Translate

Rabu, 09 September 2020

BAB IV PEMAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

BAB IV

PEMAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

Kajian teoritis tentang implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9 telah disajikan pada bab II. Kajian tersebut memberi dasar atau acuan untuk melihat sejauh mana implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9 itu pewujudan secara factual dalam kehidupan Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Bab empat ini berisi pemaparan hasil penelitian dan pembahasan setelah melalui pengumpulan dan pengolahan data, yang disusun dalam urutan sebagai berikut: deskripsi data hasil penelitian, deskripsi pengujian persyaratan analisis, pengujian hipoDisertasi dan pembahasan hasil penelitian.

 

Deskripsi Data Hasil Penelitian

Penelitian lapangan tentang Implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9 telah dilakukan dengan menyebarkan angket yang telah valid dan reliabel kepada yakni 35 orang. Angket yang kembali sebanyak 35 eksemplar, Data tabulasi angket penelitian dapat dilihat pada lampiran 4.1. Berdasarkan hasil angket tersebut, maka dapat dideskripsikan dua hal yakni: 1) deskripsi latar belakang responden dan 2) deskripsi jawaban responden terhadap variabel Y dan 3) dimensi yang telah ditetapkan sebelumnya.

 

Deskripsi Latar Belakang Responden

Responden penelitian ini berasal dari berbagai latar belakang. Berikut ini akan disajikan deskripsi latar belakang responden mengikuti keenam kategori latar belakang yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pertama, berdasarkan suku, latar belakang suku responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

 

Tabel 4.1 Kelompok Responden Berdasarkan Suku

Suku

Frekuensi Absolut

Prosentasi

Jawa

29

82,86 %

Batak

1

2,86 %

Ambon

0

0,00%

Timor

3

8,57 %

Lainnya

2

5,71 %

Total

35

100,00%

       Sumber: Data Diolah dart Hasil Angket, Lampiran 3.7

 

Berdasarkan data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang suku (LB1) adalah sebagai berikut: Suku Jawa sebanyak 29 orang (82,86%), suku Batak sebanyak 1 orang (2,86%), suku Ambon tidak ada, suku Timor sebanyak 3 orang (8,57%) dan lainnya sebanyak 2 orang (5,71%). Grafik/gambar serabi berikut ini memperlihatkannya secara visual.

 

Gambar/grafik 4.1 Responden Menurut Suku

Kedua, berdasarkan bentuk kekristenan. Latar belakang bentuk kekristenan responden atau pengelompokan diperlihatkan dalam tabel di bawah

Tabel 4.2 Kelompok Responden Berdasarkan Bentuk Kekristenan

Bentuk Kekristenan

Frekuensi Absolut

Prosentasi

Kristen Keturunan

30

85,71 %

Kristen Pertobatan

5

14,29 %

Total

35

100,00%

     Sumber: Data Diolah dari Hasil Angket, Lampiran 3.7

 

Berdasarkan data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang bentuk kekristenan (LB2) adalah sebagai berikut: Kristen Keturunan 30 orang (85,71%) dan Kristen pertobatan 5 orang (14,29%). Grafik /gambar serabi berikut ini memperlihatkannya secara visual.

 

Gambar/grafik 4.2 Kelompok Responden

Berdasarkan Bentuk Kekristenan

 

 

Ketiga, berdasarkan asal gereja responden, pengelompokan diperlihatkan dalam table di bawah ini.

 

Table 4.3 Kelompok Responden Berdasarkan Asal Gereja

Asal Gereja

Frekuensi Absolut

Prosentasi

Katolik

1

2,86 %

Protestan

31

88,5 7%

Pentakosta

3

8,57 %

Total

35

100,00%

     Sumber : data diolah dari hasil Angket, lampiran 3.7

 

Berdasarkan data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang asal gereja (LB3) adalah sebagai berikut : asal Katolik 1 orang (2,86 %) da nasal Protestan 31 orang (88,5 7%), da nasal Pentakosta sebanyak 3 orang (8,57 %). Grafik/gambar serabi berikut inai memperlihatkannya secara visual.

 

Gambar/grafik 4.2 Kelompok Responden Berdasarkan Asal Gereja

 

 

Keempat, berdasarkan jenis kelamin responden, pengelompokan diperlihatkan dalam tabel di bawah ini.

 

Tabel 4.4 Kelompok Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Jumlah Responden

Prosentasi

Laki-laki

20

57,14 %

Perempuan

15

42,86 %

Total

35

100,00%

       Sumber: Data Diolah dari Hasil Angket, Lampiran 3.7

 

Berdasarkan data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang jenis kelamin (LB4) sebagai berikut: Laki-laki 20 orang (57,14%) dan Perempuan 15 orang (42,86%). Gambar/grafik serabi berikut ini memperlihatkannya secara visual.

 

Grafik/Gambar 4.4 Kelompok Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Kelima, berdasarkan pendidikan responden, pengelompokan diperlihatkan dalam tabel di bawah ini.

 

Tabel 4.5 Kelompok Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan

Jumlah

Prosentasi

Sekolah Dasar

6

17,14%

SLTP

3

8,57%

SLTA

17

48,57%

Sarjana/ S1

8

22,86%

Pascasarjana/S2/S3

1

2,86%

TOTAL

35

100,00%

       Sumber: Data Diolah dari Hasil Angket, Lampiran 3.7

 

Berdasarkan data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang pendidikan (LB5) adalah sebagai berikut: Sekolah Dasar sebanyak 6 orang (17,14%), SLTP sebanyak 3 orang (8,57%), SLTA sebanyak 17 orang (48,57%), Si sebanyak 8 orang (22,85%), dan S2/S3 sebanyak 1 orang (2,86%). Grafik/Gambarg serabi berikut ini memperlihatkannya secara visual.

 

Grafik/Gambar 4.5 Kelompok Responden Berdasarkan Pendidikan

 

Keenam, berdasarkan umur responden, pengelompokan diperlihatkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Kelompok Responder Berdasarkan Umur

Kelompok Umur

Jumlah Responden

Prosentasi

Kurang 30 tahun

8

22,86%

30 — 35 tahun

4

11,43%

36 — 40 tahun

12

34,29%

41 — 45 tahun

3

8,56%

Lebih 46 tahun

8

22,86%

JUMLAH

35

100,00%

Sumber: Data Diolah dari Hasil Angket, Lampiran 3.7

 

Berdasarkan data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang umur (LB6;) adalah sebagai berikut: umur kurang dari 30 tahun sebanyak 8 orang (22,86%), umur 30 — 35 tahun sebanyak 4 orang (11,43%), umur 36 — 40 tahun sebanyak 12 orang (34,29%), tunur 41 — 45 tahun sebanyak 3 orang (8,56%), dan lebih 46 tahun sebanyak 8 orang (22,86%). Grafik/Gambar serabi berikut ini memperlihatkannya secara visual.

 

Grafik/Gambar 4.6 Kelompok Responden Berdasarkan Umur

Sumber: Data Diolah dari Hasil Angket, Lampiran 3.7

 

Deskripsi Jawaban Responden

Dengan bantuan SPSS dapat ditemukan hasil statistikal tentang skor teoritis, skor empiris, mean, standard errorof mean, median, standard deviation, median, minimum dan maximum dari setiap unit penelitian ini. Berikut ini akan disajikan rekapitulasi jawaban responden terhadap pernyataan angket terhadap exogenous variabel (D1, D2 dan D3) secara tersendiri maupun secara keseluruhan terhadap endogenous variabel (Y).

 

Deskripsi Jawaban Responden Tentang

implementasikan pengembangan pembelajaran tentang pembentukan iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9.

(Variabel Y)

 

Penelitian terhadap 35 orang responden berkemungkinan menghasilkan skor teoritis minimun sebesar 43 dan maksimum 215. Hasil penelitian menunjukkan skor empiris minimum sebesar 273 dan maksimum sebesar 343; rata-rata (mean) skor total 307.91; titik tengah (median) adalah 370.00, nilai yang sering muncul (mode) adalah 312. Simpangan baku (standar deviasi) sebesar 18.677; dan rentangan (range) sebesar 70, Lihat lampiran 4.7.

 

Descriptives

Nilai

 

N

Mean

Std.
Deviati
on

Std.
Error

95% Confidence
Interval for Mean

Mini
mum

Maxi
mum

Lower
Bound

Upper
Bound

Mengajarkan Tentang Mengasihi

Tuhan

35

37.63

3.631

.614

36.38

38.88

31

45

Mengajarkan Secara Berulang- ulang

35

55.00

7.137

1.206

52.55

57.45

43

81

Mengajarkan Melalui Tanda

Pengingat

35

21.89

3.644

.616

20.63

23.14

16

30

Pola Pengajaran Iman Kepada

Anak

35

113.86

10.839

1.832

110.13

117.58

93

138

Total

140

57.09

35.604

3.009

51.14

63.04

16

138

 

Deskripsi Jawaban Responden Tentang

Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan (D1)

 

Penelitian terhadap 35 orang responden berkemungkinan menghasilkan skor teoritis minimun sebesar 14 dan maksimum 70. Hasil penelitian menunjukkan skor empiris minimum sebesar 52 dan maksimum sebesar 67; rata-rata (mean) skor total 59.17; titik tengah (median) adalah 59.00 . Data selengkapnya terdapat pada lampiran 4.7; nilai yang sering muncul (mode) adalah 59.00; simpangan balm (standar deviasi) sebesar 3,823; dan rentangan (range) sebesar 15.

 

Deskripsi Jawaban Responden Tentang

Mengajarkan Secara Berulang-ulang (D2)

 

Penelitian terhadap 35 orang responden berkemungkinan menghasilkan skor teoritis minimun sebesar 19 dan maksimum 95. Hasil penelitian menunjukkan skor empiris minimun sebesar 66 dan maksimum sebesar 85; rata-rata (mean) skor total 75.83; titik tengah (median) adalah 76.00 nilai yang sering muncul (mode) adalah 72; simpangan baku (standar deviasi) sebesar 5.711; dan rentangan (range) sebesar 19. Lihat lampiran 4.7.

 

Deskripsi Jawaban Responden Tentang

Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3)

 

Penelitian terhadap 35 orang responden berkemungkinan menghasilkan skor teoritis minimun sebesar 10 dan maksimum 50. Hasil penelitian meunjukkan skor empiris minimun sebesar 29 dan maksimum sebesar 47; rata-rata (mean) skor total 37.91 titik tengah (median) adalah 37.00, nilai yang sering muncul (mode) adalah 42; simpangan baku (standar deviasi) sebesar 4.529; dan rentangan (range) sebesar 18. Lihat lampiran 4.7.

 

Pengujian Persyaratan Analisis

Setelah melakukan pemaparan hasil penelitian melalui analisis statistika deskriptif maka selanjutnya akan dilakukan analisis statitika inferensial. Hal ini perlu untuk dapat memaknai data yang telah diperoleh. Namun, sebelumnya harus diyakini bahwa data yang diperoleh telah memenuhi persyaratan untuk dianalisis. Untuk memastikan hal itu maka perlu dilakukan sejumlah uji persyaratan analisis data yakni uji normalitas, uji linearitas, uji homogenitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi. Dengan asumsi bahwa data yang ada bersifat homogen dan dengan mengabaikan multikolinearitas, serta atas dasar bahwa ini bervariabel tunggal maka uji persyaratan analisis yang penting dilakukan adalah uji normalitas dan uji linearitas.

 

Uji Normalitas Data. Tentang Pola Pengajaran

Iman kepada Anak (Variabel Y)

 

Uji normalitas merupakan prasyarat kebanyakan prosedur statistika inferensial. Uji normalitas penelitian ini menggunakan Normal Probability Plot atau Normal P-P Plot. Hasil penghitungan uji normalitas data atas variabel dan dimensi-dimensi penelitian ini akan tersaji secara berturut-turut sebagaimana yang akan dipaparkan pada bagian berikut. Hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan Normal P-P Plot atas Variabel Y menunjukkan letak titik nilai data sebagai berikut: Lihat Lampiran 4.1

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.7. Grafik output Normal P-P Plot

Persebaran Titik Nilai Data Variabel Y

 

Description: D:\MY DOC\harus scan selesai\CCF10242015_00060.jpg

 

Gambar 4.7 memperlihatkan letak posisi data berbentuk garis (titik-titik) terjalin di sekitar garis lurus diagonal. Memperhatikan pola yang terbentuk oleh persebaran titik nilai data tersebut maka disimpulkan bahwa nilai data variabel Y berdistribusi normal. Sebaliknya, bilamana dilihat berdasarkan detrended normal P-P Plot maka persebaran data variabel Y tidak membentuk suatu pola tertentu terhadap suatu garis lurus. Hal ini menguatkan kesimpulan bahwa data variabel Y berdistribusi normal. Gambar 4.8 berikut ini memperlihatkannya secara visual.

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.8. Grafik output Detrended

Normal P-P Plot data Variabel Y

 

Description: D:\MY DOC\harus scan selesai\CCF10242015_00061.jpg

 

Berdasarkan hasil kedua alat uji normalitas tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa data Variabel Implementasi Pengembangan Pengajaran tentang Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 berdistribusi normal.

 

Uji Normalitas Data Tentang Dimensi

Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan (D1)

 

Hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan Normal P-P Plot atas Dimensi Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan (D1) menunjukkan letak titik nilai data sebagai berikut:

 

 

Gambar 4.9. Grafik output Normal P-P Plot persebaran titik nilai

data Dimensi Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan (D1)

 

Description: D:\MY DOC\harus scan selesai\CCF10242015_00062.jpg

Gambar 4.9 memperlihatkan letak posisi data berbentuk garis (titik-titik) terjalin di sekitar garis lurus diagonal. Memperhatikan metode yang terbentuk oleh persebaran titik nilai data tersebut maka disimpulkan bahwa nilai data Dimensi Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan (D1) berdistribusi normal. Sebaliknya, bilamana dilihat berdasarkan detrended normal P-P Plot maka persebaran data Dimensi Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan (D1) tidak membentuk suatu metode tertentu terhadap suatu garis lurus. Hal ini menguatkan kesimpulan bahwa data variable D1 berdistribusi normal. Gambar 4.10 berikut ini memperlihatkannya secara visual.

 

 

 

 

Gambar 4.10. Grafik output Detrended Normal P-P Plot

data Dimensi Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan (D1)

 

Description: D:\MY DOC\harus scan selesai\CCF10242015_00063.jpg

Berdasarkan hasil kedua alat uji normalitas tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa data Dimensi Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan (D1) adalah berdistribusi normal. Lihat Lampiran 4.1.

 

Uji Normalitas Data Tentang

Mengajarkan Secara Berulang-ulang (D2)

 

Hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan Normal P-P Plot atas Dimensi Mengajarkan secara berulang-ulang (D2) menunjukkan letak titik nilai data sebagai berikut: Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4.1.


 

Gambar 4.11. Grafik output Normal P-P Plot persebaran titik nilai
data Dimensi Mengajarkan secara berulang-ulang (D2)

 

 

Description: D:\MY DOC\harus scan selesai\CCF10242015_00064.jpg

 

Gambar 4.11 memperlihatkan letak posisi data berbentuk garis (titik-titik) terjalin di sekitar garis lurus diagonal. Memperhatikan pola yang terbentuk oleh persebaran titik nilai data tersebut maka disimpulkan bahwa nilai data Mengajarkan secara berulang-ulang (D2) berdistribusi normal. Sebaliknya, bilamana dilihat berdasarkan detrended normal P-P Plot maka persebaran data Dimensi Mengajarkan secara berulang-ulang (D2) tidak membentuk suatu pola tertentu terhadap suatu garis lunis. Hal ini menguatkan kesimpulan bahwa data Dimensi Mengajarkan secara berulang-ulang (D2) berdistribusi normal. Gambar 4.12 berikut ini memperlihatkannya secara visual.

 


 

Gambar 4.12. Grafik output Detrended Normal P-P Plot

data Mengajarkan secara berulang-ulang (D2)

 

 

Description: D:\MY DOC\harus scan selesai\CCF10242015_00065.jpg

 

 

Berdasarkan hasil kedua alat uji normalitas tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa data Dimensi Mengajarkan secara berulang-ulang (D2) adalah berdistribusi normal.

 

Uji Normalitas Data Tentang Dimensi

Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3)

 

Hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan Normal P-P Plot atas Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3) menunjukkan letak titik nilai data sebagai berikut: Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4.1.


 

Gambar 4.13. Grafik output Normal P-P Plot persebaran titik nilai data
Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3)

 

Description: D:\MY DOC\harus scan selesai\CCF10242015_00066.jpg

 

Gambar 4.13 memperlihatkan letak posisi data berbentuk garis (titik-titik) terjalin di sekitar garis lurus diagonal. Memperhatikan pola yang terbentuk oleh persebaran titik nilai data tersebut maka disimpulkan bahwa nilai data Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3) berdistribusi normal. Sebaliknya, bilamana dilihat berdasarkan detrended normal P-P Plot maka persebaran data Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3) tidak membentuk suatu pola tertentu terhadap suatu garis lurus. Hal ini menguatkan kesimpulan bahwa data Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3) berdistribusi normal. Gambar 4.14 berikut ini memperlihatkannya secara visual.


 

Gambar 4.19. Grafik output Detrended Normal P-P Plot data
Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3)

 

Description: D:\MY DOC\harus scan selesai\CCF10242015_00067.jpg

 

Berdasarkan hasil kedua alat uji normalitas tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa data Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3) Memiliki berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4.1

 

Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linier. Pengajuan pada SPSS dengan menggunakan Tess for Linearity pada taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila signifikansi (linearity) kurang dari 0,05.

 

 

 

Table 4.24 Uji Linearitas

ANOVA Table

 

 

 

Sum of
Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Metode Pengajaranlman'                  Between Groups                 (Combined)

8974.943

12

747.912

5.702

.000

MengajarkanTentang                                                Linearity

Mengasihi Tuhan

7499.195

1

7499.195

57.170

.000

                                                                                  Deviation from Linearity

1475.748

11

134.159

1.023

.460

                                            Within Groups

2885.800

22

131.173

 

 

                                                     Total

11860.743

34

 

 

 

 

 

 

Tabel ANOVA di atas menunjukkan Lienarity Pola pengajaran iman kepada anak menunjukkan signifikansi 0,000, ini berari kurang dari 0,05 berarti variabel Y mempunyai hubungan dengan tiga dimensi: Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan, mengajarkan secara berulang-ulang, dan mengajakarkan melalui tanda pengingat.

 

Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi data adalah sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat data analisis independent sample t test dan One Way Anova. Asumsi yang medasari dalam analaisis varian (Anova), bahwa varian dari populasi adalah sama. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah sama.

Tabei 4.25 Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

 

 Metode Pengajaran iman

       Levene

Statistic

df1

 

df2

Sig.

           1.022

 

8

        22

      .449

 

Dari hasil test of homogeneity of variance di atas, terdapat nilai signifikansi sebesar 0,449. Karena signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok data yang dianalisis mempunyai varian sama.

Analisis Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan, pertama uji asumsi klasik terdiri dari uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji dan heterokedastisitas, kedua uji analisis regresi berganda, ketiga pengujian hipoDisertasi, sebagai berikut:

 

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik mencakup empat uji yaitu, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas, dan uji normalitas, dengan penjelasan sebagai berikut:

 

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang sempurna antar variabel bebas dalam model regresi. Apabila terjadi multikol berarti antar variabel bebas sendiri saling berkorelasi, sehingga dalam hal ini sulit diketahui variabel mana yang mempengaruhi variabel terikat. Pendeteksian dilakukan dengan mencari nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Danang Sunyoto (2011:82) mengatakan, untuk mengetahui terjadi multikolinearitas antar dimensi (D1, D2, dan D3) dengan menggunakan besaran tolerance (a) dan variance inflation factor (VIF). Jika menggunakan alpha (tolerance) = 10% atau 0,10 maka VIF = 10.

Jika nilai tolerance lebih besar dart 0,10 dan VIF kurang dari 10, berarti tidak terjadi gejala miltikolinearitas. Sebaliknya, jika nilai tolerance kurang dari 0,10 dan jika VIF lebili besar dari 10 berarti terjadi gejala multikolinearitas, lihat tabel 4.13.

 

Tabel 4.13 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized
Coefficients

t

Sig.

Collinearity Statistics

B

Std. Error

Beta

Tolerance

VIF

 1     (Constant)

-1.504E-013

           .000

 

.

 

 

 

Mengajarkan tentang

 

 

 

 

 

 

 

Mengasihi Tuhan

              1.000

          .000

              .329

.

.

             .506

         1.977

Mengajarkan Barulang-

­ulang

              1.000

          .000

              .519

 

.

 

 

 

 

             .536

         1.864

Mengajarkan melalui

 

 

 

 

 

 

 

Tanda Pengingat

              1.000

          .000

               .330

.

.

             .671

          1.491

a. Dependent Variable: Pola Pengajaran Iman

 

Dari tabel Coefficients di atas, dapat dilihat pada kolom VIF (sebelah paling kanan), dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk variabel Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan 1,977, Mengajarkan berulang-ulang 1,864, dan Mengajarkan melalui tanda pengingat 1,491, semuanya kurang dari 10, dan kolom tolerance untuk variabel Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan 0,506, Mengajarkan berulang-ulang 0,536, dan Mengajarkan melalui tanda pengingat 0,671, semuanya l.ebih besar dari 0,10, maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak ditemukan adanya masalah multikolinearitas.

 

Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan di mana terjadinya korelasi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah tidak adanya autokorelasi pada model regresi.

Menurut Danang Sunyoto (2009: 91-92) salah satu ukuran dalam uji autokorelasi adalah uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

1.      Terjadi autokorelasi positif jika DW di bawah -2 (DW < -2)

2.      Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW di antara -2 dan +2 atau -2 < DW+2.

3.      Terjadi autokorelasi negatifjika nilai DW di atas +2 atau DW > +2.

Data yang diolah dengan uji DW menghasilkan label 4.9, lihat lampiran 4.11

 

 

Tabel 4.14 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model

,

R

R Square

Adjusted R
Square

Std. Error of
the Estimate

Durbin‑
Watson

 

1.000a

1.000

1.000

.000

.738

a. Predictors: (Constant), Mengajarkan metalui Tanda Pengingat, Mengajarkan Berulang-ulang, Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan

b. Dependent Variable: Metode Pengajaran Iman

 

Dari output model summary di atas, ditemukan Durbin-Watson tes = 0,738, karena angka DW 0,738 berada di antara -2 dan +2 atau -2 < DW+2 maka disimpulkan data penelitian di atas tidak terjadi autokorelasi.

 

Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas adalah keadaan di mana terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji heterokedatisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Untuk uji heterokedastisitas memakai Spearman's rho. Jika signifikansi korelasi kurang dari 0,0 pada model regresi, maka terjadi masalah heterokedastisitas. Out put Spearman's rho yaitu korelasi nilai residual (unstandardized residual) dengan masing­-masing variabel dapat dilihat pada tabel 4.15.

 

 

 

 

 

Tabel 4.15 Hasil Uji Heterokedastisitas

Nonparametrik Correlations

Description: D:\MY DOC\harus scan selesai\CCF10242015_00072.jpg

Dari out put correlations di atas, dapat diketahui antara dimensi mengajarkan tentang mengasihi Tuhan, mengajarkan secara berulang-ulang, dan mengajarkan melalui tanda pengingat pada kolom Spearman'rho Unstandardized Residual menghasilkan nilai signifikansi Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan 0,000, Mengajarkan berulang-ulang 0,040, dan Mengajarkan melalui tanda pengingat 0,389 serta Metode pengajaran iman 0,028, signifikansi variabel masing-masing tidak kurang dari 0,05 kecuali Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan, maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak ditemukan masalah heterokedatisitas.

 

Pengujian HipoDisertasi Penelitian

Pada bagian ini akan diuji tiga hipoDisertasi yang diajukan di bab II, yaitu pertama, hipoDisertasi uji kecenderungan implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak, kedua hipoDisertasi uji secara dominan, dan ketiga, uji hipoDisertasi latar belakang yang dominan mempengaruhi perilaku implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak , sebagai berikut:

 

Pengujian HipoDisertasi 1 (Kecenderungan Implementasi)

HipoDisertasi 1 berbanyi, "Kecenderungan tingkat implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya ada pada kategori rendah menuju sedang."

Dalam membuktikan kecenderungan tingkat implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9, dilakukan dengan mengukur tingkat arah kecenderungan implementasi mereka pada 3 (tiga) kategori (k) yaitu: (a) rendah; (b) sedang; dan (c) tinggi. Kecenderungan secara detail setiap dimensi sebagai berikut:

 

Pertama, Kecenderungan Implementasi tentang

Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan

 

Berdasarkan penetapan tiga kategori tersebut dan berdasarkan deskripsi pada lampiran 4.12 , lihat tabel 4.16, seperti berikut:

 

Tabel 4.16 Deskripsi Data Mengajarkan

tentang Mengasihi Tuhan

 

N                                         Valid

                                           Missing

35

0

Mean

Std. Eror Of Mean

Median

Moda

Std. Daviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

37.63

614

37.00

36

3.631

13.182

14

31

45

 

Ditemukan intervalnya (i) sebesar: Range (R) dibagi kategori (k), dengan rumus: i= R: k. Jadi i= 14: 3 = 4,67 dibulatkan menjadi 5. Untuk menghasilkan tiga tabel interval pengkategorian, digunakan rumus berikut' :

i.k R + 1

5 x 3 14 + 1

 

15  15 Karena 15 tidak lebih besar tetapi sama dengan 15, maka dalam table interval dimulai dengan nilai minimum.

Berdasarkan temuan tersebut dibuat tabel pengkategorian dan posisi implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak oleh para orang tua jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya mengenai Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan, seperti berikut:

Interval

Kategori

Tingkat Implementasi

31 - 35

Rendah

 

36 - 40

Sedang

37,00 - 37,63 (sedang)

41 - 45

Tinggi

 

 

Analisis data dilakukan dengan confidence interval pada taraf signifikansi 5%, dan dihasilkan mean dan median antara 37,00 - 37,63. Berdasarkan basil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan implementasi Pola pengajaran iman kepada anak dalam hal Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan ada pada kategori "sedang" secara signifikan pada a < 0,05.

 

Kedua, Kecenderungan Implementasi tentang

Mengajarkan secara berulang-ulang

 

Berdasarkan penetapan tiga kategori tersebut di atas dan deskripsi pada lampiran 4.12 tentang Mengajarkan secara berulang-ulang diperoleh hasil seperti pada tabel 4.17, sebagai berikut:

 

Tabel 4.17

Deskripsi Data Mengajarkan secara berulang-ulang

 

N                        Valid

Missing

Mean

Std. Eror Of Mean

Median

Moda

Std. Daviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

35

0

54.11

969

54.00

49

5.733

32.869

21

43

64

 

 

 

Pada tabel di atas, ditemukan intervalnya (i) sebesar: Range (R) dibagi kategori (k), dengan rumus: i= R: k. Jadi i= 21: 3= 7 dibulatkan menjadi 7. Untuk menghasilkan tiga tabel interval pengkategorian, digunakan rumus:

i.k R + 1

7 x 3 21 +1

21 tidak 22, karena 21 lebih kecil dari 22, maka dalam tabel interval dimulai dengan nilai minimum di tambah 1.

Berdasarkan temuan tersebut dibuat tabel kategori dan posisi implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak oleh para orang tua Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya tentang Mengajarkan secara berulang-ulang disusun seperti berikut:

Interval

Kategori

Tingkat Implementasi

44 - 50

Rendah

 

51 - 57

Sedang

Median - Mean 54,00 -54,11 (sedang)

58 - 64

Tinggi

 

 

Analisis data dilakukan dengan confidence interval pada taraf signifikansi 5%, dan dihasilkan median - mean 54,00 - 54,11. Berdasarkan basil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak oleh para orang tua Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya tentang Mengajarkan secara berulang-ulang ada pada kategori "sedang" secara signifikan pada α < 0,05.

 

Ketiga, Kecenderungan Implementasi tentang

Mengajarkan Melalui Tanda Pengingat

 

Berdasarkan penetapan tiga kategori tersebut di atas dan berdasarkan deskripsi pada lampiran 4.12 tentang Mengajarkan melalui tanda pengingat diperoleh hasil seperti pada tabel 4.18.

 

Tabel 4.18 Deskripsi Data Mengajarkan

Melalui Tanda Pengingat

 

 

 

Statistics

Mengajar melalui Tanda Pengingat

 

N                        Valid

                                                        Missing

Mean

Std. Eror Of Mean

Median

Mode

Std. Daviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

35

0

21.89

616

22.00

25

3.644

13.281

14

16

30

 

Dan tabel di atas ditemukan intervalnya (i) sebesar: Range (R) dibagi kategori (k), dengan rumus: i= R: k. Jadi i= 14: 3= 4,66 dibulatkan menjadi 5. Untuk menghasilkan tiga tabel interval pengkategorian, digunakan rumus:

i.k R+ 1

5 x 3 14 + 1

15 15

Berdasarkan temuan tersebut dibuat tabel kategori dan posisi implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak oleh para orang tua jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya tentang Mengajarkan melalui tanda pengingat, seperti berikut:

 

Interval

Kategori

Tingkat Pemahaman    1

16 — 20

Rendah

 

21 — 25

Sedang

Mean — Median 21,89 - 22 ,00 (sedang)

26 — 30

Tinggi

 

 

Analisis data dilakukan dengan confidence interval pada taraf signifikansi 5%, dan dihasilkan mean — median 21,89 — 22,00. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak oleh para orang tua jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, tentang Mengajarkan melalui tanda pengingat ada pada kategori "sedang tingkat awal" secara signifikan pada a < 0,05.

Berdasarkan tabel 4.16 sampai tabel 4.18 disusun tabel 4.19, sebagai berikut:

 

Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Uji HipoDisertasi 1
Kecenderungan Implementasi Dimensi-dimensi Pengajaran
tentang

 Pembentukan Iman Kepada Anak berdasarkan Ulangan 6:4-9

 

No

Kecenderungan
Implementasi Dimensi-
dimensi
pengembangan Pengajaran tentang Pembentukan Iman Kepada Anak
berdasarkan
Kitab Ulangan 6:4-9

Hasil Penelitian pada signifikan α < 0,05.

1

Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan

Nilai median — mean 37,00 — 37,63 dari interval 36 — 40 " sedang"

2

Mengajarkan secara berulang-ulang

Nilai median — mean 54,00 — 54,11 dari interval 51 — 57 "sedang"

3

Mengajarkan melalui tanda pengingat

Nilai mean — median 21,89 — 22,00 dan interval 21 — 25 " sedang"

 

 

Kecenderungan implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak

 

Berdasarkan penetapan tiga kategori tersebut di atas dan berdasarkan deskripsi pada lampiran 4.7 tentang Implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan  iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 diperoleh hasil seperti pada tabel 4.19.

 

Tabel 4.20

Deskripsi Data Metode Pengajaran Iman Kepada Anak

 

N                        Valid

                           Missing

Mean

Std. Eror Of Mean

Median

Moda

Std. Daviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

35

0

113.63

1.867

115.00

113a

11.046

122.005

45

93

138

  1. Mutiple modes axist the smallest value is shown

 

Dari statistik di atas ditemukan intervalnya (i) sebesar: Range (R) dibagi kategori (k), dengan rumus: i= R: k. Jadi i= 45: 3= 15 dibulatkan menjadi 15. Untuk menghasilkan tiga tabel interval pengkategorian, digunakan rumus:

i.k R + 1

15 x3 4.5 +1

45 tidak 46 , karena 45 lebih kecil dart 46, maka dalam tabel interval dimulai dengan nilai minimum di tambah 1.

Berdasarkan temuan tersebut dibuat tabel kategori dan posisi implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak oleh para orang tua jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, seperti berikut:

Interval

Kategori

Tingkat Pemahaman

94 —108

Rendah

 

109 — 123

Sedang

Mean — Median 113,63 — 115,00

124 — 138

Tinggi

 

 

Analisis data dilakukan dengan confidence interval pada taraf signifikansi 5%, dan dihasilkan mean — median 113,63 — 115,00. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak oleh para orang tua jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, ada pada kategori “sedang” secara signifikan pada α < 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak dengan semua dimensi mengajarkan tentang mengasihi Tuhan, mengajarkan secara berulang-ulang, mengajarkan melalui tanda pengingat adalah masuk dalam kategori "SEDANG", sehingga dengan demikian hipoDisertasi 1 yang mengatakan, "Kecenderungan tingkat implementasi  pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya ada pada kategori rendah menuju sedang." adalah TIDAK TERBUKTI.

 

Pengujian HipoDisertasi 2 (Uji Dominan)

Pengujian variabel yang berpengaruh dominan adalah dilakukan dengan menggunakan uji Beta, dengan cara membandingkan nilai Beta basil analisis linear regresi berganda dari semua variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas yang memiliki nilai Beta tertinggi merupakan variabel bebas yang berpengaruh dominan terhadap variabel terikat. Lihat tabel 4.21.

 

Tabel 4.21 Uji Dimensi Yang Dominana

coefficentsa

Model

Untanddardized coeffcients

Standardized
coefficients

t

Sig

Collnearty statistics

B

Std. error

Beta

Tolerance

VIF

 

1.     (constant)

Mengajarkan tentang

Mengasihi Tuhan

Mengajarkan berulang-ulang

Mengajarkan melalui

Tanda pengingat 

1504E-013

 

1.000

 

1.000

 

1.000

 

000

 

000

 

000

 

000

 

 

 

 

329

 

519

 

330

 

 

 

 

 

 

 

506

 

536

 

617

 

 

 

 

 

1.977

 

1.864

 

1.491

 

 

a.  Dependent Variable Metode Pengajaran Iman

 

Pada tabel Coefficients (tabel 4.21) kolom Standardized Coefficients di atas, ditemukan dimensi ‘Mengajarkan secara berulang-ulang’ yang memiliki nilai beta tertingi yaitu sebesar 0,519, maka dapat disimpulkan bahwa variabel ‘Mengajarkan secara berulang-ulang’ adalah dimensi yang berpengaruh dominan terhadap variabel terikat implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak' oleh para orang tua Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya.

Kalau dilihat dari sembilan indikator yang dimiliki oleh implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak seperti pada tabel 4.21 (Lampiran 4.16), maka sub indikator Membicarakan berulang-ulang saat diperjalanan dan Membicarakan saat berbaring" yang dominan berpengaruh terhadap pola pengajaran iman, karena kedua sub indikator tersebut mempunyai nilai beta tertinggi yang sama sebesar 0,244.

Kalau dilihat dari keempat sub indikator dari dimensi "Mengajarkan secara benilang-ulang', dari tabel 4.21 ditemukan bahwa sub indikator Membicarakan berulang­ulang saat diperjalanan dan Membicarakan saat berbaring' juga yang dominan mempengaruhi implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman, karena kedua sub indikator tersebut mempunyai nilai beta yang sama sebesar 0,244.

 

Tabel 4.22 Uji lndikator Yang Dominan

coefficents

Model

Untanddardized coeffcients

Standardized
coefficients

t

Sig

Collnearty statistics

B

Std. error

Beta

Tolerance

VIF

1.  (constant)

MTdgnsHati

MtdgnsJiwa

Mtdkekuatan

Mbusssaat dirumah

Mbusaatdiperjalanan

Mbussaat berbaring

Mbussaat bangun

Membuart(TPdibadan

Membuat TPdirumah 

602

075

068

070

006

050

092

067

106

634

25

012

023

013

024

009

014

009

035

007

 

234

103

200

007

223

244

244

107

183

-2403

6.067

2.952

5.422

237

5.291

6.658

7.318

3.058

5.058

024

000

007

000

515

000

000

000

005

000

 

556

681

604

849

466

612

742

678

628

 

 

1.797

1.469

1.657

1.178

2.147

1.633

1.349

1.476

1.592

 

 

 

 

 

 

 

a.         Dependent Variable Pola Pengajaran

 

Dari penjelasan di atas, maka hipoDisertasi 2 yang berbunyi, "Diduga dimensi yang paling dominan memengaruhi implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya adalah Mengajarkan secara berulang-ulang, sepenuhnya TERBUKTI, karena dari hasil analisis linear regresi berganda ternyata bahwa variabel Mengajarkan secara berulang-ulang yang dominan berpengaruh terhadap “implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak. Jadi HipoDisertasi 2 Terbukti.

 

Pengujian HipoDisertasi 3 (Uji Latar Belakang)

Pengujian Kategori latar belakang mana yang berpengaruh dominan dilakukan dengan menggunakan uji Beta, dengan cam membandingkan nilai Beta hasil analisis linear regresi berganda dari semua variabel bebas. Kategori Latar Belakang: Suku (LB1), bentuk kekristenan (LB2), gereja asal (LB3), jenis kelamin (LB4), tingkat pendidikan (LB5), dan umur/usia (LB6) terhadap variabel terikat ‘Implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak' oleh para orang tua  Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Variabel bebas Kategori latar belakang (LB1 - LB6) yang memiliki nilai Beta tertinggi (angka negatif atau pisitif sama saja) merupakan kategori latar belakang yang berpengaruh dominan terhadap variabel terikat. Lihat tabel 4.23.

 

Tabel 4.23 Uji Latar Belakang Dominan

coefficients

Model

Untanddardized coeffcients

Standardized
coefficients

t

Sig

Collnearty statistics

B

Std. error

Beta

Tolerance

VIF

 

2.           (constant)

      Suku

      Kekristenan

      Gereja Asal

      Jenis Kelamin

      Tingkat pendidikan

      Umur

298.556

2.224

-14.400

3.990

-2.609

1.580

328

34.774

2.956

13.276

15.739

7.175

4.534

452

154

-249

063

-070

090

187

8.586

752

1.085

254

-364

348

727

000

458

287

802

719

730

473

 

759

602

511

852

478

480

 

1.318

1.661

1.950

1.174

2.094

2.083

 

Pada tabel Coefficients (tabel 4.23) kolom Standardized Coefficients di atas, ditemukan variabel LB2 Kategori latar belakang `bentuk kekristenan' yang memiliki nilai Beta tertinggi yaitu sebesar -0,249 (minus 0,249). Tanda minus dalam kolom Beta artinya ditemukan dalam penelitian ini bahwa, semakin banyak `bentuk kekristenan keturunan' para orang tua (jemaat), semakin rendah 'implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak' berdasarkan kitab Ulangan 6: 4-9, dan sebaliknya semakin sedikit `bentuk kekristenan keturunan' dari para orang tua (jemaat) semakin tinggi 'implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman' kepada anak mereka di Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Dengan kata lain, semakin banyak `bentuk kekristenan pertobatan' dari orang tua jemaat, maka semakin baik implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak mereka di Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, sebab itu dapat disimpulkan bahwa kategori latar belakang `bentuk kekristenan' (dalam hal ini Kristen keturunan, yakni = LB2) adalah kategori latar belakang yang berpengaruh dominan terhadap 'implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak' di  Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya.

Dan penjelasan di atas, maka hipoDisertasi 3 yang berbunyi, " Kategori latar belakang yang paling dominan (dari suku, bentuk kekristenan, gereja asal, jenis kelamin, pendidikan dan usia) mempengaruhi implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9 di Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya adalah `latar belakang pendidikan adalah TIDAK TERBUKTI, karena dari hasil analisa linier regresi berganda (uji Beta), ternyata bahwa kategori latar belakang bentuk kekristenan' (Kristen keturunan) yang uji Beta-nya tertinggi sebesar -0,249 (minus 0,249), sehingga kategori `latar belakang bentuk kekristenan'lah yang dominan berpengaruh terhadap `implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9' di Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. JADI HIPODISERTASI 2 TIDAK TERBUKTI.

 

Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan pembahasan basil uji hipoDisertasi 1, 2, dan 3 sebagai berikut:

Pembahasan HipoDisertasi 1 (Kecenderungan Implementasi)

Ringkasan Masalah: Setelah melalui beberapa tahap penelitian dan analisis hasil penelitian, peneliti telah menemukan bahwa kecenderungan tingkat implementasi ketiga dimensi, yaitu: 'Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan', `Mengajarkan secara berulang­-ulang, dan `Mengajarkan melalui tanda pengingat' ada  pada kategori sedang. Juga peneliti menemukan bahwa implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9 ada pada kategori sedang. Sedangkan hipoDisertasinya tentang kecenderungan tingkat implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9 kecenderungan ketiga dimensinya, ada pada kategori rendah menuju sedang. Jadi hipoDisertasi 1 tidak terbukti, karena tingkat implementasi temuan lebih tinggi dari hipoDisertasi.

Metode Penelitian: Metode penelitian yang digunakan untuk menemukan tingkat kecenderungan Implementasi Pengembangan Pengajaran tentang Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah uji frekuensi. Hasilnya ternyata seperti tersebut di atas, kecenderungan tingkat Implementasi Pengembangan Pengajar tentang Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya  ada pada kategori sedang.

Teori Pendukung: Rahasia terakhir dari kecerdasan orang-orang Yahudi yang membuat mereka mampu menguasai pendidikan, media, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, hiburan, dan sebagainya adalah implementasi metode dalam belajar (Abdul Wahid, 2011: 237). Metode mengajar ialah cara atau prosedur dalam mengelola interaksi antara guru (orang tua, pen) dan peserta didiknya (anak, pen) bagi berlangsungnya peristiwa belajar (mengestafetkan iman Kristen, pen) (Sijabat, 2004: 229). Metode mengajar berdasarkan bentuk komunikasi interaksi orang tua dan anak, ada tiga yakni: (1) Metode yang hanya menekankan komunikasi satu arab, yaitu dari pihak orang tua kepada anaknya. (2) Metode yang membangun komunikasi satu arah, yaitu dari anak kepada orang tuanya. (3) Metode yang membangun komunikasi dua arah, yaitu terjadinya relasi dan interaksi dialogis antara orang tua dan anak serta di antara anak lainnya (Sidjabat, 2004: 231-232). Proses pengajaran bisa berorientasi pada guru/ orang tua (theacher centred); dan mengajar bisa berpusat pada siswa/ anak (student centred) (Wina Sanjaya, 2006: 95-100).

Metode pengajaran yang harus diterapkan orang Israel kepada anak-anak mereka yang telah ditetapkan oleh Firman Allah terdapat dalam Ulangan 6-9 berkata,"Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya herulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah, juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskan-nya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu".

Arti/makna: Penelitian ini menemukan, bahwa tingkat kecenderungan implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9 ada pada kategori sedang tingkat menengah, sedikit Iebih tinggi dari dugaan sebelumnya pada hipoDisertasi 1 `kategori rendah menuju sedang'. Hal ini sesuai dengan rujukan teori yang dikemukakan oleh Abdul Wahid yang mengatakan, bahwa Rahasia terakhir dari kecerdasan orang-orang Yahudi adalah implementasi pengembangan dalam belajar (Abdul Wahid, 2011: 237)

Secara praktis, bagi semua pecinta anak (hamba Tuhan, guru Sekolah Minggu, jemaat, dan khususnya para orang tua), juga bagi peneliti mengenai penemuan, bahwa `implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak' adalah hal utama dalam menentukan apakah anak akan mampu sebagai generasi penerima estafet iman Kristen, dan pada gilirannya apakah akan mampu sebagai generasi penerus mengestafetkan iman Kristennya kepada anak-anaknya, dan demikian seterusnya. Oleh karena begitu pentingnya pengestafetan iman Kristen dari orang tua kepada anak, sesuai perintah Tuhan dalam Ulangan 6:4-9, maka tidak ada alasan untuk tidak meningkatkan implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak oleh setiap orang tua khususnya di jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, dan umumnya oleh setiap orang tua Kristen.

Secara teoritis, menurut Homrighousen (2012:2-4), nenek moyang orang Israel,  Abraham,  Ishak dan Yakub menjadi guru bagi seluruh keluarganya. Sebagai bapa-bapa dari bangsanya, mereka bukan saja menjadi imam yang merupakan pengantara antara Tuhan dengan umat-Nya, tetapi juga menjadi guru yang mengajarkan tentang perbuatan­-perbuatan Tuhan yang mulia itu dengan segala janji Tuhan yang membawa berkat bagi Israel turun temurun. Tuhan telah memilih dan memanggil Abraham dari jauh untuk melayani kehendak-Nya yang Agung itu guna keselamatan umat manusia. Bimbingan dan maksud Tuhan itu perlu dijelaskan kepada anak cucunya. Ishak (anak Abraham) meneruskan pengajaran yang penting itu dan kemudian anaknya Yakub juga menanamkan segala perkara ini ke dalam batin anak-anaknya. Yusuf menyimpan perkara-perkara itu kemanapun ia pergi. Janji-janji Tuhan itu tetap terpelihara oleh orang Israel (bangsa Israel). Tuhan telah memasuki hidup mereka, karena Tuhan mau memakai bangsa itu sebagai alat-Nya. Atas perintah Tuhanlah keinsafan itu dipupuk dan diperdalam, dengan jalan pengajaran kepada tiap-tiap angkatan muda. Nabi Musa dipilih pula oleh Tuhan untuk membebaskan umat-Nya dari penindasan. Musalah yang diangkat menjadi panglima dan pemimpinnya, tetapi juga menjadi guru dan pemberi hukum-hukum bagi mereka. Musa mendidik mereka di padang belantara dan mengatur pendidikan itu dengan jitu dan tepat, Pendidikan itu akan dilanjutkan pula oleh pengganti-penggantinya. Tiap-tiap keturunanya umat Israel menyampaikan pula tiap pengajaran itu kepada keturunan yang berikut. Proses ini berlangsung terus menerus beratus-ratus tahun lamanya. Pendidikan itu mulai dalam masing-masing rumah tangga dan diteruskan dalam kebaktian-kebaktian  umum dan pada pengajaran dalam Taurat Tuhan. Tuhan Allah sendirilah yang merupakan pusat dan tujuan segala pengajaran masyarakat Israel, maka segala hal ihwal (perihal)[111] masyarakat umum juga dipelajari dan diatur dalam terang pernyataan Tuhan. Jadi implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan  iman kepada anak sangat penting dan sangat urgen bagi setiap orang Kristen.

 

Pembahasan HipoDisertasi 2 (Uji Dominan)

Ringkasan Penemuan hasil uji hipoDisertasi 2: Dimensi Mengajarkan secara berulang‑ulang dominan memengaruhi Implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya, dengan nilai beta 0,519. Indikator dominan kedua yang memengaruhi implementasi pola pengajaran
iman kepada anak adalah indikator Mengajarkan melalui tanda pengingat, dengan nilai beta 0,330. Indikator dominan ketiga yang memengaruhi implementasikan pen
gembangan pembelajaran tentang pembentukan iman kepada anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan, dengan nilai beta. 0,329.

Metode Penelitian yang digunakan untuk menguji hipoDisertasi 2 (uji dominan) adalah uji beta, dengan hasil penelitian menunjukkan, bahwa `Mengajarkan secara bendang-ulang' adalah yang paling dominan berpengaruh terhadap implementasi pengembangan pengajaran tentanhg pembentukan iman kepada anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9' di antara jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, dengan nilai beta tertinggi 0,519.

Teori pendukung: Mengajarkannya berulang-ulang kepada anak adalah salah satu cara utama untuk mengungkapkan kasih kepada Allah (111 6: 5) yakni memedulikan kesejahteraan rohani anak-anak dalam keluarga dan berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah. (Sofware Sabda, Penjelasan Ulangan 6:7). Menurut Sijabat (2001: 10), mengajar adalah upaya untuk mentransfer pengetahuan, pandangan, keyakinan, dogma, dan doktrin atau teologi yang dimilikinya kepada peserta didik.

Arti /makna secara teori: Penemuan dalam penelitian ini, secara teori bahwa rahasia terakhir dari kecerdasan orang-orang Yahudi yang membuat mereka mampu menguasai pendidikaan, media, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, hiburan, dan sebagainya adalah implementasi metode dalam belajar (Abdul Wahid, 2011: 237).

Hal ini sesuai dengan rujukan teori yang dikemukakan oleh nabi Musa (Ulangan 6:4-9) mengenai Metode pengajaran iman oleh orang Yahudi, yang juga menjadi Metode pengajaran iman orang Kristen yang mengatakan, terdapat 3 faktor utama yang menentukan keberhasilan metode pengajaran iman kepada anak, yakni: (1) Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap kekuatan dan dengan segenap jiwa, (2) Mengajarkan secara berulang-ulang, dengan cara membicarakannya berulang-ulang saat di rumah, saat dalam perjalanan, saat berbaring dan saat bangun, (3) Mengjarkan melalui tanda pengingat,dengan cara membuat tanda pengingat di badan dan di rumah.

Pentingnya penemuan secara secara praktis: Dalam penelitian ini ditemukan bahwa `mengajarkan secara berulang-ulang' (saat di rumah, saat dalam perjalanan, saat berbaring, dan saat bangun) yang dominan mempengaruhi Implementasi Pengembangan Pengajaran tentang Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya

 

Pembahasan HipoDisertasi 3 (Uji Latar Belakang)

Temuan: Kategori latar belakang yang dominan mempengaruhi implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak oleh para orang tua di Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya adalah latar belakang pendidikan" adalah TIDAK TERBUKTI, karena dari hasil analisis linier regresi berganda (uji Beta), temyata bahwa variabel kategori latar belakang BENTUK KEKRISTENAN (LB2) yang uji Beta-nya tertinggi minus 0,249 (sebesar - 0,249), dibandingkan dengan kategori umur (LB6= 0,187), dan suku (LB1= 0,154).

Hasil uji beta latar belakang bentuk kekristenan yang negatif (-0,249) artinya,
semakin banyak responden (orang tua jemaat GBIS yang Kristen keturunan, semakin rendah tingkat implementasikan pen
gembangan pembelajaran tentang pembentukan iman yang mereka lakukan kepada anak mereka, dan sebalikaya semakin sedikit responden (orang tua) jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya yang Kristen keturunan, maka semakin tinggi implementasikan pengembangan pembelajaran tentang pembentukan iman kepada anak yang mereka lakukan kepada anak mereka. Dengan kata lain dalam penelitian ditemukan, bahwa semakin banyak para orang tua jemaat GBIS bentuk kekristenannya (Kristen keturunan), bukan pertobatan, maka semakin tinggi implementasikan pengembangan pembelajaran tentang pembentukan iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 yang mereka lakukan kepada anak mereka.

Metode Penelitian: Pengujian Kategori latar belakang mana yang berpengaruh dominan, dilakukan dengan menggunakan uji Beta, dengan cara membandingkan nilai Beta hasil analisis linier regresi berganda dari keenam variabel bebas Kategori Latar Belakang. Tanda minus (-0,249) dalam kolom Beta artinya ditemukan dalam penelitian ini bahwa, semakin banyak responden (orang tua) yang bentuk kekristenannya Kristen pertobatan, maka semakin besar mereka mengimplementasikan pengembangan pembelajaran tentang pembentukan iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9.

Teori : Sehubungan temuan di atas, maka para hatnba Tuhan dan setiap orang tua perlu serius mengenal implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9. Selain itu para hamba Tuhan perlu meningkatkan bentuk kekristenan orang tua dari Kristen ketunman ke Kristen pertobatan. Karena temuan membuktikan bahwa semakin rendah oleh orang tua yang Kristen keturunan berbanding terbalik, artinya semakin banyak orang tua tetap Kristen keturunan (tidak bertobat) semakin kecil.

Untuk mengenal lebih jauh responden, ditel implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak di temukan sebanyak 35 orang responden (orang tua jemaat GBIS Yerusalem Baru terdiri dari 30 orang (85,71%) responden adalah Kristen keturunan dan 14,39% adalah Kristen pertobatan.

Arti /makna penemuan: Temuan ini dipandang dari segi pendidikan, maka untuk sejumlah orang tua yang bentuk kekristenan keturunan (30 orang) tersebut, perlu dibentuk kelas-kelas yang sesuai kebutuhan pertobatan mereka.

Pentingnya penemuan: Secara teori manajemen pendidikan dan secara bisnis pendidikan di gereja, perlu mengelompokkan orang tua berdasarkan umur, kemampuan / pendidikan / dan sebagainya.

Secara praktis, temuan menunjukkan bahwa hal utama yang harus disediakan di GBIS adalah Buku Pedoman Implementasi Pengembangan Pengajaran Tentang Pembentukan Iman Kepada Anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 bagi orang tua, untuk mengestafetkan iman Kristen kepada satu generasi, ke generasi berikutnya.

Penelitian sebelumnya belum ada membahas mengenai kategori latar belakang responden yang mempengaruhi variabel terikat yang ditelitinya.

Temuan kategori latar belakang umur yang dominan berpengaruh terhadap implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak oleh para jemaat adalah tidak sesuai dengan hipoDisertasi, karena dalam penelitian ini ditemukan latar belakang yang dominan yang mempengaruhi implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak jemaat adalah latar belakang bentuk kekristenan, bukan tingkat pendidikan terakhir. Namun belum terpikir sebelumnya bahwa semakin tinggi bentuk kekristenan keturunan, akan semakin rendah implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak. Hal ini karena keterbatasan segi-segi penelitian, peneliti belum menemukan teori yang mengatakan, semakin tinggi bentuk kekristenan keturunan orang tua (jemaat), maka semakin rendah implementasi pengembangan pengajaran tentang pembentukan iman kepada anak mereka, sehingga mungkin angket yang diajukan kurang memvasilitasi untuk mendapatkan informasi tentang hal itu, sehingga proses analisis data kurang tepat dan sebagainya.

 



[111] KBBI. offline 1.3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

  BAB 1 PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN   A. Pengertian Pendidikan (secara umum): 1. Apakah arti pendidikan ? Lebih daripada sekedar s...