
ini : Taurat orang Yahudi dan hati nurani orang kafir.
12.2.1 “Taurat” disini bukan menunjuk kepada “hukum alam”. Hukum alam
stockleisme dulu, tapi yang dimaksud bukan bekerja menurut “alam”
sepertinya sama menurut kebiasaan, belum tentu seperti yang dikatakan
<> didesa yang mengatakan “mengikuti
peraturan alami pada umumnya, manusia dengan sekuat akal budi dan hatihati sehingga memperoleh keuntungan besar, itulah keadaan pada
umumnya.
Pemikir pada zaman Paulus seperti Seneca dan Cicero satu abad
sebelumnya, hukum alam adalah nilai semangat dari hierarki superior
merasakan jajahan Roma, misalnya tidak boleh berzinah, kabur dari barisan
dll. Yang paling dasar adalah tangga hierarki “alam” yang kuat menolong
yang lemah. Dilihat dari sisi ini, disini Paulus menggunakan “hukum alam”
kemungkinannya tidak besar (Rom 12:2-21; Filp 1:9-10).
9
Ditambah lagi ditempat lain Paulus menunjuk orang kafir sebelum percaya
Tuhan sudah dibawah Taurat “Musa” (Roma 6:14-15; 7:4-6), oleh
karenanya “Taurat” disini seharusnya menunjuk Taurat Musa.
Bagaimanapun Paulus mengganggap Taurat adalah standar penentuan
perbuatan orang kafir (yang berhubungan Tuhan menghakimi orang kafir
menurut standar Dia, lihat Im 18; Yes 10:12-13; 14:3-15; 22-23; Dan 4:27;
Yeh29:3 , 9-10; Amos 1:3,6,9,11,12; 2:1).
12.2.2 Hati nurani manusia zaman sekarang dasar kegunaannya negative :
peringatan, mengingatkan dan dosa. Tapi hati nurani Silo kegunaannya
lebih positif : lebih pasti dan saling melayani. Sayangnya sama seperti
Taurat tidak bisa membuat orang kafir dibenarkan, karena tidak
memuliakan Allah sesuai dengan yang mereka ketahui (1:21,28), juga tidak
melakukan sesuai dengan yang mereka pertahankan (2:1).
13 Masalah manusia: orang Yahudi tidak bisa meyelamatkan manusia, diri sendiri, sama
seperti orang kafir (Rom 2:17-29).
13.1 Dosa orang kafir karena mereka “tidak berTuhankan Tuhan” tetapi dosa orang
Yahudi karena mereka “tidak mau diajar” (arti Torah adalah pengajaran
“Instruction”). Kedua belah pihak punya kesamaan: menetapkan dosa mereka,
meremehkan apa yang mereka ketahui.
13.2 Berhubungan dengan pengajaran “surat dalam hati” dalam PL, (Im 26:41; Ul
10:16; 30:6; Yer 4:4; 9:24-25; Yeh 44:7,9; iQs 5:5; iQpH ab 11:13; iQh 2:18;
18:20; Jub 1:23; Philo, Quaest.Ex 2.2; Spec.Leg.i.305; De migr.Abr 92; Kol 2:11;
Ef 2:11; Filp 3:3 dsb).
14 Masalah manusia: orang Yahudi tidak bisa karena ada Taurat dan membenarkan diri
sendiri (3:1-8).
15 Masalah manusia: tidak ada orang yang bisa menghindar dari penghakiman Allah (3:9-
20).
16 Masalah manusia (thematic): dosa.
16.1 Keberadaan Struktural (Roma 12-21).
16.2 Kuasa dosa.
16.2.1 Paulus membedakan 2 jenis sifat dosa: kuasa dan perilaku.
16.2.2 Didalam Adam, tidak ada orang yang bisa lepas dari kuasa dosa
(Roma 5:14).
16.2.3 Dosa dan mati sudah menjadi raja (Roma 5:14,17,21; 6:6,9)
Kematian menguasai akhir hidup manusia (Roma 5:21).
10
16.2.4 Kuasa dosa dan kematian itu ada dan dia merdeka (tidak dibawah
Taurat) (Roma 5:13-14).
16.2.4.1 Tetapi disaat yang sama dosa juga hidup diatas hukum
Taurat (Roma 7).
17 Masalah manusia (thematic): Taurat.
17.1 Taurat membuat manusia mengenal dosa (Roma 3:20).
17.2 Taurat disentuh menjadi murka (Roma 3:15).
17.3 Taurat membuat kesalahan menjadi banyak (Roma 5:20).
17.4 Taurat membuat dosa jadi nyata (Roma 7:7).
17.5 Taurat membuat dosa bergerak (Roma 7:8).
17.6 Taurat membuat manusia karena dosanya, ditetapkan berdosa (Roma 7:9-11).
17.7 Ujungnya Taurat meyebabkan orang berdosa mengenali dua keadaannya yang
bermasalah.
18 Masalah manusia: Kematian. Kitab Roma 5-8 melihat kematian ada tanda-tanda seperti:
18.1 Mati berarti selesai (Completion).
18.1.1 Pengorbanan Kristus (Roma 5:8, 18-19).
18.1.2 Masuk kedalam pintu kemuliaan dan pengharapan (Roma 6:1-14;
8:18-25).
18.2 Mati berarti rugi (Depletion).
18.2.1 Semacam belenggu, ingin mencari pelepasan (Roma 8:15, 18-25).
18.2.2 Masuk kedalam penciptaan Allah (Roma 5:12; 8:7).
18.2.3 Manusia tidak bisa menentang kuasa (Roma 5:14,17; 6:9,16,21,23 ;
7:6,24; 8:2)
18.2.4 Akibat dosa (Roma 5:12,14,18,19; 7:9; 8:4,6) juga adalah hukuman
dosa (Roma 6:16,21,23; 7:5,8,13).
11
Bab III Kemungkinan manusia dibenarkan: Iman percaya.
1 Pada dasarnya manusia bisa dibenarkan karena Allah yang menyediakan sarana
keselamatan (dilihat dari Theologia Paulus, dari PB, dari seluruh isi Alkitab, inisiatif
keselamatan berasal dari Allah, manusia karena masalah sendiri jadi tidak berdaya,
makanya juga tidak mungkin bisa berinisiatif. Tetapi memperbaiki relasi dengan Tuhan
harus melihat bagaimana manusia meresponi keselamatan yang Tuhan sediakan, dan
“iman percaya” manusia, Paulus melukiskan sebagai sikap dasar manusia bagaimana
dia meresponi Tuhan. Jika ingin mengerti arti “iman percaya” dalam pandangan
Paulus, harus terlebih dahulu mengerti bagaimana Paulus melihat statusnya dan misi.
1.1 Pernyataan paling jelas: Roma 1:5-6, 14-15, 16-17; 16:25-26.
1.2 Sebuah istilah penting: Paulus menegaskan misi dia adalah supaya orang kun taat pada
iman karena nama Yesus (<> percaya firman), 1:5; 16:26.
Terjemahan lebih tepat (ketaatan karena iman percaya) ini menjelaskan perpaduan
“perilaku”. Hanya karena alasan ini saja kita tidak bisa melihat “melakukan” (12:1-15;
21) sebagai tambahan atau sekunder. Tetapi ingin “taat terhadap iman percaya, benarbenar harus mengerti dulu asal usul “iman percaya”.
1.3 Kata “iman percaya dimulai dari pasal pertama, tapi pusatnya ada dipasal 3-4 (kata “
“ : 3:3,22,25,26,27,28,30 (2x),31; 4:5,9,11,12,13,14,16 (2x), 19,20; 5:1,2. Kata
kerja ( ) : 3:2,22; 4:3,5,11,17,18,24). Seluruh kitab muncul 40x dan 21x
diantaranya di 3:3-5:2; 21x kata kerja 8x muncul di pasal 3 dan 4. dan
muncul terbanyak di pasal 10 ( : 9 :30,32; 10:6,8,17; :9:33;
10:4,9,10,11,14,16)
2 Makna iman percaya.
2.1 Kata kerja.
2.1.1 Kadang-kadang Paulus hanya menyebut harus percaya (absolute use, lihat
1:16; 3:22; 4:11,18; 10:4; 13:11; 15:13; 1:17). Tapi kadang-kadang konteksnya
muncul apa yang dipercayai (misalnya 3:22).
2.1.2 Yang lebih sering terlihat huruf “percaya Tuhan”, dan berlanjut mengatakan
bagaimana percaya Tuhan/ Kristus atau percaya apa (4:3,5,17,24; 6:8; 9:33;
10:9,10,11,14).
2.2 Sebutan/ Istilah.
2.2.1 “Percaya” sebagai istilah sebagian besar ketika muncul (dalam kitab Roma)
dipakai tersendiri, yang paling jelas di 3:22,25,26, bahkan berhubungan dengan
Kristus.
2.2.2 Dipakai tersendiri menjelaskan satu hal: Paulus tidak melihat “iman percaya”
adalah sesuatu yang harus diakui akal budi (Intellectual Assent), sebaliknya, “iman
percaya” semacam unsur nilai, semacam sikap dan pengakuan akal budi hanya
sebagian dari unsur nilai dan sikap.
12
2.2.3 Tapi pernyataan ini juga harus hati-hati. Pemakaian tersendiri tidak berarti
mewakili cirri khas seseorang,seperti kita mengatakan “batu ini berwarna merah”
dalam perkataan ini “warna merah” adalah cirri khas dari batu tersebut. Buat
Paulus, “iman percaya” adalah sebuah ciri khas dalam sebuah relasi, artinya “iman
percaya” tidak bisa sendirian dalam sebuah subjek. Dia adalah sebuah subjek
terhadap subjek lain (perhatikan: “subjek yang lain”, bukan sikap” objek yang
lain”), atau penjelasan hubungan sebuah subjek dengan subjek yang lain.
2.2.4 Makanya seringkali, kita bisa menterjemahkan “iman percaya” menjadi
“bersandar”, “mempercayai”,”percaya”,bahkan “setia mempercayai”,”tulus
mempercayai”dsb.
2.2.5 Dalam kitab Roma, “percaya” berarti menjadikan Tuhan sebagai Tuhan,
mempercayai Dia, bersandar pada-Nya, setia dan tulus kepada-Nya.
3 Bobot “iman percaya”.
3.1 Seperti telah disebut bahwa Paulus melihat pekerjaan dan panggilan terhadap
dirinya adalah sebuah relasi yang tidak bisa dipisahkan dengan “iman percaya”
(1:5-6).
3.2 Bukan hanya demikian, pernyataan seluruh injil dibangun diatas “iman
percaya” (1:17b).
3.2.1 Lebih tepat lagi, injil adalah kabar tentang Allah menyelamatkan
manusia (oleh karena itu “memberitakan injil”, Tes 2:9; 1Kor 9:14; 15:1),
juga adalah cara Allah menyelamatkan manusia (makanya “kekuatan”,
1:16b).
3.2.2 Penyelamatan Allah, menyatakan kebenaran Allah (1:17a; 3:22,25),
karena Allah tidak pernah berubah (3:21; 10:4-8, 18-21; 11-29):
tuntutanNya terhadap manusia tidak pernah berubah; manusia tetap akan
dihakimi sesuai perbuatannya (2:16; 2Kor 5:10), Tuhan tetap setia, setia
pada janji yang telah dibuat antara Dia dengan manusia (11:28).
3.2.3 Manusia yang mempunyai Taurat bisa hidup dengan melakukan
kebenaran Taurat (2:12b-13; 10:5; Im 18:5), tetapi Paulus tidak
menganggap manusia bisa mengandalkan dirinya sendiri, tidak berdasarkan
“iman percaya”, dan bisa memelihara Taurat, memperoleh kebenaran dari
Taurat (2:28-29; 9:32; Ul 30:6; Yer 4:4; 9:25; Kis 7:51; Hos 2:11).
Lebih tepat lagi kokoh memelihara Taurat sama sekali tidak bisa mencapai
tuntutan Taurat (9:31), karena perbuatan bukan “mengejar” dasar dari
Taurat yang benar, yang benar “iman percaya” (9:32); cara “mengejar”
pertama membuat orang Israel jatuh di batu sandungan yang adalah Tuhan
Yesus (9:33), menyatakan Yesus sebagai Tuhan yang menyediakan
13
penebusan untuk manusia (3:24), bisa “dipakai” berdasarkan atau “keluar
dari iman percaya”.
3.2.4 Taurat, Nabi dan Abraham, contoh ini membuktikan “percaya dalam
hati” adalah satu-satunya jalan dimana manusia dibenarkan dihadapan
Allah. Disini “percaya dalam hati” (10:9-10) adalah yang dimaksud Paulus
dengan “sunat dalam hati” seperti dicatat PL (2:29, Im 26:41; Ul 10:16;
30:6; Yer 4:4; 9:24-25; Yeh 44:7,9; bandingkan iQs 5:5; IQp Hab 11:13;
iQH 2:18; 18:20; Jub 1:23; Philo, Quaest. Ex.2.2; Spec.Leg.1.305; De
migr.Abr 92; Kol2:11; Ef 2:11; Filp 3:3).
3.2.5 Pada bagian ini, percaya kepada Tuhan sejatinya adalah “menjadikan
Tuhan sebagai Tuhan”. Apapun sikap, perilaku, percaya mencerminkan
relasi orang yang percaya dengan Tuhan dan Tuhan yang dipercayainya.
“Mengejar” Taurat yang benar (9:31), harus dimulai dari hubungan ini, dan
dalam prosesnya mencerminkan hubungan ini.
1. Perhatikan: Sebagian besar terjemahan salah menterjemahkan, “mengejar
Taurat yang benar” diterjemahkan menjadi “mengejar kebenaran Taurat”
3.2.5.1 Tetapi kalau seperti yang dijelaskan diatas, Taurat membuat
manusia mengenal dosa (Roma 3:20), disentuh menjadi marah
(Roma 3:15), membuat kesalahan menjadi banyak (Roma 5:20),
membuat dosa menjadi nyata (Roma 7:7), membuat dosa bergerak
(Roma 7:8), juga membuat manusia berdosa (Roma 7:9-11),
berdasarkan “iman percaya” mengejar Taurat yang benar
menandakan dua unsur yang harus ada: taat dan bersandar. Ada
Taurat harus taat, pengalaman memelihara Taurat mendatangkan
tidak ada pertolongan, membuat manusia melihat keadaannya yang
sulit; orang yang percaya hanya bisa sepenuhnya bersandar kepada
Tuhan yang membuat dia hidup, membuat dia mati.
3.2.5.2 Kedatangana Kristus, membuat orang yang percaya melihat
cara penebusan yang Tuhan persiapkan untuk mereka.
2. Dengan demikian, zaman Tauratpun berlalu (Gal 3:23-24). Taurat
ditaruh, maka orang kafir dan orang Israel ada bedanya (1:16; 2:29; 4:16;
5:18-21; 7:6; 8:1-4; 10:9-10; Gal 3: 26-29; Ef 2:13-18; Kol 2:13-15; dsb).
Melalui iman percaya, anuegerah Allah dalam kristus ditambahkan kepada
semua orang yang percaya “Kristus” (3:22).
Ini juga bukan hal sederhana, pendahuluan yang belakang adalah Yesus menjadi
kehidupan orang benar, aturan yang dibawaNya, juga hidup yang
dipersembahkaaNya untuk penebusan.
3.3 Teladan Abraham (Pasal 4).
14
3.3.1 Dalam perdebatan, manfaat teladan Abraham dibagi 2:
3.3.1.1 Abraham adalah teladan orang yang menyembah Allah yang
Esa. (Pseudo-Philo, Biblical Antiquities 6.3-18; Josephus,
Antiquities 1.155; Jub 11:141-7, dsb).
3.3.1.1.2 Dia adalah teladan ideal orang Yahudi, sebelum ada
Taurat dia sudah melakukan Taurat.
3.3.1.2 Buat orang kafir.
3.3.1.2.1 Sebelum percaya Allah Yahwe, Abraham
juga “seorang kafir”. Tepatnya dia adalah contoh
paling baik dari seorang penyembah berhala yang
beralih ke Allah yang esa (Yos 24:2), dan orang
Yahudi (seperti ditulis diatas) bahkan tidak melihat
point yang penting ini.
3.3.2 Menurut apa yang dikatakan Paulus, contoh Abraham yang penting
sebagai berikut:
3.3.2.1 Alkitab dengan jelas mengatakan Abraham dibenarkan
karena iman percaya (Kej 15:6).
3.3.2.2 Abraham tidak bermegah dihadapan Allah (4:1-2).
3.3.2.3 Buat Abraham,dibenarkan Allah adalah anugerah, bukan
jerih payah (4:5).
3.3.2.4 Melalui Mazmur 31:1 (70 Master) Paulus menulis orang
berdosa dibenarkan disejajarkan dengan dosa diampuni, adalah
keuntungan, juga anugerah, tidak ada hubungan dengan perbuatan.
Juga karena alasan tersebut, anugerah ini bias ditambahkan kepada
semua orang baik yang bersunat maupun yang tidak bersunat (4:9).
3.3.2.5 Ditambah lagi Abraham dibenarkan sebelum dia disunat
(4:10; lihat Kej 15:16; Psl 17).
3.3.2.6 Kesimpulan: Keturunan Abraham bukan orang bersunat
seperti Abraham, tetapi meneladani iman percaya dia (4:14,16).
Dengan demikian, Paulus memutuskan hubungan antara status
keturunan Abraham dengan keharusan memelihara Taurat.
3.3.3 Bentuk iman percaya Abraham.
3.3.3.1 Biasanya kita lebih mementingkan iman percaya Abraham
secara logis (lihat diatas), dan mengesampingkan makna iman
percaya Abraham. Iman percaya Abraham dan iman percaya kita.
15
3.3.3.2 Pola model yang sejajar.
3.3.3.2.1 Abraham dipanggil ketika masih sebagai orang
kafir.
3.3.3.2.2 Apapun yang bias dibanggakan Abraham
berdasarkan kedagingannya, tetapi Tuhan tidak “berhutang”
padanya (4:2)
3.3.3.2.3 Iman percaya Abraham kepada Allah muncul saat
tidak ada pengharapan (4:19). Kemungkinan anugerah ini
menjadi kenyataan sama tidak mungkinnya anugerah ini
menjadi kenyataan sama tidak mungkinnya dengan dia
sanggup menghitung bintang-bintang di langit.
3.3.3.2.4 Iman percaya hanya dibangun diatas sebuah janji,
itu saja (4:21).
3.3.3.3 Sejajar dalam kenyataan
3.3.3.3.1 Yang dipercayai Abraham adalah Allah yang
membangkitkan orang mati, yang membuat dari tidak ada
menjadi ada (4:17).
3.3.3.3.2 Dia tidak kehilangan iman percaya, juga tidak mencurigai
janji Allah; iman dia malah menjadi lebih kokoh. (4:20).
3.3.3.3.3 Dia mengembalikan kemuliaan bagi Tuhan (4:21; 1:21).
3.3.4 Teladan Abraham adalah teladan kita orang-orang yang dikemudian
hari dibenarkan karena iman. Model iman percaya dia, juga langsung
menjadi model kita yang percaya Allah membangkitkan Tuhan Yesus dari
kematian (4:24).
3.3.5 Oleh sebab itu iman percaya bukan meniadakan Taurat, tetapi lebih
mengokohkan Taurat (3:21).
4 Kehidupan iman percaya.
4.1 Iman percaya adalah respon kita terhadap anugerah Allah dalam Kristus, tapi
Kristus bukan hanya korban penebusan kita, sesuatu yang dipakai untuk menebus
(Token), sebuah kado yang membuat kita berdamai dengan Allah, lebih lagi Dia
adalah titik awal dari kehidupan baru kita (5:21; 6:22-23; 8:6,11). Roh kudus
adalah kunci kekuatan hidup orang Kristen saat ini, dan syarat memuliakan
kehidupan yang akan dating (5:5; 8:1-11; 26-30; terutama 8:9).
4.2 Apakah itu manusia “rohani”?
16
4.2.1 Diihat dari kitab Roma, manusia “rohani” adalah orang yang karena
percaya kristus dan percaya kepada Allah, juga seorang yang karena
percaya kepada Allah dan percaya kepada kristus.
3. Orang demikian didalamnya ada Roh Allah, membuatnya bisa
mengalami kasih Allah, juga membuat dia memiliki kekuatan bisa
menjalani kehidupan bedasarkan iman percaya dan bukan berdasarkan
perbuatan, bedasarkan percaya dan bukan bedasarkan apa yang dilihat
(2Kor 5:7). Apa yang dimaksud “ada iman percaya” sesuai seperti yang kita
bahas diatas.
4.2.2 Kemampuan manusia rohani tidak mempermasalahkan bisa
menyembuhkan, mengusi setan =, bernubuat, berbahasa roh; tandanya
adalah sebuah kehidupan yang memperhatikan pekerjaan Allah (8:5-6) dan
Roma 12-14, benar-benar adalah penjelasan Paulus terhadap beribu-ribu
masalah didunia artinya sebuah model kehidupan yang memperhatikan
pekerjaan Allah (12:1-2).
4.3 Pernyataan:
Di Roma 12-14 penjelasan Paulus “hidup berdasarkan iman percaya‟ adalah sesuai
dengan dunia yang dihadapinya saat itu. Dunia Paulus bukan dunia kita. Didalam
dunia kita saat ini, menghadapi masalah dan keadaan hari ini, “hidup berdasarkan
iman percaya” Paulus, akan menjadi kehidupan bagaimana?
4.3.2 “Iman percaya” kita harus bagaimana membentuk politik, ekonomi,
budaya, perkataan, perilaku perorangan, hubungan antara sesama dsb?
4. Tetapi kita harus sangat hati-hati menyatakan bagaimana kita
menjelaskan perkataan ini. Perkataan ini adalah sebuah kesimpulan setelah
melalui serangkaian diskusi, makanya mempunyai aturan makna yang pasti.
Sebuah dasar kesimpulan Paulus didalam menganalisa kitab Roma, tidak
bisa menjelaskannya dengan terpisah dari kitab Roma. Yang dimaksud
dengan bedasarkan iman percaya dan bukan bedasarkan perbuatan; bukan
menunjukan bahwa tidak mengutamakan perbuatan kehidupan dalam Roh
kudus, kenyataannya justru sebaliknya Kitab Roma dan surat Paulus yang
lain) sangat mengutamakan perilaku jemaat, karena berbuat baik. Berbuat
benar adalah buah dari “hidup bedasarkan iman percaya” (6:4,12-13,17-
19,22-23; 8:12-13; 13:8-14; 14:19; 16:17-19; dsb, juga lihat 1Kor 6:9-11;
Gal 5:16-26; Ef 4:17-32; dsb).
Hal yang sama bedasarkan iman percaya dan bukan bedasarkan melihat
juga bukan menunjukan bahwa segala sesuatu harus mengandalkan “iman”,
jangan mengandalkan sesuatu yang dilihat, misalnya sakit harus minta
kesembuhan bedasarkan “iman”, dan tidak seharusnya minta pengobatan
17
medis. “iman percaya” dalam kitab Roma bukan menunjuk “iman” yang
menyetujui “keyakinan”, juga bukan menunjuk “iman” yang percaya
kepada Tuhan akan mendengar doa dan menjawab sesuai dengan doa saya”,
terlebih lagi bukan “iman” yang mengesampingkan apa yang harus
dikerjakan manusia dan hanya dengan berdoa maka akan terkabul.
“Percaya Tuhan” dan “bersandar pada Tuhan” adalah sebagian dari “iman
percaya”, bukan seluruhnya. “Iman Percaya”nya Paulus adalah sebuah sikap
“bahwa Tuhan adalah Tuhan”. Dalam penggunaannya, caranya mungkin:
karena saya percaya kepada Tuhan, makanya saya tidak bisa tidak
menganggap penting jasmani yang bisa rusak; “karena saya percaya Tuhan,
makanya apapun yang dilakukan, harus dilakukan untuk memuliakan Tuhan
(Mis: melakukan supaya berguna untuk orang lain)”; dan/atau “karena saya
percaya Tuhan, makanya tidak bermegah dalam hal apapun, hanya
bermegah dalam Kristus dan Dia disalibkan (mis: oleh karena Kristus dan
menjadi hamba untuk semuanya)”. Bedasarkan iman percaya dan bukan
bedasarkan melihat” berarti sebuah nilai, sebuah penentuan sikap, dan
bukan sebuah jalan pintas mengalami mujizat, atau sebuah “surat ijin” yang
mengijinkan kita sesukanya mengakui dan menolak pengalaman dan akal
budi. Dalam kitab Roma,justru karena “iman percaya” adalah inti dari
respon kita yang tepat terhadap Tuhan, ini juga menjadi aturan untuk
menilai, menilai perbuatan dan sikap objek penyembahan semua mahluk,
termasuk semua pengalaman dan akal budi (pengertian) manusia berseteru
dengan Tuhan. Dengan demikian, “iman percaya”pun menjadi bagian inti
dari pengertian umat Kristen.
18
Bab IV Kebenaran Allah
1 Pendahuluan
1.1 Dilihat dari uraian sebelumnya, sumber masalah manusia ada 2:
1.1.1 Sikap manusia terhadap Tuhan.
1.1.2 Respon Tuhan terhadap sikap tersebut.
1.2 Ingin menyelesaikan masalah, juga harus dimulai dari 2 bagian ini. Tapi dalam
menyelesaikan masalah, manusia telah kehilangan hak dan kemampuan berinisiatif,
hanya Tuhan saja yang sanggup mengembalikan keadaan yang dihadapi manusia.
1.3 Cara pandang konvensional mengambil cara pandang umumnya,
mengesampingkan kondisi Paulus, memandang injil Paulus dengan hanya
mempertimbangkan dari sudut doktrin, terlalu mensistematisasi pesan dalam kitab
Roma, mengabaikan retorika nasihat dan komposisi budaya dalam kitab Roma.
1.3.1 Tentu saja, cara pandang konvensional dalam sastra kitab Roma, pola
piker logis, sehingga membangun dasar yang kokoh dalam pengalaman
terhadap P.L, hanya saja suara dari penerima kitab Roma seharusnya
mempunyai urutan lain, cara pandang konvensional hanya mengambil
sebagian, tapi sebagian lagi tercecer.
2 Menurut cara pandang konvensional, proposal cara Paulus menyelesaikan keadaan
manusia sebagai berikut, juga inti dia mempromosikan injil kepada gereja di Roma:
2.1 Akibat dosa (murka Allah) dan (Kuasa) hakiki meyebabkan manusia tidak
berdaya, kecuali mengandalkan Tuhan.
2.2 Manusia berdosa diselamatkan, hanya karena anugerah Tuhan, terjadi melalui
penebusan Kristus (1:16; 3:24; 4:16; 5:8,15,17,20,21; 6:14,15,23; 11:6).
2.3 Penebusan Kristus, yang benar menggantikan yang tidak benar dan menjadi
“korban tebusan”, dan memenuhi tuntutan Taurat (3:25; 4:25; 5:9,10; 8:3,22; Gal
3:13; 1Pet 3:18).
2.4 Seturut dengan respon manusia, manusia diselamatkan (dibenarkan) karena
percaya Kristus (3:22,27,28,30; 4;11,13,16; 24; 5:1; 10:4,9,10).
2.5 Juga karena Tuhan yang memilih (8:28,29,33; 11:5,29).
2.6 Kalau memang manusia berdosa dibenarkan, berarti berdamai dengan Tuhan.
Mendapat sebutan anak, menjadi keturunan, mengharapkan kemuliaan Allah (2:6;
5:2,21; 6:8,23; 8;11,15,16,17,23,30).
19
2.7 Kehidupan manusia yang dibenarkan juga mengalami perubahan secar
fundamental:
2.7.1 Hidup dalam Kristus (6:3,11,23; 7:4; 8:1,9,10,39).
2.7.2 Menjadi raja dalam kehidupan (5;17).
2.7.3 Tidak lagi menjadi budak dosa, tapi menjadi budak kebenaran (6:6,13,18,19).
2.7.4 Tidak lagi dibawah Taurat, tapi dibawah anugerah (6:14; 7:4,6; 8:1,2).
2.7.5 Tidak menuruti kedagingan, hanya menuruti Roh Kudus (5:5; 7:6;
8:4,5,6,9,13,14,23).
3 Bagian yang tercecer: Budaya Laten Roma.
3.1 Berdamai dengan Allah (5:1; 1:7; 2:10; 3:17; 8:6; 12:18; 14:17,19; 15:33; 16-
20; 10:15; Yes 52:7; Kis 10:36; Ef 2;17).
3.1.1 Perdamaian Roma (Pax Romana): Publikasi politik Roma.
3.1.1.1 Mezbah perdamaian Augustus (Ara Pacis Augustae, 9BCE).
3.1.1.2 Pujian rekan literatur: Ovid, Tibullus, Virgil.
3.1.1.3 Nero mengutamakan seni meremehkan ilmu (Calpurnius
menyebut Nero sebagai Tuhan, mendatangkan perdamaian di
Roma).
3.1.2 Perkataan Paulus di 5:1,10,11 berbeda dengan publikasi politik Roma,
tapi juga member perhatian pada agama Roma.
3.2 Kebenaran.
3.2.1 Muncul angka:
3.2.2 “Kebenaran Allah” satu kota muncul 8x:
1:17; 3:5,21,22,25,26; 10:3a,3b. Point pentingnya langsung ketahuan
(terutama muncul di 1:17).
3.2.2.1 Menurut pendapat siswa,” Kebenaran Allah” ada beberapa
arti yang berbeda (lihat Feng Yin Kun, gulungan pertama 245-57):
3.2.2.1.1 Sifat hakiki Tuhan (1:17; 3:5,25).
3.2.2.1.2 Semacam kedudukan (Characteristically Lutheran).
20
3.2.2.1.3 Tindakan Tuhan menyelamatkan (Yes 46:13; 50:5-
8; Maz 98:2).
3.2.2.1.4 Perbedaan melengkapi seperti tertera diatas.
3.2.2.2 Buat orang Yunani yang tidak membaca buku 70 Master,
satu kata “Kebenaran” Paulus (terutama kata kerja) akan merasa
heran dengan penggunaannya. To Justify, penggunaan pada
umumnya menunjuk pada “memperluas keadilan”, menjatuhkan
hukuman artinya tapi Paulus memakai sebagai “membuat/menyebut
menjadi dibenarkan” (lihat Roma 3:24; 4:4-5).
3.2.3 “Justice” (Iustitia) menjadi point penting promosi Roma. Paulus dalam
politik dan hukum mendapat pengakuan penguasa Roma (13:1-7), tapi dia
tampil sebagai jelmaan Allah yang adil, menjadikan injil Kristus sebagai
bahasa sesungguhnya untuk menyatakan keadilan Allah (1Clem 5:7,
“having been a herald in the whole world”).
3.2.4 Keadilan, Damai, Sukacita (14:17)
3.2.5 Bahasa yang dipakai Paulus berbau politik.
Jemaat Roma hidup dibawah baying-bayang Kaisar Romawi, tidak merasa
asing dengan makna politik dibalik bahasa tersebut. Kekuatan kekuasaan
pemerintahan Romawi, agamanya yang besar/ mesin promosi politik, Roma
terus memberi dan mendidik warganya, daerah yang dibangun berterima
kasih dan setia pada Roma, bahkan menyatakannya dengan sering
mengikuti kegiatan tertentu (mis: peringatan kelahiran, korban
persembahan, hari-hari peringatan dll).
3.2.5.1 Dilihat dari sudut pandang ini, Injil Paulus dari awalnya
sudah menghilangkan dasar persaingana antara otoritas Tuhan
dengan otoritas Kaisar.
3.3 Batas Taurat (Hukum).
3.3.1 Taurat membuat dosa bergerak (7:8).
3.3.2 Perbincangan yang sama juga ditemukan di Cicero, Seneca.
3.3.3 Euripides, Medea.
3.4 Relasi donator dan Klien dalam dunia Roma (relasi Donatur, Patron-Client
relationship in the Roman world, from D.A. deSilva, Honor, Patronage, Kinship
&Purity: Unlocking New Testament Culture (Downers Grove: Intervarsity Press,
2000)
21
3.4.1 Personal patronage was an essential means of Acquiring access to
goods, protection or opportunities for employment and advancement.
3.4.2 Expected and Publicized.
3.4.3 Petition = patron-client relationship, defined by mutual exchange of
desired goods and services.
3.4.3.1 Patron who provides access to another patron = broker
(mediator)
3.4.3.2 Reciprocal patronage: friendship.
3.4.4 Public benefaction
3.4.4.1 Usually limited to local elites or wealthy persons, in
particular, by kings and emperors as a political means to achieve
stability.
3.4.4.2 On the obverse, the imperial cult provided people in a
locality with a bridge of access to their ultimate patron.
3.4.5 Patron-client relationship is publicly displayed (via the salutation, or
through a client entourage, etc.)
3.4.6 Anugerah (Grace)
3.4.6.1 Pada dasarnya bukan istilah agama, tapi istilah hubungan
masyarakat, menjelaskan hubungan interaktif antar sesame saat
member dan menerima, juga dipergunakan dalam hubungan manusia
dan Tuhan menerima pertolongan.
3.4.6.2 Anugerah = manfaat
3.4.6.2.1 Willingness to bestow benefit to another person or
group.
3.4.6.2.2 Generosity and disposition of benefactor
highlighted.
3.4.6.3 Grace = the gift itself.
3.4.6.4 Grace = gratitude of the beneficiary to the benefactor.
3.4.5.6 Thus favor must always give birth to favor, gift must always
be met with gratitude.
3.4.7 Pemberian Donatur
22
3.4.7.1 Beside expecting proper behavior from beneficiary, a clear
code of conduct for the giver also exists.
3.4.7.1.1 Motivated by self-interest: investor.
3.4.7.1.2 Out of generosity, true favor.
3.4.7.1.3 Still, gifts must be given strategically, with an eye
to the virtue of the beneficiary.
3.4.8 Respons Donatur
3.4.8.1 Receiving a favor means incurring a debt, on which one
could not default (obligation)
3.4.8.1.1 The reponse of the beneficiary (gratitude) was a
behavior enforced not by written law but by unwritten
customs and universal practice.
3.4.8.1.2 Gratitude is also enforced by the fact that once one
needed a favor, chances were one would need further favors.
3.4.8.1.2.1 Inscriptional evidence to encourage
benefaction (Danker).
3.4.8.2 Thus a paradox of sorts exists.
3.4.8.2.1 On the one hand, response is free and un-coerced.
3.4.8.2.2 On the other hand, response is necessary and
unavoidable to avoid being labeled as an ingrate.
3.4.8.2.3 Gratitude is never a formal abligation, but can
affect future relationship.
3.4.9 Menyatakan Ucapan syukur (Manifestation of Gratitude)
3.4.9.1 Public honor and testimony
3.4.9.2 Loyalty
3.4.9.2.1 The Element of faith (percaya) as dependability
(adil,bisa dipercaya).
3.4.9.2.2 Faith as trust (mempercayai).
3.4.9.2.3 The danger of mixed loyalties.
3.4.9.3 Bonding through return of timely gifts.
23
3.4.10 “ Tarian Anugerah”
3.4.10.1 The system is contructed so as to keep the giver’s mind
wholly on what is noble about patronage and the recipient’s mind
wholly on what is noble for the client.
3.4.10.2 The commitment of both parties is sustained within the
system of reciprocity.
3.5 Satu kebudayaan yang sistematis, juga membangun kepercayaan dan kesetiaan
umat Kristen kepada Tuhan. Tetapi apakah agama Kristen bisa menjelaskan dan
memperbaiki budaya sistematis ini?.
24
Bab V Kehidupan yang dibenarkan: Kuasa Roh Kudus
(The Power of the Spirit)
1 Pendahuluan
1.1 Pengertian umat Kristen tentang keselamatan selalu menitik berat kepada Kasih
Allah Bapa dan kematian Kristus, sepertinya melupakan peran Roh Kudus dalam
seluruh pengalaman penebusan. Biasanya pembicaraan yang sering adalah
keselamatan datangnya dari Allah dan Kristus, Roh Kudus yang membuat kita bisa
menjalani kehidupan yang suci dan berkemenangan sesudah kita dibenarkan dan
diselamatkan. Tapi pandangan ini bukan saja tidak tepat (bertolak belakang dengan
ajaran Paulus dan beberapa tempat di P.B), juga tidak sesuai dengan realita
(bertolak belakang dengan pengalaman umat percaya).
1.2 Dibawah pengaruh “aliran kepenuhan Roh Kudus” (Kharismatik) kita harus
lebih lagi menjernihkan hubungan Roh Kudus dengan kita, dan mengerti pekerjaan
dan kekuatan Roh Kudus didalam diri kita. Dalam kitab Roma Paulus telah
memberikan sebuah bingkai yang bagus untuk memahami dan memateraikan
pengalaman keselamatan kita didalam Kristus.
2 “Roh” menjadi sebuah realita akhir.
2.1 Didunia ini manusia sering menanyakan 3 hal:
2.1.1 Apa itu realita? (what is out there?).
2.1.2 Apa yang berguna? (what works?).
2.1.3 Apa yang saya inginkan? (what do I want?).
2.2 Pengenalannya akan Kristus, dari awal Paulus telah menyebut 2 Realita yang
paling mendasar: “menurut kedagingan” dan “menurut Roh Kudus” (1:3; 9:5).
Dengan kata lain, seandainya setiap orang mempunyai silsilah keluarga, maka
silsilah keluarganya seharusnya ada 2 garis: “menurut kedagingan‟‟ dan „‟menurut
Roh Kudus” 2 sumber. Tanpa mencurigai, Paulus sangat menghargai ke 2 sumber,
tapi dengan jelas dia menganggap kalau terus berjalan disalah satu garis maka tidak
akan ada hasilnya, sebab akan kalah dan menjadi lemah, bahkan tidak bisa
memperbaharui diri sendiri, hanya dengan mengandalkan garis yang satu lagi
barulah manusia punya pengharapan, dan didalam Kristus, dalam kenyataan yang
lain itu barulah manusia mendapatkan pembaharuan (6:4; 2Kor 5:16-18) didasari
penyebabnya Allah melalui Kristus membuat manusia berdamai denganNya.
2.4 Lepas dari realita (Kenyataan)
25
2.4.1 Sebab masalah manusia paling besar karena dia meremehkan Tuhan,
tidak mengakui sumber kehidupannya, juga karena masalah ini maka
terpisah dari Allah (1;18; 24,26).
2.4.2 Seandainya ada Taurat Allah dan manusia yang mengenal Taurat
Allah, juga karena tidak mengerti gunanya Taurat, dengan antusias
memelihara Taurat menggantikan percaya, sama saja jauh dari Tuhan,
masuk kedalam penghakiman Allah (9:31-32; 10:2-4; 8:15a).
2.4.3 Meninggalkan kenyataan “menurut Roh Kudus”, manusia hanya bisa
hidup dalam kenyataan “menurut kedagingan”. Didalam kenyataan
ini,manusia berfikir dia boleh “menjadi Tuan dirumahnya”, karena ini
kenyataan membuat dia merasa lebih nyaman. (1:22 yang mengatakan “sok
pintar”)? Lihat 4:1; 1Kor 1:21-31, 2Kor 10-13), tapi sebenarnya bukan
demikian. Pada kenyataan “menurut kedagingan” manusia tidak bisa
menghindar dari kekangan 2 kuasa yang saling berhubungan; dosa dan
kematian (5:12-21; 8:5-6,12-13).
2.4.3.1 Manusia yang terus berdosa dengan sukarela menjadi budak
dosa (6:12), yang tidak rela juga tidak ada pilihan, juga hidup
dibawah bayang-bayang dosa dan kematian, , telah menjadi budak
yang tidak rela, bahkan tidak punya jalan keluar (7:24; Ibr 2:150,
setelah mati harus menghadapi pengadilan Allah (2:3-11; 3:19;
8:20).
2.4.3.2 Juga karena demikian, injil Paulus dalam kitab Roma
berkisar tentang dosa, penghakiman, kematian, dibenarkan,
berdamai, kekekalan menjabarkan hal-hal “keprihatinan akhir
hidup” (ultimate concern) manusia, anugerah dan iman percaya
sungguh-sungguh adalah inisiatif Tuhan dalam “keprihatinan akhir
hidup” dalam keselamatan disertai respon yang tepat yang bisa
dilakukan manusia.
2.5 Realita pulang kembali ke tempat asal.
2.5.1 “Menurut kedagingan” kenyataan ini buat Paulus terbatas, bersifat
sementara, tidak ada jalan keluar (point 1,2, lihat Ef 6:5 / Kol 3:22); Seluruh
material, terutama manusia, sebenarnya bukan tidak tahu kondisi ini (8:19-
21), hanya manusia mengandalkan diri sendiri hanya bisa hidup “menurut
kedagingan”.
2.5.2 Bahkan orang yang memiliki Taurat, tetap tidak bisa hidup melalui
Taurat dalam kenyatan lain. Karena ingin mengejar “Taurat yang benar”
(9:31) tidak bisa mengejar melalui huruf,
26
5. Tetapi harus dikejar melalui roh ( , 2:29; 7:6; 2Kor 3:6).
Bedasarkan perilaku, memelihara Taurat ( )
2.5.3 Yang dimaksud melalui Roh, minimal ada 2 unsur:
2.5.3.1 Di bab II, suratnya Paulus membandingkan surat “bersifat
kelihatan” dan surat “bersifat tidak kelihatan”(2: 25-29; tentang
“yang kelihatan” dengan “yang tidak kelihatan”, Ul 29:29). Surat
“yang kelihatan “ dipandang “tidak masuk ke hati”. Sekalipun
dipandang sebagai tanda suku bangsa atau tanda kepercayaan yang
dibanggakan, keduanya tidak ada gunanya Cuma surat di hati (lihat
cat hal 10), menunjuk ke hati nurani yang bersih, baru diterima
dihadapan Allah (2:29). Surat ini bukan pekerjaan tangan manusia,
juga tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan tangan Tuhan.
“Menurut Roh” adalah masalah dalam hati, termasuk wilayah dalam
hati, atau bisa dikatakan, hanya bisa dialami dalam hati (7:25; 1:9).
2.5.3.2 Dipasal 7 “menurut bahasa yang telah ditetapkan, aturan
pada umumnya dipandang sebagai cara lama dan “menurut roh”
dipandang cara baru; cara lama benar-benar cara hidup menurut
kedagingan atau “didalam jasmani” ( 7:5). Menurut
bahasa yang telah ditetapkan (atau “huruf”, artinya menyatakan
hukum tersebut menjadi suatu ketetapan hukum tertulis) akibatnya
hanya kematian (bagaimana menggiring sampai kematian dipasal 2
dan 3:20; 4:15; 5:20, tapi harus sampai pasal 7 barulah Paulus
menunjuk dengan jelas salah satu hubungan interaktif), oleh sebab
itu bisa dengan cara baru melayani Tuhan juga berarti manusia telah
lepas dari kematian, dan ini juga adalah pekerjaan Allah didalam
Kristus (7:4,25).
2.5.4 Tetapi “menurut Roh Kudus” tujuan akhirnya dimana?
2.5.4.1 Kitab Roma pertama kali menyinggung Roh Kudus langsung
menyinggung tentang kebangkitan (kebangkitan Kristus, 1:4).
Sebetulnya buat Paulus, Roh Kudus dan kebangkitan memiliki
hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang tidak ada Roh
Kudus tetap hidup “dalam kedagingan” dan kenyataan hidup dalam
dosa, juga kenyataan hidup dibawah taurat, akhir kehidupannya
penghakiman dan binasa, tidak ada kemungkinan yang lain.
2.5.4.2 Kembali ke persoalan, manusia sebenarnya harus mati. Buat
Paulus ini adalah sebuah kenyataan yang tidak berubah (a given),
tidak karena manusia percaya lalu ada perubahan (5:12,15,21; 6:12;
7:24; 8:10; 11; 8:19,23). Tapi didalam Kristus (atau didalam Roh
27
Kudus), kematian tubuh jasmani bukanlah sebuah kenyataan kata
terakhir (death is not the last word in Christ).
2.5.4.3 Didalam Kristus, orang yang percaya kepada Tuhan akan
menikmati kemuliaan (Kebangkitan; 6:22-23; 5:18,21; 6:5,7; 8:10-
11; 8:18-25,30). Persamaan orang percaya Kristus adalah Roh
Kudus yang diam didalamnya, tapi faedah Roh Kudus yang diam
didalam kita tidak terbatas hanya terbebas dari kebinasaan.
2.5.5 Pekerjaan Roh Kudus.
2.5.5.1 Memperkenalkan Kasih Allah (5:1).
2.5.5.2 Menuntun orang percaya (8:13-14).
2.5.5.3 Menjadi saksi Kristus (8:16-17).
2.5.5.4 Bersyafaat buat orang percaya (8:26).
2.5.5.5 Membangkitkan orang (8:10-11).
2.5.5.6 Memberi anugerah, kekuatan dan sukacita (14:17; 15:18).
2.5.5.7 Dengan kata lain, penyertaan Roh Kudus dalam hidup orang
percaya benar-benar adalah penyertaan Tuhan, mengubah model
hidup kita sekarang dan yang akan dating.
2.5.6 Daftar bentuk kehidupan “menurut Roh Kudus”.
2.5.6.1 Mengalami kasih Allah (5:1)
2.5.6.2 Dituntun Roh Kudus, bersatu dengan status sebagai anak
Allah (8:14-16).
2.5.6.3 Taat kepada Roh Kudus, memperhatikan pekerjaan Roh
Kudus, mematikan perbuatan jahat tubuh jasmani (8:3,13).
2.5.6.3.1 Perhatikan cara Paulus menggunakan huruf:
kadang-kadang kelihatannya Paulus kurang hati-hati dalam
menggunakan kata-kata, seperti ketika dia memakai
“kedagingan” ( ) dan “tubuh” ( ). Kedua huruf ini
kelihatannya bisa saling tukar, kata yang mirip, sebenarnya
tidak buat Paulus, “ kedagingan” adalah tempatnya dosa
(8:3), dan “tubuh” posisi dimana Tuhan menyelamatkannya
melalui kebangkitan (8:11,23; 1Kor 15:44-45). Oleh karena
itu cara pandang Paulus berbeda dengan filsuf Yunani, yang
menganggap manusia perlu diselamatkan dari “dalam tubuh”
(lihat yang mereka katakannya), yang mengatakan “tubuh
28
manusia” perlu ditebus. “tubuh” dan „roh” adalah 2 sisi yang
menjadi konflik (8:2-9,12), tetapi “tubuh” dan “roh”
kadangkala dipandang sebagai kenyataan yang bisa saling
berdampingan. (8:11,13; 1Kor 15:44).
2.5.6.4 Yang dikatakan 8:9-10 membuat susah dimengerti, tapi tidak
menyimpang dari apa yang selalu dikatakan Paulus. Ada beberap
pengamatan:
2.5.6.4.1 Disini Paulus tidak memcampur jadi satu mengenai
Allah, roh Allah, dan Kristus; sebaliknya penjelasan Paulus
menyatakan Allah utuh dalam satu kesatuan.
2.5.6.4.2 Yang lebih penting, penjelasan ini menunjukan
semua “pengalaman Rohani” harus seijin nubuatan sejarah
Allah dalam Kristus. Dengan demikian, Paulus tidak
menjadikan cara pandang Roh Kudus di gereja masuk
kedalam satu “pengalaman ajaib” yang tidak berhubungan
dengan perilaku (atau non moral).
29
Bab VI Perbuatan Benar Dibawah Anugerah:
Ketaatan iman percaya (The Obedience of Faith)
1. Pendahuluan
1.1 Kelihatannya ada 1 hal yang tidak bisa dikerjakan Paulus; manusia harus taat
pada firman dalam nama Kristus (<> “percaya taat pada
firman”), 1:15; 16:26 atau terjemahan lebih tepat “membuat manusia taat karena
iman percaya” <>, << bahasa mandarin baru>>. Dalam hal ini
Paulus bukanlah satu-satunya; Paulus mempunyai sejarah pekerjaan yang lama
(16:26; 10:16 Kata yang berhubungan dengan „taat”, lihat 6:16; 15:18; 6:12; 16,17).
6. Ayat kuncinya mungkin 5:19. Disana Paulus memakai Yesus menggunakan
“taat” untuk menjadikan gambaran dirinya, bahkan cara penyampaiannya yang lain
“meneladani Kristus” yang dikatakannya ditempat lain (15:1-8).
1.2 Pekerjaan yang ditugaskan menjelas 1hal: Injil Paulus dari awalnya (2:16;
16:25) sudah harus dilakukan, bukan Cuma pekerjaan dipikiran dan mulut (lihat
tentang standar penghakiman bab 1,2).
1.3 Mengenai “mempersembahkan tubuh” (12:1) bukan penjelasan cara baru,
penjelasan ini sudah pernah muncul sebelumnya di 6:13 “malah harus seperti orang
yang bangkit dari kematian, mempersembahkan tubuhnya untuk Tuhan, anggota
tubuh sebagai alat kebenaran dipersembahkan untuk Tuhan”. Maka inti pasal 12-
15:13 seharusnya dilihat menjadi bagian luar dari “percaya, perbuatan baik dalam
anugerah, hasil taat pada Roh Kudus (8:5-8, perhatikan 8:8 “orang yang hidup
dalam kedagingan tidak mendapatkan perkenanan Tuhan” dan 12:1 sebagai
jawaban)/
1.4 Dalam kehidupan nyata, “taat” buat Paulus sepertinya ada 2:
1.4.1 Umat percaya dibenarkan oleh Kristus, dalam dosa melihat diri sendiri
mati, dosa tidak lagi menjadi raja, umat percaya juga sudah lepas dari
Taurat. Disisi ini, Silo memperbaiki moral tidak bisa mencapai penguasaan
diri mematikan keinginan tapi mencapai hasil menjadi tuan atas diri sendiri,
tapi berhasil “didalam Kristus”. Oleh karena itu umat percaya boleh
mengikuti Roh Kudus didalam Kristus, memperoleh kehidupan (8:6).
1.4.1.1 Tetapi menahan keinginan dan penguasaan diri, bukan Cuma
masalah memperbaiki moral, tetapi juga bagaimana hidup bersama
dengan orang lain, juga hal yang dikendalikan dibawah perintah
Taurat. Manusia bisa menahan keinginan dan menguasai dir, dengan
sendirinya bisa melakukan Taurat. Disini Paulus membuat suatu
perbandingan yang signifikan antara perilaku orang percaya dengan
30
perilaku kepercayaan lain (1:26-32; bandingkan Gal 5:19-21 dan 22-
23).
1.4.1.2 Kita tidak boleh memprediksi terlau kecil peran Paulus
“memperbaiki moral” mencapai hasil menahan keinginan dan
penguasaan diri (Gal 5:23; 1Kor 7:9; 9:25; Titus 1:8; Kis 24:25;
2Pet 1:6). Disinilah dia menerima budaya silo, tapi hanya bisa
direalisir didalam Kristus. Ini adalah penampilan nyata orang
Kristen dalam kehidupan yang “benar”.
1.4.2 Penampilan ke 2 di 5:1 dan 8:6 bisa kelihatan: yaitu “damai” (bahasa
Yunani ; bahasa Ibrani : (Shalom).
1.4.2.1 Yang harus diperhatikan adalah, “dibenarkan” bukan berarti
“damai”; “dibenarkan” lebih serius lagi adalah masalah dalam
Taurat, menyangkut kedudukan, kendali dan masalah otoritas.
Dalam kata-kata “humanisme” Paulus, “dibenarkan” digabung
dengan dosa, Taurat dan kematian. Tapi “damai” berbeda; “damai”
adalah masalah relasi. Sekalipun juga adalah masalah kedudukan
(lihat 8:7-17), tapi “damai” menyangkut sikap, kecenderungan dan
perbuatan. Pada penampilan dan mengaplikasi dengan nyata,
“damai” lebih rumit dibandingkan “kebenaran”, dia pasti
menyangkut lebih dari 1keseluruhan, sebuah kenyataan yang bisa
dialami melalui interaksi perilaku. Dalam PL, pada dasarnya Shalom
adalah produk hubungan normal membuat perjanjian (Kej.26:30; 1
Raj.5:12; Ayub 5:23; Bil.25:12; Yeh.34:25;37:26).
1.4.2.2 Perhatian Paulus akan “damai” bukan saja bisa dilihat dari
kata-katanya memberi ucapan salam dan memberkati (1:7;15:13,33)
dalam kitab Roma, lebih lagi adalah bagian-bagian tergabung dalam
proposisi dan perintah yang penting (lih.2:10; 3:17; 5:1; 8:6; 12:18;
14:17,19), menyangkut manusia dengan Tuhan, orang Yahudi
dengan orang kafir, orang percaya dengan dunia, hubungan antara
orang percaya dan masalah perilaku, sebuah pola pikir dasar dari
aplikasi kepercayaan yang nyata dari umat percaya.
1.4.2.3 Salah satu dasar segala damai adalah damai yang diciptakan
Allah di dalam Kristus, oleh karenanya umat percaya tidak perlu
menghadapi murka Allah (5:9; 1:18).
2. Kenyataan damai sejahtera.
2.1 Secara menyeluruh : melayani Tuhan, tidak mengikuti dunia (12:1-2).
2.2 Salah satu mengaplikasikan damai dalam komunitas umat percaya : moral di
antara sesama anggota (12:3-8).
31
2.2.1 Komunitas sama seperti anggota tubuh. Sebagai anggota, damai
adalah saling melayani.
2.2.2 Ingin saling melayani, harus bisa berpikir dengan pertimbangan bijak
( , 12:3b).
2.2.2.1 Yang dimaksud “melihatnya sesuai dengan kebenaran, pas
baik disenangi sesama, berarti “saling sehati”. Yang dimaksud
“saling sehati” berarti “tidak menganggap diri tinggi”, malah rela
“merendahkan hati” (12:16; Gal.5:13-14; Fil. 2:3-4;14:1-15:7).
2.3 Mengaplikasi damai dalam masyarakat : moral aliran minoritas (12:9 – 13:14).
2.3.1 Gambaran kehidupan yang damai: keramah-tamahan yang berprinsip
(12:9-16).
2.3.2 Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tidak menuntut
pembalasan (12:17-18).
2.3.3 Taat pada otoritas, menghormati penguasa (13:1-7).
2.3.4 Masalah politik ?
2.3.4.1 “Perdamaian Roma” (pax Romana) promosi politik.
2.3.4.1.1 Aelius Aristides, Eulogy of Rome (A.D. 143). For
earlier works, see Seneca, De Clementia 1,4,lf; Ad Polybium
XV, 1: De Prividentia IV, 14; also Pliny, Natural History
XXVIII,3.
2.3.4.2 “Pengalaman agama kepercayaan” Paulus.
2.3.4.2.1 2 Kor. 4:8-9; 11 23b-27; Gal.5:11, 6:12; “tiap hari
menghadapi kematian”: 1 Kor.15:31; “demi Tuhan jadi
tahanan” : the Prison Epistles.
2.3.4.2.2 Tidak naik banding (1 Kor. 6:1-8); tidak
mempercayai slogan-slogan (pax et securitas, 1 Tes. 5:3).
2.3.4.2.3 “Warga kerajaan surga” (Fil.3:20); “tidak berdosa
kepada Tuhan yang memanggil kalian masuk ke dalam
kerajaanNya dan mendapat kemuliaanNya” (1 Tes. 3:12).
2.3.4.3 Disini Paulus memberi masukan bagaimana “setia” terhadap
penguassa pemerintah, tapi kesetiaan ini tidak bisa dilihat menjadi
teori politik Paulus.
32
2.3.4.3.1 Melihat tulisan di atas, kesetiaan terhadap penguasa
apapun terbatas pada penjelasan 12:1-2. Roma 13:11-14 juga
dilihat dari sudut seluruh masalah, dengan demikian 13:1-7
hanya menyangkut ke lapisan yang terbatas, tidak termasuk
semua pilihan politik umat percaya.
2.3.4.3.2 Justru karena 13:1-7 bisa dipakai untuk menunjang
setiap penguasa, kalau kita ingin mengerti haruslah ada
keseimbangan dengan isi Alkitab, terutama 1 Tes. 5:1-11.
Kedua ayat ini saat dibaca bersamaan, kita akan mendapati
Paulus ingin umat percaya sebagai “penumpang” setia pada
penguasa, kesetiaan seorang “warga kerajaan surga” dan
bukan kesetiaan yang telah diubah. Paulus sendiri adalah
sebuah contoh yang baik. Selain kepada Tuhan, Paulus tidak
ada lagi bisa “setia tanpa syarat” kepada yang lain; Paulus
selamanya tidak akan menghapus kemungkinan untuk
tunduk pada penguasa lain (lih.Ef.6:10-19 dan di antaranya
implications).
2.3.4.3.3 Yang lain, ketaatan terhadap penguasa juga supaya
umat percaya bisa “hidup dalam kesalehan dan kedamaian”
(1 Tim.2:2) salah satu syarat utama. Dengan 12:17-21 yang
mengatakan “jangan membalas kejahatan dengan kejahatan”,
“harus berusaha hidup damai dengan semua
orang”,“kalahkan kejahatan dengan kebaikan”, semua sama,
mempunyai tujuan yang sama (1Pet. 3:8-16;bandingkan
Roma 12:3 - 13:14 dan 1 Pet. 3:8 - 4:19 inti dan judul
diskusi).
2.4 Mengaplikasikan damai dalam komunitas umat percaya: moral superior (14:1
– 15:7).
2.4.1 Dalam dunia Roma saat itu, jelas umat Kristen lemah, tapi bukan
berarti dalam setiap segi umat Kristen itu lemah. Atau, ini bukan berarti
setiap pribadi umat Kristen lemah dalam setiap hal. Pengertian ini terutama
lebih jelas dalam kehidupan orang Kristen (terutama Kristen Yahudi dan
Kristen Kafir).
2.4.2 Prinsip menerima (14:1; 15:7; 11:15).
2.4.2.1 Tidak menghina, tidak menghakimi (14:2-13a).
2.4.2.2 Tidak menjatuhkan, tidak merusak (14:13b-23).
2.4.2.3 Teladan Yesus: tidak berharap perkenanan sendiri (15:1-8).
33
2.4.3 Alasan menerima.
2.4.3.1 Kristus menerima (15:7).
2.4.3.2 Kebenaran Allah (15:8).
2.4.3.3 Kemuliaan Allah (15:6,9).
2.5 To conclude with a famous dictum from Rupert Meldenius (perhaps a
pseudonym of Richard Baxter), In essentials unity; In non-essentials liberty; In all
things charity.
3. kembali ke makna sesungguhnya: Tugas “agar orang kafir taat (15:18)”.
3.1 Buat Paulus, krisis terbesar gereja adalah permusuhan antara orang Yahudi
dengan orang kafir. Tapi dalam kondisi tertentu, Paulus juga tidak bisa menguasai
perkembangan seluruh permasalahan. Taurat adalah dasar budaya orang
Yahudi, tapi yang lebih penting, orang Yahudi memandang Taurat adalah
proxy Allah, tidak seorangpun yang bisa melewati Taurat untuk datang ke
hadapan Allah. Taurat memiliki kesamaan dengan nabi, keduanya membawa
manusia ke hadapan Allah, juga akan ada saat ……Untuk Paulus, Taurat
“terpenuhi” di dalam Kristus (10:4), jelas tapi tidak hanya menunjuk bahwa Yesus
telah memenuhi tuntutan Taurat, tetpai menunjuk bahwa orang yang percaya
Kristus tidak lagi dikuasai hukum Taurat (6:14-15; 7:6; Gal. 3:25; 5:18), Taurat
bukan lagi proxy Allah.
Manusia karena percaya kepada Kristus maka tunduk kepada Allah, persis seperti
orang Yahudi karena melakukan Taurat maka tunduk kepada Allah, hanya saja
“tunduk kepada Allah” bukanlah “manusia + memelihara Taurat satu-satunya hasil
dari gabungan ini (10:2-3). Tapi “iman percaya” di luar Taurat dan dibuktikan oleh
Taurat dan nabi, satu-satunya respon yang bisa membuat manusia dibenarkan (baca
: “tunduk kepada Tuhan, ”).
Melalui Abraham sebagai contoh, “memelihara Taurat” lalu dilarang oleh “iman
percaya Kristus”.
3.2 Allah juga mempunyai harta pusaka di tengah orang kafir, menggenapi Firman
Allah melalui nabi (15:9-12, memakai LXX Maz. 17:50; 2 Sam.22:50; Ul.32:43;
Maz. 117:1; Yes.11:10), hanya saja seandainya melalui Taurat, orang kafir bakal
terpisah (Ef.2:14), hanya berdasarkan Kristus, berdasarkan iman percaya, barulah
orang kafir mendapat belas kasihan dan Tuhan dipermuliakan (Ef. 3:7-11).
Tetapi di dalam kehendak Allah yang kekal, bahkan orang Yahudi sekalipun,
hanya kalau ……Kristus, berdasarkan iman percaya, baru bisa mendapatkan belas
kasihan Allah, karena Kristus “telah menggenapi Taurat (10:4; Ibrani :
”).
34
3.3 Inilah rahasia Injil Allah, juga adalah kekuatan Injil Allah, lebih lagi adalah
kebenaran Allah, kunci Injil Paulus bisa melampaui komunitas orang Yahudi.
Untuk membuktikan hal ini, tidak ada seorangpun penulis PB yang bisa melebihi
Paulus, dan semua orang percaya serta generasi berikutnya berhutang kepada
usaha dan pengorbanan yang diberikan oleh Paulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar