SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI BETHANY
Implementasi Pengajaran PAK
dalam
Pembentukan Iman Kepada anak Berdasarkan Ulangan 6;4-9
Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya
TESIS
Diajukan kepada Sekolah Tinggi Teologi Bethany Untuk
Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister
Pendidikan Kristen
Oleh :
Eko Basuki
NIM : 04.14.074/M.Pd.K
SURABAYA
2015
ABSTRAK
Nama : Eko Basuki
Tanggal gelar
diberikan Gelar :
-
Sekolah :
Sekolah Tinggi Teologi Bethany Surabaya
Judul :
Implementasi Pengajaran PAK
dalam
Pembentukan
Iman Kepada Anak
Berdasarkan Ulangan 6;4-9 Di Jemaat
Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem
Baru Surabaya
Kata Kunci : Pengajaran PAK dalam pembentukan iman
kepada anak tentang
mengasihi Tuhan, mengajarkan secara
berulang-ulang dan mengajarkan melalui tanda pengingat.
Latar Belakang
Jika sebuah sinode organisasi gereja lokal (orang Kristen)
memiliki Pengakuan Iman Rasuli sebagai pengakuan imannya, maka orang Israel memiliki
Ulangan 6:4-5 yang dikenal sebagai SHEMA Israel. Shema sendiri adalah bahasa Ibrani yang artinya "dengarlah". Disebut
Shema, karena memang rumusan pengakuan itu diawali dengan seruan
"Dengarlah."
Kalau kita membaca
ayat 7-9, maka kita mendapati bahwa transfer of knowledge disini juga
melibatkan keseluruhan
hidup si pendidik.[1]
Ini dapat kita baca dari kalimat,
"membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring,
dan apabila engkau bangun.
Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah
engkau menuliskannya pada tiang
pintu rumahmu, dan pada gerbangmu." Jadi
Firman Tuhan itu harus dibicarakan saat di dalam rumah; di luar rumah; ketika
hendak tidur; maupun ketika bangun tidur. Jadi dalam seluruh aktivitas kita ketika
terjaga, Firman TUHAN senantiasa diajarkan.
Terkait dengan
pola pengajaran, para orang tua di GBIS Yerusalem Baru Surabaya sepertinya belum melaksanakan pola mengajar PAK yang tepat seperti yang diajarkan dalam Alkitab. Hal itu mungkin disebabkan karena kesibukan
orang tua mencari nafkah (bekerja), sehingga orang tua kurang memerhatikan
tentang pilihan pola
mengajar yang diterapkan kepada anak. Dengan demikian kurang kesempatan berinteraksi antara orang tua dan anak.
Kurangnya intensitas interaksi tersebut menyebabkan
banyak orang tua yang tidak berkesempatan mengajarkan syema ataupun pengajaran iman Kristen dengan baik kepada anak-anak.
Masalah Penelitian
Tesis ini diawali
dengan paparan latar belakang masalah, lalu dimunculkan tiga
permasalahan, yaitu:
1.
Bagaimana kecenderungan tingkat Imlementasi Pengajaran PAK
Dalam Pembentukan Iman Kepada anak berdasarkan ulangan
6;4-9 Di Jemaat Gereja
Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya
2.
Dimensi apakah dari variabel independen yang paling dominanmemengaruhi Imlementasi Pengajaran PAK
dalam Pembentukan Iman Kepada
anak berdasarkan ulangan 6;4-9 Di
jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya
3.
Kategori latar belakang apakah dari (suku, bentuk kekristenan, gereja lokal,
jenis kelamin, pendidikan dan usia)
yang dominan memengaruhi Imlementasi
Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada
anak berdasarkan ulangan 6;4-9 Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh
Yerusalem Baru Surabaya
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka
secara rinci penelitian ini bertujuan:
1.
Untuk mengetahui kecenderungan tingkat implementasi pengajaran PAK dalam
pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara
Jemaat GBIS Yerussalem Baru Surabaya.
2.
Untuk mengetahui dimensi dari variabel independen yang paling dominan
mempengaruhi
implementasi pengajaraan PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab
Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem
Baru Surabaya
3.
Untuk mengetahui kategori latar belakang apakah yang dominan mempengaruhi
Implementasi Pengajaran PAK
dalam Pembentukan Iman Kepada
anak Berdasarkan Ulangan 6;4-9 Di Jemaat Gereja
Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian survei
dengan pengambilan data melalui angket. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah survei yang bersifat eksplanatori Konfimiaturi. Peneliti memakai survei untuk mendapatkan data tentang
Implementasi Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 dengan menggunakan skala liken
dengan jawaban: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk mendapatkan instrumen penelitian
yang valid dan reliable, maka ke 45 butir pernyataan terlebih dahulu dilakukan
uji validitatas oleh tiga orang tim ahli STT Bethany Surabaya, setelah butir
pernyataan dinyatakan valid maka diadakan ujicoba kepada 30 orang responder.
Dari uji coba dihasilkan bentuk
angket 43 butir pernyataan. Angket kemudian disebar kepada 35 responden.
Temuan Penelitian
Uji hipotesis pertama
4.
Diduga kecenderungan tingkat Implementasi Pengajaran PAK dalam Pembentukan
Iman Kepada anak Berdasarkan Ulangan 6;4-9 Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru
Surabaya ada pada kategori rendah menuju sedang. Setelah dilakukan pengujian hipotesis ternyata hasilnya, "Kecenderungan tingkat Implementasi Pengajaran PAK
dalam Pembentukan Iman Kepada
anak Berdasarkan Ulangan 6;4-9 Di Jemaat Gereja
Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya"
ada pada kategori sedang, sehingga dengan demikian dugaan
kecenderungan tingkat implementasi pengajaran
PAK dalam
pembentukan iman kepada anak
berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem
Baru Surabaya ada pada kategori rendah menuju sedang." , adalah TIDAK TERBUKTI.
Uji
hipotesis dua
Diduga
dimensi yang paling dominan mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam
pembentukan iman kepada anak
berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GIBS Yerusalem Baru Surabaya adalah mengajarkan secara berulang-ulang. Setelah dilakukan pengujian hipotesis ternyata hasilnya, "Dimensi
yang paling dominan adalah
dimensi Mengajarkan Secara berulang-ulang, sehingga dengan demikian dugaan dimensi yang paling dominan mempengaruhi implementasi pengajaran PAKdalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GIBS
Yerusalem Baru Surabaya adalah
mengajarkan secara berulang-ulang. "adalah TERBUKTI.
Hipotesis ketiga
Diduga kategori latar belakang yang paling dominan (dari
suku, bentuk kekristenan,
gereja asal, jenis kelamin, pendidikan dan usia) mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GIBS Yerusalem Baru Surabaya adalah latar belakang pendidikan. Setelah dilakukan pengujian hipotesis ternyata
hasilnya yang mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GIBS Yerussalem Baru Surabaya adalah latar belakang bentuk kekristenan. sehingga dengan demikian,
hipotesis ketiga yang berbunyi
Kategori latar belakang yang paling dominan mempengaruhi Implementasi
Pengajaran PAK dalam Pembentukan
Iman Kepada anak Berdasarkan Ulangan 6;4-9 Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru
Surabaya adalah latar belakang pendidikan
adalah TIDAK TERBUKTI.
Implikasi
Berdasarkan temuan di atas, maka penulis mengusulkan Implikasinya sebagai
berikut: Rencana Strategis (Renstra) bagi GBIS Yerusalem Baru Surabaya untuk jangka pendek (waktu dekat), jangka menengah, dan jangka panjang mengacu kepada visi misi GBIS. (a) Dengan memberi pemahaman yang benar kepada setiap orang tua, mengenai pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak secara terprogram dan berkelanjutan. (b). Pelaksanaan pengajaran PAK dalam
pembentukan iman kepada anak' dengan sangat menekankan pada aspek “membicarakan berulang-ulang saat
berbaring dan saat bangun”
karena kedua indikator tersebut yang dominan mempengaruhi
implementasi pengajaran
PAKdalam pembentukan iman kepada anak di jemaat GIBS Yerusalem Baru Surabaya. (c) Meningkatkan Implementasi Pengajaran PAK
dalam Pembentukan Iman Kepada
anak Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru
Surabaya, dengan penginjilan ulang kepada orang tua jemaat. Dengan demikian sangat prioritas mengubah kekristenan para orang tua jemaat dari bentuk kekristenan keturunan
dengan memberikan ke
bentuk Kristen pertobatan.
Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing
Diterima untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan Agama Kristen (M.Pd.K)
di Sekolah Tinggi Teologi Bethany Surabaya
Pada Tanggal
Pembimbing Tesis
1.
Dr. Harianto GP, Th.M.,M.Pd.K
Pembimbing
I
2. Dr. Bambang Triyanto
Pembimbing II
Persetujuan
Tim Penguji
Dipertahankan
di Depan Dewan Penguji Tesis Sekolah Tinggi Teologi Bethany Surabaya dan
Diterima Untuk Memenuhi Sebagaian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Pendidikan Kristen (M.Pd.K)
Pada Tanggal:
Dewan
Penguji
Ketua : Dr. Harianto GP, Th.M.,M.Pd.K
Sekretaaris : Dr. Bamabang
Sriyanto.
Anggota : 1. Dr. Harianto GP, Th.M.,M.Pd.K
2. Dr. Bamabang Sriyanto
3. Dr. Timotius Sutarman
HALAMAN
PENGESAHAN
Tesis ini telah disahkan
Oleh
Ketua Sekolah
Tinggi Teologi Bethany Surabaya
Dr. Harianto GP,
Th. M., M.Pd.K
KATA
PENGANTAR
Peneliti mempersembahkan puji syukur kepada Tuhan Yesus
Kristus, yang telah menganugerahkan
berkat: kesehatan, kekuatan; dan kemampuan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis: dengan judul "Implementasi Pengajaran PAK
Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6;4-9 Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru
Surabaya"
Selama
menjalani studi ini, hingga pada penelitian dan tahap penulisan tesis, banyak pihak yang
membantu peneliti untuk mengerjakannya, sehingga tidak bisa disebutkan satu
persatu. Untuk itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih yang tutus kepada:
1. Pdt. Dr. Harianto
GP. selaku Ketua Sekolah Tinggi Teologi Bethany Surabaya yang mengesahkan hasil penelitian (tesis)
ini
2. Dr. Harianto GP,Th.M.,M.Pd.K Pembimbing juga selaku pembimbing satu, yang setia
dan sabar memberikan arahan petunjuk – petunjuk praktis sehingga tesis ini
dapat peneliti selesaikan.
3. Dr. Bambang Triyanto dua yang penuh kesabaran memberi masukan dan
beimbingan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini
4. Dr. ....... yang telah berkenan memvalidasi koesioner (angket) dengan
sangat baik, sehingga sangat sangat membanu penyelesaian tesis ini.
5. Bapak / ibu pendeta selaku memberi ijin peneliti untuk mengadakan penelitian
di daerah pelayanan sehingga tesis ini dapat peneliti selesaikan
6. Para jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya yang telah mengisi angket
(koesioner) sebagai data sangat diperlukan oleh peneliti, sehingga proses
penelitian dapat diselesaikan
7. Sumphi Prihaningrum Sayekti, SE (istri) dan Thea Desyanti, SE (anak ke 1) dan Yonatan Chilyon Septheo (anak ke 2)
8. Tim Pendidik, Pengajar, dan Pembina (TP3) Yerusalem Baru, dan semua pihak
yang tidak dapat peneliti sebutkan disini atas dorongan, saran serta segala bantuan yang
berupa materiel dan moril sehingga tesis ini terselesaikan dengan
baik.
Surabaya, 10 November 2015
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL............................................................................... i
PERSETUJUAN
DOSEN PEMBIMBING........................................... ii
PERSETUJUAN
DOSEN PENGUJI.................................................... iii
ABSTRAK
................................................................................................. iv
HALAMAN
PENGESAHAN.................................................................. vii
KATA
PENGANTAR............................................................................. viii
DAFTAR
ISI.............................................................................................. x
DAFTARTABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR
GAMBAR................................................................................ xvi
DAFTAR
LAMPIRAN............................................................................... xvii
BAB
I: PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................. 1
Identifikasi Masalah ....................................................... 11
Batasan Masalah .......................................................... 14
Rumusan Masalah Penelitian ...................................... 16
Penjelasan lstilah .......................................................... 16
Tujuan Penelitian .......................................................... 19
Kepentingan Teoritis .................................................... 20
Kepentingan Praktis .................................................... 20
BAB
II: LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIK1R,
DAN RUMUSAN HIPOTESIS
Landasan
Teori .....................................................................................
22
Tinjauan
tentang Kitab Ulangan .................................................22
Waktu
Penulisan Kitab Ulangan..................................................23
Penulis Kitab Ulangan.................................................................
24
Tujuan
Penulisan Kitab Ulangan...................................................25
Garis Besar
Kitab Ulangan...........................................................28
Inti
Ulangan 6: 4-9.......................................................................
29
Metode Pengajaran PAK Iman Kepada Anak Berdasarkan
Ulangan 6:4-9 ......................................................................................
41
Mengajarkan Tentang Mengasihi
Tuhan ...................................
41
Mengasihi
Tuhan dengan Segenap Hati......................... 43
Mengasihi
Tuhan dengan Segenap Jiwa ....................... 46
Mengasihi
Tuhan dengan Segenap Kekuatan ............. 48
Mengajarkan
Secara Berulang-ulang........................................ 50
Membicarakan
Berulang-ulang Saat di Rumah .......... 54
Membicarakan
Berulang-ulang Saat di luar rumah ..... 57
Membicarakan
Berulang-ulang Saat Berbaring ......... 59
Membicarakan
Berulang-ulang Saat Bangun . ............ 61
Mengajarkan
Melalui Tanda Pengingat .................................. 63
Membuat
Tanda Pengingat di Badan ......................... 63
Membuat
Tanda Pengingat di Tangan ................ 65
Membuat
Tanda Pengingat di Dahi ................... 67
Membuat
Tanda Pengingat di Rumah ........................ 70
Membuat
Tanda Pengingat di Pintu Rumah . .... 71
Membuat
Tanda Pengingat di Pintu Gerbang ................ 72
Kerangka Berpikir.............................................................................................. 74
Perumusan Hipotesis......................................................................................... 83
BAB
III: METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 85
Tempat dan
Waktu Penelitian .................................................. 85
Metode
Penelitian ..................................................................... 86
Populasi dan
Sampel.................................................................. 91
Teknik
Pengumpulan Data....................................................... 93
Instrumen
Penelitian .............................................................. 94
Kisi-kisi
Instrumen Uji Coba ................................................. 97
Kalibrasi
Instrumen ................................................................. 99
Validasi dan
Reliabilitasi Instrumen ....................................... 104
Instrumen
Final........................................................................ 106
Teknik
Analisa Data ................................................................ 109
BAB
IV: ANALISA DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi
Data Hasil Penelitian............................................... 115
Deskripsi
Data Jawaban Responden Tentang
Metode Pengajaran Iman kepada Anak (Y)..........
122
Deskripsi
Data Jawaban Responden Tentang
Mengajarkan tentang
Mengasihi Tuhan(D1)....... 123
Deskripsi
Data Jawaban Responden Tentang
Mengajarkan secara
berulang-ulang(D2)............. 123
Deskripsi Data
Jawaban Responden Tentang
Mengajarkan melalui Tanda
Pengingat(D3)......... 123
Pengujian
Persyaratan Analisis ............................................. 124
Uji Normalitas
Data tentang Metode
Pengajaran
Iman kepada Anak (Variabel Y).......................... 124
Uji
Normalitas Data tentang Metode Pengajaran
Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan (D1)...... 127
Uji
Normalitas Data tentang Metode
Pengajaran Mengajarkan secara berulang-ulang(D2)............ 128
Uji
Normalitas Data tentang Metode
Pengajaran Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3)......
130
Uji
Linearitas................................................................. 132
Uji
Homogenitas ......................................................... 133
Analisa Hasil
Penelitian ....................................................... 134
Uji Asumsi
Klasik ..................................................... 134
Uji
Multikolinearitas ..................................... 134
Uji Auto
Korelasi .......................................... 135
Uji
Heterokedastisitas ................................... 136
Pengujian Hipotesis
............................................................ 137
Pengujian
Hipotesis 1 (Kecenderungan Implementasi)...137 Kecenderungan Implementasi tentang...............
137
Mengajarkan
tentang Mengasihi Tuhan............. 138
Kecenderungan Implementasi
tentang
Mengajarkan secara berulang-ulang.................
139
Kecenderungan Implementasi tentang
Mengajarkan melalui Tanda
Pengingat........... 141
Kecendenmgan Implementasi
tentang
Metode Pengajaran PAK Dalam
Pertumbuhan Iman Kepada Anak
...................... 142
Pengujian
Hipotesis 2 (Uji Dominas)...................................... 144
Pengujian
Hipotesis 3 (Uji Latar Belakang) .......................... 146
Pembahasan Hasil Penelitian............................................................................ 147
Pembahasan
Hipotesis 1 (Kecenderungan Implementasi)...... 147
Pembahasan
Hipotesis 2 (Uji Dominasi) .............................. 151
Pembahasan
Hipotesis 3 (Uji Latar Belakang)..................... ...
152
BAB
V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN.................................. 156
Kesimpulan ........................................................................... 156
Implikasi ............................................................................... 161
Saran ..................................................................................... 176
Saran Secara Teoritis.................................................. 176
Saran Secara Praktis .................................................. 177
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................... 178
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 182
DAFTAR GAMBAR
2.1.Tanda Filakteria pada Tangan dan Dahi ..................................................
34
2.2. Feterin di Kening dan Dahi .................................................................... 35
2.3. Mezuzah di Kusen................................................................................... 36
2.4. Macam Variasi Mezuzah ........................................................................ 37
2.5. Mezuzah di Palang dan di Pintu ............................................................ 38
2.6. Metode pengajaran
Iman kepada Anak
................................................ 40
2.7. Kecenderungan Tingkat Implementasi Metode Pengajaran ................
78
2.8, Dimensi yang Dorninan memengarui Implementasi ............................. 80
2.9. Kategori Latar Belakang yang Dominan ............................................... 82
.1. Prediksi Metode Hubungan
Variable ....................................................... 89
4.1. Responden menurut Suku ...................................................................... 116
4.2. Responden menurut Bentuk Kekristenan .............................................. 117
4 3. Responden menurut Asal Gereja............................................................. 118
4.4. Responden menurut Jenis Kelamin......................................................... 119
4.5. Grafik Tingkat Pendidikan Responden .................................................. 120
4.6. Responden menurut Kelompok Umur.....................................................
121
4.7. Grafik Output Normalitas PP-Plot Variabel Y........................................ 125
4.8. Grafik Output Detrended Variabri Y....................................................... 126
4.9. Graf-1k Output Nonnalitas DI
.................................................................. 127
410. Grafik Output Detrended DI ................................................................. 128
411. Grafik Output Nonnalitas PP-Plot D2.................................................... 129
4.12. Grafik Output Detrended D2 ................................................................ 130
413. Grafik Output Normalitas PP-Plot D3................................................... 131
414. Grafik Output Detrended D3.................................................................. 132
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1.
Nama-nama Responden Uji Coba .........................................................
92
3.2. Telmik
Pengumpulan Data Untuk Setiap Variabel ............................. 93
3.3 Bobot
Penilaian Menurut Skala Likert.................................................... 95
3.4.
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Y............................................. 98
3.5. Hasil
Iterasi Orthogonal 1 Variabel Y .................................................... 100
3.6 Hasil
Iterasi Orthogonal 2 Variabel Y...................................................... 102
37 Hasil Uji
Coba Reliabilitas Variabel Y.................................................... 104
3.8 Indeks
Reliabilitas................................................................................... 104
3.9 Kisi-Kisi
Instrumen Penelitian Vinal .................................................... 106
3.10 Bobot
Penilaian Menurut Skala Likert ................................................ 107
3.11 Interval
Pembahasan Variabel Y......................................................... 112
4.1. Responden Menurut Suku..................................................................... 116
4.2 Responden Menurut. Bentuk Kekristenan.............................................. 117
4.3 Responden Menurut Asal Gereja............................................................. 118
4.4 Responden Menurut Jenis Kelamin....................................................... 119
4.5 Responden Menurut Pendidikan............................................................ 120
4.6 Responden Menurut Kelompok Umur................................................... 121
47 Tabel
Deskripsi Statistik ...................................................................... 122
4.8 Tabel Uji Linearitas
............................................................................ 133
4.9 Tabel Uji Homogenitas ........................................................................ 133
4.10 Hasil Uji Multikolinearitas.................................................................. 135
4.11 Hasil Uji Autokorelasi.......................................................................... 136
4.12 Hasil Uji Heterokedastisitas ................................................................ 137
4.13 Deskripsi Data Mengajarkan tentang Mengasihi ................................ 138
4.14. Deskripsi Data Mengajarkan secara Berulang-ulang ......................... 140
4.15 Deskripsi Data Mengajarkan melalui Tanda Pengingat ...................... 141
4.16 Deskripsi Data Pola Pengajaran Iman Kepada Anak........................... 143
4.17 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis 1 ..................................................... 143
4.18 Uji Dimensi yang Dominan ............................................................... 144
4.19 Uji Indikator yang Dominan .............................................................. 145
4.20 Uji Latar Belakang Dominan ............................................................. 146
5.1 Jadwal Ibadah PKP Tahun 2015 GBIS Yerusalem Baru Surabaya
...................................................................................................................... 165
5.2 Jadwal Ibadah PKW Tahun 2015 GBIS Yerusalem Baru Surabaya
...................................................................................................................... 166
5.3 Jadwal Ibadab KPR Tahun 2015 GBIS Yerusalem Baru Surabaya
.................................................................................................................... 166
5.4 Jadwal Tema Per minggu Ibadah Keluarga GBIS
Yerusalem Baru Surabaya, Tahun 2015............................................... 168
5.5 Jadwal Tema Per minggu Pengajaran Iman Kepada Anak
GBIS Yerusalem Baru
Surabaya, Tahun 2015..................................... 169
5.6 Rancangan Program Peningkatan Implementasi
Pengajaran PAK dalam
Pembentukan Iman Kepada Anak.................
169
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
2.1. Surat
Penunjukan Pembimbing Tesis ................................................... 182
2.2. Surat
Permohonan Validasi .................................................................. 182
2.3. Angket
untuk Tim Validasi .................................................................. 184
2.4. Hasil
Validasi Angket .......................................................................... 188
2.5. Surat Ijin Penelitian dan Pengumpulan Data
No.
0../Ket.BA/STTB/VIU2014
......................................................... 190
3.1.
Kuesioner Penelitian 45 Butir ............................................................ 191
3.2. Tabulasi
Data Jawaban 30 Responden 45 Butir ................................ 198
3.3. Hasil
Uji Coba Validitas 45 Butir ..................................................... 202
3.3A Hasil
Uii Coba Validitas 43 Butir ................................................... 206
3.4. 1-lasil
Uji Coba Reliabilitas 43 Butir ................................................ 210
3.5. Tabulasi
Data Jawaban 35 Responden 43 Butir ................................ 211
3.6. Biodata
35 Responden ....................................................................... 216
4.1. Hasil
Uji Normalitas .......................................................................... 218
4.2. (Ai
Linearitas ................................................................................... 223
4.3. Uji
Homogenitas ............................................................................... 226
4.4. Uji
Multikolinearitas ........................................................................ 227
4.5. Uii
Heterokedastisitas ....................................................................... 228
4.6. Uji
Autokorelasi ............................................................................... 229
4.7.
Deskripsi Data ................................................................................... 230
4.8. Uii
Hipotesis 1 (Uji Frekuensi/Kecendentnean Pemahaman) .......... 231
4.9. Uji
Hipotesis 2 (Hasil Uji Beta/Dominan) ........................................ 232
4.10. Uji
Hipotesis 3 (Kategori Latar Belakang) ...................................... 233
4.11.
Pernyataan Keaslian Tulisan ........................................................... 234
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam
bab pertama dari tesis ini memaparkan tentang: Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah.
Latar
Belakang
Fakta
menunjukkan bahwa kecerdasan orang Israel menghasilkan banyak sekali tokoh
brilian. Berikut adalah beberapa contohnya. Albert Einstein adalah seorang
ilmuwan fisika teoretis yang dipandang luas sebagai ilmuwan terbesar dalam abad
ke-20. Dia dianugerahi penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921,
karenanya ia menjadi terkenal ke seluruh dunia. David Ricardo adalah seorang
pakar ekonomi politik. Pemikiran Ricardo yang paling berpengaruh dalam ekonomi
klasik adalah teorinya mengenai keunggulan komparatif dan teori nilai. Ricardo.
adalah anak ke-3 dari 17 bersaudara, putra dari keluarga Yahudi berdarah
Portugis. Steven Allan Spielberg adalah seorang sutradara dan prothiser film
ternama keturunan Yahudi asal Amerika Serikat. Ia telah memeroleh tiga penghargaan
Oscar (Academy Award) serta satu penghargaan Kehormatan Seumur Hidup. Mark
Zuckerberg adalah pemrogram computer dan pengusaha internet. Ia dikenal karena
menciptakan situs jejaring sosial Facebook bersama temannya. Dengan hasil itu
ia menjadi pejabat eksekutif (pejabat operasi tertinggi). Karl Henrich Marx
adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari
Prusia. Ia lahir dari keluarga progresif Yahudi. Burhan mengatakan bahwa
tokoh-tokoh tersebut di atas adalah contoh orang-orang populer kaliber dunia
keturunan Yahudi. Produk-produk terkenal yang setiap hari digunakan oleh banyak
orang sebagian besar adalah produk orang itu. Orangorang itu adalah para
ilmuwan yang pemikirannya mengubah dunia, sehingga ada yang mengatakan bahwa
tiga dari empat orang Yahudi adalah doktor.[2]
Bagaimana
para orang tua Israel mengajarkan iman kepada anak, sehingga bisa cemerlang
dalam berpikir seperti itu? Apakah ada pola pengajaran tertentu yang dilakukan
oleh orang tua Israel kepada anak-anak itu? Inilah rahasianya.
Pada
umumnya di Israel, setelah seorang ibu mengetahui bahwa ia mengandung, maka ibu
tersebut akan sangat memerhatikan pola asupan makannya. Sang ibu menjadi gemar
makan kacang, kurma dengan susu, roti, salad, dan buah-buahan. Juga makan ikan
tanpa kepala sebab diyakini bahwa kepala ikan mengandung zat kimia yang akan
merusak perkembangan otak. Dan yang lebih unik lagi adalah gaya hidupnya, yaitu
sang ibu akan sering bernyanyi dan bennain piano, bersama suami rajin belajar
matematika, memecahkan soal bersama. Dimungkinkan karena pola makan dan
kebiasaan-kebiasaan yang unik itu yang menciptakan generasi yang berkualitan.[3]
Burhan mengatakan bahwa rata-rata anak-anak orang Israel bisa berbicara dalam
tiga bahasa, yaitu bahasa Ibrani, Arab, dan Inggris. Ivlereka juga sejak kecil
telah dilatih bermain musik, entah biota atau piano, sebagai sebuah kewajibati.
Menurut penelitian, belajar musik sedan kecil dapat merangsang pertumbuhan IQ.[4]
Berbeda halnya dengan para ibu anggota jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh
(GBIS) Yerusalem Baru Surabaya. Ibu-ibu di gereja ini belum melakukan seperti
apa yang dilakukan para ibu Israel yang sedang mengandung yaitu suka makan kurma, makan salad,
makan roti ataupun makan ikan tanpa kepala ataupun bernyanyi dan bermain musik.
Kebanyakan
ibu di GBIS belum konsisten melaksanakan semua itu, sehingga anak-anak yang dilahirkan tidak segenius
anak-anak orang Israel.
Dalam
menanamkan iman Kristen, Hardi Budiyana dalam bukunya mengatakan, bahwa ada
tiga unsur pengajaran di sekolah, yaitu: (1) Guru yang memenuhi tujuh kriteria
(kualifikasi) unggul, (2) Murid (anak didik) yang akan sukses dalam
pembelajaran jika memunyai motivasi yang kuat, dan (3) Materi pengajaran
Kristen yang harus bertolak dari Alkitab.[5]
Sejajar dengan pandangan Budiyana di atas, ada tiga unsur pengajaran iman di
GBIS yaitu: Pertama, guru Sekolah Minggu di Gereja pada hari Minggu dan orang
Ma pada hari-hari lainnya di rumah. Kedua, murid Sekolah Minggu yang terdiri
dari berbagai lapisan umur. Ketiga, materi pengajaran Sekolah Minggu yang
berpedoman pada buku panduan yang sudah didasarkan pada ajaran Alkitab.
Ketujuh
kriteria (kualifikasi) unggul menurut Budiyana di atas yang dimiliki guru
adalah: Pertama, bertumbuh dalam iman
kepada Kristus. Kedua, bertumbuh
dalam kehidupan Kristen. Ketiga,
bersikap positif dan memunyai semangat rohani. Keempat, memunyai pengetahuan teologi yang alkitabiah. Kelima, memunyai keahlian dalam
mengajar. Keenam, memunyai
kewaspadaan terhadap kehidupan duniawi yang jahat. Ketujuh, memiliki kesiapan mental dan fisik sebelum mengajar.[6]
Ketujuh kriteria guru yang disebutkan oleh Hardi Budiyana di atas sudah
dimiliki oleh para guru Sekolah Minggu GBIS Yerusalem Baru Surabaya, sebab
ketiga orang pengasuh Sekolah Minggunya sudah bergelar Sarjana Teologi.
Sedangkan orang tua murid sekolah Minggu umumnya belum memiliki kriteria
keempat sampai ketujuh yaitu tidak memunyai pengetahuan teologi; kriteria
kelima: tidak memunyai keahlian dalam mengajar; dan kriteria ketujuh: tidak
memiliki kesiapan mental dan fisik sebelum mengajar. Pada hal mereka selama
enam hari bersama-sama dengan anak-anak di rumah. Peter Salim menulis bahwa
guru adalah: orang yang pekerjaannya mendidik, mengajar, dan mengasuh.[7]
Kapankah
dimulainya pendidikan agama? Pendidikan agama dimulai ketika agama mulai muncul
dalam hidup manusia. Tiap agama di dunia ini mempunyai sistem
pendidikannya sendiri-sendiri. Entah bagaimana pun isi, cara dan bentuk
pendidikannya, pasti ada. Setiap agama merasa perlu mengajar anakanak mereka
tentang iman atau kepercayaan yang dimiliki, adat istiadat, dan kebaktian agama
itu. Dalam masyarakat. Isarel, sebelum anak-anak ditahbiskan menjadi anggota
penuh di dalam keluarganya, wajiblah mereka diajar dan dilatih dalam segala
teori dan praktik dalam agama Yahudi. Akan tetapi, kapankah pengajaran agama
Kristen dimulai? Pengajaran agama Kristen berpangkal pada persekutuan umat
Tuhan di dalam Perjanjian Lama. Oleh sebab itu, untuk menemukan akar-akar
pengajaran Kristen, haruslah menggali Alkitab, yang merupakan pernyataan rahasia
keselamatan Allah kepada bangsa-bangsa dan karya maha agung yang telah dialami umat Tuhan di bawah pimpinan-Nya
sepanjang sejarah hidup mereka.
Menurut
Homrighousen nenek moyang orang Israel, yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub,
masing-masing menjadi guru bagi seluruh keluarganya. Sebagai bapa-bapa dari
bangsanya, mereka bukan saja menjadi imam
yang merupakan pengantara antara Tuhan dengan umat-Nya, tetapi juga menjadi guru yang mengajarkan tentang
perbuatan-perbuatan Tuhan yang mulia itu dengan segala janji Tuhan yang membawa
berkat bagi Israel turun temurun. Tuhan telah memilih dan memanggil Abraham
dari jauh untuk melayani kehendak-Nya yang agung itu guna keselamatan umat
manusia. Bimbingan dan maksud Tuhan itu perlu dijelaskan kepada anak cucunya.
Ishak (anak Abraham) meneruskan pengajaran yang penting di atas. Kemudian
anaknya, Yakub juga menanamkan segala perkara itu ke dalam batin anak-anaknya.
Sebagai hasilnya, Yusuf menyimpan pengajaran ayahnya kemanapun ia pergi. Secara
umum janji-janji Tuhan kepada Abraham, lshak, dan Yakub itu tetap terpelihara
oleh orang Israel (bangsa Israel). Tuhan telah memasuki hidup mereka, karena
Tuhan mau memakai bangsa itu sebagai alat-Nya. Atas perintah
Tuhanlah keinsafan itu dipupuk dan diperdalam dengan jalan pengajaran kepada
tiap-tiap angkatan muda. Nabi Musa dipilih pula oleh Tuhan untuk membebaskan
umat-Nya dari penindasan. Musalah yang diangkat menjadi panglima dan
pemimpinnya, juga menjadi guru dan pemberi hukum-hukum bagi mereka. Musa
mendidik mereka di padang belantara dan mengatur pendidikan itu dengan jitu dan
tepat. Pendidikan itu dilanjutkan oleh pengganti-penggantinya. Tiap-tiap
keturunan Israel juga menyampaikan tiap pengajaran itu kepada keturunan yang
berikut. Proses ini berlangsung terus menerus beratus bahkan beribu tahun
lamanya. Pendidikan itu mulai dalam masing-masing rumah tangga dan diteruskan
dalam kebaktian-kebaktian umum dan pada pengajaran dalam Taurat Tuhan. Tuhan
Allah sendirilah yang merupakan pusat dan tujuan segala pengajaran masyarakat
Israel. Segala hal ikhwal masyarakat umum juga dipelajari dan diatur dalam
terang penyataan Tuhan.[8]
Regenerasi
iman yang terjadi dalam kehidupan Abraham, Ishak, Yakub
merupakan metode
yang tentu
diwarisi oleh orang-orang Israel. Metode yang demikian belum tercermin dengan
sempurna di antara jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Terdapat orang tua yang
telah berjuang mengajarkan iman Kristen kepada anak-anaknya sehingga terjadi
proses regenerasi iman, namun masih juga terdapat orang-orang tua yang kurang
memerhatikan aspek tersebut. Hal ini terjadi karena belum adanya buku Pedoman
Baku yang disediakan oleh Badan Pengurus Daerah Jawa Timur atau Badan Pengurus
Pusat GBIS tentang
bagaimana tiap orang tua harus mengestafetkan pengajaran iman Kristen kepada
anak-anak mereka.[9]
Akibat dan kurang lancarnya proses pendidikan iman yang terjadi diantara jemaat
GBIS muncul beberapa kasus dimana terdapat anak-anak anggota jemaat GBIS
Yerusalem Baru Surabaya yang setelah dewasa, menikah dengan orang-orang non
Kristen dan meninggalkan iman Kristennya.
Dalam
pandangan orang tua Israel, anak-anak dipandang sebagai anugerah Allah, sebab
mereka kelak akan merawat orang tua serta meneruskan nama keluarga setelah
orang tua meninggal. Namun demikian tidak banyak hak yang dimiliki oleh seorang
anak. Mereka mesti sepenuhnya taat dan melakukan apa saja yang diperintahkan
orang tua. Bahkan Yesus yang lahir di kalangan orang Israel (bangsa Israel) pun
sering menggunakan anak sebagai contoh untuk menunjukkan bahwa kuasa dan
kekuatan tidak berlaku dalam kerajaan Allah. Yang dikehendaki Allah hanyalah
ketaatan.[10]
Metode pengajaran
iman di antara anak-anak Israel terlihat menunjukkan penekanan yang tinggi pada
ketaatan anak. Banyak bagian Alkitab yang mengajarkan bahwa ketaatan dan hormat kepada orang
tua akan menghasilkan berkat dan umur panjang. Apabila dibandingkan dengan
kehidupan jemaat di GBIS Yerusalem Baru Surabaya diindikasikan bahwa belum
semua anak jemaat dapat dikategorikan sebagai anak-anak yang taat dan hormat
baik kepada orang tuanya ataupun guru Sekolah Minggu. Hal tersebut terlihat
pada saat diadakan ibadah Sekolah Minggu di Gereja masih ada anak yang ribut
dan lari-lari, walaupun sudah berulang-ulang ditegur oleh guru Sekolah Minggu
dan orang tuanya.[11]
Menurut
Rowley, Shema (pengakuan iman orang Israel) yang terdapat dalam Ulangan 6:4-5
yang dikutip oleh Yesus ketika la ditanya, "Hukum manakah yang
terutama dalam kitab Taurat (Mrk 12: 28-34)”[12]
berbunyi,
"Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita,
TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu" (UI 6:4-5, TB).
"Saudara-saudara, ingatlah! Hanya TUHAN, dan TUHAN saja Allah kita! Hanya
... Allah kita, atau TUHAN, Allah kita, TUHAN itu Esa. Cintailah TUHAN Allahmu
dengan sepenuh hatimu: Tunjukkanlah itu dalam cara hidupmu dan dalam
perbuatanmu" (BIS)
Sehubungan
dengan hal shema tersebut di atas, nampaknya masih ada orang tua anggota jemaat
GBIS Yerusalem Baru Surabaya yang belum mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati.
Hal tersebut tercermin dari cara hidup mereka dan dalam perbuatan mereka. Sebab
kenyataan, masih ada anggota jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya yang datang
terlambat beribadah pada hari Minggu dan doa malam pada hari Jumat, bahkan ada
jemaat yang baru tiba di gereja menjelang khotbah dimulai. Menurut Sijabat,
untuk menentukan metode
pengajaran harus berpikir tentang hal-hal yang menyangkut: siapa anak didik
yang dihadapi, apa tujuan pembelajarannya, serta bagaimana cara mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Amy Chua dalam bukunya Cara Mendidik Anak Agar Sukses
ala China, percaya bahwa anaknya mampu menjadi murid terbaik dan pencapaian di
sekolah mencerminkan keberhasilan dalam membesarkan anak.[13]
Terkait dengan pola pengajaran, para orang tua di GBIS Yerusalem Baru Surabaya sepertinya belum melaksanakan metode mengajar yang
tepat seperti yang diajarkan dalam Alkitab. Hal itu mungkin disebabkan karena
kesibukan orang tua mencari nafkah (bekerja), sehingga orang tua kurang
memerhatikan tentang pilihan pola mengajar yang diterapkan kepada anak.
Kesibukan orang tua menyebabkan anak-anak kurang waktu untuk membangun hubungan
yang berkualitas dengan ()rang tua. Disinyalir, bahwa ada anggota jemaat yang
sebelum anak-anak bangun, ayahnya sudah berangkat bekerja dan saat pulang
anak-anak sudah tidur. Dengan demikian kurang kesempatan berinteraksi antara
ayah dan anak. Kurangnya intensitas interaksi tersebut menyebabkan banyak orang
ma yang tidak berkesempatan mengajarkan syema
ataupun pengajaran iman Kristen dengan baik kepada anakanak.
Gereja
merupakan agen utama dalam mengajarkan pendidikan agama Kristen. Inilah fungsi
gereja: Gereja terpanggil untuk beribadah, memberitakan
Firman,
melaksanakan sakramen, memelihara kesatuan dan identitasnya sebagai gereja.
Gereja memuliakan Allah dengan menempatkan Dia sebagai pusat, dasar dan kuasa
hidup umat. Gereja memuliakan Allah melalui persek-utuan (koinonia) di antara umat di mana disiplin, kekudusan hidup dan
karunia-karunia rohani menjadi nyata. Gereja memuliakan Allah melalui
kesaksiannya (marturia) yang mencakup
pekabaran Injil ke seluruh dunia dan mengajar umat serta dunia tentang
ajaran-ajaran Tuhan, pelayanan sosial (diakonia)
serta pemberitaan tentang keadilan dan kebenaran Allah.[14]
Fungsi gereja yang ideal tersebut tidak sebanding dengan aplikasinya apabila
dikaitkan dengan pengajaran iman Kristen oleh orang tua kepada anak-anak.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Pdt. Rudianto (Gembala Sidang di GBIS bahwa, “GBIS Yerusalem
Surabaya belum memiliki pola atau pedoman pelaksanaan untuk melakukan
pengajaran iman dari orang tua kepada anak-anaknya.”[15]
Sebagai akibat fokus gereja kepada bidang koinonia,
marturia dan diakonia, maka
gereja kurang memerhatikan usaha membentuk metode penanaman iman kepada
orang tua, dan metode
penanaman iman dari orang tua kepada anak-anak. Pada hal Tuhan sudah berfirman
kepada setiap orang tua melalui nabi Musa dalam Ulangan 6:4-9 tentang bagaimana
seharusnya setiap orang tua menanamkan iman kepada anak-anak, dan ayat itu jugs
menjadi salah satu pedoman setiap orang tua Kristen dalam mengestafetkan iman
Kristen kepada anak-anak. Karena menurut pengamatan sementara oleh peneliti,
gereja belum berfokus pada
metode
pengestafetan iman menurut firman Allah ini, maka hal itu peneliti jadikan
topik utama dalam penelitian ini.
Gereja
Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Surabaya
mulai dengan penginjilan kepada orang-orang yang terbuang (tidak diperhatikan)
oleh masyarakat, yaitu kelompok pengamen jalanan, pemulung, pengemis, buruh
pabrik, dan gelandangan yang hidup di kolong jembatan. Melihat kehidupan
seperti itu tergeraklah hati mahasiswa STT Solagracia Surabaya untuk
mendoakan dan menginjili orang-orang
itu. Karena hidup mereka di dunia sengsara, apalagi di akhirat kelak kalau
tidak punya Tuhan Yesus akan lebih sengsara lagi. Bertitik tolak dari visi yang
sederhana itu beberapa orang bersama dengan mahasiswa sekolah Tinggi Teologi
Solagracia
membentuk team penginjilan kepada kelompok yang terabaikan itu.
Kelahiran Gereja Bethel
Injil Sepenuh diawali dengan keluarnya Pdt. F.G Van Gessel dengan beberapa
pendeta lainnya dari GPDI dan membentuk Badan Persekutuan Gereja Bethel Injil
Sepenuh (GBIS) di Surabaya pada tanggal 21 Januari 1952. GBIS
lahir dari satu kerinduan untuk mendapatkan kembali gereja, bukan hanya sekedar sebagai satu organisasi gereja, namun juga
sebagai organisme, bersifat otonom dan memiliki
jiwa fellowship. Sejak kelahirannya, GBIS telah berkembang demikian
cepatnya, sehingga dalam waktu 15 tahun telah memiliki kira-kira 450 mata
jemaat dengan 70.000
anggota yang tersebar di seluruh persada Nusantara. Sehingga dapat dikatakan,
saat itu GBIS telah menjadi organisasi Pentakosta tebesar ke-2 se Indonesia
setelah GPdI.[16] Ditinjau dari sejarah berdirinya gereja dan perkembangannya saat ini
dapatlah dipahami bila GBIS Yerusalem Baru Surabaya memiliki jemaat dengan
latar belakang yang beragam, baik latar belakang suku, bentuk kekristenan,
geraka asal, jenis kelamin, pendidikan, usia dan lain-lain. Adapun kegiatan
Gereja yang dilakukan di GBIS selama sepekan adalah : Ibadah Raya pada hari
Minggu jam 07.00 pagi, Ibadah Sekolah Minggu jam 09.30 pagi, dan Ibadah Kaum Muda
dan Remaja hari Minggu 10.00 pagi. Ibadah kaum pria pada
hari Jumat ke 2
& 4 jam 19.00, Ibadah kaum Wanita hari
Senin jam 17.00,
dan Ibadah Doa Malam, hari Jumat ke 1 & 3 jam 18.00.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang diuraikan di was maka dikemukakan identifikasi masalah
sebagai berikut:
Pertama,
Ibu-ibu di GBIS tidak melakukan seperti apa yang dilakukan para ibu Israel yang
sedang mengandung yaitu suka makan kurma, makan salad, makan roti ataupun makan
ikan tanpa kepala ataupun bernyanyi dan bermain
musik. Kebanyakan ibu di GBIS belum konsisten melaksanakan semua itu, sehingga
anak-anak yang dilahirkan tidak segenius anak-anak orang Israel. Dengan
demikian timbul pertanyaan "Bagaimana pola pengajaran orang tua Israel
kepada anak-anak mereka sehingga anak-anak bangsa Israel begitu jenius yang
bisa diadopsi oleh para orang tua di GBIS Yerusalem Baru Surabaya?
Kedua,
orang tua murid sekolah Minggu di GBIS umumnya tidak memiliki semua kriteria
(Ketujuh kriteria) unggul meriting Budiyana, keempat sampai ketujuh yaitu tidak
memunyai pengetahuan teologi; kriteria kelima: tidak memunyai keahlian dalam
mengajar; dan kriteria ketujuh: tidak memiliki kesiapan mental dan fisik
sebelum mengajar. Pada hal mereka selama enam hari bersamasama dengan anak-anak
di rtunah. Peter Salim menulis bahwa guru adalah: orang yang pekerjaannya
mendidik, mengajar, dan mengasuh. nampaknya para orang tua GBIS Yerusalem Baru
belum memenuhi syarat itu. Sehingga timbul pertanyaan Pengajaran mana (pola
mengajar orang tua sebagai guru, motivasi anak sebagai murid, atau materi
pelajaran Pendidikan Agama Kristen) yang dominan dalam menghasilkan anak agar
jenius?"
Ketiga,
Metode
pengajaran iman kepada anak tidak tercermin dengan sempurna di antara jemaat
GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Terdapat orang tua yang telah berjuang mengajarkan iman Kristen kepada
anak-anaknya sehingga terjadi proses regenerasi iman, namun masih juga terdapat
orang- orang tua yang kurang memperhatikan aspek tersebut. Hal ini terjadi
karena belum adanya buku Pedoman Baku yang disediakan oleh Badan Pengurus
Daerah Jawa Timur atau Badan Pengurus Pusat GBIS tentang bagaimana tiap orang
tua harus mengestafetkan pengajaran iman Kristen kepada anak-anak mereka."
Akibat dari kurang lancarnya proses pendidikan iman yang terjadi di antara
jemaat GBIS
muncul
beberapa kasus di mana terdapat anak-anak anggota jemaat GBIS Yerusalem Baru
Surabaya yang setelah dewasa, menikah dengan orang-orang non Kristen dan
meninggalkan iman Kristennya. Dengan demikian timbul pertanyaan:
"Bagaimana kecenderungan tingkat implementasi pola pengajaran iman kepada
anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru.
Keempat,
Apabila dibandingkan dengan kehidupan jemaat di GBIS Yerusalem Baru Surabaya
diindikasikan bahwa tidak semua anak jemaat dapat dikategorikan sebagai
anak-anak yang twat dan hormat baik kepada orang tuanya ataupun guru Sekolah
Minggu. Hal tersebut terlihat pada saat diadakan ibadah Sekolah Minggu di
Gereja masih ada anak yang ribut dan lari-lari, walaupun sudah berulang-ulang
ditegur oleh guru Sekolah Minggu dan orang tuanya. Dengan demikian timbul
pertanyaan: "Bagaimanakah jemaat GBIS tentang anak-anak mereka?"
Kelima,
Terkait dengan metode
pengajaran, para orang tua di GBIS Amanat Agung Surabaya sepertinya tidak
melaksanakan pola mengajar yang tepat seperti yang diajarkan dalam Alkitab. Hal
MI mungkin disebabkan karena kesibukan orang tua mencari natkah (bekerja),
sehingga orang tua kurang memerhatikan tentang pilihan metode mengajar yang
diterapkan kepada anak. Kesibukan orang tua menyebabkan anak-anak kurang waktu
untuk membangun hubungan yang berkualitas dengan orang tua. Disinyalir, bahwa
ada anggota jemaat yang sebelum anak-anak bangun, ayahnya sudah berangkat
bekerja dan saat pulang anak-anak sudah tidur. Dengan demikian kurang
kesempatan berinteraksi antara ayah dan anak. Kurangnya intensitas interaksi
tersebut menyebabkan banyak orang tua yang tidak berkesempatan mengajarkan
syema ataupun pengajaran iman Kristen dengan baik kepada anak-anak. ). Dengan
demikian timbul pertannyaan: "Bagaimanakah materi pengajaran yang diberikan oleh para orang tua GBIS
Yerusalem Surabaya Surabaya
kepada anak-anak mereka"?
Keenam,
Fungsi gereja yang ideal tersebut tidak sebanding dengan aplikasinya apabila
dikaitkan dengan pengajaran iman Kristen oleh orang tua kepada anak-anak.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Pdt. Rudianto (Gembala Sidang di GBIS bahwa,
GBIS Yerusalem Baru Surabaya belum memiliki metode atau pedoman
pelaksanaan untuk melakukan pengajaran iman dari orang tua kepada
anak-anaknya." Sebagai akibat fokus gereja kepada bidang koinonia, marturia dan diakonia, maka gereja kurang
memerhatikan usaha membentuk metode penanaman iman kepada orang tua, dan metode penanaman iman
dari orang tua kepada anak-anak. Karena menurut pengamatan sementara oleh
peneliti, gereja belum berfokus pada pola pengestafetan iman menurut firman
Allah ini, maka hal itu peneliti jadikan topik utama dalatn penelitian ini.
Dengan demikian timbul pertanyaan: "Dimensi apakah yang paling dominan
memengaruhi implementasi pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Kitab
Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Surabaya?"
Keiujuh,
Ditinjau dari sejarah berdirinya gereja dan perkembangannya saat ini dapatlah
dipahami bila GBIS Yerusalem Surabaya memiliki jemaat dengan latar belakang
yang beragam, baik latar belakang suku, bentuk kekristenan, gereja asal, jenis
kelamin, pendidikan, usia, dan lain-lain. Sehingga timbul pertanyaan
"Kategori latar belakang apakah yang dominan mempengaruhi implementasi
pengajaran PAK dalam
pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab
Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Surabaya
Batasan
Masalah
Melalui
uraian yang terdapat pada Latar Belakang Masalah dan Indentifikasi Masalah di
atas, maka peneliti perlu melakukan pembatasan masalah penelitian. Pembatasan
masalah penelitian bertujuan menghindari pembahasan dan penelitian yang meluas.
Dari tujuh identifikasi tersebut di atas peneliti memilih nomor 3, 6 dan 7 yang
berbunyi:
Ketiga, Metode pengajaran PAK dalam pembentukan
iman kepada anak belum tercermin dengan sempuma di antara jemaat GBIS Yerusalem
Surabaya . Terdapat orang tua yang telah beijuang mengajarkan iman Kristen
kepada anak-anaknya sehingga terjadi proses regenerasi iman, namun masih juga terdapat
orang- orang tua yang kurang memerhatikan aspek tersebut. Hal ini terjadi
karena belum adanya buku Pedoman Baku yang disediakan oleh Badan Pengurus
Daerah Jawa Timur atau Badan Penguins Pusat GBIS tentang bagaimana bap orang
tua harus mengestafetkan pengajaran iman Kristen kepada anak-anak mereka."
Akibat dari kurang lancarnya proses pendidikan iman yang terjadi di antara
jemaat GBIS muncul beberapa kasus di mana terdapat anak-anak anggota jemaat GBIS Yerusalem Baru
Surabaya yang setelah dewasa, menikah dengan orang-orang non Kristen dan
meninggalkan iman Kristennya. Dengan demikian timbul pertanyaan:
"Bagaimanakah kecenderungan tingkat implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan
iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru
Surabaya?"
Keenam,
Fungsi gereja yang ideal tersebut tidak sebanding dengan aplikasinya apabila
dikaitkan dengan pengajaran iman Kristen oleh orang tua kepada anak-anak.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Pdt. Rudiasnto Kusumo (Gembala Sidang di
GBIS) bahwa, "GBIS Yerusalem Baru Surabaya belum memiliki Metode
atau pedoman pelaksanaan untuk melakukan pengajaran iman
dari orang tua kepada anak-anaknya." Sebagai akibat fokus gereja kepada
bidang koinonia, marturia dan diakonia, maka gereja kurang memperhatikan usaha
membentuk metode
penanaman iman kepada orang tua, dan metode penanaman iman dari orang tua kepada
anak-anak. Karena menurut pengamatan sementara oleh peneliti, gereja belum
berfokus pada pola pengestafetan iman menurut firman Allah ini, maka hal itu
peneliti jadikan topik utama dalam penelitian ini. Dengan demikian timbul
pertanyaan: "Dimensi apakah yang paling dominan memengaruhi implementasi
pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat
GBIS Yerusalem Baru?"
Ketujuh,
Ditinjau dari sejarah berdirinya gereja dan perkembangannya saat ini dapatlah
dipahami bila GBIS Yerusalem Baru memiliki jemaat dengan latar belakang yang
beragam, baik latar belakang suku, bentuk kekristenan, gerja asal, jenis
kelamin, pendidikan, usia, dan lain-lain. Sehingga timbul pertanyaan
"Kategori latar belakang apakah yang dominan memengaruhi implementasi pola
pengajaran iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat
GBIS Yerusalem Baru?"
Rumusan
Masalah Penelitian
Berdasarkan
latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, maka
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kecenderungan tingkat Implementasi Pengajaran
Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan
Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya?
2. Dimensi apakah yang paling dominan
mempengaruhi Implementasi
Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam
Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja
Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya?
3. Kategori latar belakang apakah Implementasi Pengajaran
Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan
Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya?
Penjelasan
Istilah
Tesis
ini berjudui "Implementasi Pengajaran PAK dalam Pembentukan Iman kepada
Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem
Baru." Penjelasan Istilah berikut adalah usaha untuk memberikan kesamaan
persepsi tentang masalah yang diteliti.
Pertama,
"kata bagaimana" pengertian bagaimana menurut kamus bahasa Indonesia
kontemporer adalah kata tanya yang menanyakan keadaan, hal, cara dan
sebagainya.[17]
dengan pertanyaan ini membutuhkan jawaban dalam bab kesimpulan.
Kedua,
"kecenderungan tingkat implementasi" pengertian kecenderungan menurut
kamus umum bahasa Indonesia adalah kecondongan sedangkan istilah
"Implementasi" artinya adalah pelaksanaan; penerapan.[18]
Maksudnya kecondongan implementasi pola pengajaran iman di GBIS apakah
cenderung rendah, sedang atau tinggi.
Ketiga,
istilah "Pengajaran
PAK" adalah seperangkat kegiatan yang digunakan untuk
menolong seorang beriman, agar dapat melaksanakan Amanat Agung dengan
menjadikan orang murid dan mengembangkan pembuat murid melalui suatu rencana
pemahaman Fiman
Tuhan secara pribadi.[19]
Maksud dalam tesis ini adalah implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman Kristen
oleh orang tua anggota jemaat GBIS Yerusalem Baru
Keempat,
istilah "Kepada Anak" artinya keturunan kedua.[20]
Maksudnya adalah Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman
Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil
Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya yang dilaksanakan oleh para orang tua kepada
anak-anak mereka.
Kelima,
"Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9" Menurut Frances Blankenbaker yang
dimaksud "kitab ulangan" adalah kitab kelima dari Alkitab, dan kitab
kelima pula dari lima kitab Taurat dalam
Perjanjian Lama.[21]
Maksudnya adalah dasar implementasi pola Pendidikan Agama Kristen iman Kristus
oleh para orang tua kepada anak-anak mereka didasarkan pada kitab ulangan 6
mulai ayat 4-9.
Keenam,
“Diantara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya” GBIS adalah singkatan dari
Gereja Gethel Injil Sepenuha yang berkedudukan di Jalan Wonorejo IV No. 58-62
Surabaya. Para orang tua dari jemaat Gereja ini yang menjadi objek penelitian
tesis ini.
Ketujuh,
istilah "Dimensi mana dari variabel independen" Menurut Jainal Mustafa EQ, dimensi adalah merupakan
himpunan dari pertikular-pertikular yang disebut indicator. "sedangkan,
Variabel Independen (independen variable)" adalah suatu variabel yang
variasi nilainya akan memengarui nilai variabel yang lain.[22]
Dalam tesis ini veriabel bebas ada tiga yaitu: mengajarkan tentang mengasihi
Tuhan; mengajarkan secara berulang-ulang dan mengajarkan melalui tanda
pengingat.
Kedelapan,
yang paling dominan memengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pemebntukan iman Kristus, pengertian
"Dominan" Menurut Peter Salim dan Yenny Salim.
Dominan
adalah sangat menentukan; berpengaruh kuat; dan "memengaruhi" adalah:
berpengaruh pada; melakukan pengaruh.[23]
Kesembilan,
Kategori latar belakang" menurut kamus bahasa Indonesia kontemporer
"kategori" adalah kelompok; golongan; sedangkan "Latar
Belakang" adalah hiasan; motif; keterangan tentang suatu peristiwa untuk
melengkapi informasi.[24]
Jadi
berdasarkan penjelasan istilah di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
bagaimana kecondongan pelaksanaan/ penerapan seperangkat kegiatan yang
digunakan untuk menolong seorang beriman, agar dapat melaksanakan Amanat Agung
dengan menjadikan orang murid dan mengembangkan pembuat murid melalui suatu
rencana pemahaman Finnan Tuhan secara pribadi Kepada keturunan kedua
Berdasarkan kitab kelima dari Alkitab, dan kitab kelima pula dari lung kitab
Taurat dalam Perjanjian Lama di antara Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh yang
berkedudukan di Jalan Wonorejo IV No. 58-62 Surabaya himpunan dari
pertikular-pertikular yang disebut indikator apakah dan variabel yang variasi
nilainya akan memengaruhi nilai variabel yang lain yang paling/sangat
menentukan berpengaruh pada kelompok dan motif tentang suatu peristiwa untuk
melengkapi informasi.
Tujuan
Penelitian
Sesuai
dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka secara rinci penelitian ini
bertujuan:
1. Untuk mengetahui kecenderungan tingkat
Pengajaran
Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan
Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya.
2. Untuk mengetahui dimensi Pengajaran Pendidikan
Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan
6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya.
3. Untuk mengetahui kategori Pengajaran Pendidikan
Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan
6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya.
Kepentingan
Penelitian
Kepentingan
penelitian dibedakan menjadi kepentingan teoritis dan kepentingan praktis.
Kepentingan
Teoritis
1. Secara teoritis, penelitian ini
diharapkan dapat memberi kontribusi pemikiran, khususnya pada mata kuliah
Metode Pembelajaran dan Pendidikan Anak dan Pendidikan Agama Kristen umumnya.
2. Bagi ilmu Pendidikan, pembahasan dan
hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan khusus tentang
prinsip-prinsip penting yang diperlukan dalam hal proses penanaman iman oleh
setiap orang ma Kristen kepada anakanak mereka secara alkitabiah turun temurun= sampai
selama-lamanya.
Kepentingan
Praktis
Secara
praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi anggota jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya khususnya
dan para orang tua Kristen umumnya tentang prinsip-prinsip penting yang
diperlukan dalam hal proses penanaman iman Kristen oleh setiap orang tua
Kristen kepada anak-anaknya.
1.
Bagi anggota
jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, sebagai masukan dalam meningkatkan
kedewasaan rohani setiap orang tua Kristen, terutama di dalam pemahaman yang
benar dan dalam mengestafetkan iman Kristen yang membutuhkan kesadaran tinggi
serta
keseriusan dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan.
2.
Bagi para
pendidik Kristen, sebagai masukan dan refleksi agar melaksanakan proses
pendidikan menggunakan metode
pembelajaran yang alkitabiah namun efektif dan efesien dalam mewujudkan
pendidikan iman Kristen kepada anakanak seperti yang diajarkan oleh finnan
Tuhan. Di samping itu para pendidik kiranya dapat berusaha keras untuk merelevansikan
materi pengajaran iman sesuai Alkitab dengan metode pengajaran yang
tepat, sehingga akan memeroleh hasil lebih nyata.
BAB
II
LANDASAN
TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PERUMUSAN
HIPOTESIS
Dalam
Bab II ini peneliti mengadakan eksplorasi terhadap literatureliteratur yang
memuat pokok pikiran yang bertalian dengan isi tesis. Dalam hal ini, library research merupakan faktor yang
sangat penting dalam penulisan sebuah tesis. Sugiyono menyatakan bahwa landasan
teori merupakan ciri penelitian sebagai bukti cara ilmiah untuk mendapatkan
data. Fungsi teori ini untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup
(konstruk) variabel yang akan diteliti, untuk merumuskan hipotesis dan menyusun
instrumen penelitian.[25]
Pembahasan pada BAB II ini akan menguraikan tiga bagian yaitu: landasan teori,
kerangka berfikir, dan pengaivan hipotesis.
Landasan
Teori
Tinjauan
tentang Kitab Ulangan
Kitab
Ulangan terutama terdiri atas empat amanat Musa kepada bangsa Israel ketika
mereka berkemah di dataran Moab beberapa mil sebelah Timur Sungai Yordan, agak
ke sebelah utara dari ujung utara Laut Mati. Amanat-amanat ini diberikan
bertunit-turut pada 1:5; 5:1; 27:1; dan 29:1. Kata "Ulangan" (Deuteronomy) berasal dari dua kata
Yunani yang berarti "hukum kedua" dan istilah ini digunakan dalam
pengertian sebuah pengulangan hukum yang sebelumnya telah diberikan dalam
Pentatekh.[26]
Waktu
Penulisan Kitab Ulangan
Waktu
penulisan antara 1410 dan 1395 sM. Kisah yang dicatat di pasal ini terjadi pada
tanggal 1 bulan ke-1 1 tahun ke- 40 perjalanan orang Israel dari tanah Mesir. (1407 SM). Namun
demikian Howard berkeyakinan bahwa kitab ini ditulis pada tahun 1400 sM,
setelah bangsa Israel keluar dari tanah Mesir pada tahun 1450 sM. Tempat
penulisan kitab ini juga dengan jelas diungkapkan dalam pasal 1:5, yaitu di
tanah Moab. Di dataran dekat sungai Yordan di Moab (batas timur Yerikho). Tidak
ada alasan untuk meragukan bahwa sebagian besar bahan didapat langsung dari
Musa sendiri. Pendapat bahwa seluruh kitab ini dibuat selama masa reformasi
Hizkia atau Yosia, atau bahkan setelah masa pengasingan tidak dapat didukung,
karena tidak ada isi kitab yang berhubungan dengan tradisi Raja Daud atau Bait
Allah; kedua fakta ini amat penting di kemudian Mari. Pada kenyataannya pola
hidup yang digambarkan cocok dengan latar belakang kehidupan bangsa Israel
sebelum adanya kerajaan. Namun demikian, rupanya telah terjadi beberapa
penyuntingan dan penyusunan kembali sehingga sangat sukar untuk menentukan
kapan akhirnya kitab itu diterbitkan. Contoh-contoh perjanjian dan
prinsip-prinsip yang terdapat dalam Keluaran sering dikemukakan secara berbeda
di dalam Ulangan. Mungkin hal ini dilakukan untuk memenuhi situasi yang
berbeda, tetapi andaikata uraian itu disesuaikan untuk kebutuhan zaman yang
kemudian, itu tidak berarti bahwa seluruh isi kitab didasarkan pada bahan-bahan
dari Musa.
Kitab
2 Raja-Raja bercerita tentang pembaruan penting di Israel pada tahun 621 sM (2
Raj 22-23). Pada waktu Bait Allah di Yerusalem sedang diperbaiki, para pekerja
menemukan sebuah gulungan Taurat. Ketika Yosia, raja Yehuda, mendengar isi
Kitab itu, ia merobek-robek pakaiannya karena sedih dan memanggil semua
pemimpin bangsa. Yosia menyadari bahwa bangsanya sudah tidak mematuhi hukum
TUHAN. Jadi, ia memerintahkan agar diadakan pembaruan-pembaruan berdasarkan
kitab hukum itu, meliputi penghancuran dan pembakaran semua mezbah,
tempat-tempat pemujaan, dan tempat-tempat tinggi untuk memuja ilah-ilah selain
TUHAN Allah Israel. Banyak pakar percaya bahwa kitab hukum yang ditemukan itu
adalah Kitab Ulangan, atau setidaknya bagian tengahnya (Ul. 12-26).
Tidak
jelas dari mana asal kitab hukum itu dan bagaimana sampai tersimpan di dalam
Bait Allah. Beberapa penafsir berpendapat bahwa tulisantulisan keno itu dibawa
ke Yerusalem oleh para imam keturunan Lewi yang melarikan diri dari
penganiayaan Asyur di utara semasa pemerintahan Manasye (687-642 sM). Meski
banyak dari bahan kitab itu mungkin berasal dari zaman Musa, kitab Ulangan
dalam bentuknya yang sekarang ini, mungkin ditulis oleh para ahli kitab yang hidup.
Penulis
Kitab Ulangan
Musa
adalah penulis Kitab Ulangan (Ul. 31:9, 24-26; Bil. 4: 44-46) (namun
kemungkinan Yosua yang mencatat kematian Musa pada pasal 34) dan diwariskan
kepada Israel sebagai dokumen perjanjian untuk dibacakan selunihnya di hadapan
seluruh bangsa setiap tujuh tahun (Ul. 31:10-13). Musa mungkin menyelesaikan
penulisan kitab ini menjelang kematiannya sekitar tahun 1405 sM. Bahwa Musa
menulis kitab ini ditegaskan oleh:
(1) Pentateukh Samaria dan Yahudi, (2) para penulis PL (mis Yos.
1:7; 1 Rj. 2:3; 2 Rj 14:6; Ezr 3:2; Neh 1:8-9; Dan 9:11) (3) Yesus (Mat 19:7sM
9; Yoh 5:47) dan penulis PB yang lain (Kis 3:22-23; Rm 10:19). (4) para
cendekiawan Kristen zaman dahulu, (5) cendekiawan konservatif masa kini, dan
(6) bukti di dalam kitab Ulangan sendiri (mis. kesamaan susunan dengan
bentuk-bentuk perjanjian yang ditulis pada abad ke-15 SM). Kisah kematian Musa
(U1 34:1-12), sudah pasti ditambahkan segera sesudah peristiwa itu terjadi
(sangat mungkin oleh Yosua) sebagai penghargaan yang layak bagi Musa, hamba
Tuhan itu.[27]
Kitab
Ulangan disajikan sebagai perkataan-perkataan terakhir Musa kepada generasi
Israel yang siap memasuki tanah yang dijanjikan. Secara tradisional Musa
dipandang sebagai penulis kitab Ulangan, bentuk final kitab itu juga menerapkan
tradisi-tradisi Musa dan hukum itu dalam situasi keagamaan dan politik pada
masa yang lebih kemudian. Hal itu dilakukan dengan dua cara. Pertama, Israel
bisa memakai pesan kitab Ulangan untuk menilai kesuksesan atau kegagalan mereka
sebagai bangsa: Mematuhi ketentuan-ketentuan dalam perjanjian Allah dengan
Israel akan membuahkan keberhasilan; sebaliknya ketidaktaatan akan membuahkan
kematian dan kehancuran. Kedua, dalam seiuruh kitab itu benilang kali
ditegaskan bahwa Allah telah memiliii Israel karena 'kasih-Nya. Sebagai
gantinya, Israel seharusnya mengasihi Allah dan setia kepada
ketentuan-ketentuan dalam perjanjian Allah dengan mereka.[28]
Tujuan
Penulisan Kitab Ulangan
Denis
Green menjelaskan bahwa tujuan penulisan kitab Ulangan adalah: menganjurkan
umat Israel agar beriman dan taat, memperingatkan mereka tentang bahaya
penyembahan berhala dan kemurtadan, dan tentang hukum-hukum yang akan menimpa
bangsa yang meninggalkan prinsip-prinsip perjanjian Sinai. Tujuan utama sejak
keluar dari Mesir yaitu masuk tanah Kanaan.[29]
Sebelum menyerahkan kepemimpinan kepada Yosua untuk penaklukan Kanaan, maksud
Musa mula-mula ialah untuk menasehati dan mengarahkan angkatan Israel yang
baru, tentang (1) Perbuatan-perbuatan perkasa dan janji-janji Allah. (2) Kewajiban
mereka bertalian dengan perjanjian untuk beriman dan taat. (3) Perlunya
mereka menyerahkan
diri untuk takut kepada Tuhan, hidup di dalam kehendaknya serta mengasihi dan
menghormati Dia dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan mereka.[30]
Kitab
Musa yang kelima ini berbeda dengan empat kitabnya yang lain, sebagaimana Injil
Yohanes berbeda dengan tiga Injil Sinoptis. Baik kitab Ulangan maupun Injil
Yohanes, berisi banyak hal baru yang penting dan menyajikan percakapan atau
amanat penting dari Musa dan Tuhan Yesus (Yoh. 13-17) pada akhir kehidupan
jasmani mereka. Kedua kitab ini menekankan perlunya mengasihi Allah dan
melayani Dia dengan setia. Setelah empat dasawarsa mengembara di Padang Gurun;
Musa ingin sekali menantang generasi muda untuk mengikut Tuhan dengan segenap
hati mereka. Sekarang, setelah orang tua mereka meninggal dunia selama
pengembaraan di Padang Gurun, Musa memperbaharui perjanjian yang diikat tua-tua
mereka di Gunung Sinai dan benisaha memberi dorongan dan peringatan kepada
mereka yang sungguh-sungguh akan menduduki Tanah Pejanjian. Suatu kesempatan
besar sudah terbentang di hadapan mereka, tetapi ada juga bahaya-bahaya yang
dapat menyebabkan bangsa ini menjauhkan diri dari Allah.
Selanjutnya Charles F. Pfeiffer menjelaskan bahwa:
Mereka perlu komitmen yang sama
yang sudah diucapkan oleh orang tua mereka di Gunung Sinai bersama dengan catatan ketaatan yang lebih baik. Mengingat apa
yang baru terjadi di dataran Moab
(bdg. Bil. 25:1-9), generasi baru ini rupanya juga mudah memberontak terhadap Allah. Pada waktu Musa mendaki
Gunung Nebo, tempat ia mati
dan dikuburkan oleh Tuhan sendiri, Yosua menggantikan dia sebagai pemimpin bangsa. Yosua yang ditugaskan oleh Musa dan
"penuh dengan Roh kebijaksanaan,"
sudah dipersiapkan dengan baik untuk memainkan peranannnya yang baru (34:9). tetapi karena dikuatkan oleh
Tuhan, Yosua diyakinkan bahwa dia
akan memimpin Israel memasuki Tanah Pejanjian (31:23).[31]
Kalangan sarjana Kristen ortodoks masa kini bergabung dengan kalangan Kristen
yang lebih tua dan tradisi Yahudi dalam menerima pernyataan Kitab Ulangan sendiri bahwa kitab ini merupakan salain
perpisahan dan nasihat seremonial
terakhir dari Musa kepada jemaat Israel di dataran Moab. Dalam Ulangan
31:9; 2 Raj 24 dikatakan bahwa Musa menulis dan juga mengucapkan "perkataan hukum Taurat itu". Seorang
pejabat teokratis, sangat mungkin, telah melengkapi dokumen ini dengan mencatat kematian Musa (ps. 34) dan
mungkin juga nyanyian kesaksian Musa (ps 32) serta wasiatnya (ps. 33). Mungkin
pejabat ini juga menambahkan beberapa
unsur kerangka singkat tertentu ke dalam dokumen hukum ini.
Kesatuan dan keaslian kitab ini sebagai basil kaiya Musa
dipastikan melalui kesesuaian
yang mencolok dari struktur kitab ini dengan struktur jenis perjanjian yang dikeluarkan oleh penguasa dalam bentuk
klasik pertengahan kedua seribu tahun sM. Pentingnya hukum. Taurat adalah
sebuah tema kunci dalam kitab Ulangan.[32]
Tujuan Kitab Ulangan adalah menyampaikan suatu ringkasan hokum yang telah
diberikan dalam Kitab Keluaran dan Imamat demi kepentingan generasi yang telah
dibesarkan di padang gurun, supaya mereka dapat dipersiapkan untuk memasuki
tanah Kanaan.[33]
Kitab Ulangan mengacu kembali pada apa yang telah
dikerjakan TUHAN. Perkataan Musa mengarah ke depan dan menjadi pengajaran bagi
generasi mendatang. Perjanjian Allah dengan umat Israel yang dicatat dalam
kitab itu menjadi dasar dan pendahuluan bagi sejarah Israel yang tercatat dalam
kitab Yosua, Hakim-hakim, 1 dan 2 Samuel, 1 dan 2 Raja-raja.
Garis Besar Kitab Ulangan
Garis besar isi Kitab Ulangan dibagi dalam lima bagian
besar, terutama berdasarkan pidato-pidato Musa:
" Pendahuluan (1:1-5)
Pidato Pertama: Musa Mengulas Kejadian Masa Lampau
(1:6-4:43)
Kesetiaan Allah di Gurun (1:6-3:29)
Seruan untuk Mendengarkan Firman TUHAN (4:1-43)
Pidato Kedua: Musa Menyampaikan Tuntutan Tuhan
(4:44-29:1)
Kasihilah Allah dan Taatilah Hukum-huktun-Nya
(4:44-11:31)
Bagaimana Hidup Sebagai Umat Allah (12:1-26:15)
Memperbaharui Perjanjian (26:16-29:1)
Pidato Ketiga: Israel Harus Memelihara Perjanjiannya
dengan TUHAN
(29:2-30:20)
Pidato Terakhir dan Kematian Musa (31:1-34:12)
Seorang Pemimpin untuk Umat dan Sebuah Tempat untuk Hukum
Tuhan (31:1-29)
Nyanyian dan Berkat Musa (31:30-33:29)
Musa Meninggal (34:1-12)" [34]
Inti Ulangan 6:4-9
Inilah bunyi Ulangan pasal 6 ayat 4-9 dalam bahasa Ibrani
dan transliterasinya, sebagai berikut:
WTT Deuteronomy 6:4-9
4 שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהוָ֥ה׀ אֶחָֽד׃
4 καὶ ταῦτα τὰ δικαιώματα καὶ τὰ κρίματα ὅσα ἐνετείλατο
κύριος τοῖς υἱοῖς Ισραηλ ἐν τῇ ἐρήμῳ ἐξελθόντων αὐτῶν ἐκ γῆς Αἰγύπτου ἄκουε
Ισραηλ κύριος ὁ θεὸς ἡμῶν κύριος εἷς ἐστιν
5 וְאָ֣הַבְתָּ֔
אֵ֖ת יְהוָ֣ה אֱלֹהֶ֑יךָ בְּכָל־לְבָבְךָ֥ וּבְכָל־נַפְשְׁךָ֖ וּבְכָל־מְאֹדֶֽךָ׃
5 καὶ ἀγαπήσεις κύριον τὸν θεόν σου ἐξ ὅλης τῆς
καρδίας σου καὶ ἐξ ὅλης τῆς ψυχῆς σου καὶ ἐξ ὅλης τῆς δυνάμεώς σου
6 וְהָי֞וּ
הַדְּבָרִ֣ים הָאֵ֗לֶּה אֲשֶׁ֙ר אָנֹכִ֧י מְצַוְּךָ֛ הַיּ֖וֹם עַל־לְבָבֶֽךָ׃
6 καὶ ἔσται τὰ ῥήματα ταῦτα ὅσα ἐγὼ ἐντέλλομαί
σοι σήμερον ἐν τῇ καρδίᾳ σου καὶ ἐν τῇ ψυχῇ σου
7 וְשִׁנַּנְתָּ֣ם
לְבָנֶ֔יךָ וְדִבַּרְתָּ֖ בָּ֑ם בְּשִׁבְתְּךָ֤ בְּבֵיתֶ֙ךָ֙ וּבְלֶכְתְּךָ֣
בַדֶּ֔רֶךְ וּֽבְשָׁכְבְּךָ֖ וּבְקוּמֶֽךָ׃
7 καὶ προβιβάσεις αὐτὰ τοὺς υἱούς σου καὶ λαλήσεις
ἐν αὐτοῖς καθήμενος ἐν οἴκῳ καὶ πορευόμενος ἐν ὁδῷ καὶ κοιταζόμενος καὶ διανιστάμενος
8 וּקְשַׁרְתָּ֥ם
לְא֖וֹת עַל־יָדֶ֑ךָ וְהָי֥וּ לְטֹטָפֹ֖ת בֵּ֥ין עֵינֶֽיךָ׃
8 καὶ ἀφάψεις αὐτὰ εἰς σημεῖον ἐπὶ τῆς χειρός
σου καὶ ἔσται ἀσάλευτον πρὸ ὀφθαλμῶν σου
9 וּכְתַבְתָּ֛ם
עַל־מְזוּזֹ֥ת בֵּיתֶ֖ךָ וּבִשְׁעָרֶֽיךָ׃ ס
9 καὶ γράψετε αὐτὰ ἐπὶ τὰς φλιὰς τῶν οἰκιῶν ὑμῶν
καὶ τῶν πυλῶν ὑμῶν
(Deu 6:4-9 BGT)
Inilah bunyi Ulangan 6:4-9 dalam Terjemahan Indonesia
Baru, sebagai berikut:
6:4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah
kita, TUHAN itu esa!
6:5
Kasihilah TUHAN, Allahinu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap kekuatanmu.
6:6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini
haruslah engkau perhatikan,
6:7 Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang
kepada anakanakmu dan membicarakannya apahila engkau duduk di rumahmu, apabila
engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau
bangun.
6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai
landa pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,
6:9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang
pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.
Bunyi Ulangan 6:4-9 dalam Terjemahan Bahasa sehari-hari:
6:4 Saudara-saudara, ingatlahl Hanya TUHAN, dan
TUHAN saja Allahkita! Hanya ... Allah
kita, atau TUHAN, Allah kita, TUHAN itu Esa.
6:5 Cintailah TUHAN Allahinu dengan sepenuh hatimu:
Tunjukkanlah itu dalam cara hidupmi dan dalam perbuatanmu.
6:6 Jangan sekali kali melupakan perintah-perintah
yang saya berikan kepadamu hari ini.
6:7 Ajarkanlah kepada anak-anaknni. Hendaklah kamu
membicarakannya di dalam nimah dan di luar rumah, waktu beristirahat dan waktu
bekerja.
6:8 Ikatkanlah pada lenganmu dan pasanglah pada
dahimu pada lenganmu pada dahimu: Hukum itu ditulis dan dimasukkan ke dalam
kotak kecil lalu diikat pada lengan dan dupa sang pada dahi. untuk
diingat-ingat.
6:9 Tuliskanlah di tiang pintu rumahmu dan di
pintu gerbangmu."
Berdasarkan Ulangan 6:4-9 peneliti menjabarkan sebagai berikut:
Ayat 4. Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa. Pengakuan
yang dapat diterjemahkan dengan berbeda, namun tetap dapat dibenarkan secara
tata bahasa, ini rupanya paling baik dipahami sebagai setaraf dengan pernyataan
monoteisme dalam Ulangan 4:35 dan 32:39 (hdg. ITaw. 29:1). "Sebab sungguhpun
ada apa yang disebut allah, baik di sorga maupun di bumi dan memang benar ada
banyak 'allah' dan banyak 'tuhan' yang demikian namun bagi kita hanya ada satu
Allah saja . . dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus" (1Kor. 8:5, 6).
Allah itu baik; dan keilahian itu adalah milik-Nya semata. Bangsa Israel hanya
boleh tunduk dalam perjanjian religius kepada Dia saja, dan hanya Dia saja yang
harus mereka layani dengan seluruh keberadaan mereka, dengan segenap kasih
mereka (6:5). Tuntutan Allah akan pengabdian yang eksklusif dan intensif kepada
diri-Nya inilah yang oleh Yesus dinamakan "perintah yang pertama dan
utama" (Mat. 22:37, 38; Mrk. 12:29, 30; bdg. Luk. 10:25-28). Perintah itu
menmakan perintah inti dari peraturan perjanjian.[35]
Ayat 5. Kasihilah TUHAN, Allalu-nu. Pengakuan iman kepada
TUHAN, Allah yang esa, diulang dua kali sehari. Kata Ibrani אהֵב ‘ahab’ or אהֵ ‘aheb’ (Pengucapan: aw-hab' aw-habe' ) yang diterjemahkan sebagai
"kasihilah" (6:5) bisa berarti perasaan kagum dan hormat yang kudus.
Mengasihi dengan hati dan jiwa berarti mengasihi dengan seluruh keberadaan
manusia.[36]
Ayat 6. Apa yang Kuperintahkan kepadamu ... haruslah
engkau perhatikan. Kemurahan-kemurahan Allah pada waktu lalu yang disebutkan di
bagian pendahuluan historis akan menimbulkan kasih semacam itu, dan kasih itu
akan nyata dalam ketaatan penuh hormat kepada seluruh perintah yang dikemukakan
Allah (bdg. 11:1, 22; 19:9; 30:16; Yoh 14:15). Jadi ayat-ayat ini adalah isi
dari semua ayat sesudahnya.[37]
Ayat 7a. Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang
kepada anak-anakmu. Unsur kekeluargaan dari administrasi perjanjian
mengharuskan bahwa anak-anak juga dituntun kepada ketaatan pada
peraturan-peraturan yang ada (bdg 20 dst). Orang saleh harus merenungkan hukum
Allah tersebut siang dan malam (ay. 7b-9; bdg. Mzm 1:2). Musa di sini bukan
melakukan persyaratan seremonial, tetapi menguraikan tuntutan untuk senantiasa
terfokus kepada perkenan Tuhan Israel melalui gambaran-gambaran yang konkret.[38]
Ayat 7b. dan membicarakannya di dalam rumah dan di luar
numb, waktu beristirahat dan waktu bekerja (BIS). Mengajarkannya berulang-ulang
kepada anak-anakmu adalah salah satu cara utama untuk mengungkapkan kasih
kepada Allah (Ul. 6:5), ialah orang tua harus mempedulikan kesejahteraan rohani
anakanak dan berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah.
Pembinaan rohani anak-anak seharusnya merupakan perhatian utama semua orang-tua
(bd. Mzm. 103:13 Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang
kepada orang-orang yang takut akan Dia. Orang-tua harus mengabdikan din mereka
untuk memberi didikan disiplin rohani kepada anakanak mereka (bd. Ams. 22:15;
13:24; TB Ams. 19:18; 23:13-14; 29:17).[39]
Kata Ibrani untuk "mendidik" berarti "mengabdikan".
Jadi, didikan Kristen bertujuan mengabdikan anak-anak kepada Allah dan
kehendak-Nya. Ini tercapai dengan memisahkan mereka dari pengaruh-pengaruh
jahat dunia dan dengan mengajar mereka berperilaku saleh. Akar kata yang sama
juga bisa berarti "memberi atau meningkatkan kegemaran akan";
orang-tua harus mendorong anak‑anak mereka agar mereka sendiri mencari Allah
dan dengan demikian dapat menikmati pengalaman-pengalaman rohani yang takkan
mereka lupakan.[40]
"Ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu".
Prinsip umumnya ialah bahwa seorang anak yang telah dididik dengan benar tidak
akan menyimpang dari jalan saleh yang telah diajarkan orang-tuanya. Akan
tetapi, hal ini bukan jaminan mutlak bahwa semua anak dari orang-tua yang takut
akan Allah akan tetap setia kepada Allah dan finnan-Nya. Ketika hidup di tengah
masyarakat jahat di mana banyak umat Allah sendiri tidak setia, maka anak-anak
dari orang-tua beriman dapat terpengaruh untuk berbuat dosa dan menyerah kepada
pencobaan Yeh. 14:14-20, di mana Allah berbicara tentang kemurtadan yang
demikian besar sehingga, bahkan orang benar seperti Nuh, Daniel, dan Ayub tidak
dapat menyelamatkan anak mereka).
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya.
Jika para orang tua memerhatikan kesejahteraan anak-anak dan menuntun mereka
kepada Allah, Allahpun akan sayang kepadanya.
Kalau membaca ayat 7-9, maka didapati bahwa transfer of
knowledge di dalam ayat itu melibatkan keseluruhan hidup si pendidik. Ini dapat
dibaca dari kalimat, "membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu,
apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring, dan apabila
engkau bangun. Jadi Firman Tuhan itu harus dibicarakan saat di dalam rumah; di
luar rumah; ketika hendak tidur; maupun ketika bangun tidur. Jadi dalam sekuruh
aktivitas ketika tidak tidur, Firman TUHAN harus senantiasa diajarkan, Jadi, si
pendidik sendiri harus menaruh Finnan Allah dalam hati dan jiwanya sendiri,
sebelum mengajarkannya kepada peserta didik.[41]
Dan bagian ayat ini, dapat dipahami bahwa perintah untuk
mengajarkan Firman Allah dalam Kitab Ulangan ini, melibatkan keseluruhan hidup
si pendidik juga, dan menuntut adanya sebuah keteladanan. Si pendidik sendiri,
dalam hal ini orangtua, harus hidup dalam Firman Allah. Jadi proses transfer of
knowledge yang terjadi sebetulnya bersifat pendidikan, dan tidak hanya bersifat
pengajaran kognitif belaka.[42]
Ayat 6, 8. ...perhatikan... mengikatkannya sebagai tanda
pada tangamnu dan pada dahimu. Hukum itu ditulis dan dimasukkan ke dalam kotak
kecil lalu diikat pada lengan dan dipasang pada dahi.
Suatu perumpamaan yang berkenaan dengan adat-istiadat
bangsa lain, agar nama atau lambang suatu dewa nampak terlihat menempel pada
tubuh. Sesudah masa pembuangan hal itu mulai diartikan secara harafiah dan
orangpun mulailah mengikatkan gulungan-gulungan kulit jang penuh bertulisan.
naskah-naskah hukum pada kepalanya serta pada lengannya, begitu pula pada
tiang-tiang pintu rumah. Dewasa ini hal serupa itu masih biasa pada banyak
orang Yahudi (bdk. Mat. 23:5). Di bawah ini adalah gambar gulungan-gulungan
kulit jang penuh bertulisan naskah-naskah hukum yang ditempelkan pada dahi dan
tangan.
Gambar 2.1
Umat harus menghafal perkataan ini dan menunjukkannya di
depan mum. Sebagai orang Yahudi, mereka menaruh ayat-ayat itu dalam kantungkantung
kulit yang kecil (filakteria). Kantong ini diikatkan pada lengan dan dahi
mereka.
Tanda pada tanganmu dan tanda pada dahimu. Dalam tradisi
Israel, tanda pada tangan dan dahi ini secara literal dinyatakan dalam bentuk TEFILIN, yaitu kotak kecil berwarna
hitam yang dipasang di dahi dan tali yang diikat pada lengan. Tefilin ini
dikenakan setiap orang Yahudi berdoa sebagai pengingat akan ayat tersebut.[43]
Gambar 2.2
Tefilin di Kening dan Dahi
Ini adalah seorang Tentara yang tengah berdoa dengan
mengenakan tefilin di kening dan di lengannya
http://www.bing.com/search?q=tefilin%20&pc=cosp&ptag=AEO2CB6176F67469B92F&form=CONMHP&conlogo=CT3210127
Orang-orang Yahudi memahami bagian Firman ini secara
harafiah. Mereka betul-betul memraktikkan untuk mengikatkan Firman Tuhan pada
lengan dan dahi mereka. Dalam upacara agama Yahudi tertentu, ada kotak kecil
berisi Firman Tuhan yang diikatkan di dahi mereka. Namun ini tentu bukan yang
dimaksudkan Finnan Tuhan disini. Tangan melambangkan kerja, sedangkan dahi
melambangkan pikiran. Jadi dalam pikiran dan tindakan/kerjanya, orang Israel
harus hidup dalam Firman Tuhan.
Ayat 9. Tiang pintu . . . pintu gerbang. Kata-kata ini
mencerminkan kebiasaan arsitektural pada zaman Musa. Untuk pemakaian bahasa
kiasan semacam itu lihat Keluaran 13:9, 16. Pelaksanaan harfiah dari berbagai
perintah pada 6:8, 9 menjadi mode diantara orang-orang Yahudi yang belakangan
dalam bentuk hiasan-hiasan yang dipakai setiap orang (bdg. Mat 23:5) dan
mezuzah yang dipasang di atas pintu.[44]
Mezuzah: Hingga kini banyak orang Yahudi meneruskan praktik menghafal hukum
Taurat dengan menaruh ayat-ayat dalam kotak dan menempelkannya di tiang pintu
rumah.[45]
Sedang tanda pada tiang pintu rumah dan pintu gerbang
dalam tradisi Israel adalah meletakkan MEZUZAH di kusen bagian kanan pintu.
Mezuzah ini adalah tanda pada kusen sebagai pengingat bahwa Tuhan menyelamatkan
bangsa Israel dari kematian di Mesir dengan darah anak domba. Oleh karenanya
setiap kali penghuni masuk ke rumah, maka ia harus meletakkan tangannya ke
mezuzah tersebut dan mengucap doa berkat, mengundang Tuhan hadir ke dalam rumah
tersebut. Mezuzah tersebut berisi Firman Tuhan dalam Ulangan 6:4-9 dan
11:13:21.
Di bawah ini adalah mezuzah untuk ditempel pada palang
pintu maupun pada pintu.
Gambar 2.3
Mezuzah di Kusen atau palang pintu.
Mezuzah di kusen pintu dengan tulisan huruf
shin ( שׁ) yang menunjukan el Shaddai yang artinya Tuhan Allah Maha Kuasa
http://rayhanmogerz.blogspot.com/2012/03/benda-benda-alat-alat-ibadah.html
Mezuzah di kusen pintu dengan tulisan huruf Shin (w) yang
menunjukkan el Shaddai yang artinya Tuhan Allah Maher Kuasa.
Gambar 2.4
Macam Variasi Mezuzah
Mezuzah adalah sepotong perkamen yg mengandung ayat-ayat
do'a yang ditulis dalam bahasa Ibrani. Mezuzah ini digulung dan dilekatkan pada
kusen pintu dengan posisi diagoanal. Mezuzah diyakini dapat menangkal roh jahat
yg ingin masuk ke dalam rumah. Konon barang siapa yang memasang benda unik
tersebut di yakini akan dilindungi sepanjang waktu. Mezuzah kebanyakan
digunakan oleh orang Yahudi sebagai sebuah jimat keberuntungan.[46]
Di bawah ini adalah gambar Mezuzah untuk dipasang pada
palang pintu dan pada pintu:
Gambar
2.5
Mezuzah
di palang pintu dan di pintu
Mezuzah didepan pintu Mezuzah dipalang Pintu
Pengingat yang dapat terlihat juga penting dalam
perjalanan kita bersama Kristus. Ketika Allah memerintahkan bangsa Israel
supaya menyimpan perintah-Nya di dalam hati, Dia juga memberi tahu untuk
membuat pengingat yang kelihatan akan firman-Nya: "Haruslah juga engkau
mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di
dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada
pintu gerbangmu" (U1 6: 8, 9). Tujuannya bukan untuk menambah dekorasi,
tetapi agar terjadi pembebasan rohani: "Maka berhati-hatilah, supaya
jangan engkau melupakan Tuhan, yang telah membawa kamu ke mar dari tanah Mesir,
dari rumah perbudakan" (ayat l2).
Ayat-ayat yang ditulis di plakat, kartu pengingat, atau
kalender dapat membuat fok.us seseorang tertuju kepada Allah sepanjang hari.
Pengingat akan Kristus dan firman-Nya yang kelihatan ini akan menguatkan
langkah untuk menaati-Nya. Sebagai penerapan sekarang adalah: Tiang pintu rumah
dan pintu gerbang adalah pintu hati yang telah dijaga oleh darah anak domba
Allah yaitu Tuhan Yesus sendiri yang mengorbankan darah-Nya sebagai penebusan
dosa.
Jadi pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Ulangan
6:4-9 adalah pola mengestafetkan dan menanamkan pengakuan iman (syema Israel),
oleh setiap orang tua kepada anak (generasi berikutnya), sampai anak-anak
memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas utama dalam
kehidupan mereka terus menerus, dan secara berkelanjutan mampu dan komitmen
-mengestafetkanya turun temunth, dengan mated pengajaran orang tua: (I)
Mengasihi Tuhan dengan segenap hati; (2) Mengasihi Tuhan dengan Segenap jiwa
(cara hidup); (3) Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan (dalam perbuatan),
dengan cara mengajarkan dan membicarakannya berulang-ulang: saat di dalam
rumah; saat di luar rumah (dalam perjalanan); saat beristirahat (berbaring);
saat bangun beraktivitas .(bekeda); membuat tanda pengingat di badan anak-anak
(pada lengan/pergelangan tangan dan pada dahi); membuat tanda pengingat di
bangunan rumah (pada pintu rumah dan pada pintu gerbang). Dari uraian di atas
dapat digambarkan sebagai berikut: lihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.6
Pola Pengaajaran PAK Iman Kristus Pengaruh
Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan
Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya.
Dari penjelasan dari gambar 2.6 di atas, maka peneliti menyusun
tentang Implementasi Pola
Pengajaran PAK Iman Kristus Pengaruh Pendidikan
Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan
6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya.
Berdasarkan gambar 2.6 ini maka kisi-kisinya :
Dimensi D1 mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan
DImensi D2 Mengajarkan secara berulang-ulang
Dimensi D3 Mengajarkan melalui Tanda Pengingat
D1
Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan terdiri dari tiga indikator: (1) Mengasihi
Tuhan dengan segenap hati (D1.1); (2) Mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa (cara
hidup) (D1.2); (3) Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan (perbuatan ) (D1.3).
D2 Mengajarkan secara berulang-ulang, terdiri dari empat
indikator: (1) Membicarakan berulang-ulang saat di rumah (D2 1); (2)
Membicarakan berulang-ulang
saat dalam perjalanan (D2.2); (3) Membicarakan berulang-ulang saat berbaring
(D2.3); (4) Membicarakan berulang-ulang
saat bangun (bangun beraktivitas) (D2.4);
D3 Mengajarkan Melalui Tanda Pengingat terdiri atas dua
indikator: Pertama, di badan: Membuat Tanda Pengingat di tangan dan membuat
tanda pengingat di dahi (D3 1); Kedua, di rumah: Membuat tanda pengingat di
pintu rumah dan membuat tanda pengingat di pintu gerbang (1)3.2).
Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak
Berdasarkan Ulangan 6:4-9
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang indikator dari pengajaran
iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6: 4-9, yang terdiri dari: Pertama,
mengajarkan tentang mengasihi Tuhan; kedua, mengajarkan secara berulangulang;
dan ketiga, mengajarkan melalui tanda pengingat, sebagai berikut:
Mengajarkan
Tentang Mengasihi Tuhan (D1)
Rahasia terakhir dari kecerdasan orang-orang Yahudi yang
membuat mereka mampu menguasai pendidikaan, media, ilmu pengetahuan, teknologi,
ekonomi, hiburan, dan sebagainya adalah metode dalam belajar.[47]
Metode mengajar ialah cara atau prosedur dalam mengelola
interaksi antara guru (orang tua, pendidik)
dan peserta didiknya (anak, pendidik)
bagi berlangsungnya peristiwa belajar (mengestafetkan iman Kristen, pen).[48]
Menurut Sidjabat, pola mengajar berdasarkan bentuk komunikasi interaksi orang
tua dan anak, ada tiga yakni: (1) Pengajaran yang hanya
menekankan komunikasi satu arah, yaitu dari pihak orang tua kepada anaknya. (2) Pengajaran yang membangun komunikasi satu arah, yaitu dari anak
kepada orang tuanya. (3) Pengajaran
yang membangun komunikasi dua arah, yaitu terjadinya relasi dan interaksi
dialogis antara orang tua dan anak serta di antara anak lainnya.[49]
Berdasarkan keterangan di atas, peneliti memakai tiga istilah pola mengajarkan
iman Kristen dari kepala keluarga kepada anak mereka, yakni (1) Pengajaran dari orang tua ke anak; (2) Pengajaran dari anak ke orang tua; (3) Pengajaran
interaksi dialog orang tua dan anak.
Wina Sanjaya mengemukakan konsep mengajar sebagai
berikut: (1) Mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran, dengan
karakteristik: (a) Proses pengajaran berorientasi pada guru/ orang tua
(theacher centred); (b) Siswa atau anak sebagai objek belajar; (c) Kegiatan
pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu (di kelas dengan jadwal
padat); (d) Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran. (2) Mengajar
sebagai proses mengatur lingkungan, dengan karakteristik: (a) Mengajar berpusat
pada siswa/ anak (student centred); (b) Siswa/ anak sebagai subjek belajar; (c)
Proses pembelajaran berlangsung di mana saja; (d) Pembelajaran berorientasi
pada pencapaian tujuan.[50]
Oleh karena itu pada orang tua perlu terjadi perubahan paradigma mengajar, dari
mengajar hanya sebatas menyampaikan materi iman Kristen kepada mengajar sebagai
proses menanamkan dan mengestafetkan iman kepada generasi anak. Mengajarkan
tentang mengasihi Tuhan (Di) memiliki tiga indikator yaitu: (1) Mengasihi
dengan segenap Hati (2) Mengasihi dengan segenap Jiwa (3) Mengasihi dengan
segenap Kekuatan.
Mengasihi Tuhan dengan
Segenap Hati
Kasih kepada Allah bukanlah sesuatu yang boleh dipilih
atau tidak dipilih. Sebaliknya, ia berupa perintah. "Kasih yang membalas
kasih Allah kepada umat-Nya, ada kewajiban berbakti kepada-Nya dan menepati
perintah-perintahNya, (Ul. 6:13; 10:12-13; 11:1, Ul. 30:2). Perintah kasih itu
secara langsung tidak disebut lagi dalam Perjanjian Lama, kecuali dalam
Ulangan. Tetapi dalam 2 Raja-raja 23:25 dan Hosea 6:6 terdapat keterangan yang
senada.[51]
Biarpun perintah kasih tidak jadi terungkap, namun rasa kasih kepada Allah
meresap ke dalam kitab para nabi, khususnya kitab Hosea, dan ke dalam kitab
Mazmur. Dengan mengutip Ulangan 6:5 Yesus berkata bahwa perintah kasih kepada
Allah itu adalah perintah utama dalam Matius 22:37. Dalam kasih itu terkandung
rasa segan seorang anak kepada bapanya, tetapi di dalamnya tidak ada tempat
bagi ketakutan seorang budak terhadap majikannya.
Mengasihi Dengan Segenap Hati “lebhabh” dipakai
dalam Perjanjian Lama untuk menunjukkan organ tubuh (jantung), tetapi terutama
mengenai "sumber
inti kepribadian" manusia (mengingat bahwa menurut orang 1brani, manusia
merupakan suatu kesatuan (badani-rohani). Mengasihi Tuhan "dengan segenap
hati" berarti menyerahkan segala proses pemikiran, serta perasaanperasaan
dan keputusan-keputusannya kepada Tuhan, untuk dibentuk dan dituntun, dan
dimanfaatkan demi tercapainya kehendak Tuhan.[52]
Yesus pernah memberikan satu penegasan mengenai hal ini.
Dikatakannya dalam Matius 12:34-35, "Karena yang diucapkan mulut meluap
dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari
perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang
jahat dari perbendaharaannya yang jahat." Di dalam perkataan itu, Yesus
menggambarkan pentingnya hati sebagai sebuah tempat penyimpanan karena hal itu
merupakan hulu dari apa yang ditampilkan oleh seseorang. Para rabi Yahudi
memiliki pandangan sependapat dengan hal tersebut. Hati dianggap sebagai pusat
moralitas yang memiliki kandungan baik dan jahat. Dalam tulisan para rabi
Yahudi, hati adalah sebuah tempat di mana terdapat dua kecenderungan manusia
yang saling bertolak belakang dan saling mencari pengaruh di dalam mengatur
emosi, pikiran dan tindakan manusia. Maka, untuk mengasihi Allah dengan segenap
hati, mensyaratkan bahwa manusia harus menghadapi segala kejahatan batin, nafsu
untuk diri sendiri dan berjuang terus-menerus menekan jiwa itu jika muncul di
dalamnya. Artinya jelas, manusia perlu menjaga hatinya agar jangan sampai,
muncul hati yang tercemari. Dengan kata lain, kasihi Allah dengan segenap hati
haruslah dengan hati yang benar-benar bukan oleh hal-hal cemar seperti
diidentifikasikan di atas, tetapi semata-mata kasih. Menurut Henry, mengasihi
Allah dengan segenap hati berarti mempersenjatai manusia untuk melawan segala
hal jahat yang timbul dalam hati, yang mencoba bersaing dengan posisi Allah di
tempat yang terutama.[53]
Willard merangkum dalam satu pernyataan
dengan mengatakan, mereka yang memiliki hati yang terjaga baik adalah
orang-orang yang dipersiapkan dan mampu menanggapi situasi kehidupan dengan cara
yang baik dan benar. Kehendak mereka berfungsi sebagaimana seharusnya, untuk
memilah hal yang baik dan menghindari hal yang jahat, dan komponen natur mereka
yang lain bekerjasama untuk mencapai tujuan itu. Willard, setuju dengan hati
yang perlu dijaga, sebab dengan cara itu hati akan menuntun seseorang bertindak
dengan benar dan menanggapi setiap persoalan di dalam hidupnya dengan respon
yang benar. Demikian juga dalam fungsinya sebagai pusat dari emosi, perasaan,
suasana hati dan gairah manusia, hati sangat strategis untuk mengatur dan
menggerakkan apapun yang dikeijakan atau ditampilkan oleh seseorang.[54]
Emosi membawa pengaruh yang cukup besar di dalam kehidupan seseorang. Amarah
misalnya, berasal dan meluap dari dalam hati. Rasul Paulus di dalam salah satu
ajarannya kepada jemaat Efesus mengingatkan agar bapa-bapa tidak membangkitkan
amarah anak-anaknya. (Ef 6:4). Di dalam tulisan itu, Paulus merujuk hati
sebagai tempat amarah. Demikian halnya dengan sukacita. Di dalam Amsal 4:23
dikatakan, "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat
yang patah mengeringkan tulang." Dalam ayat tersebut hati digambarkan sebagai sebuah tempat sukacita
seseorang. Terlihat bahwa hati mengandung hal-hal yang bersifat emosional.
Selain sukacita dan kemarahan, hati juga mengandung belas kasihan, kesedihan
dan sebagainya.
Jadi yang dimaksud dengan mengasihi Allah dengan segenap
hati berarti menyerahkan segala proses pemikiran kepada Tuhan; dibentuk demi
tercapainya kehendak Tuhan; dimanfaatkan demi tercapainya kehendak Tuhan;
dituntun demi tercapainya kehendak Tuhan.
Mengasihi Tuhan dengan
Segenap Jiwa (cara hidup)
Menurut Caims bahwa kata "jiwa" (lbr. "nefesy") dalam Perjanjian Lama
tidak berarti "unsur rohani-abadi" dalam diri manusia yang masih
tahan bereksistensi sesudah meninggalkan tubuh (waktu orang merringgal),
melainkan berarti "prinsip kehidupan". Dibandingkan dengan "lehhabh"
(hati), "nefesy" (jiwa)
lebih banyak menunjukkan unsur emosi, perasaan, dan nafsu dalam kepribadian
manusia, misalnya: kelaparan (Pkh.6:7; Mikha 7:1); kehausan (Yes.29:8).
Mengasihi Tuhan "dengan segenap jiwa" berarti menundukkan serta
mengabdikan segala perasaan dan nafsu keinginan kepada kehendak Tuhan, sehingga
segenap potensi perasaan manusia menjadi sarana kehendak-Nya.[55]
Jiwa adalah diterjemahkan sebagai nyawa di dalam Markus
8:34-35.78 Menurut catatan Vine, jiwa adalah nafas hidup, sebuah bentuk
kehidupan dari manusia (human being)
yang tidak kelihatan tetapi di dalamnya terdapat eksistensi kepribadian (personality). Tanpa jiwa maka sebuah
makluk dikatakan tidak hidup dan sama dengan binatang. Menurut pendapat
Willard, jiwa adalah sebuah istilah dengan dimensi yang terdalam pada
eksistensi manusia secara keseluruhan. Willard menyimpulkan, "karena jiwa
mencakup dan mengatur manusia secara keseluruhan, seringkali jiwa dianggap
sebagai orang itu sendiri. Jiwa merupakan bagian diri yang terdalam yang
berkenaan dengan pengoperasian berbagai hal secara keseluruhan.[56]
Jelaslah bahwa manusia memiliki jiwa karena melalui jiwa tersebut, manusia
memiliki ciri kepribadian, Dalam catatan Unger, jiwa dikatakan merupakan tempat
di mana terdapat perasaan kasih sayang, atau penolakan.[57]
Jadi dapat disimpulkan bahwa di dalam jiwa terdapat
sejunilah hal yang ikut menentukan kepribadian seseorang. Jika seseorang
mengalami jiwa yang rusak, maka kepribadian orang itu akan ikut rusak. Hal yang
sebaliknya, jiwa yang sehat akan menggambarkan kepribadian yang sehat. Jiwa
yang diserahkan kepada Allah menggambarkan jiwa yang sehat. Dengan demikian cirinya
adalah bebas dari tekanan. Pertanyaan pemazmur di dalam Mazmur 42:6 dapat
dijadikan bahan rujukkan, "Mengapa engkau tertekan hai jiwaku, dan gelisah
di dalam diriku?" Ketertekanan yang dihadapi permazmur tersebut
menggambarkan keadaan jiwanya yang kehilangan kemerdekaan karena penolakan yang
diterimanya, atau intimidasi atas perbuatan bunk atau karena menghadapi
tantangan, pergumulan di dalam jiwanya. Burke menegaskan bahwa jiwa perlu
diarahkan pada kehendak Allah. Salah satu syarat utama adalah penundukan din
sepenuhnya kepada Allah seperti halnya hati yang hares dijaga, demikian juga
dengan jiwa harus diarahkan. Jika tidak, maka jiwa akan menentukan arahnya
sendiri di luar kontrol atau dalam istilah Willard dikatakan bebas dari
perintah sadar manusia.[58]
Oleh sebab itu, mengasihi Allah dengan segenap jiwa
artinya mengarah kan jiwa pada Allah dan bukan yang lain. Rasul Paulus
menekankan kepada jemaat di Tesalonika agar mereka benar-benar menjaga dan
memelihara jiwa bahkan hingga path kedatangan Yesus. Dikatakannya di dalam I
Tesalonika 5:23, "Semoga Allah damai
sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu
terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan
kita." Hal itu tidak akan pernah tercapai jika jiwa tidak terhubung
dengan Allah. Kontrol atas jiwa tersebut adalah Allah sendiri. Allah adalah
pemilik kehidupan sehingga jiwa harus tunduk dan diserahkan kepadaNya_ Dalam
hal ini, aspek yang terpenting di dalam segenap jiwa adalah menyerahkan jiwa
untuk tunduk kepada Allah sepenuhnya.
Jiwa sebagai pusat kehidupan seseorang haruslah berada di
dalam kontrol Allah sepenuhnya supaya kehidupan manusia dapat berjalan sesuai
dengan kehendak dan rencana-Nya. Untuk itulah maka manusia perlu berakar kepada
Allah agar ketika segala sesuatu di dalam hidup ini berjalan, jiwa memiliki
sandaran bukan pada keinginan manusia tetapi pada keinginan Tuhan. Kunci
kekuatan bagi jiwa adalah hubungan pribadi dengan Tuhan. Oleh sebab itu,
seseorang perlu mempertahankan diri tetap membangun hubungan dengan Tuhan
supaya jiwanya selalu berada di dalam pimpinan-Nya.
Jadi yang dimaksud dengan mengasihi Allah dengan segenap
jiwa adalah segala usaha menyerahkan hidup kepada Allah dalam segala situasi
dengan tetap mempertahankan iman; menundukkan segala perasaan kepada kehendak
Tuhan; menyerahkan jiwa pada Allah saja; menyerahkan segenap jiwa untuk tunduk
kepada Allah sepenuhnya; jiwa di dalam kontrol Allah agar kehi dupan manusia
berjalan sesuai dengan rencana-Nya; mengabdikan segala perasaan kepada kehendak
Tuhan.
Mengasihi Tuhan dengan
Segenap Kekuatan (perbuatan)
Raja Yosia diperkenalkan oleh pengarang Kitab sejarah
Deuteronomistis sebagai satu-satunya raja yang hidup sesuai dengan tuntutan
Vora' seperti yang diuraikan dalam Ulangan 6:5. Jelaslah dari contoh Yosia itu
bahwa mengasihi Tuhan "dengan segenap kekuatan" berarti bertindak
sekuat tenaga untuk menegakkan hal-hal yang dituntut oleh ‘tora’serta memberantas hal-hal yang dilarang olehnya.[59]
Kata kekuatan yang artinya
tenaga secara fisik dan juga
energi secara total. Menurut pendapat Culpepper, kekuatan yang dimaksudkan oleh
penulis Markus adalah kekuatan yang merujuk pada semua energi manusia dan
vitalitasnya, yang dicurahkan untuk mengejar Allah. Ketika seseorang mengasihi
Allah dengan segenap kekuatannya, maka hidup orang itu tidak semata-mata
dihabiskan untuk mengejar hal-hal material belaka.[60]
Banyak orang yang masih memiliki pandangan yang salah selama hidup di dunia ini
dengan mencurahkan energi pada hal-hal materi seperti kekayaan. Kekuatan
manusia seharusnya di arahkan kepada Allah sebagai pemilik segala kekayaan
duniawi. Veith mendukung itu dengan mengatakan, tubuh manusia harus digunakan
untuk mengasihi Allah dan bukanlah untuk mengejar hal-hal material di dalam
dunia. Culpepper melihat kekuatan dari sisi energi manusia, sedangkan Veith
melihat dari sisi fisik secara literal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat dua esensi penting dari frasa segenap kekuatan, yakni mengasihi-Nya
secara literal menggunakan tubuh dan mengasihi-Nya menggunakan seluruh energi
yang dimiliki oleh manusia yang berdiam di dalam tubuh tersebut_ Keduanya
bersinergi melayani Allah. Tubuh yang mengasihi Allah adalah tubuh yang perlu
dijaga kekudusannya secara konsisten.
Jadi yang dimaksud dengan mengasihi Allah dengan segenap
kekuatan adalah hasil dari sebuah transformasi spiritual menuju keserupaan
dengan Kristus, mencakup: bertindak sekuat tenaga untuk menegakkan hal-hal yang
dituntut oleh 'tora', serta
memberantas hal-hal yang dilarang olehnya, dengan segenap kekuatan (semua
energi dan vitalitas manusia) yang dicurahkan untuk mengejar Allah bukan
mencurahkan energi pada hal-hal materi seperti kekayaan
Jadi yang dimaksud dengan Mengajarkan tentang mengasihi
Tuhan adalah syema (pengakuan iman) yang intinya mengajarkan agar anak-anak
mengasihi Tuhan dengan segenap hati, mengasihi Tuhan dengan cara hidupnya dalam
segenap jiwanya, mengasihi Tuhan dengan segenap perbuatannya.
Mengajarkan Secara
Berulang-ulang (D2)
Menurut Sardiman, pengertian mengajar adalah:
"menyampaikan pengetahuan kepada anak didik".[61]
Sedangkan menurut Sijabat mengajar adalah upaya untuk mentransfer pengetahuan,
pandangan, keyakinan, dogma, dan dokti in atau teologi yang dimilikinya kepada
peserta didik.[62] Gulo menulis: mengajar adalah
penyampaian informasi kepada peserta didik.[63]
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian mengajar adalah upaya untuk
mentransfer pengetahuan, informasi, pandangan, keyakinan, dogma dan doktrin
yang dimiliki kepada peserta didik. Menunt pengertian ini berarti tujuan
belajar dari siswa itu hanya sekedar
ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan. Sebagai konsekuensi pengertian
semacam ini dapat membuat suatu kecenderungan anak menjadi pasif, karena hanya
menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh gurunya. Sehingga pengajarannya bersifat teacher centered, (Berpusat pada guru) jadi gurulah yang memegang posisi kunci dalam proses
belajar-mengajar di kelas. Guru harus memiliki kemampuan mengajar. Guru
menyampaikan pengetahuan, agar anak didik mengetahui tentang pengetahuan yang
disampaikan oleh guru. Oleh karena itu, pengajaran seperti ini ada juga yang
menyebutnya dengan pengajaran yang intelektualistis.
Mengajar berarti mentransfer pengetahuan dari orang
dewasa kepada anak-anak. Dalam hal ini orang dewasa yang peneliti maksud adalah
orang ma. Orang tua harus mendalami Alkitab dan selanjutnya diajarkan kepada
anak-anak mereka. Supaya anak-anak dibekali dengan pengetahuan Alkitab sebagai
pedoman hidup mereka. Dengan demikian mereka bukan lagi anak-anak yang
diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran dunia yang menyesatkan.
Mengajar adalah sebagai upaya pengajar/guru untuk
mentransfer pengetahuan atau pandangan, keyakinan, dogma, doktrin atau teologia
yang dimilikinya kepada anak didiknya. Dengan pengertian ini ada kecenderungan bahwa tugas utama peserta didik ialah menguasai bahan
pelajaran, mengetahui, dapat mengungkap ulang, serta memahami pengetahuan
tersebut.
Mengajar merupakan suatu
proses yang kompleks. Mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari
guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan harus dilakukan, terutama
jika diinginkan hasil belajar lebih baik
pada seluruh siswa. Oleh karena itu rumusan pengertian mengajar tidaklah
sederhana. Dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan
dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri.
Menurut Sumiati dan Asra, mengajar adalah: segala upaya
yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya
proses belajar dengan tujuan yang telah dirumuskan.[64]
Oleh karena itu upaya apapun dapat dilakukan, asalkan upaya itu disengaja
dengan penuh rasa tanggung jawab mengantarkan siswa menuju pencapaian tujuan.
Tujuan itu dicapai melalui proses pembelajaran, sedangkan kemungkinan
terjadinya proses belajar itu sendiri amat beraneka ragam. Bisa terjadi guru
tampil di depan kelas untuk mengajar (langsung), dapat pula menggunakan
perangkat pembelajaran.
Rumusan pengertian di atas sejalan dengan pandangan
William H. Burton, yang menyatakan bahwa mengajar adalah : "Upaya dalam
memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa
agar terjadi proses belajar (Chauhan, 1977:4).[65]
Bertitik tolak dari pengertian tadi, Burton memandang bahwa: "Materi
pembelajaran hanya sebagai materi perangsang saja. Sedangkan arah yang akan
dituju oleh proses belajar adalah tujuan pembelajaran yang diketahui
siswa."[66] Dengan metode
pembelajaran tertentu proses belajar dapat terbimbing secara lebih baik. Dengan
memberikan tugas atau latihan (misalnya), siswa diberi kesempatan untuk
melakukan sesuatu. Media merupakan alat bantu meningkatkan minat belajar siswa.
Ini adalah dorongan untuk terjadinya proses belajar lebih jauh lagi. Baik orangtua maupun guru PAK merupakan pemberita
Injil harus benar-benar memahami Ulangan 6:4-9 sebab orang tua dan guru PAK sama-sama dituntut untuk mendidik dan
mengajar anak-anaknya (U1 6: 4-9). Jika orang tua dan guru PAK kurang memahami
Ulangan 6:4-9, maka orang tua dan guru PAK kurang mengasihi siswa, hal ini
disebabkan karena mereka sendiri tidak membaca dan memahami kitab itu sendiri.
Itulah sebabnya diperlukan guru PAK dalam keluarga yang aktif, kreatif dan
menyenangkan dalam proses pembelajaran PAK dalam keluarga.[67]
Mengajarkannya Berulang-ulang Kepada Anak adalah salah
sate cara utama untuk mengungkapkan kasih kepada Allah (UI 6: 5) yakni
memedulikan kesejahteraan rohani anak-anak dalam keluarga dan berusaha menuntun
mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah.[68]
Jadi yang dimaksud dengan Mengajarkan Secara
Berulang-ulang adalah kegiatan yang harus dilakukan berulang-ulang dan terus
menerus oleh setiap orang tua Kristen untuk mengungkapkan kasih kepada Allah
yakni memedulikan kesejahteraan rohani anak-anak dalam keluarga dan berusaha
menuntun anakanak kepada hubungan yang setia dengan Allah, dengan cara
mengajarkan dan mengestafetkan iman Kristen, dengan cam yang menyenangkan
anak-anak (berpusat pada anak), sampai anak-anak bertobat menerima Yesus
sebagai Tuhan dan Juru selamatnya secara pribadi, memahami Allah yang menyertai
hidup mereka, melayani Allah, memuliakan Allah, memberitakan kebesaran Allah
dan hidup mereka berpusat kepada Allah. Adapun contoh materi pelajaran yang
selalu harus diajarkan berulang-ulang kepada anak, antara lain, bahwa: Yesus
adalah Tuhan, Alkitab adalah firman Allah, Allah itu Roh, Allah itu Kasih, Roh
Kudus adalah Tuhan, hukum utama yang pertama adalah mengasihi Tuhan dengan
segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatan, hukum kedua yang
sama dengan hukum pertama adalah mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri. Yesus mati disalib untuk menebus
orang percaya. Barang siapa percaya kepada Yesus, ia memperoleh hidup kekal.
Orang percaya harus bersaksi bahwa Yesus adalah Juru Selamat manusia, dan
sebagainya.
Saat di Rumah
Rumah merupakan tempat berteduh anggota keluarga yang
terdiri dari Ayah (suami), Ibu (istri), dan Anak-anak. Sebagian arti kata
Ibrani untuk suami adalah: menguasai, memerintah. Kata ini juga dapat
diterjemahkan sebagai "tuan rumah". Sebagaimana kepala keluarga, sang
suami bertanggung jawab atas kesejahteraan keluarganya.[69]
Ibu (istri), dalam pernikahan, wanita diharapkan untuk tunduk kepada
pasangannya. Tanggung jawab istri ialah menjadi "penolong" suaminya
(Kej 2:18), yang berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang
umumnya (Ams 31:12). Tanggung jawab utamanya adalah rumah tangga dan anak-anak,
tetapi adakalanya tanggung jawab itu meluas sampai ke pasar dan bidang-bidang
lain yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarganya (bdg Ams 31:16, 24).[70]
Pada zaman Alkitab, anak laki-laki harus menyokong orang tua mereka bila orang
tua mereka menjadi tua dan kemudian memberikan pemakaman yang semestinya.
Karena alasan ini, sepasang suami istri selalu mengharapkan akan dikarunia
banyak anak laki-laki. Anak laki-laki yang sulung mempunyai tempat terhormat
yang amat istimewa di dalam keluarga. Anak sulung diharapkan menjadi kepala
keluarga berikutnya. Sepanjang hidupnya, ia diharapkan akan mengambil tanggung
jawab lebih besar atas perbuatannya sendiri dan perbuatan adik-adiknya.[71]
Dahulu kala anak perempuan tidak begitu dihargai seperti anak laki-laki. Ada
ayah yang menganggap anak perempuannya sebagai pembuat susah. Lain halnya orang
Ibrani memperlakukan anak perempuan mereka lebih manusiawi daripada beberapa
kebudayaan lain di sekeliling mereka. Orang Romawi benar-benar membiarkan anak
perempuan yang baru lahir tidak terlindung dari cuaca, dengan berharap supaya ia
lekas mati. Tetapi orang Ibrani percaya bahwa semua anak laki-laki atau
perempuan berasal dari Allah. Karena itu mereka takkan pernah berpikir untuk
membunuh salah seorang bayi mereka.[72]
Menurut Dr. Kenneth Chafin dalam bukunya Is There a Family in the House? Yang
dikutip oleh Paulus Lilik Kristianto memberi gambaran tentang maksud keluarga
dalam lima identifikasi yaitu:
1.
Keluarga
merupakan tempat untuk bertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi, hubungan sosial,
kasih dan rohani.
2.
Keluarga merupakan pusat
pengembangan semua aktivitas.
3.
Keluarga
merupakan tempat yang aman untuk berteduh saat ada badai kehidupan.
4.
Keluarga
merupakan tempat untuk mentransfer nilai-nilai, laboratorium hidup bagi setiap
anggota keluarga dan sating belajar hal yang baik.
5.
Keluarga
merupakan tempat munculnya pennasalahan dan penyelesaiannya. [73]
Lembaga masyarakat yang paling kecil tetapi paling
penting adalah keluarga. Di dalamnya terdapat anak-anak yang dipersiapkan untuk
bertumbuh. Kristianto menjelaskan bahwa: "Keluarga pertama yang diciptakan
Allah adalah keluarga Adam dan Hawa (Kej 1:27-28). Kemudian keluarga Nub,
Abraham, keluarga Ishak, dan Yakub menumnkan bangsa Israel. Mukjizat pertama
Tuhan Yesus adalah mengubah air menjadi anggur di desa Kana. Mukjizat ini
menunjukkan perintah-Nya kepada keluarga (Yoh 2:11). Allah pertama kali
membentuk keluarga Adam dan Hawa dan memberkatinya (Kej 1: 27-28).[74]
Demikian Allah menghendaki agar setiap orang tua mendidik
anak-anak mereka untuk mengenal Allah dengan baik melalui pendidikan dalam
keluarga (Ul 6:4-9). Alkitab menyatakan bahwa keluarga terbentuk apabila
seorang lakilaki meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
maka keduanya menjadi satu daging dan mereka dipersatukan Allah dan tidak boleh
diceraikan oleh manusia (Mat 19:5-6).
Pengajaran agama dimulai dalam keluarga Umat Yahudi pada
umumnya dan setiap keluarga pada khususnya ditugaskan untuk menyampaikan
kekayaan iman bangsa pilihan Allah ini kepada generasi baru. Lilik Kristianto
menjelaskan bahwa: "Pusat pendidikan agama terletak pada keluarga,
terutama ayah yang bertanggungjawab dalam pendidikan agama kepada
keluarganya".[75]
Inilah dasar Alkitab untuk pengajaran pendidikan agama Kristen dalam keluarga "Dengarlah, hal orang Israel: TUHAN itu
Allah kita, TUHAN itu Esa! Kasihilah TUHAN, Allahinu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu". Apa yang
kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, harusnya
engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya
apabila engkau duduk di rumahmu (ay.7a), apabila engkau sedang dalam perjalanan
(ay.7b), apabila engkau berbaring (ay.7c) dan apabila engkau bangun (ay.7d).
Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada lenganmu dan haruslah
engkau menuliskan nya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu"
(Ul. 6:4-9).
Salah satu dosa terbesar dari umat Allah dalam Perjanjian
Lama adalah kegagalan para bapa untuk mengasihi anak-anak laki-laki dan
perempuannya dengan secukupnya untuk mengajarkan jalan dan perintah Allah. Ini
merupakan suatu pernyataan yang jelas bahwa salah satu sasaran kunci dari Injil
adalah meneguhkan kembali kehendak Allah untuk keluarga dengan suatu hubungan
yang tepat antara bapa dengan anak mereka. Melalui pemberitaan tentang
pertobatan dan ketuhanan Kristus, bapa-bapa akan mengabdikan diri pada anaknya
dalam suatu sikap kebenaran. Jika gereja inasa kini gagal untuk menjadi apa
yang Allah inginkan, mungkin salah satu faktomya adalah karena hati bapabapa
sekali lagi telah mengabaikan anaknya karena lalai untuk mengasihi mereka,
untuk meluangkan waktu bersama-sama mereka, dan tmtuk mengajarkan Finnan Allah
dan standar kebenaran kepada mereka. Sebagai akibatnya, anak-anak akan menolak
jalan Allah (Mal 4:6).[76]
Jadi yang dimaksud dengan Membicarakan Berulang-ulang
Saat di Rumah adalah pelaksanaan atas kehendak Allah, di mana Allah menghendaki
agar setiap orang tua mendidik anak-anak mereka secara berulang-ulang, agar
anak-anak mengenal Allah dengan baik, melalui pendidikan iman Kristen dalam
keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat (yang terdiri dari Bapak, anak).
Agar anak-anak mampu menerima estafet iman Kristen nya dan mempraktekkan Firman
Allah sebagai wujud nyata iman mereka kepada Allah yang sudah membawa mereka
keluar dari kuasa dosa.
Saat di Luar Rumah (dalam Perjalanan)
Pengajaran PAK dalam keluarga dilakukan baik saat berada
di dalam rumah ataupun saat berada di luar rumah, setiap orang tua harus
memanfaatkan tiap kesempatan untuk mengulangi atau mengecek pemahaman anak-anak
tentang iman Kristen yang sudah ditanamkannya, agar setiap orang tua tahu pasti
sejauh mana mereka sudah berhasil
mengestafetkan teladan iman mereka kepada anak-anak, misalnya pada saat dalam di perjalanan.
Seperti Yesus berkata kepada muridnya, "Alam telah memberikan suatu teladan kepada kamu" (Yoh
13:15), demikian juga setiap orang tua menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Sehubungan hal ini Bruce Milne menjelaskan bahwa: "Seluruh kehidupan Tuhan
Yesus yang dilukiskan dalam kitab-kitab Injil merupakan teladan untuk orang
percaya. Orang percaya harus menjadi seperti Dia dalam memberi perhatian talus
ikhlas untuk memuliakan nama Bapa (Yoh 8:4950; Mrk 1:35), kepatuhan tak
terputus-putus (Yoh 8:29), perhatian terhadap kebutuhan manusia (Mat
1:38)".[77]
Seorang pengajar PAK dalam keluarga harus dapat
memperlihatkan kasih Kristen kepada para murid yang diajarnya. Rasul Yohanes
mengingatkan perintah Kristus, "Inilah
perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan
supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus
kepada kita" (1Yoh. 3:23). Lilik Kristianto menjelaskan bahwa
"Kasih adalah salah satu buah Roh sehingga orang percaya harus bergantung
pada Roh Kudus (Gal. 5:22).[78]
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
pengajaran PAK di perjalananpun kita harus tetap menerapkan kasih terhadap
Tuhan dan kasih terhadap sesama manusia.
Jadi yang dimaksud dengan Membicarakan Berulang-ulang
Saat di Luar Rumah (dalam Perjalanan) adalah peragaan kasih Kristen dan
pemberian perhatian yang talus ikhlas dari orang tua (sebagai pengajar PAK
dalam keluarga) secara berulang-ulang tak berkeputusan kepada anak-anaknya saat
berada di luar rumah, agar anak-anak: -memuliakan nama Bapa (Yoh 8:49-50; Mrk
1:35), memiliki kepatuhan tak terputus-putus (Yoh 8: 29), -memiliki perhatian
terhadap kebutuhan manusia (Mrk 1:38).
Saat Berbaring (istirahat)
Pengajaran PAK oleh orang tua kepada anak-anak di saat berbaring
dapat dilakukan saat orang tua membaringkan anak di pembaringan. Rasul Paulus
menyatakan dengan jelas, "Hendaklah
perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu" (Kol.
3:16; bd. 2Tim. 3:15-17). Hal ini hanya dapat dicapai dengan terus-menerus
mempelajari Alkitab hari lepas hari (Man. 119:97100; Yoh. 8: 31-32); salah
satu cara ialah membaca seluruh Perjanjian Baru
dua kali setiap tahun dan Perjanjian Lama satu kali (bd. Yes. 29:13)[79]
Orang Kristen mengawali kehidupan baru mereka dengan dilahirkan kembali
"oleh firman kebenaran"
(Yak. 1:18); Hidup baru di dalam Kristus menuntut bahwa kita membuang semua
kotoran moral yang melukai hati.[80]
W.R.F. Browning mengatakan: (1) Pada Perjanjian Lama:
orang pada umumnya tidak melakukan perjalanan jauh, kecuali para pedagang dan
prajurit. Perjalanan lewat laut tidak disukai orang Israel dan jalan-jalan
umumnya hanya jalan yang terbentuk karena diinjak-injak hewan dan pejalan kaki.
Orang Mesir mempunyai kereta (ditarik lembu?, Kej. 46:5). Kuda tersedia bagi
tentara (2 Raj 18:23) dan keledai dan unta bagi sipil. (2) Perjanjian Baru:
Sekitar abad pertama pemerintah Romawi mengubah kesempatan perjalanan. Perompak
dibersihkan dari laut, dan jalan-jalan utama dibangun untuk menghubungkan
kota-kota penting. Itu sebabnya Paulus dapat merencanakan
perjalanan-perjalanannya dengan baik (Rm. 15:24); juga ziarah-ziarah ke
Yerusalem dapat dilakukan pejalan kaki (Luk. 2:41 dst). Jalan-jalan Romawi itu
diratakan dan diberi tonggak jalan yang mencatat jarak jalan (suatu hal yang
tak terduga bagi para alili purbakala).[81]
Mengulangi materi pelajaran iman Kristen oleh orang tua
kepada anakanak saat istirahat atau saat berbaring merupakan: (1) Pengarahan
rohani yang berpusat di rumah, dan melibatkan ayah dan ibu. Pengabdian kepada
Allah di dalam rumah tangga wajib dilakukan; hal itu adalah perintah langsung
dari Tuhan (U1 6:7-9; bd. Ul 21:18; Kel 20:12; Im 20:9; Ams 1:8; 6:20; 2Tim
1:5); (2) Tujuan dari pengarahan oleh orang-tua ialah mengajar anak-anak untuk
takut akan Tuhan, berjalan pada jalan-Nya, mengasihi dan menghargai Dia, serta
melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa (U1 10:12; Ef 6:4); (3) Orang percaya
harus dengan tekun memberikan kepada anak-anaknya pendidikan yang berpusatkan
Allah di mana segala sesuatu dihubungkan dengan Allah dan jalan-jalan-Nya (U1
4:9; 11: 19; 32:46; Kej 18:19; Kel 10:2; 12:26-27; 13:14-16; Yes 38:19).[82]
Pada hari-hari terakhir orang percaya harus siap menghadapi
banjir kejahatan (2Tim 3:3) Ayat ini oleh Sang rasul menubuatkan bahwa Iblis
akan menyebabkan kerusakan besar atas keluarga. Anak akan melawan orang-tua (2
Tim 3:2), laki-laki dan wanita akan "tanpa kasih" (Yun. astorgoi).
Kata ini dapat berarti "tanpa kasih keluarga" dan menunjuk kepada
kekurangan perasaan lemah lembut dan kasih yang lazim, seperti dipertunjukkan
oleh seorang ibu yang tidak mengasihi anaknya, atau membunuh bayinya, seorang
ayah yang mengabaikan keluarga, atau anak yang tidak memelihara orang-tuanya
yang lanjut usia.[83]
Jadi yang dimaksud dengan Membicarakan Berulang-ulang
Saat di Rumah adalah pelaksanaan etas kehendak Allah, di mama Allah menghendaki
agar setiap orang tua mendidik anak-anak mereka secara berulang-ulang agar
anak-anak mengenal Allah dengan baik, melalui pendidikan iman Kristen (PAK) dalam keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat
(yang terdiri dari. Bapak, lbu, anak). Agar anak-anak mampu menerima estafet
iman Kristen nya dan mempraktekkan Firman Allah sebagai wujud nyata iman mereka
kepada Allah yang sudah membawa mereka keluar dari kuasa dosa.
Saat Bangun (Beraktivitas)
Pengajaran PAK di saat bangun tidur dapat dilakukan
melalui Kebaktian Keluarga dan Saat Teduh. Ada dua hal penting yang seharusnya
dilakukan dalam keluarga agar keluarga tersebut dapat tumbuh secara rohani
menuju kepada kedewasaan penuh, yaitu: kebaktian keluarga dan saat teduh.
Paulus Lilik Kristianto menjelaskan bahwa:
"Kebaktian keluarga dilaksanakan secara bersama oleh seluruh anggota
keluarga dan seisi rumah.[84]
Dalam kebaktian keluarga dilibatkan semua anggota keluarga. Misalnya, ayah
menyampaikan Firman Tuhan, ibu memimpin acara, anak-anak sebagai pemimpin
pujian. Kemudian, dilakukan secara bergantian. Kebaktian keluarga dapat
diadakan pada malam hari sehingga semua anggota keluarga dapat mengikutinya.
Bila memungkinkan dapat diadakan setiap hari atau dua hari sekali dengan waktu.
Mengajarkan Melalui Tanda Pengingat (D3).
Tradisi bangsa Israel berawal pada Pesakh, yaitu
keluarnya mereka dari perbudakan yang ditandai dengan korban domba yang
disembelih, kemudian dagingnya dimakan dan darahnya dioles di kusen pintu
(Keluaran 12:5-15). Maut melewati (Pesakh ; bahasa Inggris: Passover) seisi rumah yang ada tanda darah itu, serta Tuhan Allah
masuk dan makan bersama mereka.
Ini diulang kembali di dalam Ulangan 6:6-9. Selain perintah
Allah haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang
kepada anak-anakmu dan
membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam
perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
Haruslah juga mengajarkan melalui tanda pengingat, yang
terdiri atas dua indikator, yaitu Membuat Tanda Pengingat di Badan dan di
rumah.
Membuat Tanda Pengingat di Badan
Ada sembilan pemakaian arti `tanda.' dalam Ensiklopedi
Alkitab, yakni:
1.
'ot ialah sesuatu tanda untuk menyampaikan pesan istimewa, misalnya sunat
(Kej 17:11), matahari dan bulan (Kej 1:14), pelangi (Kej 9:12), ot juga sebagai
tanda yang disebut oleh Nabi-nabi adalah jaminan dari nubuat mereka, misal
kematian anak-anak Eli (1 Sam 2:34), seorang perempuan muda yang mengandung
(Yes 7:11).
2.
Tanda Kain, yang mendasari pemakaian 'ot ialah pemildran tentang jaminan kebaikan (Mzm 86:17), atau
perjanjian (Kej 9:12). Jadi tanda yang diterima Kain ialah tanda perlindungan
Yahweh, yang akan melindunginya dari pembalasan.
3.
Tanda pada kulit (lm 19:28; Ibr qa
`qa) barangkali semacam rajah, dilarang dilakukan oleh bangsa Israel,
karena merajah badan berkaitan dengan kepercayaan kafir.
4.
Tanda di dahi orang adil benar berbentuk huruf T (Ibrani taw). Mereka dibebaskan dari hukuman
karena perlindungan Yahweh.
5.
Jika dipakai ungkapan `tanda-tanda ajaib' maka maksudnya ialah karya
Allah, atau bukti kehadiran-Nya yang aktif di tengah-tengah umat-Nya.
Tulah-tulah yang menimpa. Mesir disebut tanda (Kej 4:28; 7:3; 8:23). Peristiwa
Keluaran pada dirinya dan kejadian-kejadian yang menyertainya, merupakan contoh
khas dari tanda dan mujizat (U1 4:34; 6:22; 7:19). Bangsa Israel diberi
kepastian, jika Allah menyatakan diri-Nya kembali maka penyataan-Nya itu akan
disertai tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang menandakan kedatanganNya
(Y12:30).
6.
Tanda milik Yesus (stigmata, Gal
6:17) mengacu kepada rajah atau tanda bakar, yang dibuat para pemilik budak
menjadi tanda budak mereka. Paulus bangga bahwa mereka menjadi budak Kristus,
dan ia membanggakan tanda ini, yang diterimanya dalam perkembangan upayanya
melayankan Injil (2 Kor 11:23-27). Ada pendapat bahwa tanda-tanda itu adalah
luka-luka Yesus sendiri, yang dapat diterima juga oleh orang Kristen. Nampaknya
bukan demikian maksud Paulus dalam ayat ini.[85]
7.
Tanda binatang (Yunani kharagma)
dalam Wahyu 13:16 adalah tanda dari pengikut antikristus, jelmaan dari dosa
murtad. Di sini terdapat pemikiran yang sama dengan Yehezkiel pasal 9 (lih 4 di
atas), tapi tanda 'yang jahat'. bukan yang baik.
8.
Kata Yunani se'meion
mengandung pengertian yang sama dengan kata Ibrani 'ot se melon, bisa sebagai tanda yang diberikan Allah menandai
pekerj aanNya (mis Rm 4:11; Mat 24:3). Orang banyak mengharapkan orang yang
menyatakan dirinya utusan Allah melakukan tanda-tanda dengan kuasa. Yesus
sering diminta melakukan tanda-tanda seperti itu (Mat 12:38 dab), dan Yesus
menolaknya. Dalam Kitab Yohanes mujizat-mujizat Yesus disebut se'meia, yaitu tindakan dengan maksud tertentu.,
yang membuktikan kekuasaan Allah hadir dan ber jaya di dunia ini (Yoh 2:11;
4:54; 12:18) Dalam gereja perdana terjadi tanda-tanda, yang mensahihkan kuasa
Injil (Kis 2:43; 4:30; 2 Kor 12:12). Tanda-tanda dahsyat akan mendahului
penghakiman terakhir atas dunia ini (Luk 21:1 1, 2 5).
9.
Jaminan atau tanda yang mengingatkan, misalnya pelangi (Kej 9: 12),
permohonan Rahab (Yos 2: 12), beberapa batu dari Sungai Yordan (Yos 4: 6).[86]
Membuat Tanda Pengingat di Tangan.
Salah satu ujud Membuat Tanda Pengingat di Badan adalah
membuat tanda pengingat di tangan. Haruslah juga engkau mengikatkannya. Orang
Yahudi pada abad yang lebih kemudian menafsirkan hal ini secara harafiah dengan
memasukkan bagian-bagian hukum tertulis ke dalam kotak-kotak kecil yang
diikatkan pada tangan dan dahi mereka (band. Mat 23:5).[87]
Baik dalam Perjanjian Lama, maupun Perjanjian Baru
terdapat banyak sekali penggunaan kata `tangan'. Kata ini berkenaan dengan
kuasa Allah (mis Kel 14:27), atau pemeliharaan Allah (Mat 4:6) atau kelaliman
(Yer 22:3) Arah ditunjukkan dengan tangan kanan (untuk selatan atau tangan kiri
untuk utara). Sebelah kanan adalah tempat duduk tamu terhormat (1 Raja2 2:19)
atau untuk anak di samping Bapa-Nya (Ibr 1:3) Dalam ikonografi Kristen tangan
yang muncul dari awan sering digunakan untuk melambangkan Allah Bapa. Tangan
Kanan. Tangan kanan Tuhan dalam Perjanjian Lama menyatakan kuasa yang
menyelamatkan. Raja Israel dikatakan ada di kanan Allah pada waktu dinobatkan
(Maz 110). Pengangkatan Yesus di sebelah kanan Allah (Ibr 1:3) menyatakan bahwa
perintis keselamatan (Ibr 2:10) itu mempunyai kuasa penuh: Allah memerintah dan
menghakimi oleh Yesus.[88]
Tangan (Ibrani yad
dan kaf, Yunani kheir). Kedua kata Ibrani itu
dihubungkan dengan arti dasarnya "lembah" atau" telapak",
yang berasal dad akar kata yang berarti lekukan atau belokan. Dalam Alkitab
Indonesia "tangan" sering dipakai apabila bahasa Ibrani asli dipakai ze 'roa harfiah lengan (ump Kel 15:16;
Yes 40:11; 52:10), karena tangan mempunyai arti yang lebih luas yang bisa diterapkan
pada keseluruh anggota badan itu, sedangkan yad,
kaf hanya menunjuk pada bagian bawah dan .... pada bagian atas.[89]
Dalam petnikiran Ibrani, seperti umumnya bagian anggota badan lainnya tangan
pun nampaknya mempunyai fungsi otonom (1 Sam 24:11; ). Sebagaimana lengan,
demikian juga tangan (khususnya tangan kanan) digunakan sebagai symbol
kekuasaan dan kekuatan. Namun demikian tangan mempunyai arti kiasan yang lebih
dalam daripada lengan. Lihat umpama dalam kitab Yosua 8:20 di sini yad diterjemahkan ‘kuasa’
Ada beberapa ungkapan umum dalam mana tangan dipakai
sebagai symbol kuasa, ump, terlepas
dari ataupun ada di dalam "tangan musuh" (Maz 31:15; Mrk 14:41).
Sebaliknya, jatulmya tangan melambangkan kelemahan atau ketidakmampuan untuk
mengatasi, sedangkan dengan menguatkan tangan berarti menolong (Yes 35:3; Hak
9:24). Orang kidal diperhatikan dengan khusus (Hak 3:15).[90]
Pada
lenganmu ... pada dahimu:
Hukum itu ditulis dan dimasukkan ke dalam kotak kecil lalu diikat pada lengan
dan dipasang pada dahi.
Suatu perumpamaan yang berkenaan dengan adat-istiadat
bangsa lain, agar supaya nama atau lambang suatu dewa nampak terlihat menempel
pada tubuh. Sesudah masa pembuangan hal itu mulai diartikan secara harafiah dan
orangpun mulailah mengikatkan gulungan-gulungan kulit yang penuh bertulisan
naskah-naskah hukum pada kepalanya serta pada lengannya, begitu pula pada
tiang-tiang pinto rumah. Dewasa ini hal serupa itu masih biasa pada banyak
orang-orang Yahudi (bdk. Mat 23:5).
Jadi yang dimaksud dengan Membuat Tanda Pengingat di
Tangan adalah setiap orang tua membuat 'tanda' pada tangan kanan anak mereka,
untuk mengingatkan kepada anak itu dan setiap orang yang bertemu dengan anak
itu, bahwa anak itu adalah milik Tuhan (stigmata,
Gal 6:17).
Membuat Tanda Pengingat di Dahi.
Itulah ujud kedua dari membuat tanda pengingat di badan.
Sebuah kantong kecil berisi Kitab Suci Perjanjian Lama dikenakan di dahi pria
Ibrani (Kel 13:9, 16; Ul 6:8) dan dalam penglihatan Yehezkiel mengenai masa
depan (Yell 9:4) orang-orang benar akan diberi tanda didahinya dengan huruf taw
(tanda silang X, dalam tulisan Kanaan kuno). Demikian juga dalam Wahyu 7:3,
meterai Allah ditempatkan di dahi hamba-hamba-Nya. Gereja perdana mengambil taw
itu sebagai lambang yang tepat bagi salib Yesus, dan menjadi lambang khas
Kristen. Dahi dapat juga digunakan untuk menandakan sifat keras kepala (Yes
48:4; Yeh 3:7).[91] Taw huruf terakhir dari
abjad Ibrani, dan dituliskan sebagai X dalam tulisan Kanaan (Yeh 9:4 Firman
TUHAN kepadanya: "Berjalanlah dari tengahtengah kota, yaitu Yerusalem dan
tulislah huruf T pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena segala
perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan di sana"). Ini adalah tanda dari
orang-orang yang ditebus dalam Wahyu 7: 3-4 (katanya: "Janganlah merusakkan
bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah
kami pada dahi mereka!") dan dengan demikian menjadi symbol khusus dalam
kekristenan.[92]
Dahi (Ibrani mesyakh, Yunani metopon, harfiah diantara mata)
Penampilan dari (air muka) dapat menunjukkan sikap
melawan, menentang, atau berontak (band Yer 3:3). Yes 48:4; Yeh 3:8-9, Bahasa
Indonesia menyebut kepala batu, harfiah `dahi yang keras'. Di dahi orang diberi
tanda (Kel 28:38); Yeb 9:4; Why 7:3; 13:16), Yehezkiel mencatat tanda itu
dengan tinta (ditulis), dalam Kitab Wahyu dimeteraikan, dalam Kitab Keluaran
disebut patam. Pada dahi dilekatkan `tali sembahyang'.[93]
Ulangan 6:4-9 sering disebut sebagai syema yitsrael,
suatu panggilan bagi Israel untuk mendengar firman Tuhan, antara lain dengan membuat
tanda pengingat di dahi orang Israel. Ayat-ayat ini memegang peranan yang
sangat penting dalam kehidupan iman orang Israel. Mereka melafalkan syema tiga
kali dalam sehari, dan tidak ada penyembahan pada Hari Sabat di rumah ibadah
tanpa melafalkannya. Syema ini merupakan pengakuan iman monoteisme Israel yang
paling mendasar. Isinya memberikan penegasan bahwa Allah secara total berbeda
dengan yang lain. Ia menyatakan diri- Nya kepada Israel dan dapat dipercaya
karena Ia tidak berubah.
Melalui syema Israel diajar untuk memilih persekutuan
yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas utama. Seluruh aspek kehidupan Israel
didasari oleh hubungan cintanya dengan Tuhan. Di dalam cinta ini terkandung
komitmen dan kesetiaan yang menyeluruh dan total. Syeina ini: (1) harus
tertanam dalam hati orang Israel (U1 6:6); (2) harus tertanam dalam hati
anak-anak Israel (Ul 6:7); (3) hares menjadi bagian hidup sehari-hari mereka
(U1 6:7); (4) harus menjadi identitas pribadi mereka (UI 6:8); dan (5) menjadi
identitas keluarga serta masyarakat Israel (UI 6:9). Tidak ada satu bagian pun
dalam kehidupan orang Israel yang terlepas dari relasi mereka yang penuh kasih
kepada Tuhan.
Apa yang diminta Tuhan bagi umat-Nya dan hamba-Nya
bukanlah kecakapan untuk memimpin, berorganisasi, berkhotbah, bernyanyi, atau
apapun yang lain, melainkan hati yang mengasihi Tuhan (Yoh 21:15-19). Tanpa
kasih kepada Tuhan, pelayanan dapat menjadi jerat bagi pelayan. Hal itu
menyedihkan hati Tuhan. Seluruh pelayanan, tanpa dilandasi oleh kasih kepada
Tuhan, tidak akan berarti apa-apa di hadapan Tuhan (Why 2:1-5).
Sehingga perlu direnungkan oleh setiap pelayan: Apakah
yang menyukakan hati Allah juga keinginan terdalam dari pelayan? Apakah dalam
setiap aspek hidup, cinta pada Tuhan termanifestasikan melalui ketaatan dan
komitmen pelayan?[94]
Jadi yang dimaksud dengan membuat tanda pengingat di dahi
ialah tanda komitmen untuk memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai
prioritas utama, yang dikenakan di dahi pria Ibrani sebagai tanda dari
orang-orang yang ditebus Tuhan, sebagai suatu tanda panggilan bagi Israel untuk
mendengar firman Tuhan, sebagai tanda pengingat di dahi orang Israel agar
mereka melafalkan syema tiga kali dalam sehari, dan tidak ada penyembahan pada
Hari Sabat di rumah ibadah tanpa melafalkannya.
Jadi yang dimaksud dengan Membuat Tanda Pengingat Materi
Pengajaran di Badan ialah tanda komitmen orang Israel untuk bersekutu dengan
Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup mereka, yang dinyatakan dengan tanda
pengingat syema Israel dengan cam mentuliskan di dahi (antara kedua mata)
setiap anak mereka dan pada tangan setiap anak orang Israel untuk menyatakan
bahwa mereka adalah milik Tuhan.
Membuat Tanda Pengingat di Rumah
Ada dua bagian yang termasuk membuat tanda pengingat di
rumah yaitu membuat tanda di pintu rumah dan di pintu gerbang. Tanda pada tiang
pintu rumah dan pintu gerbang dalam tradisi Israel adalah meletakkan MEZUZAH di
kusen bagian kanan pintu. Mezuzah ini adalah tanda pada kusen sebagai pengingat
bahwa Tuhan menyelamatkan bangsa Israel dari kematian di Mesir dengan darah
anak domba. Oleh karenanya setiap kali penghuni masuk ke rumah, maka ia harus
meletakkan tangannya ke mezuzah tersebut dan mengucap doa berkat, mengundang
Tuhan hadir ke dalam rumah tersebut. Mezuzah tersebut berisi Firman Tuhan dalam
-Mangan 6:4-9 dan 11:13:21.
Salah satu ujud Membuat Tanda Pengingat di Rumah adalah
membuat tanda pengingat di pintu rumah.
Membuat Tanda Pengingat di Pintu Rumah
Haruslah engkau menuliskannya. Menulis adalah salah satu
kesenian manusia yang paling tua. Pada zaman Musa ada bermacam-macam bahan yang
dipakai untuk tujuan komunikasi, di mana para juru tulis dituntut
kepandaiannya. Menulis pasti merupakan bagian dari pendidikan umum Musa di
Mesir (band Kis 7:22).[95]
Untuk sebagian besar sejarah orang Ibrani, sejak tinggal
di Kanaan (abad ke -13 dan ke -12 sM) hingga abad ke-6 M, semua rumah tinggal
memiliki ukuran dan bentuk yang sama, yaitu terdiri dari dua rang di atas dan
dua ruang di bawah, dengan atap balok-balok kayu yang diisi dengan lumpur
kering dan semak belukar. Hewan-hewan mungkin ditempatkan di bagian yang lebih
rendah (1 Sam 28:24). Rumah baru harus diberi pagar sebagai pengaman (UI 22:8).
Pada abad ke 8 sM, seperti disaksikan oleh para nabi, orang-orang kaya
memperluas rumah mereka dan cenderung mendesak orang-orang miskin ke wilayah
yang terpisah. Pada era Perjanjian Baru rumah-rumah orang kaya di Palestina
meniru rumah di kota-kota Helenistik, dilengkapi dengan persediaan airnya
sendiri. Istana Herodes begitu mewah dan nyaman, di lengkapi dengan kolam
renang dan ventilasi. Rumah-rumah orang miskin memiliki atap yang mudah
dikoyakkan (Mrk 2:4) jelas bahwa masih dibuat dari anyaman jerami dan
ranting-ranting. Namun untuk lingkungan Lukas yang lebih canggih, penginjil
mengubah konstruksi atap Markus yang sederhana itu menjadi genting (Luk 5:19)
agar lebih dapat dimengerti oleh para pembacanya.
Dalam Alkitab rumah juga digunakan untuk menyatakan
keluarga atau suku (Bil 1:2; 2 Sam 7:4-11) menggunakan rumah dengan makna
ganda, sebagai bangunan dan sebagai dinasti untuk keluarga. Rumah Allah (Mrk
2:26) atau rumah doa (Mrk 11:17) merupakan tempat untuk beribadah. Namun, dalam
Ibrani 3:3-6 persekutuan Kristen disebut sebagai rumah Allah.[96]
Jadi yang dimaksud dengan Menulis Tanda Pengingat Di
Pintu Rumah ialah kebiasaan (keharusan) membuat tulisan di pintu rumah setiap
orang Israel dengan tujuan komunikasi dan sebagai alat pendidikan untuk
mengingatkan setiap orang (anggota keluarga khususnya) yang keluar masuk
melalui pintu rumah itu (bahwa rumah itu bermakna sebagai rumah doa) bahwa
mereka adalah umat pilihan dan tebusan Alah yang berkomitmen untuk tetap setia
mengasihi Tuhan dengan segenap hati, kekuatan dan jiwa mereka dalam perkataan
dan tingkah laku.
Membuat Tanda Pengingat di Pintu Gerbang.
Pintu gerbang domba, berada di sebelah utara Bait Allah
di Yerusalem, dibangun sesudah pembuangan (Neh 3:1). Barangkali merupakan jalan
terbaik ke kota bagi domba-domba yang digiring untuk dikorbankan. Gerbang ini
agaknya terletak dekat kolam Betesda (Yoh 5:2) tetapi naskah Yunaninya tidak
pasti (kata pintu gerbang tidak ada dalam bahasa Yunaninya.[97]
Tiang pintu-pintu gerbang. Kata-kata ini mencerminkan
kebiasaan arsitektural pada zaman Musa. Untuk pemakaian bahasa kiasan semacam
itu lihat Keluaran 13: 9,16 (Hal itu
bagimu harus menjadi tanda pada tanganmu dan menjadi peringatan di dahimu,
supaya hukum TUHAN ada di bibirmu; sebab dengan tangan yang kuat TUHAN telah
membawa engkau keluar dari Mesir). Pelaksanaan harafiah dari berbagai
perintah pada Ulangan 6:8,9 menjadi mode di antara orang-orang Yahudi yang
belakangan dalam bentuk hiasan-hiasan yang dipakai setiap orang (bd. Mat 23:5 Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya
dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai
yang panjang;) dan mezuzah yang
dipasang di atas tiang pintu.[98]
Jadi yang dimaksud dengan Membuat Tanda Pengingat Materi
Pengajaran di Pintu Gerbang ialah keharusan membuat tanda pengingat di pintu
gerbang setiap rumah orang Israel, supaya hukum TUHAN ada di bibir mereka;
sebab dengan tangan yang kuat TUHAN telah membawa mereka ke luar dari Mesir.
Jadi yang dimaksud dengan Membuat Tanda Pengingat Materi
Pengajaran di Rumah mencakup keharusan membuat tanda pengingat di pintu rumah
dan pintu gerbang mereka, bahwa dengan tangan yang kuat TUHAN telah membawa
mereka keluar dari Mesh-.
Jadi yang dimaksud dengan Mengajarkan Berulang-Ulang
Materi pola Pengajaran Orang Tua Israel kepada Anak adalah pelaksanaan tanggung
jawab setiap orang tua Israel untuk selalu mengingatkan anak-anak mereka
tentang pengakuan iman (syema Israel) yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap
hati, dengan segenap jiwa (dengan cara hidup sehari-hari) dan dengan segenap
kekuatan dalam perbuatan, dengan cara mengulang-ulang mengajarkannya: saat di
dalam rumah; saat di luar rumah (dalam perjalanan); saat beristirahat
(berbaring); saat bangun beraktivitas (bekerja); membuat tanda pengingat di
badan anak-anak (pada lengan pergelangan tangan dan pada dahi); menuliskan
tanda pengingat di bangunan rumah (pada pintu nimah dan pada pintu gerbang).
Jadi secara konseptual, yang dimaksud dengan Pola
Pengajaran iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 adalah pola
mengestafetkan dan menanamkan pengakuan iman (syema Israel), oleh setiap orang
ma kepada generasi berikutnya (anak), sampai anak-anak memilih persekutuan yang
intim dengan Tuhan sebagai prioritas utama dalam kehidupan mereka terus
menenis, dan secara berkelanjutan mampu dan komitmen mengestafetkanya turun
temurun kepada keturunan berikutnya, demikian seterusnya.
Jadi secara oprasional, yang dimaksud dengan Implementasi Pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 adalah metode orang tua mengestafetkan iman kepada anak-anak, agar
anak pun meneruskan mengajarkannya kepada generasi berikutnya demikian
seterusnya, dengan tiga cara: (1) Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan: dengan
segenap hati; dengan segenap jiwa (cara hidup); dengan segenap kekuatan (dalam
perbuatan), (2) Mengajarkan dan membicarakannya berulang-ulang: saat di dalam
rumah; saat di luar rumah (dalam perjalanan); saat beristirahat (berbaring);
saat bangun beraktivitas (bekerja); (3) Mengajarkan melalui tanda pengingat: di
badan anak-anak (pada lengan/ pergelangan tangan dan pada dahi); di bangunan
rumah (pada pintu rumah dan pada pintu gerbang).
Rangkuman
Berdasarkan Implementasi pengajaran
PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9 dijemaat
GBIS Yerusalem Baru Surabaya, maka para orang tua, guru sekolah minggu, dan
hamba Tuhan harus memiliki buku pedoman pendidikan agama kristen yang baik dan
benar guna untuk meningkatkan keimanan anak-anak di antara jemaat GBIS
Yerusalem Baru Surabaya
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir yang baik adalah menjelaskan secara
teoritis antara variable yang akan diteliti. Sebelum data dikumpulkan terlebih dahulu
diduga apa yang akan terjadi dan diberikan alasannya. Kerangka berpikir yang
dibuat bertolak dari kajian teori yang sudah ada. Jumlah kerangka berpikir yang
akan disusun sama dengan jumlah rumusan masalah, dan ada judul masingmasing.
Berikut ini adalah kerangka bepikir yang terkait dengan rumusan masalah.
Implementasi Pengajaran
PAK
Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat
Gereja
Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya
Pengajaran Orang Tua Israel kepada Anak-anak Mereka
berdasarkan Ulangan 6:4-9 adalah pola mengestafetkan dan menanamkan pengakuan
iman (syema Israel), oleh setiap orang tua kepada generasi berikutnya (anak),
sampai anak-anak memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas
utama dalam kehidupan mereka terus-menerus, dan secara berkelanjutan mampu dan
komitmen mengestafetkanya turun temurun kepada generasi berikutnya, dengan
materi pengajaran orang tua Israel kepada anak, tentang mengasihi Tuhan yaitu:
(1) Mengasihi Tuhan dengan segenap hati; (2) Mengasihi Tuhan dengan Segenap
jiwa (cara hidup); (3) Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan (dalam
perbuatan), dengan cara mengajarkan dan membicarakannya benilang-ulang: saat di
dalam rumah; saat di luar rumah (dalam perjalanan); saat beristirahat
(berbaring); saat bangun beraktivitas (bekerja); membuat tanda pengingat di
badan anak-anak (pada lengan/ pergelangan tangan dan pada dahi); menuliskan
tanda pengingat di bangunan rumah (pada pintu rumah dan pada pintu gerbang).
Kenyataannya, sebagai bapa-bapa dan ibu-ibu dari
anak-anaknya, tanggung jawab setiap orang tua dari anggota jemaat di GBIS
Yerusalem Baru Surabaya mereka bukan saja menjadi imam yang merupakan
pengantara antara Tuhan dengan umat-Nya, tetapi juga harus menjadi guru yang
mengajarkan tentang perbuatan-perbuatan Tuhan yang mulia itu dengan segala
janji Tuhan yang membawa berkat bagi orang percaya turun-temurun. Bimbingan dan
maksud Tuhan itu perlu dijelaskan kepada anak cucu. Seperti: Abraham meneruskan
kepada Ishak (anak Abraham), lalu Ishak meneruskan pengajaran penting itu
kepada Yakub dan kemudian Yakub juga menanamkan segala perkara ini kedalam
batin anak-anaknya. Yusuf menyimpan perkara-perkara itu kemanapun ia pergi.
Janji-janji Tuhan itu tetap terpelihara oleh bangsa Israel. Nabi Musa dipilih
oleh Tuhan untuk: membebaskan umat-Nya dari penindasan; Musa diangkat menjadi
pemimpin mereka; Musa juga menjadi guru dan pemberi hukum-hukum bagi mereka.
Musa mendidik mereka di padang belantara dan mengatur pendidikan itu dengan
jitu dan tepat, pendidikan itu akan dilanjutkan pula oleh penggantipenggantinya.
Tiap-tiap keturunannya umat Israel menyampaikan pula tiap pengajaran itu kepada
keturunan yang berikut. Proses ini berlangsung terus menerus beratus-ratus
tahun lamanya. Pendidikan itu mulai dalam masing-masing rumah tangga dan
diteruskan dalam kebaktian-kebaktian umum dan di dalam pengajaran dalam Taurat
Tuhan_ Tuhan Allah sendirilah yang merupakan pusat dan tujuan segala pengajaran
masyarakat Israel. Nampaknya pola pengajaran dan pengestafetan iman seperti ini
belum menjadi bagian utama dalam kehidupan setiap orang tua dan jemaat GBIS
Yerusalem Baru Surabaya
Hal tersebut terlihat dengan masih ada anak jemaat yang
nikah campur, antara lain karena belum adanya materi pengajaran oleh orang tua
kepada anak yang dibakukan dalam sebuah buku pedoman di GBIS Yerusalem Baru
Surabaya. Juga belum tersedia buku pedoman bagi orang tua bagaimana pola
pengajaran untuk mencerdaskan anak mereka. Selain itu belum ada pelatihan
kepada orang tua untuk menambah keterampilan setiap orang tua untuk
mengestafetkan iman Kristen kepada anak-anak. Bahkan belum jelas bagaimana
sehanisnya setiap orang tua memandang anak-anak yang dikaruniakan Tuhan dan
bagaimana melaksanakan pengajara iman Kristen dalam setiap rumah tangga anggota
Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya.
Dari hal di atas patut diduga bahwa kecenderungan tingkat
implementasi Pengajaran PAK Dalam
Pembentukan Iman kepada Anak berdasarkan Ulangan 6: 4-9 di GBIS Yrusalem Baru Surabaya ada pada kategori rendah menuju sedang.
Jonathan Sarwono mengatakan tentang arch anak panah dalam
gambar analisa jalur sbb: Model jalur ialah suatu diagram yang menghubungkan
antara variable bebas, perantara dan tergantung. Pola hubungan ditunjukkan
dengan menggunakan anak pariah. Anak panah-anak panah tunggal menunjukkan
hubungan sebab-akibat antara variable-variabel exogenous atau perantara dengan
satu variable tergantung atau lebih. Variabel-variabel exogenous dalam suatu
model jalur ialah semua variable yang tidak ada penyebab-penyebab eskplisitnya
atau dalam diagram tidak ada anak-anak pariah yang menuju ke arahnya, selain
pada bagian kesalahan pengukuran. Variabel endogenous ialah variable yang
mempunyai anak panah-anak pariah menuju kea rah variable tersebut.[99]
Secara skema di bawah ini digambarkan bagan kerangka
berpikir, kecenderungan tingkat Implementasi pengajaran
Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Ulangan
6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya.a Lihat
gambar 2.7
GAMBAR 2.7
KECENDERUNGAN TINGKAT IMPLEMENTASI METODE
PENGAJARAN
Keterangan:
Y = Implementasi pola pengajaran Iman
D1 Mengajarkan tentang Mengasihi
D2 Mengajarkan secara berulang-ulang
D3 Mengajarkan melalui tanda Pengingat
Metode Pengajaran Iman Orang
Tua Israel Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 adalah pertama, Mengajarkan
tentang mengasihi Tuhan, terdiri dari: (1) Mengasihi Tuhan dengan segenap hati;
(2) Mengasihi Tuhan dengan Segenap jiwa (cara hidup); (3) Mengasihi Tuhan
dengan segenap kekuatan (dalam perbuatan). Kedna, Mengajarkan secara berulang-ulang:
saat di dalam rumah; saat di luar rumah (dalam perjalanan); saat beristirahat
(berbaring); saat bangun beraktivitas (bekerja); Mengajarkan melalui tanda
pengingat: di badan anak-anak (pada lengan/ pergelangan tangan dan pada dahi);
membuat tanda pengingat di rumah (pada pintu rumah dan pada pintu gerbang).
Kenyataanya,
materi pengajaran orang tua kepada anak tentang mengasihi Tuhan belum dihayati
secara penuh oleh setiap orangtua anggota Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya,
sebab nampaknya masih ada orang tua anggota jemaat yang masih belum mengasihi
Tuhan dengan sepenuh hail mereka: masih belum menunjukkannya dalam cara hidup
mereka dan dalam perbuatan mereka, seperti yang diperintahkan dalam Ulangan 6:5
di atas. Sebab kenyataan yang ada di lapangan, masih ada anggota jemaat GBIS
Yerusalem Baru Surabaya, datang terlambat beribadah di gereja pada hari Minggu
dan Doa Malam pada hari Jumat, dan masih ada yang belum rutin hadir tepat
waktu, bahkan ada yang baru sampai di gereja menjelang kotbah dimulai.
Tentang
jemaat di GBIS Yerusalem Baru Surabaya melaksanakan sesuai dengan yang tertulis
dalam Ulangan 6: 6-9, disebabkan karena kesibukan mereka untuk mencari nafkah
(bekerja), sehingga anak-anak kurang waktu untuk bertemu dengan ayah mereka.
Disinyalir, bahwa ada anggota jemaat yang sebelum anak-anak bangun, ayahnya
sudah berangkat bekeija dan scat pulang anak-anak mereka sudah tidur, sehingga
tidak ada kesempatan berinteraksi antara ayah dan anak-anak mereka, apalagi
mengajarkan syema secara berulang-ulang seperti perintah Tuhan dalam Ulangan 6:
7-9 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang (metode pengajaran, pen)
kepada anakanakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila
engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau
bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda (membuat tanda
pengingat di badan, pen) pada tanganinu dan haruslah itu menjadi lambang di
dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu (membuat tanda
pengingat di rumah, pen) pada pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu"
Dari
hal di atas patut diduga bahwa Dimensi yang paling dominan memengaruhi Pengaruh
Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan
Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya
adalah mengajarkan secara berulang-ulang. Lihat gambar 2.8
GAMBAR
2.8
DIMENSI
YANG PALING DOMINAN MEMENGARUHI IMPLEMENTASI
Keterangan:
Y
= Implementasi pola pengajaran Iman
Dl
Mengajarkan tentang Mengasihi
D2
Mengajarkan secara berulang-ulang
D3
Mengajarkan melalui tanda Pengingat
Kategori latar belakang yang dominan
mempengaruhi
Implementasi pengajaran PAK dalam
pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara
jemaat GBIS Yerusalem Baru
Berdirinya
Gereja Bethel Injil
Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya sendiri
dimulai dengan penginjilan kepada orang-orang yang kurang diperhatikan oleh
masyarakat, yaitu kelompok pengamen jalanan, pemulung, pengemis, buruh pabrik,
dan gelandangan yang hidup di kolong jembatan. Ditinjau dari sejarah berdirinya
gereja dan perkembangannya saat ini dapatlah dipahami bila GBIS Yerusalem Baru
Surabaya memiliki jemaat dengan latar belakang yang beragam, baik latar
belakang suku, bentuk kekristenan, gereja asal, jenis kelamin, pendidikan, usia, dan lain-lain.
Adapun kegiatan Gereja yang dilakukan di GBIS elama sepekan adalah: lbadah Raya
pada hari Minggu jam 07.00 pagi, Ibadah Sekolah Minggu jam 09.30 pagi, dan Ibadah
Kaum Muda dan Remaja jam 10.00. Ibadah kaum Pria pada hari Jumat 2 & 4 jam 19.00,
Ibadah Kaum Wanita hari Senin jam 17.00, dan Ibadah Doa Malam, hari Jumat ke 1 & 3 jam 18.00.
Gereja
merupakan agen utama dalam mengajarkan pendidikan Agama Kristen melalui
kegiatan beribadah, memberitakan Firman, melaksanakan sakramen, memelihara
kesatuan dan identitasnya sebagai gereja. Gereja memuliakan Allah dengan
menempatkan Dia sebagai pusat, dasar dan kuasa hidup uniat. Gereja memuliakan
Allah melalui persekutuan (koinonia) di antara umat di mana disiplin, kekudusan
hidup dankarunia-karunia rohani menjadi nyata. Gereja memuliakan Allah melalui
kesaksiaimya (marturia) yang mencakup pekabaran Injil ke seluruh dunia dan
mengajar umat serta dunia tentang ajaranajaran Tuhan, pelayanan sosial
(diakonia) serta pemberitaan tentang keadilan dan kebenaran Allah. Akan tetapi
di GBIS Yerusalem Baru Surabaya belum ada metode atau
pedoman pelaksanaan untuk melakukan pengajaran dari orang tua kepada
anak-anakaiya.
Berdasarkan
penjelasan di atas dapat diduga, bahwa kategori latar belakang yang dominan
memengaruhi impletnentasi pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Kitab
Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya adalah pendidikan.
Secara
shema di bawah ini digambarkan bagan kerangka berpikir, Kategori latar belakang
yang dominan memengaruhi Implementasi
Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam
Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel
Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya? Lihat gambar 2.9
Gambar
2.9
KATEGORI LATAR BELAKANG YANG DOMINAN
Keterangan
Y =
Implementasi pola pengajaran Iman Kepada Anak
LB
Latar Belakang Suku (1= Jawa; 2= Batak; 3= Ambon; 4= Timor; 5= Lainnya)
Latar
Belakang Bentuk Kekristenan (1 = Kristen Keturunan; 2 = Kristen Pertobatan)
Latar
Belakang Gereja Asal (1= Katolik; 2= Protestan; 3= Pentakosta; 4= Karismatik)
Latar
Belakang Jenis Kelamin (1= Laki-laki; 2= Perempuan)
Latar
Belakang Pendidikan (1= SD ; 2= SMP; 3= SMA; 4=S1; 5=S2; 6= S3)
Latar
Belakang Usia (1 = 25-30 Tahun; 2 = 30-40 Tabun); 3 = 40-45 Tahun); 4= lebih 46
Tahun.
Perumusan
hipotesis
Berdasarkan
rumusan masalah, kajian teori dan kerangka berpikir di atas diajukan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
1. Diduga kecenderungan tingkat Pengaruh Pengajaran
Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan
Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya.
2. Diduga dimensi yang paling dominan
memengaruhi Pengajaranh
Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus
Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh
Yerusalem Baru Surabaya adalah mengajarkan secara berulang-ulang.
3. Diduga kategori latar belakang yang
paling dominan (dari suku, bentuk kekristenan, gereja asal, jenis kelamin,
pendidikan dan usia) memengaruhi Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam
Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja
Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah latar belakang pendidikan.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
Metode
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu.[100]
Cara ilmiah yang dimaksud adalah kegiatan penelitian rasional, empiris, dan
sistematis. Sedangkan Iskandar menjelaskan: "Metodologi penelitian
merupakan tahapan peneliti menjelaskan cara bagaimana penelitian dapat
dilaksanakan, supaya hipotesis penelitian dapat diuji secara ilmiah, dan
empirik."[101]
Atas dasar pengertian tersebut, dalam bab ini akan dipaparkan metodologi penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi: Tempat dan waktu penelitian;
Metode penelitian; Populasi; Teknik pengumpulan data; Pengembangan Instrumen
Penelitian yang terdiri dari: Definisi konseptual (konstruk), Definisi
operasional (berkaitan dengan pengukuran), Kisi-kisi, Kalibrasi (Pengujian
validitas dan Pengujian reliabilitas), Instrumen final; serta Teknik analisis
data.[102]
Tempat
dan Waktu Penelitian
Lingkup penelitian meliputi para kepala keluarga dari Jemaat
GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Para kepala keluarga tersebut terdiri dari
gembala dan jemaat. Peneliti
akan mengumpulkan data dari lapangan. Penelitian data teoritis telah dilakukan
di Perpustakaan Sekolah Tinggi Bethany Surabaya. Penelitian ini dilakukan mulai bulan September
2015 sampai dengan bulan November 2015 dengan keterangan sebagai berikut:
1.
Merumuskan
masalah dan studi perpustakaan mulai September sampai November 2015.
2.
Menyiapkan dan
memvalidasi
instrument penelitian pada akhir November 2015
3.
Pelaksanaan
pengambilan data populasi pertengahan November 2015
4.
Pengolahan,
penghitungan data, pembahasan, penarikan kesimpulan, implikasi, penulisan
saran-saran pada minggu pertama bulan November 2015.
5.
Penyerahan
hasil akhir penelitian pada minggu pertama bulan November 2015.
Metode
Penelitian
Dalam
penelitian ini digunakan metode penelitian survei dengan pengambilan data
melalui angket. Peneliti memakai survei untuk mendapatkan data untuk
menggambarkan pemahaman kelompok tertentu.[103]
Survei adalah penelitian yang digunakan pada populasi besar dan kecil, tetapi
data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi
tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan
pengaruh dari hubunganhubungan antar variabel.[104]
Sasmoko menjelaskan bahwa tujuan survei adalah mengumpulkan informasi tentang
variabel dan bukan informasi tentang individu.[105]
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei yang
bersifat eksplanatori.[106]
Penelitiaan eksplanatori konfermatori mencoba menjawab pertanyaan What is yang
berupa pemahaman kelompok tertentu, dengan mengambil dan mengumpulkan data dari
kelompok tertentu, yang kemudian menganalisanya dan pada akhirnya dibuat
kesimpulan.[107]
Michael H. Walizer mengatakan penelitian eksplanatori berusaha mengadakan penggalian
yang lebih mendalam mengenai variabel terikat (Y).[108]
Sedangkan Prof Sasmoko mengatakan: Penelitian eksplanatori yang dikembangkan
dalam tesis ini memiliki fungsi mengembangkan model berdasarkan kajian
teoritis, menemukan ramalan teoritis yang kontekstual dengan populasi yang
disebut construct; menguji construct tersebut secara empiris, dan menggali
lebih dalam peran endogenous dan exogenous-nya. Untuk itulah kemudian dalam
penelitian eksplanatori ini melakukan construct validity sebagai upaya membuktikan
ramalan penelitian secara teori yang dikontekstualisasikan secara empiris.[109]
Penelitian
ini terdiri dari variabel endogenous dan exogenous. Variabel endogenous adalah
dependent variable itu sendiri (Y), yang keragamannya terjelaskan oleh variabel
exogenous variable (X) atau independent variable dan variable lainnya
(moderator variable) dalam implementasi. Sedangkan variabel exogenous (X)
adalah indikator yang ditemukan melalui kajian teoritis dari varabel endogenous
(Y). Dengan kata lain, exogenous variable dalam penelitian ini merupakan
dimensi dan indikator dari endogenous variable. Variabel exogenous adalah
variabel yang keragamannya tidak dipengaruhi oleh penyebab di dalam sistem, dan
variabel ini tidak dapat ditetapkan hubungan kausalnya, serta variabel ini
ditetapkan sebagai variabel pemula yang memberi efek kepada variabel lain.
Dalam penjumlahannya, variabel ini tidak diperhitungkan jumlah sisanya,
walaupun memiliki sisa/error.
Secara
sederhana, rencana/ramalan implementasi hubungan antar variabel penelitian
dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel
yang diukur dinyatakan dengan variabel bebas (variabel eksogenos) dan variabel
terikat (variabel endogenos). Hubungan antar variabel terlihat pada gambar 3.1.
GAMBAR
3.1
PREDIKSI
POLA HUBUNGAN ANTAR VARIABEL
Exogenous
Variabel
Keterangan:
Variabel
Endogenos terdiri dari:
Y
= Implementasi ajaran Kitab Ulangan 6:4-9 tentang Pengajaran PAK dalam pembentukan
Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya.
D1
Mengajarkan tentang Mengasihi
D2
Mengajarkan secara berulang-ulang
D3
Mengajarkan melalui tanda Pengingat
D1
Mengajarkan tentang Mengasihi dengan tiga indikator sebagai berikut:
D1.1
Mengasihi Tuhan dengan segenap hati
D1.2
Mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa (cara hidup)
D1.3
Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan (dalam perbuatan)
D2
Mengajarkan secara berulang-ulang, terdiri dari empat indikator:
D2.1
Membicarakan berulang-ulang saat di rumah
D2.2
Membicarakan berulang-ulang saat dalam perjalanan
D2.3
Membicarakan berulang-ulang saat berbaring
D2.4
Membicarakan berulang-ulang saat bangun (beraktivitas)
D3
Mengajarkan melalui tanda Pengingat, terdiri dari dua indikator, yang
masing-masing indikator terdiri atas dua sub-indikator:
D3.1
Membuat Tanda Pengingat di Badan: (a) Membuat tanda pengingat di tangan
(dengan) (D3.1.1), (b) Membuat tanda pengingat di dahi (D3.1.2).
D3.2
Membuat Tanda Pengingat di rumah: (a) Membuat tanda pengingat di pintu rumah
(D3.2.1); (b) Membuat tanda pengingat di pintu gerbang (D3.2.2).
Variabel
Moderator
LB1: Latar Belakang Suku (1= Jawa; 2=
Batak; 3= Ambon; 4= Timor; 5= Lainnya)
LB2: Latar Belakang Bentuk Kekristenan
(1 = Kristen Keturunan; 2 = Kristen Pertobatan)
LB3: Latar Belakang Gereja Asal (1=
Katolik; 2= Protestan; 3= Pentakosta; 4= Karismatik)
Latar Belakang Jenis Kelamin (1=
Laki-laki; 2= Perempuan)
Latar Belakang Pendidikan (1= SD; 2=
SMP; 3= SMA; 4=S1; 5=S2/S3)
Latar Belakang Usia (1 = 25-30 Tahun; 2
= 30-40 Tahun); 3 = 40-45 Tahun); 4= lebih 46 Tahun.
Populasi
dan Sampel
Populasi
penelitian adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang dapat berupa manusia
(para pemimpin), sehingga subyek-subyek ini dapat menjadi sumber data
penelitian.[110]
Seperti tersebut di atas Nawawi mengatakan, populasi adalah keseluruhan obyek
penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.[111]
Sedangkan sampel atau contoh adalah sebagian kecil dari yang diamati atau dari
populasi.[112]
Penarikan sampel sangat diperlulan oleh peneliti. Lazimnya keterbatasan waktu,
uang yang tidak memungkinkan peneliti menyelidiki semua anggota populasi, sebab
penarikan sampel dari populasi itu adalah untuk memperoleh informasi mengenai
populasi tersebut maka penting untuk menyeleksi sampel yang benar-benar
mewakili semua individu yang ada dalam populasi. Populasi penelitian ini adalah
anggota jemaat di
GBIS Yerusalem Baru, Surabaya, berjumlah 65 orang
yang terdiri dari pria dan wanita. Dan populasi yang berjumlah 65 itu akan
diambil untuk uji coba sebanyak 30 orang. Sisanya sebanyak 35 orang menjadi
responden dalam penelitian ini. Hasil aaapenelitian dari 35 orang responden
akan menggambarkan pendapat populasi 65 orang anggota jemaat GBIS Yerusalem
Baru Surabaya. Adapun nama-nama responden penelitian uji coba, tercantum dalam
table berikut ini. Lihat lampiran 3.1
Table
3.1
NAMA-NAMA
RESPONDEN UJI COBA
Nomor |
Nama |
1 |
Ibu Sumphi |
2 |
Ibu Erni |
3 |
Bp. Suparlan |
4 |
Bp. Verdi |
5 |
Sdr. Melky |
6 |
Ibu Riris |
7 |
Bp.A Andrean |
8 |
Ibu Dewi |
9 |
Ibu Amirah |
10 |
Ibu Afrida |
11 |
Bp. Sali |
12 |
Ibu Musripah |
13 |
Ibu Lily |
14 |
Ibu Tyas |
15 |
Bp. Purnomo |
16 |
Bp. Amari |
17 |
Bp. Antonius |
18 |
Bp. Syukur |
19 |
Ibu Eni |
20 |
Ibu Anisa |
21 |
Bp. Samadi |
22 |
Bp. Yanto |
23 |
Ibu Erwindah |
24 |
Ibu Ningrum |
25 |
Ibu Yuliana |
26 |
Bpa. Erwin |
27 |
Bp. Bram Natanael |
28 |
Biu Maria Chicilia |
29 |
Ibu Icha |
30 |
Ibu Ismurtini |
Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu
melakukan penelitian secara langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan. Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan menggunakan
angket. Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi
seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.[113]
Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer (data yang
diperoleh dari responden). Data primer mengenai Implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman
kepada anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9, yang diterapkan oleh anggota
Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya diperoleh dari jawaban langsung dari para
jemaat GBIS Yerusalem Baru, Surabaya melalui kuesioner yang diajukan. Teknik
pengumpulan data untuk setiap variabel dapat dilihat dalam tabel 3.2 berikut:
TABEL
3.2
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA UNTUK SETIAP VARIABEL
Variable |
Dimensi |
Teknik
Penggumpulan Data |
Model
Skala |
Rentang
Skor |
Jenis
Skala Data |
Sumber
Data |
Ket |
Implementasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen
Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak
Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem
Baru Surabaya |
|
Angket |
Likert
|
1-5 |
Inter-val |
Jemaat
GBIS Yerusalem Baru Surabaya |
|
Mengajarkan tentang mengasihi
Tuhan (D1) |
Angket |
Likert
|
1-5 |
Inter-val |
Jemaat
GBIS Yerusalem Baru Surabaya |
|
|
Mengajarkan secara
berulang-ulang (D2) |
Angket |
Likert
|
1-5 |
Inter-val |
Jemaat
GBIS Yerusalem Baru Surabaya |
|
|
Mengajarkan melalui tanda
Pengingat (D3) |
Angket |
Likert
|
1-5 |
Inter-val |
Jemaat
GBIS Yerusalem Baru Surabaya |
|
|
Kategori latar belakang |
|
Angket |
Likert
|
1-5 |
Inter-val |
Jemaat
GBIS Yerusalem Baru Surabaya |
|
Pengembangan
Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian merupakan komponen yang sangat penting dalam menjalankan sebuah
penelitian dalam usaha mendapatkan data.[114]
Instrumen
Variabel Y
Variabel
Y = Implementasi Pengajaran
PAK dalam pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan
Kitab Ulangan 6:4-9. Instrumen penelitian untuk mengumpulkan data variabel Y
terlebih dahulu akan divalidasi oleh tiro validator.
Kuesioner
yang disampaikan kepada responden merupakan salah satu jenis instrumen
pengumpulan data melalui jawaban responden atas sejumlah pernyataan. Teknik ini
dipilih karena responden adalah orang yang mengetahui dirinya sendiri dan
nilai-nilai budayanya, apa yang dinyatakan responden kepada peneliti adalah
benar dan dapat dipercaya, dan interpretasi responden tentang pertanyaan yang
diajukan adalah sama dengan yang dimaksud oleh peneliti.[115]
Kuesioner
yang digunakan didesain berdasarkan skala Likert yang berisi sejumlah pemyataan
yang menyatakan obyek yang hendak diungkapkan. Skala Likert ialah skala yang
dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan.[116]
Penskoran atas kuesioner skala Likert dalam penelitian ini merujuk pada lima
altematif jawaban, seperti pada tabel 3.3 berikut:
TABEL
3.3
BOBOT
PENILAIAN VARIABEL Y MENURUT SKALA LIKERT
Pernyataan Positif |
Bobot Nilai Pernyataan Positif |
Bobot Nilai Pernyataan Negatif |
Sangat Setuju
(SS) |
5 |
1 |
Setuju (S) |
4 |
2 |
Ragu-ragu (R) |
3 |
3 |
Tidak Setuju
(TS) |
2 |
4 |
Sangat Tidak
Setuju (STS) |
1 |
5 |
Karena
instrumen adalah alat untuk mendapatkan data, maka diperlukan syarat-syarat
tertentu agar data yang diperoleh dari pengukuran tersebut sahih (valid) dan
terandalkan (reliabel).[117] instrumen
ini menggunakan validitas isi (content validation) dan validasi konstruksi
(construct validation). Validasi isi menunjuk sejauh mana instrumen tersebut mencerminkan
isi yang dikehendaki.
Definisi
Konseptual Y
Yang
dimaksud dengan Pengajaran
Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan
Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya
adalah metode mengestafetkan
dan menanamkan pengakuan iman, oleh setiap orang tua kepada generasi berikutnya
(anak), sampai anak-anak memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai
prioritas utama dalam kehidupan mereka tents menerus, dan secara berkelanjutan
mampu dan komitmen mengestafetkanya turun temurun, dengan materi pengajaran
orang tua tentang mengasihi Tuhan: (1) Mengasihi Tuhan dengan segenap hati; (2)
Mengasihi Tuhan dengan Segenap jiwa (cara hidup); (3) Mengasihi Tuhan dengan
segenap kekuatan (dalam perbuatan), dengan cara mengajarkan berulang-ulang:
saat di dalam rumah; saat di luar rumah (dalam perjalanan); saat beristirahat
(berbaring); saat bangun beraktivitas (bekerja); membuat tanda pengingat di
badan anak-anak (pada dengan /
pergelangan tangan dan pada dahi); membuat tanda pengingat di rumah (pada pintu
rumah dan pada pintu gerbang).
Definisi
Operasional Variabel Y
Definisi
operasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk
dengan cara memberikan arti suati operasional yang diperlukan untuk mengukur
konstruk atau variabel tersebut. Definisi operasional yang diukur memberikan
gambaran bagaitnana variabel atau konstruk tersebut diukur.[118]
Pengukuran variabel berarti bagaimana variabel-variabel yang digunakan diukur.[119]
Definisi
operasional Pengajaran
PAK dalam pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan
Kitab Ulangan 6:4-9 adalah penerapan atau pelaksanaan metode mengestafetkan dan
menanamkan pengakuan iman Kristen, oleh anggota Jemaat GBIS Yerusalem Baru
Surabaya kepada anak-anaknya (generasi berikutnya), sampai anak-anak memilih
persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas utama dalam kehidupannya
terus menerus, dan secara berkelanjutan mampu dan komitmen mengestafetkanya
turun temurun, dengan materi pengajaran orang tua tentang mengasihi Tuhan : (1)
Mengasihi Tuhan dengan segenap hati; (2) Mengasihi Tuhan dengan Segenap jiwa
(cara hidup); (3) Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan (dalam perbuatan),
dengan cara mengajarkan berulang-ulang pada: saat di rumah; saat di luar rumah
(dalam perjalanan); saat beristirahat (berbaring); saat bangun (beraktivitas);
membuat tanda pengingat di badan anak-anak (pada lengan/ pergelangan tangan dan
pada dahi); membuat tanda pengingat di rumah (pada pintu rumah dan pada pintu
gerbang),
Kisi-kisi
Instrumen Pengajaran PAK
dalam
Pembentukan Iman Kepada Anak
Setelah
menetapkan definisi konseptual dan definisi operasional variabel maka
dibangunlah kisi-kisi berdasarkan teori yang telah dibahas dalam Bab II,
dengan: dimensi
D1
Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan, terdiri dari indikator: (1) Mengasihi
Tuhan dengan segenap hati; (2) Mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa (melalui
cara hidup) ; (3) Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan (dalam perbuatan ).
D2
Mengajarkan secara berulang-ulang, terdiri dari indikator: (1) Membicarakan
berulang-ulang saat di rumah; (2) Membicarakan berulang-ulang saat di luar
rumah (dalam perjalanan); (3) Membicarakan berulang-ulang saat istirahat
(berbaring); (4) Membicarakan berulang-ulang saat bangun (beraktivitas)
D3
Membuat Tanda Pengingat di badan, terdiri dari Indikator: (1) Membuat tanda
pengingat (a) di tangan (lengan) dan (b) di dahi; (2) Membuat Tanda Pengingat
di Rumah (a) di pintu rumah dan (b) di pintu gerbang.
Adapun
kisi-kisi instrumen penelitian variabel Y adalah seperti pada tabel 3.4
TABEL 3.4
KISI-KISI INSTRUMEN
PENELITIAN VARIABEL Y
Variabel |
Dimensi |
Indikator |
No Item |
Total |
Implementasi
Pengajaran PAK dalam pembentukan Iman Kepada Anak
berdasarkan Kitab
ulangan 6:4-9 |
Mengajar kan
tentang
mengasihi Tuhan (D1) |
1.
Mengasihi Tuhan dengan
segenap hati |
1, 2, 3, 4,
5 |
5 |
2.
Mengasihi Tuiahan dengan
segenap jiwa |
6,7,8,9,10 |
5 |
||
3.
Mengasihi Tuhan dengan
segenap kekuasaan |
11, 12, 13, 14, 15, |
5 |
||
Mengajar kan
secara
berualang- ulang (D2) |
1.
Membicarakan
berulang-ulang saat dirumah |
16, 17, 18, 19,20 |
5 |
|
2.
Membicaran berulang ulang
saat di rperjalanan |
21, 22, 23, 24,25 |
5 |
||
3.
Membicarakan
berulang-saat berbaring |
26, 27, 28, 29,30 |
5 |
||
4.
Membicarakan
berulang-ulang saat bangun |
31, 32, 33, 34, 35 |
5 |
||
Mengajar Kan melaluiu
tanda pengingat (D3) |
1.
Membuat tanda pengingat
di badan |
36, 37, 38 39, 40 |
5 |
|
2.
Membuat tanda pengingat
di rumah |
41, 42, 43, 44, 45 |
5 |
||
Jumlah |
|
|
|
45 |
Kalibrasi
Instrumen
Banyaknya
responden untuk uji coba instniment, sejauh ini belum ada ketentuan yang
mensyaratkannya, namun demikian disarankan sekitar 20-30 orang responden.[120]
Sementara Sasmoko mengatakan: Jumlah responden uji coba sedapat mungkin
berjumlah 30. Jika tidak memungkinkan jumlahnya dapat juga di bawah 30.[121] Penelitian
populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku yang ada di
dalam populasi. Oleh karena subyeknya meliputi semua yang terdapat di dalam
populasi, maka juga disebut sensus. Penelitian populasi hanya dapat dilakukan
bagi populasi terhingga dan subyeknya tidak terlalu banyak.[122]
Sehubungan
penjelasan di atas, maka uji coba instrumen yang terdiri dari 45 item yang
telah divalidasi oleh tiga orang validator tersebut di atas telah diuji cobakan
kepada 30 orang responden.
Kalibrasi
(uji coba) instrumen Pola pengajaran Iman kepada Anak dilakukan melalui uji
validitas dan realibilitas kepada 30 orang responden. Dengan angket dan jumlah
penyataan sebanyak 45 butir. Dengan pernyataan sebanyak 45 butir ada yang gugur
sebanyak 2 butir, antara lain nomor 1 dan nomor 31 sehingga angket yang valid
sejumlah 43 butir. Kalibrasi dilakukan dengan maksud untuk menguji kehandalan
dan kesahihan butir instrumen yang hasilnya akan digunakan untuk mendapatkan
data sampel yang valid dan reliabel. Sasmoko mengatakan bahwa untuk menguji
construct validity tahap pertama, dapat dilakukan dengan Iterasi Ortogonal. Hal
tersebut dipilih karena variable Pola pengajaran Iman Kristen kepada Anak dalam
penelitian ini adalah variable konseptual, yaitu variabel yang dikembangkan
berdasarkan pendekatan teoritis untuk menemukan construct variable.
Dalam
melakukan validitas konstruks dengan pendekatan Iterasi Ortogonal ini, peneliti
melakukan perhitungan sampai dengan ditemukannya butir-butir yang secara
bersamaan valid. Untuk itu perhitungan validitas konstruksi ini dilakukan
beberapa kali perhitungan, yang kemudian disebut dengan iterasi, di mana dalam
iterasi ortogonal ditetapkan terlebih dahulu kriteria, sebagai berikut: `Butir
konstrak dinyatakan valid, apabila nilai r hitung > (lebih besar) dari nilai
r table untuk degree of freedom = n — k, dalam hal ini 30 — 3 atau df 27 dan
satu daerah sisi pengujian dengan alfha 0,05 di dapat r table 0.361. Jika r
hitung untuk r tiap butir penyataan bernilai positif dan lebih besar dari r
table (corrected item-total correlation) maka butir penyataan tersebut
dinyatakan valid.[123]
Kalibrasi instrumen yang dilakukan kepada 30 responden dengan 45 butir
pernyataan/pertanyaan untuk menentukan istrumen final, temyata dibutuhkan dua
kali iterasi orthogonal. Pada iterasi pertama diperoleh hasil sebagai berikut:
Lihat Tabel 3:5
Tabel
3.5
Hasil
Iterasi Orthogonal ke 1 Variabel Y
Nomor Butir |
R Hitung |
R Tabel |
Status |
1 |
0.150 |
0.361 |
Tidak Valid |
2 |
0.427 |
0.361 |
Valid |
3 |
0.688 |
0.361 |
Valid |
4 |
0.579 |
0.361 |
Valid |
5 |
0.603 |
0.361 |
Valid |
6 |
0.401 |
0.361 |
Valid |
7 |
0.592 |
0.361 |
Valid |
8 |
0437 |
0.361 |
Valid |
9 |
0.75 |
0.361 |
Valid |
10 |
0.706 |
0.361 |
Valid |
11 |
0.617 |
0.361 |
Valid |
12 |
0.735 |
0.361 |
Valid |
13 |
0.813 |
0.361 |
Valid |
14 |
0.712 |
0.361 |
Valid |
15 |
0.564 |
0.361 |
Valid |
16 |
0.689 |
0.361 |
Valid |
17 |
0.492 |
0.361 |
Valid |
18 |
0.746 |
0.361 |
Valid |
19 |
0.511 |
0.361 |
Valid |
20 |
0.90 |
0.361 |
Valid |
21 |
0.591 |
0.361 |
Valid |
22 |
0.633 |
0.361 |
Valid |
23 |
0.546 |
0.361 |
Valid |
24 |
0.741 |
0.361 |
Valid |
25 |
0.787 |
0.361 |
Valid |
26 |
0.732 |
0.361 |
Valid |
27 |
0.738 |
0.361 |
Valid |
28 |
0.604 |
0.361 |
Valid |
29 |
0.774 |
0.361 |
Valid |
30 |
0.706 |
0.361 |
Valid |
31 |
0.152 |
0.361 |
Tidak Valid |
32 |
0.638 |
0.361 |
Valid |
33 |
0.781 |
0.361 |
Valid |
34 |
0.518 |
0.361 |
Valid |
35 |
0.657 |
0.361 |
Valid |
36 |
0.636 |
0.361 |
Valid |
37 |
0.673 |
0.361 |
Valid |
38 |
0.564 |
0.361 |
Valid |
39 |
0.728 |
0.361 |
Valid |
40 |
0.706 |
0.361 |
Valid |
41 |
0.671 |
0.361 |
Valid |
42 |
0.699 |
0.361 |
Valid |
43 |
0.608 |
0.361 |
Valid |
44 |
0.496 |
0.361 |
Valid |
45 |
0.605 |
0.361 |
Valid |
Setelah
melakukan iterasi pertama ditemukan ada 2 pernyataan yang tidak valid sehingga
harus didrop, yakni pemyataan 1 dan 31, Oleh karena itu diperlukan iterasi
orthogonal kedua. Pada iterasi orthogonal kedua, butir-butir yang tidak valid
pada iterasi pertama tidak dimasukkan lagi ke dalam uji validasi. Hasilnya
adalah sebagai berikut: Lihat. Tabel 3.6
Tabel
3.6
Hasil
Iterasi Orthogonal ke-2 tentang Variabel Y
Nomor |
R Hitung |
R Tabel |
Status |
2 |
0.427 |
0.361 |
Valid |
3 |
0688 |
0.361 |
Valid |
4 |
0.579 |
0.361 |
Valid |
5 |
0.603 |
0.361 |
Valid |
6 |
0.401 |
0.361 |
Valid |
7 |
0.592 |
0.361 |
Valid |
8 |
0.437 |
0.361 |
Valid |
9 |
0.675 |
0.361 |
Valid |
10 |
0.706 |
0.361 |
Valid |
11 |
0.617 |
0.361 |
Valid |
12 |
0.735 |
0.361 |
Valid |
13 |
0.813 |
0.361 |
Valid |
14 |
0712 |
0.361 |
Valid |
15 |
0.564 |
0.361 |
Valid |
16 |
0.689 |
0.361 |
Valid |
17 |
0.492 |
0.361 |
Valid |
18 |
0.746 |
0.361 |
Valid |
19 |
0.511 |
0.361 |
Valid |
20 |
0.590 |
0.361 |
Valid |
21 |
0.591 |
0.361 |
Valid |
22 |
0.633 |
0.361 |
Valid |
23 |
0.546 |
0.361 |
Valid |
24 |
0.741 |
0.361 |
Valid |
25 |
0.787 |
0.361 |
Valid |
26 |
0.732 |
0.361 |
Valid |
27 |
0.738 |
0.361 |
Valid |
28 |
0.604 |
0.361 |
Valid |
29 |
0.774 |
0.361 |
Valid |
30 |
0.708 |
0.361 |
Valid |
32 |
0.638 |
0.361 |
Valid |
33 |
0.781 |
0.361 |
Valid |
34 |
0.518 |
0.361 |
Valid |
35 |
0.657 |
0.361 |
Valid |
36 |
0.636 |
0.361 |
Valid |
37 |
0.673 |
0.361 |
Valid |
38 |
0.564 |
0.361 |
Valid |
39 |
0.728 |
0.361 |
Valid |
40 |
0.706 |
0.361 |
Valid |
41 |
0.671 |
0.361 |
Valid |
42 |
0.699 |
0.361 |
Valid |
43 |
0.608 |
0.361 |
Valid |
44 |
0.496 |
0.361 |
Valid |
45 |
0.605 |
0.361 |
Valid |
Berdasarkan
ahasil iterasi orthogonal kedua di atas diperoleh basil bahwa semua butir
pernyataan dinyatakan valid. Tidak ada lagi yang drop atau tidak valid. Ke- 43
butir pernyataan inilah yang hendak dijadikan instrumen penelitian lapangan
terhadap seluruh sampel yang telah ditetapkan.
Selanjutnya
dilakukan perhitungan uji reliabilitas instrumen dengan tujuan menguji keajegan
instrumen dengan menggunakan rumus Cronbach's Alpha. Semua butir instrumen yang
sudah valid dimasukkan ke dalam uji reliabilitias. Standard minimal yang
dipersyaratkan untuk indeks reliabilitas adalah ? 0.6. Menurut Sekaran (1992),
reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima
dan di atas 0,8 adalah baik. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program
Statistical Product Service Solution (SPSS 19.0 for Windows). Rangkuman hasil
uji reliabilitas tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Lihat Tabel
3.7
LAMPIRAN
3.8
HASIL
UJI COBA RELIABILITAS VARIABEL
Reliability
Statistics
Cronbach's |
|
Alpha |
N of Items |
.961 |
43 |
Rangkuman
hasil uji reliabilitas tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Lihat
Tabel 3.9
Tabel
3.9
Indeks
Reliabilitas Y
Y |
Indeks Reliabilitas |
Standard Reliabilitas |
Keterangan |
Y |
0.961 |
0.6 |
Reliabel |
Tabel 3.8
menunjukkan bahwa indeks reliabilitas variable endogenous (Y) semuanya
menunjukkan nilai keajegan yang melampaui standar minimal yang dipersyaratkan,
yakni ≥ 0.6, bahkan hampir mendekati angka 1 yang berarti sangat reliabel.
Dengan demikian instrumen penelitian yang terdiri dari q3 butir pemyataan ini
dinyatakan reliabel.
Validasi
dan Reliabilitasi Instrumen
Yang
dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran seberapa tepat tehnik pengumpulan
data melakukan fungsi ukurnya.[124]
Tujuan utama dari uji validitas adalah untuk memeriksa apakah isi kuesioner
sudah cukup dipahami oleh semua responden yang diindikasikan dengan kecilnya
prosentase jawaban responden yang terlalu menyimpang jauh dari rata-rata
jawaban responden Menurut Nasution,[125]
ada hal-hal yang harus diperhatikan agar angket itu valid, antara lain:
1.
Pernyataan-pernyataan
harus jelas, mudah dipahami, tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda.
2.
Pernyataan
harus menarik dan mengenai topik.
3.
Pernyataan
harus menarik dan mendorong responden untuk menjawabnya.
4.
Apakah jawaban
responden konsisten dan tidak saling bertentangan?
5.
Apakah jawaban
jawabancukup menunjukkan variasi?
Variabel
Y Implementasi Pengajaran PAK
dalam pembentukan Iman kepada anak berdasarkan Kitah
Ulangan 6:4-9, Instrumen penelitian untuk mengumpulkan data. Variabel Y telah
diuji validitasnya oleh tim validator ahli dari STT Bethany. Pertama Dr.............,
kedua, Dr. ...............dan
ketiga, Dr. ........terhadap
45 butir pernyataan variable Y dengan hasil sebagai berikut: sangat relevan dan
sangat jelas 9 item, sangat relevan dan jelas 34 item, relevan dan jelas 2
Item, maka instrumen final yang akan mengukur variabel Y memiliki 45 butir yang
valid dengan indek keajegan rata-rata .... sehingga memenuhi syarat Relevan dan Jelas. (Lampiran 3.4).
Penting
memerhatikan validitas tersebut, seperti yang ditegaskan pula oleh Subagyo,
bahwa suatu alat disebut valid jika mencerminkan kecocokan dengan segala yang
atasnya alat akan dikenakan.[126]
Instrumen Final
Instrumen
adalah alat untuk mendapatkan data atau menjadi seperti alat ukur dalam
pekerjaan teknik, maka diperlukan syarat-syarat tertentu agar data yang
diperoleh dari pengukuran tersebut sahib (valid) dan terandalkan (reliable).
Instrumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah daftar pernyataan dalam
angket/kuesioner.
Kisi-kisi
instrumen final dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
TABEL 3.10
KISI-KISI INSTRUMEN
PENELTIAN FINAL
Variabel Y |
Dimensi |
Indikator |
No Item |
Total |
|
Mengajarkan tentang mengasihi
Tuhan (D1) |
1. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati. |
2,3,5,6 |
4 |
2. Mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa. |
6,7,8,9,10 |
5 |
||
3. Mengasihi Tuhan dengan segenap ketakutan. |
11,12,13,14,15 |
5 |
||
Mengajarkan secara
berulang-ulang (D2) |
1. Membicarakan berulang-ulang saat di rumah |
16,17,18,19,20 |
5 |
|
2. Membicarakan berulang-ulang saat dalam perjalanan |
21,22,23,24,25 |
5 |
||
3. Membicarakan berulang-ulang saat berbaring |
26,27,28,29,30 |
5 |
||
4. Membicarakan berulang-ulang saat bangun. |
32,33,34,35 |
4 |
||
Mengajarkan melalu tanda
pengingat (D3) |
3. Membuat Tanda Pengingat di badan |
36,37,38,39,40 |
5 |
|
4. Membuat tanda pengingat di rumah |
41,42,43,44,45 |
5 |
||
Jumlah |
43 |
Dari
data jawaban 30 responden atas 45 item pernyataan berdasarkan hasil uji
correlations menghasilkan 2 item yang tidak valid yaitu butir pernyataan nomer
1 dan 31, lihat lampiran 3.3 (2) Jadi instrument final penelitian ini terdiri
dari 43 item valid, lihat lampiran 3.3A.
Kuesioner
yang disampaikan kepada responden merupakan salah satu jenis instrumen
pengumpulan data melalui jawaban responden atas sejumlah pernyataan. Teknik ini
dipilih karena responden adalah orang yang mengetahui dirinya sendiri dan nilai-nilai
budayanya, apa yang dinyatakan responden kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya, dan interpretasi responden tentang pertanyaan yang diajukan, adalah
sama dengan yang dimaksud oleh peneliti.[127]
Kuesioner
yang digunakan didesain berdasarkan skala Likert yang berisi sejumlah
pernyataan yang menyatakan obyek yang hendak diungkapkan. Pensekoran atas
kuesioner skala Likert dalam penelitian ini merujuk pada lima alternatif
jawaban, seperti pada tabel 3.4 berikut:
TABEL
3.11
BOBOT
PENILAIAN MENURUT SKALA LIKERT
Pernyataan
Positif |
Skor |
Sangat Setuju |
5 |
Setuju |
4 |
Ragu-ragu |
3 |
Tidak Setuju |
2 |
Sangat Tidak
Setuju |
1 |
Karena
instrumen adalah alat untuk mendapatkan data, maka diperlukan syarat-syarat
tertentu agar data yang diperoleh dari pengukuran tersebut sahih (valid) dan
terandalkan (reliabel).[128]
Instrumen ini menggunakan validitas isi (content validation) dan validasi
konstruks (construct validation). Validasi isi menunjuk sejauh mana instrumen
tersebut mencerminkan isi yang dikehendaki. Ke 43 butir pernyataan valid
instrumen final penelitian ini sudah diuji reliabilitasnya dengan basil 0,961
(lihat lampiran 3.4)
Reliability
Statistics
Cronbach's |
|
Alpha |
N of items |
.961 |
43 |
Karena
hasil uji reliabilitas ini 0,961 > 0,600, maka ke 43 butir pernyataan ini
dapat dijadikan instrument penelitian yang valid dan realibel.
Kisi-kisi
Instrumen Pengajaran
PAK dalam pembentukan
Iman kepada
anak
Setelah
menetapkan definisi konseptual dan definisi operasional variabel Y, maka
dibangunlah kisi-kisi berdasarkan teori yang telah di bahas dalam Bab II,
dengan indikator:
D1
Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan, terdiri dari indikator: (1) Mengasihi
Tuhan dengan segenap hati; (2) Mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa (melalui
cars hidup) ; (3) Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan (dalam perbuatan ).
D2
Mengajarkan secara berulang-ulang, terdiri dari indikator: (1) Membicarakan
berulang-ulang saat di rumah; (2) Membicarakan berulang-ulang saat di luar
rumah (dalam perjalanan); (3) Membicarakan berulang-ulang saat beristirahat
(berbaring); (4) Membicarakan berulang-ulang saat bekerja (bangun
beraktivitas);
D3
Mengajarkan melalui tanda pengingat: Pertama, membuat tanda pengingat di Badan:
(a) Membuat Tanda Pengingat pada lengan atau pergelangan tangan; (b) Memuat
Tanda Pengingat pada dahi; Kedua, Membuat tanda pengingat di Rumah: (a) membuat
tanda pengingat di pintu rumah; (b) Membuat Tanda Pengingat di pintu gerbang.
Teknik Analisis
Data
Data
yang akan disajikan dalam bentuk-bentuk tabel dan angka-angka yang disebut
dengan data mentah yang akan diukur dengan pengukuran statistik. Oleh karena
penelitian ini meninjau satu variabel bebas maka analisis yang digunakan adalah
eksplanatori konfirmasi. Analisis ini untuk mengetahui seberapa besar
implementasi pengajaran
PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan
kitab Ulangan 6:4-9 di antara jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Data yang
diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan prosedur dan teknik
statistik. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Statistical Product
and Service Solution (SPSS). Prosedur pengolahan data dalam penelitian ini
meliputi: (1) Analisis Deskriptif; (2) Uji Persyaratan Analisis; (3) Uji
Hipotesis.
Deskripsi Data
Variabel Y
Analisis
statistika deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan ciri-ciri variabel yang
diteliti, yaitu mengetahui harga skor minimum, skor maksimum, rentang (range),
rerata (mean), tengah (median), frekuensi terbanyak (modus), standar deviasi,
dan varian dari masing-masing variabel penelitian.[129]
Selanjutnya basil perhitungan tersebut dideskripsikan dalam daftar frekuensi
masing-masing variabel yang kemudian divisualisasikan dalam bentuk histogram.
Jawaban
responden atas setiap pertanyaan akan dimasukkan dalam tabel,[130]
sehingga menggambarkan kondisi data yang diperoleh. Data yang diperoleh untuk
variabel akan dideskripsikan distribusi frekuensinya ke masingmasing dimensi,
sehingga diperoleh gambaran yang jelas. Juga hasil dari analisis statistik akan
ditampilkan dalam bentuk tabel. Peneliti akan menafsirkan hasil analisis dalam
bab IV.
Uji Persyaratan
Analisis Variabel Y
Uji
persyaratan analisis diperlukan sebagai persyaratan melakukan uji hipotesis,
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas data, yaitu untuk
mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak.[131]
Uji
ini digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio.[132]
Pengujian normalitas dengan menggunakan Kolmogorov - Smirnov dengan
signifikansi 0,05. Pengujian dilakukan dengan bantuan SPSS. Data berdistiibusi
normal jika hasil Sig pada Kolmogorov - Smirnov lebih dari 0,05.[133]
Prosedur Uji
Hipotesis
Uji
hipotesis adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah kesimpulan
pada populasi dapat digeneralisasi.[134]
Uji hipotesis yang telah ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Uji Hipotesis
Pertama
Untuk
menguji hipotesis pertama yang berbunyi, "Kecenderungan tingkat Implementasi
Pengajaran PAK Dalam
Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab
Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya" ada pada
kategori rendah menuju sedang", dilakukan dengan:
Tahap
pertama, mengukur kecenderungan pemahaman per dimensi (D1, D2 dan D3) lalu
mengukur kecenderungan pemahaman tentang variabel Y: Kecenderungan Pemahaman
"Pengajaran
PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab
Ulangan 6:4-9 Di Antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya".
Tahap
kedua, diukur intervalnya dari data statistik: Mean, median, range, minimum,
maximum dengan rumus: Interval (i) = Range dibagi Kategori, dengan ketentuan
untuk menghasilkan tabel tiga kategori dengan rumus:
i.k
≥ R + 1
i
= interval, berasal dari Range (R) dibagi kategori (k)[135]
Tahap
ketiga, berdasarkan temuan tersebut dibuat tabel kategori dan posisi
"Pengajaran
PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan
Kitab Ulangan 6:4-9 Di Antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya" seperti
berikut:
TABEL
3.12
INTERVAL
PEMAHAMAN VARIABEL Y
Nilai |
Tingkat |
Kategori |
|
Sangat Paham |
tinggi |
|
Cukup Paham |
Sedang |
|
Tidak Paham |
Rendah |
Analisis
data dilakukan dengan confidence interval pada taraf signifikansi 5%, dari
hasil jarak mean dan median. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan pemahaman "Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman
Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 Di Antara Jemaat GBIS Yerusalem
Baru Surabaya" "Sangat Paham" atau "Cukup Paham" atau
"Tidak Paham" secara signifikan pada a < 0,05.
Tahap
keempat, mengukur kecenderungan implementasi (penerapan) "Pengajaran PAK dalam pembentukan
Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS
Yerusalem Baru Surabaya dengan menetapkan 3 (tiga) kategori (k) implementasi,
yaitu: (a) tinggi; (b) sedang; (c) rendah.
Uji hipotesis
dua
Uji
hipotesis kedua dilakukan dengan confidence interval pada taraf signifikan
0.05. Peneliti dalam hal ini menetapkan exogenous variable dan masing-masing
tiga indikatomya dengan 3 kategori: tidak paham, cukup paham, dan paham.
Untuk
menguji hipotesis kedua yang berbunyi, "Dimensi yang paling dominan
memengaruhi implementasi pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Kitab
Mangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya adalah dimensi
mengajarkan secara berulang-ulang. Dilakukan dengan:
Tahap
pertama, mengukur kecenderungan pemahaman dimensi D2 lalu mengukur
kecenderungan pemahaman tentang variabel Y: "Pengajaran PAK dalam pembentukan
Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS
Yerusalem Baru Surabaya”.
Tahap
kedua, diukur intervalnya dari data statistik: Mean, median, range, minimum,
maximum dengan rumus: Interval (i) = Range dibagi Kategori, dengan ketentuan
untuk menghasilkan tabel tiga kategori dengan rumus:
i.k
> R I
i
= interval, berasal dari Range (R) dibagi kategori (k)[136]
Tahap
ketiga, berdasarkan temuan tersebut dibuat tabel kategori dan posisi
"Dimensi yang paling dominan memengaruhi implementasi pola pengajaran iman
kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem
Baru Surabaya. "
Analisis
data dilakukan dengan confidence interval pada taraf signifikansi 5%, dari
hasil jarak mean dan median. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan pengajaran
PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan
kitab Ulangan 6:4-9 ada pada kategori "Sangat Paham" atau
""Cukup Paham" atau "Tidak Paham" secara signifikan
pada a < 0,05.
Tahap
keempat, mengukur kecenderungan tentang Dimensi yang paling dominan
mempengaruhi implementasi pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Kitab
Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya dengan
menetapkan 3 (tiga) kategori (k) implementasi, yaitu: (a) tinggi; (b) sedang;
(c) rendah.
Uji Hipotesis
ketiga
Hipotesis
ketiga dibuktikan dengan korelasi sederhana, determinasi varians, uji
signifikan korelasi sederhana, analisis korelasi parsial, analisis regresi
linear sederhana, dan classification and regression tree (CART).
Kategori
latar belakang yang paling dominan (dari suku, bentuk kekristenan, gereja asal,
jenis kelamin, pendidikan dan usia) yang memenpruhi implementasi pola pengajaran
iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS
Yerusalem Baru Surabaya adalah latar belakang pendidikan.
Untuk
menguji hipotesis ketiga yang berbunyi, "Kategori latar belakang yang
dominan memengaruhi Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman
Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil
Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah latar belakang pendidikan ada pada
kategori "Sangat Paham" atau "Cukup Paham" atau "Tidak
Paham".
Keterbatasan
Penelitian
Keterbatasan
penelitian yang peneliti hadapi dalam menyusun penelitian ini adalah, sebagai
berikut: banyak kemungkinan bisa terjadi, sekalipun di upayakan supaya
subyektif mungkin atau seakurat mungkin, namun penelitian ini memiliki
keterbatasan-keterbatasan tertentu. Mungkin ketidak jujuran responden terhadap
pernyataan kuesioner, tidak adanya kemauan responden untuk menjawab dengan baik
atau tidak mengembalikan kuesioner, dan lain-lain yang mana hal tersebut di
luar kendali peneliti.
BAB
IV
PEMAPARAN
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kajian
teoritis tentang pengajaran PAK dalam pembentukan iman berdasarkan
Ulangan 6:4-9 telah disajikan pada bab II. Kajian tersebut memberi dasar atau
acuan untuk melihat sejauh mana implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak
berdasarkan Ulangan 6:4-9 itu pewujudan
secara factual dalam kehidupan Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Bab empat
ini berisi pemaparan hasil penelitian dan pembahasan setelah melalui
pengumpulan dan pengolahan data, yang disusun dalam urutan sebagai berikut:
deskripsi data hasil penelitian, deskripsi pengujian persyaratan analisis,
pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
Deskripsi
Data Hasil Penelitian
Penelitian
lapangan tentang pengajaran
PAK dalam pembentukan iman berdasarkan Ulangan 6:4-9
telah dilakukan dengan menyebarkan angket yang telah valid dan reliabel kepada
yakni 35 orang. Angket yang kembali sebanyak 35 eksemplar, Data tabulasi angket
penelitian dapat dilihat pada lampiran 4.1.
Berdasarkan
hasil
angket tersebut, maka dapat dideskripsikan dua hal yakni: 1) deskripsi latar
belakang responden dan 2) deskripsi jawaban responden terhadap variabel Y dan
3) dimensi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Deskripsi Latar
Belakang Responden
Responden
penelitian ini berasal dari berbagai latar belakang. Berikut ini akan disajikan
deskripsi latar belakang responden mengikuti keenam kategori latar belakang
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pertama,
berdasarkan suku, latar belakang suku responden dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel
4.1 Kelompok Responden Berdasarkan Suku
Suku |
Frekuensi Absolut |
Prosentasi |
Jawa |
29 |
82,86
% |
Batak |
1 |
2,86
% |
Ambon |
0 |
0,00% |
Timor |
3 |
8,57
% |
Lainnya |
2 |
5,71
% |
Total |
35 |
100,00% |
Sumber: Data Diolah dart Hasil Angket, Lampiran 3.7
Berdasarkan
data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang suku (LB1) adalah
sebagai berikut: Suku Jawa sebanyak 29 orang (82,86%), suku Batak sebanyak 1
orang (2,86%), suku Ambon tidak ada, suku Timor sebanyak 3 orang (8,57%) dan
lainnya sebanyak 2 orang (5,71%). Grafik/gambar serabi berikut ini
memperlihatkannya secara visual.
Gambar/grafik
4.1 Responden Menurut Suku
Kedua,
berdasarkan bentuk kekristenan. Latar belakang bentuk kekristenan responden
atau pengelompokan diperlihatkan dalam tabel di bawah
Tabel
4.2 Kelompok Responden Berdasarkan Bentuk Kekristenan
Bentuk Kekristenan |
Frekuensi Absolut |
Prosentasi |
Kristen
Keturunan |
30 |
85,71
% |
Kristen
Pertobatan |
5 |
14,29
% |
Total |
35 |
100,00% |
Sumber:
Data Diolah dari Hasil Angket, Lampiran 3.7
Berdasarkan
data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang bentuk kekristenan
(LB2) adalah sebagai berikut: Kristen Keturunan 30 orang (85,71%)
dan Kristen pertobatan 5 orang (14,29%). Grafik/gambar serabi berikut ini
memperlihatkannya secara visual.
Gambar/grafik
4.2 Kelompok Responden
Berdasarkan
Bentuk Kekristenan
Ketiga,
berdasarkan asal gereja responden, pengelompokan diperlihatkan dalam table di
bawah ini.
Table
4.3 Kelompok Responden Berdasarkan Asal Gereja
Asal Gereja |
Frekuensi Absolut |
Prosentasi |
Katolik |
1 |
2,86
% |
Protestan |
31 |
88,5
7% |
Pentakosta |
3 |
8,57
% |
Total |
35 |
100,00% |
Sumber : data
diolah dari hasil Angket, lampiran 3.7
Berdasarkan
data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang asal gereja (LB3)
adalah sebagai berikut : asal Katolik 1 orang (2,86 %) da nasal Protestan 31
orang (88,5 7%), da nasal Pentakosta sebanyak 3 orang (8,57 %). Grafik/gambar
serabi berikut inai memperlihatkannya secara visual.
Gambar/grafik
4.2 Kelompok Responden Berdasarkan Asal Gereja
Keempat, berdasarkan jenis kelamin responden,
pengelompokan diperlihatkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel
4.4 Kelompok Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin |
Jumlah Responden |
Prosentasi |
Laki-laki |
20 |
57,14
% |
Perempuan |
15 |
42,86
% |
Total |
35 |
100,00% |
Sumber: Data Diolah dari Hasil Angket, Lampiran 3.7
Berdasarkan
data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang jenis kelamin (LB4)
sebagai berikut: Laki-laki 20 orang (57,14%) dan Perempuan 15 orang (42,86%).
Gambar/grafik serabi berikut ini memperlihatkannya secara visual.
Grafik/Gambar
4.4 Kelompok Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelima, berdasarkan
pendidikan responden, pengelompokan diperlihatkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel
4.5 Kelompok Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan |
Jumlah |
Prosentasi |
Sekolah
Dasar |
6 |
17,14% |
SLTP |
3 |
8,57% |
SLTA |
17 |
48,57% |
Sarjana/
S1 |
8 |
22,86% |
Pascasarjana/S2/S3 |
1 |
2,86% |
TOTAL |
35 |
100,00% |
Sumber: Data Diolah dari Hasil Angket, Lampiran 3.7
Berdasarkan
data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang pendidikan (LB5)
adalah sebagai berikut: Sekolah Dasar sebanyak 6 orang (17,14%), SLTP sebanyak
3 orang (8,57%), SLTA sebanyak 17 orang (48,57%), Si sebanyak 8 orang (22,85%),
dan S2/S3 sebanyak 1 orang (2,86%). Grafik/Gambarg serabi berikut ini
memperlihatkannya secara visual.
Grafik/Gambar
4.5 Kelompok Responden Berdasarkan Pendidikan
Keenam,
berdasarkan umur
responden, pengelompokan diperlihatkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel
4.6 Kelompok Responder Berdasarkan Umur
Kelompok
Umur |
Jumlah
Responden |
Prosentasi |
Kurang 30 tahun |
8 |
22,86% |
30 — 35 tahun |
4 |
11,43% |
36 — 40 tahun |
12 |
34,29% |
41 — 45 tahun |
3 |
8,56% |
Lebih 46 tahun |
8 |
22,86% |
JUMLAH |
35 |
100,00% |
Sumber: Data Diolah dari Hasil Angket, Lampiran 3.7
Berdasarkan
data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang umur (LB6;) adalah
sebagai berikut: umur kurang dari 30 tahun sebanyak 8 orang (22,86%), umur 30 —
35 tahun sebanyak 4 orang (11,43%), umur 36 — 40 tahun sebanyak 12 orang
(34,29%), tunur 41 — 45 tahun sebanyak 3 orang (8,56%), dan lebih 46 tahun
sebanyak 8 orang (22,86%). Grafik/Gambar serabi berikut ini memperlihatkannya
secara visual.
Grafik/Gambar 4.6
Kelompok Responden Berdasarkan Umur
Sumber: Data Diolah dari Hasil Angket, Lampiran 3.7
Deskripsi
Jawaban Responden
Dengan
bantuan SPSS dapat ditemukan hasil statistikal tentang skor teoritis, skor
empiris, mean, standard errorof mean,
median, standard deviation, median, minimum dan maximum dari setiap unit
penelitian ini. Berikut ini akan disajikan rekapitulasi jawaban responden
terhadap pernyataan
angket terhadap exogenous variabel (D1, D2 dan D3) secara tersendiri maupun
secara keseluruhan terhadap endogenous variabel (Y).
Deskripsi
Jawaban Responden Tentang Metode
Pengajaran
PAK dalam pembentukan Iman
kepada Anak
(Variabel Y)
Penelitian
terhadap 35 orang responden berkemungkinan menghasilkan skor teoritis minimun sebesar
43 dan maksimum 215. Hasil
penelitian menunjukkan skor empiris minimum sebesar 273 dan maksimum sebesar
343; rata-rata (mean) skor total
307.91; titik tengah
(median) adalah 370.00, nilai yang sering muncul (mode) adalah 312. Simpangan
baku
(standar deviasi) sebesar 18.677; dan rentangan (range) sebesar 70, Lihat
lampiran 4.7.
Descriptives
Nilai
|
N |
Mean |
Std. |
Std. |
95%
Confidence |
Mini |
Maxi |
|
Lower |
Upper |
|||||||
Mengajarkan Tentang Mengasihi Tuhan |
35 |
37.63 |
3.631 |
.614 |
36.38 |
38.88 |
31 |
45 |
Mengajarkan Secara Berulang- ulang |
35 |
55.00 |
7.137 |
1.206 |
52.55 |
57.45 |
43 |
81 |
Mengajarkan Melalui Tanda Pengingat |
35 |
21.89 |
3.644 |
.616 |
20.63 |
23.14 |
16 |
30 |
Pola Pengajaran Iman Kepada Anak |
35 |
113.86 |
10.839 |
1.832 |
110.13 |
117.58 |
93 |
138 |
Total |
140 |
57.09 |
35.604 |
3.009 |
51.14 |
63.04 |
16 |
138 |
Deskripsi Jawaban Responden
Tentang
Mengajarkan tentang Mengasihi
Tuhan (D1)
Penelitian
terhadap 35 orang responden berkemungkinan menghasilkan skor teoritis minimun
sebesar 14 dan maksimum 70. Hasil penelitian menunjukkan skor empiris minimum
sebesar 52 dan maksimum sebesar 67; rata-rata (mean) skor total 59.17; titik tengah (median) adalah 59.00 . Data
selengkapnya terdapat pada lampiran 4.7; nilai yang sering muncul (mode) adalah
59.00; simpangan balm (standar deviasi) sebesar 3,823; dan rentangan (range) sebesar 15.
Deskripsi Jawaban Responden
Tentang
Mengajarkan Secara
Berulang-ulang (D2)
Penelitian
terhadap 35 orang responden berkemungkinan menghasilkan skor teoritis minimun
sebesar 19 dan maksimum 95. Hasil penelitian menunjukkan skor empiris minimun
sebesar 66 dan maksimum sebesar 85; rata-rata (mean) skor total 75.83; titik tengah (median) adalah 76.00 nilai
yang sering muncul (mode) adalah 72; simpangan baku (standar deviasi) sebesar
5.711; dan rentangan (range) sebesar
19. Lihat lampiran 4.7.
Deskripsi Jawaban Responden
Tentang
Mengajarkan melalui Tanda
Pengingat (D3)
Penelitian
terhadap 35 orang responden berkemungkinan menghasilkan skor teoritis minimun
sebesar 10 dan maksimum 50. Hasil penelitian meunjukkan skor empiris
minimun sebesar 29 dan maksimum sebesar 47; rata-rata (mean) skor total 37.91 titik tengah (median) adalah 37.00, nilai
yang sering muncul (mode) adalah 42; simpangan baku (standar deviasi) sebesar
4.529; dan rentangan (range) sebesar
18. Lihat lampiran 4.7.
Pengujian Persyaratan Analisis
Setelah
melakukan pemaparan hasil penelitian melalui analisis statistika deskriptif
maka selanjutnya akan dilakukan analisis statitika inferensial. Hal ini perlu
untuk dapat memaknai data yang telah diperoleh. Namun, sebelumnya harus
diyakini bahwa data yang diperoleh telah memenuhi persyaratan untuk dianalisis.
Untuk memastikan hal itu maka perlu dilakukan sejumlah uji persyaratan analisis
data yakni uji normalitas, uji linearitas, uji homogenitas, uji
multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi. Dengan asumsi
bahwa data yang ada bersifat homogen dan dengan mengabaikan multikolinearitas,
serta atas dasar bahwa ini bervariabel tunggal maka uji persyaratan analisis
yang penting dilakukan adalah uji normalitas dan uji linearitas.
Uji Normalitas Data. Tentang
Pola Pengajaran
Iman kepada Anak (Variabel Y)
Uji
normalitas merupakan prasyarat kebanyakan prosedur statistika inferensial. Uji
normalitas penelitian ini menggunakan Normal
Probability Plot atau Normal P-P
Plot. Hasil penghitungan uji normalitas data atas variabel dan
dimensi-dimensi penelitian ini akan tersaji secara berturut-turut sebagaimana
yang akan dipaparkan pada bagian berikut. Hasil perhitungan uji normalitas
dengan menggunakan Normal P-P Plot
atas Variabel Y menunjukkan letak titik nilai data sebagai berikut: Lihat
Lampiran 4.1
Gambar
4.7. Grafik output Normal P-P Plot
Persebaran
Titik Nilai Data Variabel Y
Gambar
4.7 memperlihatkan letak posisi data berbentuk garis (titik-titik) terjalin di
sekitar garis lurus diagonal. Memperhatikan pola yang terbentuk oleh persebaran
titik nilai data tersebut maka disimpulkan bahwa nilai data variabel Y
berdistribusi normal. Sebaliknya, bilamana dilihat berdasarkan detrended normal P-P Plot maka
persebaran data variabel Y tidak membentuk suatu pola tertentu terhadap suatu
garis lurus. Hal ini menguatkan kesimpulan bahwa data variabel Y berdistribusi
normal. Gambar 4.8 berikut ini memperlihatkannya secara visual.
Gambar 4.8. Grafik output Detrended
Normal P-P Plot data Variabel Y
Berdasarkan hasil kedua alat uji normalitas
tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa data Variabel Implementasi Pengajaran PAK Dalam
Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 berdistribusi
normal.
Uji
Normalitas Data Tentang Dimensi
Mengajarkan
tentang mengasihi Tuhan (D1)
Hasil perhitungan uji normalitas dengan
menggunakan Normal P-P Plot atas
Dimensi Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan (D1) menunjukkan letak
titik nilai data sebagai berikut:
Gambar 4.9. Grafik output Normal P-P Plot
persebaran titik nilai
data Dimensi Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan
(D1)
Gambar 4.9 memperlihatkan letak posisi data
berbentuk garis (titik-titik) terjalin di sekitar garis lurus diagonal.
Memperhatikan metode yang terbentuk oleh
persebaran titik nilai data tersebut maka disimpulkan bahwa nilai data Dimensi
Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan (D1) berdistribusi normal.
Sebaliknya, bilamana dilihat berdasarkan detrended
normal P-P Plot maka persebaran data Dimensi Mengajarkan tentang mengasihi
Tuhan (D1) tidak membentuk suatu metode tertentu terhadap suatu garis lurus. Hal ini menguatkan
kesimpulan bahwa data variable D1 berdistribusi normal. Gambar 4.10
berikut ini memperlihatkannya secara visual.
Gambar 4.10. Grafik output Detrended Normal P-P
Plot
data Dimensi Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan
(D1)
Berdasarkan hasil kedua alat uji normalitas
tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa data Dimensi Mengajarkan tentang
Mengasihi Tuhan (D1) adalah berdistribusi normal. Lihat Lampiran
4.1.
Uji
Normalitas Data Tentang
Mengajarkan
Secara Berulang-ulang (D2)
Hasil perhitungan uji normalitas dengan
menggunakan Normal P-P Plot atas
Dimensi Mengajarkan secara berulang-ulang (D2) menunjukkan letak
titik nilai data sebagai berikut: Perhitungan selengkapnya terdapat pada
lampiran 4.1.
Gambar 4.11. Grafik output Normal P-P Plot
persebaran titik nilai
data Dimensi Mengajarkan secara berulang-ulang (D2)
Gambar 4.11 memperlihatkan letak posisi data
berbentuk garis (titik-titik) terjalin di sekitar garis lurus diagonal.
Memperhatikan pola yang terbentuk oleh persebaran titik nilai data tersebut
maka disimpulkan bahwa nilai data Mengajarkan secara berulang-ulang (D2)
berdistribusi normal. Sebaliknya, bilamana dilihat berdasarkan detrended normal P-P Plot maka
persebaran data Dimensi Mengajarkan secara berulang-ulang (D2) tidak
membentuk suatu pola tertentu terhadap suatu garis lunis. Hal ini menguatkan
kesimpulan bahwa data Dimensi Mengajarkan secara berulang-ulang (D2)
berdistribusi normal. Gambar 4.12 berikut ini memperlihatkannya secara visual.
Gambar 4.12. Grafik output Detrended Normal P-P
Plot
data Mengajarkan secara berulang-ulang (D2)
Berdasarkan hasil kedua alat uji normalitas
tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa data Dimensi Mengajarkan secara
berulang-ulang (D2) adalah berdistribusi normal.
Uji
Normalitas Data Tentang Dimensi
Mengajarkan
melalui Tanda Pengingat (D3)
Hasil perhitungan uji normalitas dengan
menggunakan Normal P-P Plot atas
Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3) menunjukkan letak
titik nilai data sebagai berikut: Perhitungan selengkapnya terdapat pada
lampiran 4.1.
Gambar 4.13.
Grafik output Normal P-P Plot persebaran titik nilai data
Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat
(D3)
Gambar 4.13 memperlihatkan letak posisi data
berbentuk garis (titik-titik) terjalin di sekitar garis lurus diagonal.
Memperhatikan pola yang terbentuk oleh persebaran titik nilai data tersebut
maka disimpulkan bahwa nilai data Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat
(D3) berdistribusi normal. Sebaliknya, bilamana dilihat berdasarkan detrended normal P-P Plot maka
persebaran data Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3)
tidak membentuk suatu pola tertentu terhadap suatu garis lurus. Hal ini
menguatkan kesimpulan bahwa data Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3)
berdistribusi normal. Gambar 4.14 berikut ini memperlihatkannya secara visual.
Gambar 4.19. Grafik output Detrended Normal P-P Plot data
Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3)
Berdasarkan hasil kedua alat uji normalitas
tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa data Dimensi Mengajarkan melalui Tanda
Pengingat (D3) Memiliki berdistribusi normal. Perhitungan
selengkapnya terdapat pada lampiran 4.1
Uji
Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah
dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Uji
ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi
linier. Pengajuan pada SPSS dengan menggunakan Tess for Linearity pada taraf
signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila
signifikansi (linearity) kurang dari 0,05.
Table 4.24 Uji Linearitas
ANOVA Table
|
Sum of |
df |
Mean
Square |
F |
Sig. |
Metode Pengajaranlman' Between
Groups (Combined) |
8974.943 |
12 |
747.912 |
5.702 |
.000 |
MengajarkanTentang
Linearity Mengasihi Tuhan |
7499.195 |
1 |
7499.195 |
57.170 |
.000 |
Deviation from Linearity |
1475.748 |
11 |
134.159 |
1.023 |
.460 |
Within
Groups |
2885.800 |
22 |
131.173 |
|
|
Total |
11860.743 |
34 |
|
|
|
Tabel ANOVA di atas menunjukkan Lienarity Pola
pengajaran iman kepada anak menunjukkan signifikansi 0,000, ini berari kurang
dari 0,05 berarti variabel Y mempunyai hubungan dengan tiga dimensi:
Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan, mengajarkan secara berulang-ulang, dan
mengajakarkan melalui tanda pengingat.
Uji
Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah
beberapa varian populasi data adalah sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai
prasyarat data analisis independent sample t test dan One Way Anova. Asumsi
yang medasari dalam analaisis varian (Anova), bahwa varian dari populasi adalah
sama. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka
dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah sama.
Tabei 4.25 Uji
Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Metode Pengajaran iman
Levene Statistic |
df1 |
|
df2 |
Sig. |
1.022 |
|
8 |
22 |
.449 |
Dari hasil test of homogeneity of variance di
atas, terdapat nilai signifikansi sebesar 0,449. Karena signifikansi lebih dari
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok data yang dianalisis mempunyai
varian sama.
Analisis Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan, pertama uji asumsi
klasik terdiri dari uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji dan
heterokedastisitas, kedua uji analisis regresi berganda, ketiga pengujian
hipotesis, sebagai berikut:
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik
mencakup empat uji yaitu, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji
heterokedastisitas, dan uji normalitas, dengan penjelasan sebagai berikut:
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui
ada atau tidaknya hubungan yang sempurna antar variabel bebas dalam model
regresi. Apabila terjadi multikol berarti antar variabel bebas sendiri saling
berkorelasi, sehingga dalam hal ini sulit diketahui variabel mana yang mempengaruhi variabel terikat. Pendeteksian dilakukan
dengan mencari nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Danang
Sunyoto (2011:82) mengatakan, untuk mengetahui terjadi multikolinearitas antar
dimensi (D1, D2, dan D3) dengan menggunakan besaran tolerance (a) dan variance
inflation factor (VIF). Jika menggunakan alpha (tolerance) = 10% atau 0,10 maka
VIF = 10.
Jika nilai tolerance lebih besar dart 0,10 dan VIF
kurang dari 10, berarti tidak terjadi gejala miltikolinearitas. Sebaliknya,
jika nilai tolerance kurang dari 0,10 dan jika VIF lebili besar dari 10 berarti
terjadi gejala multikolinearitas, lihat tabel 4.13.
Tabel 4.13 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized |
t |
Sig. |
Collinearity Statistics |
||
B |
Std. Error |
Beta |
Tolerance |
VIF |
|||
1 (Constant) |
-1.504E-013 |
.000 |
|
. |
|
|
|
Mengajarkan tentang |
|
|
|
|
|
|
|
Mengasihi Tuhan |
1.000 |
.000 |
.329 |
. |
. |
.506 |
1.977 |
Mengajarkan Barulang- ulang |
1.000 |
.000 |
.519 |
. |
|
.536 |
1.864 |
Mengajarkan melalui |
|
|
|
|
|
|
|
Tanda Pengingat |
1.000 |
.000 |
.330 |
. |
. |
.671 |
1.491 |
a. Dependent Variable: Pola Pengajaran Iman
Dari tabel Coefficients
di atas, dapat dilihat pada kolom VIF (sebelah paling kanan), dapat diketahui
bahwa nilai VIF untuk variabel Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan 1,977,
Mengajarkan berulang-ulang 1,864, dan Mengajarkan melalui tanda pengingat
1,491, semuanya kurang dari 10, dan kolom tolerance untuk variabel Mengajarkan
tentang mengasihi Tuhan 0,506, Mengajarkan berulang-ulang 0,536, dan
Mengajarkan melalui tanda pengingat 0,671, semuanya l.ebih besar dari 0,10,
maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak ditemukan adanya masalah
multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan di mana terjadinya
korelasi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model
regresi. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi
yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain.
Persyaratan yang harus dipenuhi adalah tidak adanya autokorelasi pada model
regresi.
Menurut Danang Sunyoto (2009: 91-92) salah satu
ukuran dalam uji autokorelasi adalah uji Durbin-Watson (uji DW) dengan
ketentuan sebagai berikut:
1.
Terjadi autokorelasi positif jika DW di bawah -2 (DW < -2)
2.
Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW di antara -2 dan +2 atau -2
< DW+2.
3.
Terjadi autokorelasi negatifjika nilai DW di atas +2 atau DW > +2.
Data yang diolah dengan uji DW menghasilkan label
4.9, lihat lampiran 4.11
Tabel 4.14 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model , |
R |
R Square |
Adjusted R |
Std. Error of |
Durbin‑ |
|
1.000a |
1.000 |
1.000 |
.000 |
.738 |
a. Predictors: (Constant), Mengajarkan metalui Tanda
Pengingat, Mengajarkan Berulang-ulang, Mengajarkan tentang Mengasihi
Tuhan
b. Dependent Variable: Metode Pengajaran Iman
Dari output model summary di atas, ditemukan
Durbin-Watson tes = 0,738, karena angka DW 0,738 berada di antara -2 dan +2
atau -2 < DW+2 maka disimpulkan data penelitian di atas tidak terjadi
autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas adalah keadaan di mana terjadi
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi.
Uji heterokedatisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya
ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Untuk uji
heterokedastisitas memakai Spearman's rho. Jika signifikansi korelasi kurang
dari 0,0 pada model regresi, maka terjadi masalah heterokedastisitas. Out put Spearman's rho yaitu korelasi
nilai residual (unstandardized residual)
dengan masing-masing variabel dapat dilihat
pada tabel 4.15.
Tabel 4.15 Hasil
Uji Heterokedastisitas
Nonparametrik
Correlations
Dari out put correlations
di atas, dapat diketahui antara dimensi mengajarkan tentang mengasihi Tuhan, mengajarkan secara
berulang-ulang, dan mengajarkan melalui tanda pengingat pada kolom Spearman'rho
Unstandardized Residual menghasilkan nilai signifikansi Mengajarkan tentang
mengasihi Tuhan 0,000, Mengajarkan berulang-ulang 0,040, dan Mengajarkan
melalui tanda pengingat 0,389 serta Metode pengajaran
iman 0,028, signifikansi variabel masing-masing tidak kurang dari 0,05 kecuali
Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan, maka dapat disimpulkan bahwa pada model
regresi tidak ditemukan masalah heterokedatisitas.
Pengujian Hipotesis Penelitian
Pada bagian ini akan diuji tiga hipotesis yang
diajukan di bab II, yaitu pertama, hipotesis uji kecenderungan pengajaran PAK dalam pembentukan
iman, kedua hipotesis uji secara
dominan, dan ketiga, uji hipotesis latar belakang yang dominan mempengaruhi
perilaku pola pengajaran iman kepada anak , sebagai berikut:
Pengujian Hipotesis 1 (Kecenderungan Implementasi)
Hipotesis 1 berbanyi, "Kecenderungan tingkat
implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya ada pada kategori rendah menuju
sedang."
Dalam membuktikan kecenderungan tingkat
implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9, dilakukan dengan
mengukur tingkat arah kecenderungan implementasi mereka pada 3 (tiga) kategori
(k) yaitu: (a) rendah; (b) sedang; dan (c) tinggi. Kecenderungan secara detail
setiap dimensi sebagai berikut:
Pertama, Kecenderungan Implementasi tentang
Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan
Berdasarkan penetapan tiga kategori tersebut dan
berdasarkan deskripsi pada lampiran 4.12 , lihat tabel 4.16, seperti berikut:
Tabel 4.16 Deskripsi Data Mengajarkan
tentang Mengasihi
Tuhan
N Valid
Missing |
35 0 |
Mean Std. Eror Of Mean Median Moda Std. Daviation Variance Range Minimum Maximum |
37.63 614 37.00 36 3.631 13.182 14 31 45 |
Ditemukan
intervalnya (1) sebesar: Range (R) dibagi kategori (k), dengan rumus: i= R: k.
Jadi i= 14: 3 = 4,67 dibulatkan menjadi S. Untuk menghasilkan tiga tabel
interval pengkategorian, digunakan rumus berikut' :
i.k ≥ R + 1
5 x 3 14 + 1
15 ≥ 15 Karena 15 tidak lebih besar tetapi sama dengan
15, maka dalam table interval dimulai dengan nilai minimum.
Berdasarkan temuan tersebut dibuat tabel
pengkategorian dan posisi implementasi pola pengajaran iman kepada anak oleh
para orang tua jemaat GPIBI Amanat Agung Surabaya mengenai Mengajarkan tentang
mengasihi Tuhan, seperti berikut:
Interval |
Kategori |
Tingkat Implementasi |
31 - 35 |
Rendah |
|
36 - 40 |
Sedang |
37,00 - 37,63 (sedang) |
41 - 45 |
Tinggi |
|
Analisis data dilakukan dengan confidence interval
pada taraf signifikansi 5%, dan dihasilkan mean dan median antara 37,00 -
37,63. Berdasarkan basil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan
implementasi Pola pengajaran iman kepada anak dalam hal Mengajarkan tentang
mengasihi Tuhan ada pada kategori "sedang" secara signifikan pada a
< 0,05.
Kedua,
Kecenderungan Implementasi tentang
Mengajarkan
secara berulang-ulang
Berdasarkan penetapan tiga kategori tersebut di
atas dan deskripsi pada lampiran 4.12 tentang Mengajarkan secara berulang-ulang
diperoleh hasil seperti pada tabel 4.17, sebagai berikut:
Tabel 4.17
Deskripsi Data Mengajarkan secara berulang-ulang
N Valid Missing
Mean
Std.
Eror Of Mean Median
Moda
Std.
Daviation Variance
Range
Minimum
Maximum
|
35 0
54.11 969 54.00 49 5.733 32.869 21 43 64 |
Pada tabel di atas, ditemukan intervalnya (i)
sebesar: Range (R) dibagi kategori (k), dengan rumus: i= R: k. Jadi i= 21: 3= 7
dibulatkan menjadi 7. Untuk menghasilkan tiga tabel interval pengkategorian,
digunakan rumus:
i.k ≥ R + 1
7 x 3 ≥ 21 +1
21 tidak ≥ 22, karena 21 lebih kecil dari 22, maka dalam tabel interval dimulai
dengan nilai minimum di tambah 1.
Berdasarkan temuan tersebut dibuat tabel kategori
dan posisi implementasi metode
pengajaran PAK dalam pembentukan iman
kepada anak oleh para orang tua Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya tentang
Mengajarkan secara berulang-ulang disusun seperti berikut:
Interval |
Kategori |
Tingkat Implementasi |
44 - 50 |
Rendah |
|
51 - 57 |
Sedang |
Median - Mean 54,00 -54,11 (sedang) |
58 - 64 |
Tinggi |
|
Analisis data dilakukan dengan confidence interval
pada taraf signifikansi 5%, dan dihasilkan median - mean 54,00 - 54,11.
Berdasarkan basil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan implementasi metode pengajaran PAK dalam pembentukan iman oleh para orang tua Jemaat GBIS Yerusalem
Baru Surabaya tentang Mengajarkan secara berulang-ulang ada pada kategori
"sedang" secara signifikan pada α < 0,05.
Ketiga,
Kecenderungan Implementasi tentang
Mengajarkan
Melalui Tanda Pengingat
Berdasarkan penetapan tiga kategori tersebut di
atas dan berdasarkan deskripsi pada lampiran 4.12 tentang Mengajarkan melalui
tanda pengingat diperoleh hasil seperti pada tabel 4.18.
Tabel 4.18 Deskripsi Data Mengajarkan
Melalui Tanda
Pengingat
Statistics
Mengajar
melalui Tanda Pengingat
N Valid Missing Mean
Std.
Eror Of Mean Median
Mode Std.
Daviation Variance
Range
Minimum
Maximum
|
35 0 21.89 616 22.00 25 3.644 13.281 14 16 30 |
Dan tabel di atas ditemukan intervalnya (i) sebesar:
Range (R) dibagi kategori (k), dengan rumus: i= R: k. Jadi i= 14: 3= 4,66
dibulatkan menjadi 5. Untuk menghasilkan tiga tabel interval pengkategorian,
digunakan rumus:
i.k ≥ R+ 1
5 x 3 ≥ 14 + 1
15 ≥ 15
Berdasarkan temuan tersebut dibuat tabel kategori
dan posisi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak oleh para orang tua jemaat GBIS Yerusalem Baru
Surabaya tentang Mengajarkan melalui
tanda pengingat, seperti berikut:
Interval |
Kategori |
Tingkat Pemahaman 1 |
16 — 20 |
Rendah |
|
21 — 25 |
Sedang |
Mean — Median 21,89 - 22 ,00 (sedang) |
26 — 30 |
Tinggi |
|
Analisis data dilakukan dengan confidence interval
pada taraf signifikansi 5%, dan dihasilkan mean — median 21,89 — 22,00.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan implementasi
pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada
anak oleh para orang tua jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, tentang Mengajarkan melalui tanda pengingat ada
pada kategori "sedang tingkat awal" secara signifikan pada a <
0,05.
Berdasarkan tabel 4.16 sampai tabel 4.18 disusun
tabel 4.19, sebagai berikut:
Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis 1
Kecenderungan Implementasi Dimensi-dimensi Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak berdasarkan Ulangan 6:4-9
No |
Kecenderungan |
Hasil
Penelitian pada signifikan α < 0,05. |
1 |
Mengajarkan tentang
Mengasihi Tuhan |
Nilai
median — mean 37,00 — 37,63 dari interval 36 — 40 " sedang" |
2 |
Mengajarkan secara
berulang-ulang |
Nilai
median — mean 54,00 — 54,11 dari interval 51 — 57 "sedang" |
3 |
Mengajarkan melalui tanda
pengingat |
Nilai
mean — median 21,89 — 22,00 dan interval 21 — 25 " sedang" |
Kecenderungan
Implementasi tentang
Pengajaran PAK Dalam
Pembentukan Iman Kepada Anak
Berdasarkan penetapan tiga kategori tersebut di
atas dan berdasarkan deskripsi pada lampiran 4.7 tentang Metode pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada
anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 diperoleh hasil seperti pada tabel 4.19.
Tabel 4.20
Deskripsi Data Pola Pengajaran Iman Kepada Anak
N Valid Missing Mean
Std.
Eror Of Mean Median
Moda
Std.
Daviation Variance
Range
Minimum
Maximum
|
35 0 113.63 1.867 115.00 113a 11.046 122.005 45 93 138 |
a. Mutiple modes axist the smallest value
is shown
Dari statistik di atas ditemukan intervalnya (i)
sebesar: Range (R) dibagi kategori (k), dengan rumus: i= R: k. Jadi i= 45: 3=
15 dibulatkan menjadi 15. Untuk menghasilkan tiga tabel interval
pengkategorian, digunakan rumus:
i.k ≥ R + 1
15 x3 ≥ 4.5 +1
45 tidak ≥ 46 , karena 45 lebih kecil dart 46, maka dalam tabel interval dimulai
dengan nilai minimum di tambah 1.
Berdasarkan temuan tersebut dibuat tabel kategori dan posisi implementasi
pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada
anak oleh para orang tua jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, seperti berikut:
Interval |
Kategori |
Tingkat
Pemahaman |
94 —108 |
Rendah |
|
109 — 123 |
Sedang |
Mean
— Median 113,63 — 115,00 |
124 — 138 |
Tinggi |
|
Analisis data dilakukan dengan confidence interval
pada taraf signifikansi 5%, dan dihasilkan mean — median 113,63 — 115,00.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan implementasi
pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada
anak oleh para orang tua jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, ada pada kategori “sedang” secara signifikan
pada α < 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak dengan semua dimensi mengajarkan
tentang mengasihi Tuhan, mengajarkan secara berulang-ulang, mengajarkan melalui
tanda pengingat adalah masuk dalam kategori "SEDANG", sehingga dengan
demikian hipotesis 1 yang mengatakan, "Kecenderungan tingkat
implementasi pengajaran PAK dalam
pembentukan iman kepada anak
berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya
ada pada kategori rendah menuju sedang." adalah TIDAK TERBUKTI.
Pengujian
Hipotesis 2 (Uji Dominan)
Pengujian variabel yang berpengaruh dominan adalah
dilakukan dengan menggunakan uji Beta,
dengan cara membandingkan nilai Beta
basil analisis linear regresi berganda dari semua
variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas yang memiliki nilai
Beta tertinggi merupakan variabel bebas yang berpengaruh dominan terhadap
variabel terikat. Lihat tabel 4.21.
Tabel 4.21 Uji Dimensi Yang Dominana
coefficentsa
Model
|
Untanddardized coeffcients |
Standardized |
t |
Sig |
Collnearty statistics |
||
B |
Std. error |
Beta |
Tolerance |
VIF |
|||
1.
(constant) Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan Mengajarkan berulang-ulang Mengajarkan melalui Tanda pengingat
|
1504E-013 1.000 1.000 1.000 |
000 000 000 000 |
329 519 330 |
|
|
506 536 617 |
1.977 1.864 1.491 |
a. Dependent Variable
Metode Pengajaran Iman
Pada tabel Coefficients
(tabel 4.21) kolom Standardized
Coefficients di atas, ditemukan dimensi ‘Mengajarkan secara berulang-ulang’
yang memiliki nilai beta tertingi yaitu sebesar 0,519, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel ‘Mengajarkan secara berulang-ulang’ adalah dimensi yang
berpengaruh dominan terhadap variabel terikat metode pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak' oleh para orang tua Jemaat GBIS
Yerusalem Baru Surabaya.
Kalau dilihat dari sembilan indikator yang
dimiliki oleh metode pengajaran PAK dalam pembentukan
iman kepada anak seperti pada tabel
4.21 (Lampiran 4.16), maka sub indikator Membicarakan berulang-ulang saat
diperjalanan dan Membicarakan saat berbaring" yang dominan berpengaruh
terhadap pola pengajaran iman, karena kedua sub indikator tersebut mempunyai
nilai beta tertinggi yang sama sebesar 0,244.
Kalau dilihat dari keempat sub indikator dari
dimensi "Mengajarkan secara benilang-ulang', dari tabel 4.21 ditemukan
bahwa sub indikator Membicarakan berulangulang saat diperjalanan dan
Membicarakan saat berbaring' juga yang dominan mempengaruhi implementasi
pengajaran PAK dalam pembentukan iman,
karena kedua sub indikator tersebut mempunyai nilai beta yang sama sebesar
0,244.
Tabel 4.22 Uji lndikator Yang Dominan
coefficents
Model
|
Untanddardized coeffcients |
Standardized |
t |
Sig |
Collnearty statistics |
||
B |
Std. error |
Beta |
Tolerance |
VIF |
|||
1.
(constant) MTdgnsHati MtdgnsJiwa Mtdkekuatan Mbusssaat dirumah Mbusaatdiperjalanan Mbussaat berbaring Mbussaat bangun Membuart(TPdibadan Membuat TPdirumah
|
602 075 068 070 006 050 092 067 106 634 |
25 012 023 013 024 009 014 009 035 007 |
234 103 200 007 223 244 244 107 183 |
-2403 6.067 2.952 5.422 237 5.291 6.658 7.318 3.058 5.058 |
024 000 007 000 515 000 000 000 005 000 |
556 681 604 849 466 612 742 678 628 |
1.797 1.469 1.657 1.178 2.147 1.633 1.349 1.476 1.592 |
a.
Dependent
Variable Pola Pengajaran
Dari penjelasan di atas, maka hipotesis 2 yang
berbunyi, "Diduga dimensi yang paling dominan amemengaruhi implementasi pengajaran dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem
Baru Surabaya adalah “Mengajarkan
secara berulang-ulang”, sepenuhnya
TERBUKTI, karena dari hasil analisis linear regresi berganda ternyata bahwa variabel “Mengajarkan secara berulang-ulang” yang dominan berpengaruh terhadap “pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak”. Jadi Hipotesis 2 Terbukti.
Pengujian
Hipotesis 3 (Uji Latar Belakang)
Pengujian Kategori latar belakang mana yang
berpengaruh dominan dilakukan dengan menggunakan uji Beta, dengan cam membandingkan nilai Beta hasil analisis linear
regresi berganda dari semua variabel bebas. Kategori Latar Belakang: Suku
(LB1), bentuk kekristenan (LB2), gereja asal (LB3), jenis kelamin (LB4),
tingkat pendidikan (LB5), dan umur/usia (LB6) terhadap variabel terikat ‘Metode pengajaran iman kepada anak' oleh para orang
tua Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya.
Variabel bebas Kategori latar belakang (LB1 - LB6) yang memiliki nilai Beta
tertinggi (angka negatif atau pisitif sama saja) merupakan kategori latar
belakang yang berpengaruh dominan terhadap variabel terikat. Lihat tabel 4.23.
Tabel 4.23 Uji Latar
Belakang Dominan
coefficients
Model
|
Untanddardized coeffcients |
Standardized |
t |
Sig |
Collnearty statistics |
||
B |
Std. error |
Beta |
Tolerance |
VIF |
|||
2.
(constant) Suku Kekristenan Gereja Asal Jenis Kelamin Tingkat pendidikan Umur |
298.556 2.224 -14.400 3.990 -2.609 1.580 328 |
34.774 2.956 13.276 15.739 7.175 4.534 452 |
154 -249 063 -070 090 187 |
8.586 752 1.085 254 -364 348 727 |
000 458 287 802 719 730 473 |
759 602 511 852 478 480 |
1.318 1.661 1.950 1.174 2.094 2.083 |
Pada tabel Coefficients (tabel 4.23) kolom Standardized Coefficients di atas,
ditemukan variabel LB2 Kategori latar belakang `bentuk kekristenan' yang
memiliki nilai Beta tertinggi yaitu sebesar -0,249 (minus 0,249). Tanda minus
dalam kolom Beta artinya ditemukan dalam penelitian ini bahwa, semakin banyak
`bentuk kekristenan keturunan' para orang tua (jemaat), semakin rendah
'implementasi pola pengajaran iman kepada anal(' berdasarkan Ulangan 6: 4-9,
dan sebaliknya semakin sedikit `bentuk kekristenan keturunan' dari para orang
tua (jemaat) semakin tinggi 'implementasi metode pengajaran iman' kepada anak mereka di Jemaat GBIS
Yerusalem Baru Surabaya. Dengan kata lain, semakin banyak `bentuk kekristenan
pertobatan' dari orang tua jemaat, maka semakin baik ‘implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak’ mereka di Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya,
sebab itu dapat disimpulkan bahwa kategori latar belakang `bentuk kekristenan'
(dalam hal ini Kristen keturunan, yakni = LB2) adalah kategori latar belakang
yang berpengaruh dominan terhadap 'implementasi pengajaran PAK dalam
pembentukan iman kepada anak' di Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya.
Dan penjelasan di atas, maka hipotesis 3 yang
berbunyi, " Kategori latar belakang yang paling dominan (dari suku, bentuk
kekristenan, gereja asal, jenis kelamin, pendidikan dan usia) mempengaruhi
implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS
Yerusalem Baru Surabaya adalah `latar belakang pendidikan’ adalah TIDAK TERBUKTI, karena dari hasil analisa
linier regresi berganda (uji Beta), ternyata bahwa kategori latar belakang
bentuk kekristenan' (Kristen keturunan) yang uji Beta-nya tertinggi sebesar
-0,249 (minus 0,249), sehingga kategori `latar belakang bentuk kekristenan'lah
yang dominan berpengaruh terhadap `implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9'
di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. JADI
HIPOTESIS 2 TIDAK TERBUKTI.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan pembahasan basil
uji hipotesis 1, 2, dan 3 sebagai berikut:
Pembahasan
Hipotesis 1 (Kecenderungan Implementasi)
Ringkasan Masalah: Setelah melalui beberapa tahap
penelitian dan analisis hasil penelitian, peneliti telah menemukan bahwa
kecenderungan tingkat implementasi ketiga dimensi, yaitu: 'Mengajarkan tentang
Mengasihi Tuhan', `Mengajarkan secara berulang-ulang, dan `Mengajarkan melalui
tanda pengingat' ada pada kategori
sedang. Juga peneliti menemukan bahwa implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 ada
pada kategori sedang. Sedangkan hipotesisnya tentang kecenderungan tingkat
implementasi `pengajaran PAK dalam pembentukan iman' berdasarkan kecenderungan ketiga dimensinya, ada pada kategori
rendah menuju sedang. Jadi hipotesis 1 tidak terbukti, karena tingkat
implementasi temuan lebih tinggi dari hipotesis.
Metode Penelitian: Metode penelitian yang
digunakan untuk menemukan tingkat kecenderungan Pengaruh Pendidikan Agama
Kristen Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat
Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah uji frekuensi.
Hasilnya ternyata seperti tersebut di
atas, kecenderungan tingkat Pengaruh
Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Ulangan
6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya ada pada kategori sedang.
Teori Pendukung: Rahasia terakhir dari kecerdasan
orang-orang Yahudi yang membuat mereka
mampu menguasai pendidikan, media, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi,
hiburan, dan sebagainya adalah implementasi metode dalam belajar (Abdul Wahid,
2011: 237). Metode mengajar ialah cara atau prosedur dalam mengelola interaksi
antara guru (orang tua, pen) dan
peserta didiknya (anak, pen) bagi
berlangsungnya peristiwa belajar (mengestafetkan
iman Kristen, pen) (Sijabat, 2004: 229). Metode mengajar berdasarkan bentuk komunikasi interaksi
orang tua dan anak, ada tiga yakni: (1) Metode
yang hanya menekankan komunikasi satu arab, yaitu dari pihak orang tua kepada
anaknya. (2) Metode yang membangun komunikasi
satu arah, yaitu dari anak kepada orang tuanya. (3) Metode yang membangun komunikasi dua arah, yaitu
terjadinya relasi dan interaksi dialogis antara orang tua dan anak serta di
antara anak lainnya (Sidjabat, 2004: 231-232). Proses pengajaran bisa
berorientasi pada guru/ orang tua (theacher
centred); dan mengajar bisa berpusat pada siswa/ anak (student centred) (Wina Sanjaya, 2006: 95-100).
Metode pengajaran yang harus diterapkan orang
Israel kepada anak-anak mereka yang telah ditetapkan oleh Firman Allah terdapat
dalam Ulangan 6-9 berkata,"Apa yang
kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau
mengajarkannya herulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau
duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau
berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah, juga engkau
mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di
dahimu, dan haruslah engkau menuliskan-nya pada tiang pintu rumahmu dan pada
pintu gerbangmu".
Arti/makna: Penelitian ini menemukan, bahwa
tingkat kecenderungan implementasi pengajaran PAK dalam
pembentukan iman kepada anak
berdasarkan Ulangan 6:4-9 ada pada kategori sedang tingkat menengah, sedikit
Iebih tinggi dari dugaan sebelumnya pada hipotesis 1 `kategori rendah menuju
sedang'. Hal ini sesuai dengan rujukan teori yang dikemukakan oleh Abdul Wahid
yang mengatakan, bahwa Rahasia terakhir dari kecerdasan orang-orang Yahudi
adalah implementasi metode dalam belajar (Abdul Wahid, 2011: 237)
Secara praktis, bagi semua pecinta anak (hamba
Tuhan, guru Sekolah Minggu, jemaat, dan khususnya para orang tua), juga bagi
peneliti mengenai penemuan, bahwa `implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak' adalah hal utama dalam
menentukan apakah anak akan mampu sebagai generasi penerima estafet iman
Kristen, dan pada gilirannya apakah akan mampu sebagai generasi penerus
mengestafetkan iman Kristennya kepada anak-anaknya, dan demikian seterusnya.
Oleh karena begitu pentingnya pengestafetan iman Kristen dari orang tua kepada
anak, sesuai perintah Tuhan dalam Ulangan 6:4-9, maka tidak ada alasan untuk
tidak meningkatkan implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak oleh setiap orang tua khususnya
di jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, dan
umumnya oleh setiap orang tua Kristen.
Secara teoritis, menurut Homrighousen (2012:2-4),
nenek moyang orang Israel, Abraham, Ishak dan Yakub menjadi guru bagi seluruh
keluarganya. Sebagai bapa-bapa dari bangsanya, mereka bukan saja menjadi imam yang merupakan pengantara antara Tuhan dengan umat-Nya, tetapi juga menjadi guru yang
mengajarkan tentang perbuatan-perbuatan
Tuhan yang mulia itu dengan segala janji Tuhan yang membawa berkat bagi Israel
turun temurun. Tuhan telah memilih dan memanggil Abraham dari jauh untuk melayani kehendak-Nya yang Agung itu
guna keselamatan umat manusia. Bimbingan dan maksud
Tuhan itu perlu dijelaskan kepada anak cucunya. Ishak (anak Abraham) meneruskan
pengajaran yang penting itu dan kemudian anaknya Yakub juga menanamkan segala
perkara ini ke dalam batin anak-anaknya. Yusuf menyimpan perkara-perkara itu
kemanapun ia pergi. Janji-janji Tuhan itu tetap terpelihara oleh orang Israel
(bangsa Israel). Tuhan telah memasuki hidup mereka, karena Tuhan mau memakai
bangsa itu sebagai alat-Nya. Atas perintah Tuhanlah keinsafan itu dipupuk dan
diperdalam, dengan jalan pengajaran kepada tiap-tiap angkatan muda. Nabi Musa
dipilih pula oleh Tuhan untuk membebaskan umat-Nya dari penindasan. Musalah
yang diangkat menjadi panglima dan pemimpinnya, tetapi juga menjadi guru dan
pemberi hukum-hukum bagi mereka. Musa mendidik mereka di padang belantara dan
mengatur pendidikan itu dengan jitu dan tepat, Pendidikan itu akan dilanjutkan
pula oleh pengganti-penggantinya. Tiap-tiap keturunanya umat Israel
menyampaikan pula tiap pengajaran itu kepada keturunan yang berikut. Proses ini
berlangsung terus menerus beratus-ratus tahun lamanya. Pendidikan itu mulai dalam masing-masing rumah tangga dan diteruskan dalam kebaktian-kebaktian umum dan
pada pengajaran dalam Taurat Tuhan.
Tuhan Allah sendirilah yang merupakan pusat dan tujuan segala pengajaran masyarakat
Israel, maka segala hal ihwal (perihal)[137] masyarakat umum juga dipelajari dan diatur dalam
terang pernyataan Tuhan. Jadi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman
Kristen kepada anak sangat penting dan sangat urgen bagi setiap orang Kristen.
Pembahasan
Hipotesis 2 (Uji Dominan)
Ringkasan Penemuan hasil uji hipotesis 2: Dimensi Mengajarkan secara
berulang‑ulang dominan memengaruhi Pengajaran Pendidikan
Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan
6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya, dengan nilai beta 0,519. Indikator dominan kedua
yang memengaruhi implementasi pola pengajaran
iman kepada anak adalah indikator Mengajarkan melalui tanda pengingat, dengan
nilai beta 0,330. Indikator dominan ketiga yang memengaruhi Pengaruh Pendidikan
Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan
6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah
Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan, dengan nilai beta. 0,329.
Metode Penelitian yang digunakan untuk menguji
hipotesis 2 (uji dominan) adalah uji beta, dengan hasil penelitian menunjukkan,
bahwa `Mengajarkan secara bendang-ulang' adalah yang paling dominan berpengaruh
terhadap Pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9' di antara
jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, dengan nilai beta tertinggi 0,519.
Teori pendukung: Mengajarkannya berulang-ulang
kepada anak adalah salah satu cara utama untuk mengungkapkan kasih kepada Allah
(111 6: 5) yakni memedulikan kesejahteraan rohani anak-anak dalam keluarga dan
berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah. (Sofware
Sabda, Penjelasan Ulangan 6:7). Menurut Sijabat (2001: 10), mengajar adalah
upaya untuk mentransfer pengetahuan, pandangan, keyakinan, dogma, dan doktrin
atau teologi yang dimilikinya kepada peserta didik.
Arti /makna secara teori: Penemuan dalam
penelitian ini, secara teori bahwa rahasia terakhir dari kecerdasan orang-orang
Yahudi yang membuat mereka mampu menguasai pendidikaan, media, ilmu
pengetahuan, teknologi, ekonomi, hiburan, dan sebagainya adalah implementasi
metode dalam belajar (Abdul Wahid, 2011: 237).
Hal ini sesuai dengan rujukan teori yang
dikemukakan oleh nabi Musa (Ulangan 6:4-9) mengenai Metode pengajaran iman oleh orang Yahudi, yang juga
menjadi Metode pengajaran iman orang
Kristen yang mengatakan, terdapat 3 faktor utama yang menentukan keberhasilan metode pengajaran iman kepada anak, yakni: (1)
Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap
kekuatan dan dengan segenap jiwa, (2) Mengajarkan secara berulang-ulang, dengan
cara membicarakannya berulang-ulang saat di rumah, saat dalam perjalanan, saat
berbaring dan saat bangun, (3) Mengjarkan melalui tanda pengingat,dengan cara
membuat tanda pengingat di badan dan di rumah.
Pentingnya penemuan secara secara praktis: Dalam
penelitian ini ditemukan bahwa `mengajarkan secara berulang-ulang' (saat di
rumah, saat dalam perjalanan, saat berbaring, dan saat bangun) yang dominan
mempengaruhi Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus
Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh
Yerusalem Baru Surabaya
Pembahasan
Hipotesis 3 (Uji Latar Belakang)
Temuan: Kategori latar belakang yang dominan
mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak oleh
para orang tua di Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya adalah latar belakang pendidikan" adalah
TIDAK TERBUKTI, karena dari hasil analisis linier regresi berganda (uji Beta), temyata bahwa variabel kategori
latar belakang BENTUK KEKRISTENAN (LB2) yang uji Beta-nya tertinggi minus 0,249 (sebesar - 0,249), dibandingkan
dengan kategori umur (LB6= 0,187), dan suku (LB1= 0,154).
Hasil uji beta latar belakang bentuk kekristenan
yang negatif (-0,249) artinya,
semakin banyak responden (orang tua jemaat GBIS yang Kristen keturunan, semakin
rendah tingkat implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman yang mereka lakukan kepada anak mereka, dan
sebalikaya semakin sedikit responden (orang tua) jemaat GBIS
Yerusalem Baru Surabaya yang Kristen
keturunan, maka semakin tinggi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman yang mereka lakukan kepada anak mereka. Dengan kata lain dalam penelitian
ditemukan, bahwa semakin banyak para orang tua jemaat GBIS bentuk
kekristenannya (Kristen keturunan), bukan pertobatan, maka semakin tinggi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman yang mereka lakukan kepada anak mereka.
Metode Penelitian: Pengujian Kategori latar
belakang mana yang berpengaruh dominan, dilakukan dengan menggunakan uji Beta, dengan cara membandingkan nilai Beta hasil analisis linier regresi
berganda dari keenam variabel bebas Kategori Latar Belakang. Tanda minus
(-0,249) dalam kolom Beta artinya
ditemukan dalam penelitian ini bahwa, semakin banyak responden (orang tua) yang
bentuk kekristenannya Kristen pertobatan, maka semakin besar mereka
mengimplementasikan pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9.
Teori : Sehubungan temuan di atas, maka para
hatnba Tuhan dan setiap orang tua perlu serius mengenal implementasi pengajaran PAK dalam
pembentukan iman kepada anak
berdasarkan Ulangan 6:4-9. Selain itu para hamba Tuhan perlu meningkatkan
bentuk kekristenan orang tua dari Kristen ketunman ke Kristen pertobatan.
Karena temuan membuktikan bahwa semakin rendah implementasi pengajaran PAK oleh orang tua yang Kristen ketunman berbanding
terbalik, artinya semakin banyak orang tua tetap Kristen keturunan (tidak
bertobat) semakin kecil implementasi pengajaran PAK kepada anak.
Untuk mengenal lebih jauh responden, ditemukan
sebanyak 35 orang responden (orang tua jemaat GBIS Yerusalem Baru terdiri dari
30 orang (85,71%) responden adalah Kristen keturunan dan 14,39% adalah Kristen
pertobatan.
Arti /makna penemuan: Temuan ini dipandang dari
segi pendidikan, maka untuk sejumlah orang tua yang bentuk kekristenan
keturunan (30 orang) tersebut, perlu dibentuk kelas-kelas yang sesuai kebutuhan
pertobatan mereka.
Pentingnya penemuan: Secara teori manajemen
pendidikan dan secara bisnis pendidikan di gereja, perlu mengelompokkan orang
tua berdasarkan umur, kemampuan/ pendidikan/ dan sebagainya.
Secara praktis, temuan menunjukkan bahwa hal utama
yang harus disediakan di GBIS adalah Buku Pedoman Pengajaran PAK Dalam
Pembentukan Iman Kepada Anak
berdasarkan Ulangan 6:4-9 bagi orang tua, untuk mengestafetkan iman Kristen
kepada satu generasi, ke generasi berikutnya.
Penelitian sebelumnya belum ada membahas mengenai
kategori latar belakang responden yang mempengaruhi variabel terikat yang
ditelitinya.
Temuan kategori latar belakang umur yang dominan
berpengaruh terhadap implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak oleh para jemaat adalah tidak
sesuai dengan hipotesis, karena dalam penelitian ini ditemukan latar belakang
yang dominan yang mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak jemaat adalah latar belakang
bentuk kekristenan, bukan tingkat pendidikan terakhir. Namun belum terpikir
sebelumnya bahwa semakin tinggi bentuk kekristenan keturunan, akan semakin
rendah implementasi mereka mengenai pola pengajaran iman kepada anak. Hal ini
karena keterbatasan segi-segi penelitian, peneliti belum menemukan teori yang
mengatakan, semakin tinggi bentuk kekristenan keturunan orang tua (jemaat),
maka semakin rendah implementasi pola pengajaran iman kepada anak mereka,
sehingga mungkin angket yang diajukan kurang memvasilitasi untuk mendapatkan
informasi tentang hal itu, sehingga proses analisis data kurang tepat dan
sebagainya.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang
telah dilakukan tentang studi eksplanatori konfirmatori Implementasi Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9
di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, maka peneliti mengambil
kesimpulan yang diuraikan di bawah ini.
Pertama, diduga kecenderungan tingkat Pengaruh
Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan
Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya di
antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya ada pada kategori rendah menuju
sedang. Setelah dilakukan pengujian hipotesis ternyata hasilnya, “Kecenderungan
tingkat Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada
Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem
Baru Surabaya ada pada kategori sedang, sehingga dengan demikian dugaan
kecenderungan tingkat Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman
Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil
Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya ada pada kategori rendah”, adalah TIDAK
TERBUKTI. Sedangkan temua hasil uji hipotesis pertama adalah sebagai berikut :
1.
Hasil uji Hipotesis 1 : (Uji Kecenderungan)
a)
Kecenderungan Implementasi Pengajaran Pendidikan Agama
Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di
Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya, tentang dimensi
pertama, yakni, ‘mengajarkan tentang mengasihi Tuhan’ ditemukan nilai
median-mean nya adalah 37,00 – 37,63 dari interval 36 – 40, termasuk pada
kategori “sedang”.
b)
Kecenderungan Implementasi Pengajaran
Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan
Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya,
tentang dimensi kedua, yakni, ‘mengajarkan secara berulang-ulang’ ditemukan
nilai median-mean nya adalah 54,00 – 54,11 dari interval 51 – 57, termasuk pada
kategori “sedang”.
c)
Kecenderungan Implementasi Pengajaran
Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan
Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya,
tentang dimensi ketiga, yakni, ‘mengajarkan melalui tanda pengenal’ ditemukan
nilai median-mean nya adalah 21,89 – 22,00 dari interval 21 – 25, termasuk pada
kategori “sedang”.
d)
Kecenderungan Implementasi Pengajaran
Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan
Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya,
ditemukan nilai median-mean nya adalah 113,63 – 115,00 dari interval 1091 –
138, termasuk pada kategori “sedang”.
Dengan demikian hipotesis 1 yang berbunyi
“Kecenderungan tingkat Implementasi Pengajaran Pendidikan
Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan
6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya ada pada
kategori ‘rendah’, adalah TIDAK TERBUKTI.
2.
Hasil Uji Hipotesis 2: (Uji dominan)
Diduga dimensi yang paling dominan memengaruhi Implementasi
Pengajaran Pendidikan Agama Kristen
Dalam Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja
Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah mengajarkan secara berulangulang.
Setelah dilakukan pengujian hipotesis ternyata hasilnya, "Dimensi yang
paling dominan adalah dimensi Mengajarkan Secara berulang-ulang, sehingga
dengan demikian dugaan dimensi yang paling dominan memengaruhi Pendidikan Agama
Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di
Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah mengajarkan
secara berulang-ulang." adalah TERBUKTI.
a)
Uji Hipotesis 2
dalam penelitian ini terbukti.
Dari tiga dimensi variabel 'Implemnetasi
pengajaran PAK dalam
pembentukan iman kepada anak berdasarkan Ulangan
6:4-9, yaitu (Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan, Mengajarkan secara
berulang-ulang dan Mengajarkan melalui tanda pengingat), ditemukan bahwa
dimensi `Mengajarkan secara berulangulang' yang berpengaruh paling dominan
terhadap variabel terikat `implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada
anak' oleh para orang tua Jemaat GBIS Yerusalem Baru, karena memiliki nilai beta tertinggi yaitu sebesar 0,519.
b)
Kalau dilihat
dari sembilan indikator yang dimiliki oleh `implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan
iman kepada anak', maka indikator Membicarakan berulang-ulang saat diperjalanan
dan Membicarakan saat berbaring" yang dominan berpengaruh terhadap implementasi
pengajaran PAK dalam
pembentukan iman kepada anak, karena kedua
indikator tersebut mempunyai nilai beta
tertinggi yang sama sebesar 0,244.
c)
Kalau dilihat
dari keempat indikator dari dimensi "Mengajarkan secara berulang-ulang',
ditemukan bahwa indikator Membicarakan berulangulang saat diperjalanan dan
Membicarakan saat berbaring' juga yang dominan memengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan
iman kepada anak, karena kedua indikator tersebut mempunyai nilai beta yang sama sebesar 0,244,
Dengan
demikian, maka hipotesis 2 yang berbunyi, "Dimensi yang paling dominan
memengaruhi Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak
Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru
Surabaya adalah `Mengajarkan secara berulang-ulang'", sepenuhnya TERBUKTI.
3.
Hasil Uji Hipotesis 3: Kategori Latar Belakang
Diduga
kategori latar belakang yang paling dominan (dari suku, bentuk kekristenan,
gereja asal, jenis kelamin, pendidikan dan usia) memengaruhi Pendidikan Agama
Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di
Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah latar
belakang pendidikan. Setelah dilakukan pengujian hipotesis ternyata hasilnya
yang memengaruhi Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada
Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem
Baru Surabaya adalah latar belakang “bentuk kekristenan”, sehingga dengan
demikian, hipotesis ketiga yang berbunyi kategori latar belakang yang paling
dominan memengaruhi Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus
Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh
Yerusalem Baru Surabaya, latar belakang pendidikan adalah TIDAK TERBUKTI.
Hipotesis
ketiga dalam penelitian ini menyatakan bahwa Pada tabel Coefficients (tabel
4.23) kolom Standardized Coefficients
di atas, ditemukan variabel LB2 Kategori latar belakang `bentuk kekristenan'
yang memiliki nilai Beta tertinggi yaitu sebesar -0,249 (minus 0,249), tanda
minus dalam kolom Beta artinya ditemukan dalam penelitian ini bahwa, semakin
banyak `bentuk kekristenan keturunan' para orang tua (jemaat), semakin rendah
Implementasi pengajaran PAK
dalam pembentukan iman kepada anak' berdasarkan
Ulangan 6: 4-9, dan sebaliknya semakin rendah `bentuk kekristenan keturunan'
dari para orang tua (jemaat) semakin tinggi Pengaruh Pendidikan Agama Kristen
Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat
Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya.
Dengan
kata lain, semakin banyak `bentuk kekristenan pertobatan' dan orang tua jemaat,
maka semakin baik 'implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada
anak' maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kategori latar belakang `bentuk
kekristenan' (dalam hal ini Kristen keturunan, yakni = LB2) adalah variabel
yang berpengaruh dominan terhadap Implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada
anak' di jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya.
Dengan
demikian, maka hasil analisa linier regresi berganda (uji Beta), ternyata bahwa
variabel kategori 'War belakang bentuk kekristenan' (Kristen keturunan) yang
uji Beta-nya tertinggi sebesar -0,249 (minus 0,249), lah yang dominan
berpengaruh terhadap Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman
Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil
Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya. AJADI HIPOTESIS 3 TIDAK TERBUKTI.
Implikasi
Penelitian
tentang Implementasi
Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam
Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja
Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya memberikan beberapa implikasi
sebagai berikut :
Pertama,
kecenderungan Implementasi
Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam
Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja
Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya kategori sedang. Kedua ditemukan bahwa dimensi
`Mengajarkan secara berulang-ulang' dan dua indikator `Membicarakarmya
berulang-ulang saat berbaring' dan `Membicarakannya saat bangun' yang dominan
berpengaruh terhadap implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada
anak berdasarkan Ulangan 6:4-9. Ketiga
ditemukan, bahwa kategori latar belakang "bentuk kekristenan"
(Kristen keturunan) yang dominan berpengaruh kepada implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan
iman kepada anak. Maksudnya semakin banyak orang tua yang Kristen keturunan,
semakin sedikit implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak.
Adapun
implikasi yang diajukan dari hasil temuan penelitian ini adalah, Meningkatkan implikasi
pengajaran PAK dalam
pembentukan iman kepada anak di GBIS Yerusalem
Surabaya, dengan cara memberi pemahaman yang benar kepada setiap orang tua, mengenai
pengajaran PAK dalam
pembentukan iman kepada anak secara terprogram dan
berkelanjutan melalui rencana strategis di bawah ini.
Implikasinya
sekarang: Dari temuan di atas peneliti mengusulkan implikasi berupa Rencana
Strategis (Renstra) bagi GBIS Yerusalem Baru Surabaya untuk jangka pendek
(waktu dekat), jangka menengah, dan jangka panjang mengacu kepada visi misi
GBIS dengan garis besar, sebagai berikut:
Rencana
Strategis
Gereja Bethel
Injil Sepenuh Surabaya
Program :
jangka pendek mengadakan retreat dan
ibadah keluarga dengan materi ‘Implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada
anak’. Jangka panjang membuat Buku Pedoman Pendidikan Agama Kristen dalam
pembentukan Iman Kristen kepada anak untuk GBIS Yerusalem Baru Surabaya.
Prioritas : Meningkatkan PAK
dalam pembentukan iman kristus kepada anak oleh orang tua di GBIS Yerusalem
Baru Surabaya melalui program ibadah keluarga dan retreat dengan muatan materi
‘implementasi pengaajaran
PAK dalam pembentukan iman kepada anak’ secara
terencana dan berkesinambungan, karena dari hasil olahan data penelitian
ditemukan ‘tingkat implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan
iman’ di GBIS Yerusalem Baru masih dalam taraf ‘sedang’.
Indikator
Pengajaran PAK dalam
Pembentukan Iman kepada Anak berdasarkan Ulangan
6:4-9, mencakup:
Mengajarkan
tentang mengasihi Tuhan
Mengasihi
Tuhan dengan segenap hati
Mengasihi
Tuhan dengan segenap jiwa
Mengasihi
Tuhan dengan segenap kekuatan
Mengajarkan
secara berulang-ulang
Membicarakan
berulang-ulang saat di rumah
Membicarakan
berulang-ulang saat dalam perjalanan
Membicarakan
berulang-ulang saat berbaring
Membicarakan
berulang-ulang saat bangun
Mengajarkan
melalui tanda pengingat
Membuat
tanda pengingat di badan
Membuat
tanda pengingat di rumah
Penemuan
yang tidak sesuai dengan hipotesis adalah, peneliti telah menemukan bahwa
tingkat Implementasi
Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam
Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja
Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya ada pada kategori sedang; hal ini
disebabkan karena keterbatasan segi-segi penelitian, keterbatasan dalam membuat
angket penelitian, keterbatasan dalam analisis pokok masalah sebelumnya.
Rekomendasi-rekomendasi
untuk penelitian selanjutnya: Peneliti perlu memperhatikan kriteria/kualitas
keunggulan implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman Kristen kepada
anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 yang diperintahkan oleh Tuhan, sebab metode pengajaran
iman yang ditetapkan Tuhan itulah metode pengajaran iman yang harus
dilaksanakan setiap orang Kristen, sehingga estafet iman itu berlanjut
sepanjang masa. (2) GBIS Yerusalem Baru perlu menekankan pembinaan terencana,
agar setiap orang ma menyadari urgensinya dan mampu mengajarkan secara
berulang-ulang tentang mengasihi Tuhan (dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan,
khususnya saat berbaring dan saat bangun.) Misalnya dengan melaksanakan ibadah
keluarga setiap hari satu jam dengan tema seperti daftar tema yang ditentukan
oleh gembala. (3) GBIS Yerusalem Baru perlu mempertimbangkan strategi pelayanan
khusus kepada para orang tua yang berasal dari Kristen keturunan, agar mereka
menangkap maksud urgensinya meningkatkan implemnetasi pola pengajaran iman
kepada anak secara berkelanjutan, yaitu mengestafetkan iman Kristen ke generasi
anak, dan ke generasi cucu melalui tema-tema yang disusun dalam kegiatan setiap
tahun, seperti berikut:
RENCANA
STRATEGIS
GEREJA
BETHEL INJIL SEPENUH
YERUSALEM BARU SURABAYA
Visi : Diperlengkapi
untuk memperlengkapi orang-orang kudus untuk mempermuliakan Allah
Misi : (1)
Menghasilkan anggota jemaat berkarakter Kristus
(2)
Menyiapkan anggota jemaat yang memberi dampak positif terhadap lingkungan.
Motto
: "Keluarga
kuat gereja kuat"
Program : Meningkatkan
Pendidikan Karakter anggota keluarga Berkualitas
I.
Persekutuan
Kaum Pria (PKP), Persekutuan Kaum Wanita (PKW), Kaum Pemuda Remaja (KPR), dan
Sekolah Minggu (SM), dengan cara:
1.
PKP dan PKW
mengadakan ibadah gabungan sebulan sekali pada minggu keempat dengan materi Implementasi
Pengajaran PAK Dalam Pembetukan
Iman Kepada Anak (IPP-DPIKA).
2. PKB dua bulan sekali atau sebulan
sekali diisi diskusi dengan materi pokok antara lain, pecan kaum bapak sebagai
imam, gembala, penginjil, guru, dan rasuli, sehingga jadwal tema-tema ibadah
PKB menjadi sebagai berikut:
TABEL
5.1.
JADWAL
IBADAH PKP TAHUN 2015
GBIS
YERUSALEM BARU SURABAYA
Bln |
Minggu
ke 1 |
Minggu
ke 2 |
Minggu
ke 3 |
Minggu
ke 4 |
Jan |
|
|
|
|
Feb |
|
Pria sebagai
Imam (1) |
|
IPP-DPIKA (2) |
Mar |
|
|
|
IPP-DPIKA (3) |
Apr |
|
Pria sebagai |
|
|
Mei |
|
|
|
IPP-DPIKA |
Jun |
|
Pria sebagai
penginjil |
|
IPP-DPIKA |
Jul |
|
|
|
Retreat |
Agu |
|
Pria sebagai
guru |
|
IPP-DPIKA |
Sep |
|
|
|
IPP-DPIKA |
Okt |
|
Pria sebagai
rasul |
|
IPP-DPIKA |
Nop |
|
|
|
Retreat |
Des |
|
|
|
|
Catatan:
1. Fleksibel, apakah ibadah gabungan PKB dan kaum ibu
pada minggu keempat atau minggu lainnya.
2.
Nomor dalam kurung adalah kode
pembicara, misalnya: (1) Pdt. Rudianto
Kusumo,
(2) Pdt Sali, (3) dst.
3. Jadwal setahun dibuat oleh PKB dibahas pada waktu pertemuan
3. PKW dua bulan sekali atau sebulan
sekali diisi diskusi dengan materi pokok antara lain, peran kaum ibu sebagai
istri imam, istri gembala, istri penginjil, istri guru, dan istri rasuli,
sehingga jadwal tema-tema ibadah PKW menjadi sebagai berikut:
TABEL
5.2.
JADWAL
IBADAH PKW TAHUN 2015
GBIS
YERUSALEM BARU SURABAYA
Bln |
Minggu
ke 1 |
Minggu
ke 2 |
Minggu
ke 3 |
Minggu
ke 4 |
Jan |
|
|
|
|
Feb |
|
Wanita
istri Imam (1) |
|
IPP-DPIKA (2) |
Mar |
|
|
|
IPP-DPIKA (3) |
Apr |
|
Wanita
istri gembala (4) |
|
Retreat
(5) |
Mei |
|
|
|
IPP-DPIKA () |
Jun |
|
Wanita
istri penginjil () |
|
IPP-DPIKA |
Jul |
|
|
|
Retreat |
Agu |
|
Wanita
istri guru () |
|
IPP-DPIKA |
Sep |
|
|
|
IPP-DPIKA |
Okt |
|
Wanita
istri rasul 0 |
|
IPP-DPIKA |
Nop |
|
|
|
Retreat |
Des |
|
|
|
|
Catatan:
1. Fleksibel, apakah ibadah gabungan PKW dan PKB diadakan pada minggu
keempat atau minggu lainnya.
2. Nomor dalam kurung adalah kode pembicara, misalnya: (1) Pdt.
Sembiring, (2) Pdt Widi, (3) dst.
3. Jadwal setahun dibuat oleh PKW dibahas waktu pertemuan
4. KPR dua bulan sekali atau sebulan
sekali diisi diskusi dengan materi pokok antara lain, peran KPR menjadi anak
imam, menjadi anak gembala, menjadi anak penginjil, menjadi anak guru, dan
menjadi anak rasuli, sehingga jadwal tema-tema ibadah PKW menjadi sebagai
berikut:
TABEL 5:3.
JADWAL IBADAH KPR TAHUN 2015
GBIS
YERUSALEM BARU SURABAYA
Bln |
Minggu
ke 1 |
Minggu
ke 2 |
Minggu
ke 3 |
Minggu
ke 4 |
Jan |
|
|
|
|
Apr |
|
KPR
menjadi anak gembala (4) |
|
Retreat
(5) |
Mei |
|
|
|
IPP-DPIKA () |
Jun |
|
KPR
menjadi anak penginjil () |
|
IPP-DPIKA |
Jul |
|
|
|
Retreat |
Agu |
|
KPR
menjadi anak guru () |
|
IPP-DPIKA |
Sep |
|
|
|
IPP-DPIKA |
Okt |
|
KPR
menjadi anak rasul 0 |
|
IPP-DPIKA |
Nop |
|
|
|
Retreat |
Des |
|
|
|
|
Catatan:
1. Fleksibel, apakah ibadah gabungan PKW dan PKB diadakan pada minggu
keempat atau minggu lainnya.
2. Nomor dalam kurung adalah kode pembicara, misalnya: (1) Pdt.
Rudianto Kusumo, (2)
Pdt Sali, (3) dst.
3. Jadwal setahun dibuat oleh PKW dibahas waktu pertemuan
5. Implementasi Pengajaran PAK dalam pembentukan
Iman kepada Anak oleh orang tua di rumah, melalui ibadah keluarga (yang
terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga yang tinggal serumah),
dengan cara: Setiap keluarga komitmen untuk mengadakan ibadah keluarga setiap
hari 30 — 60 menit, dengan liturgi:
Pujian dipandu
oleh........
Doa Pembukaan dipimpin oleh......
Baca Finnan dimulai oleh........lalu bergiliran
Shearing dimulai oleh........
Pujian dipandu
oleh........
Doa Penutup dipimpin oleh......
Pengumuman oleh.....................
Tema per minggu, seperti dalam tabel
mingguan.
(urutan
yang bertugas liturgi bisa dimulai dari orang tertua atau ayah, hari berikutnya
oleh ibu, lalu ke yang lebih muda, demikian selanjutnya)
TABEL 5:4.
JADWAL TEMA PER
MINGGU IBADAH KELUARGA
GBIS YERUSALEM
BARU SURABAYA
Bln |
Minggu
ke 1 |
Minggu
ke 2 |
Minggu
ke 3 |
Minggu
ke 4 |
Jan |
|
|
|
|
Mar |
Keluarga
Lot |
Keluarga
Abraham |
Keluarga
Yakub |
IPP-DPIKA (3) |
Apr |
Keluarga
Ishak |
Menjadi
keluarga gembala
(4) |
Keluarga
Yusuf PL |
Retreat
(5) |
Mei |
Keluarga
Musa |
Keluarga
Harun |
Keluarga.
Yosua |
IPP-DPIKA 0 |
Jun |
Keluarga
Saul |
Menjadi
keluarga Penginjil
() |
Keluarga
Daud |
IPP-DPIKA 0 |
Jul |
Keluarga
Salomo |
Keluarga
Elia, Elisa |
Keluarga
Raja Asa |
Retreat |
Agu |
Keluarga
Yeobeam |
Menjadi
keluarga guru () |
Keluarga
Yehuda |
IPP-DPIKA |
Sep |
Keluarga
Raja Ahas |
Keluarga
Ayub |
Ajaran
Matius |
IPP-DPIKA |
Okt |
Ajaran
Markus |
Menjadi
keluarga rasul 0 |
Ajaran
Lukas |
IPP-DPIKA |
Nop |
Ajaran
Yohanes |
Ajaran
Paulus |
Ajaran
Petrus |
Retreat |
Des |
Keluarga
Zakaria |
Keluarga
Yusuf PB |
Ajaran
Yakobus |
|
Catatan:
1. Fleksibel, jam mulai ibadah keluarga ditetapkan oleh
keluarga masing-masing.
2. Pembawa acara flap bagian ibadah ditetapkan di keluarga
masing-masing.
3. Jadwal tema setahun dibuat oleh gembala
6.
Implementasi Pengajaran PAK Dalam Pembentukan
Iman kepada Anak Sekolah Minggu di gereja, yang dilakukan oleh guru Sekolah
Minggu, dengan cara:
a.
Guru Sekolah
mengelompokkan anak Sekolah Minggu ke dalam kelompok-kelompok umur.
b.
Guru Sekolah
Minggu membagi tugas penanggung jawab diantara guru Sekolah Minggu berdasarkan
kelompok umur anak yang sudah mereka sepakati.
c.
Tiap guru
penanggung jawab kelompok umur membuat silabus tema-tema bahasan selama
setahun. (bisa dibagi triwulanan atau kuartalan, atau smesteran) untuk diminta
pendapat kepada penanggung jawab Sekolah Minggu dan gembala.
d.
Tiap guru
penanggung jawab mengajukan anggaran yang dibutuhkan selama setahun kepada
penangungjawab Sekolah Minggu dan gembala.
TABEL 5:5.
JADWAL TEMA PER
MINGGU PENGAJARAN IMAN KEPADA ANAK
GBIS YERUSALEM
BARU SURABAYA
Bln |
Minggu ke 1 |
Minggu ke 2 |
Minggu ke 3 |
Minggu ke 4 |
Jan |
|
|
|
|
Feb |
|
Menjadi keluarga Imam (1) |
|
IPP-DPIKA (2) |
Mar |
|
|
|
IPP-DPIKA (3) |
Apr |
|
Menjadi keluarga gembala (4) |
|
Retreat (5) |
Mei |
|
|
|
IPP-DPIKA 0 |
Jun |
|
Menjadi keluarga penginjil 0 |
|
IPP-DPIKA O |
Jul |
|
|
|
Retreat |
Agu |
|
Menjadi keluarga guru 0 |
|
IPP-DPIKA |
Sep |
|
|
|
IPP-DPIKA |
Okt |
|
Menjadi keluarga rasul () |
|
IPP-DPIKA |
Nop |
|
|
|
Retreat |
Des |
|
|
|
|
Catatan:
1. Fleksibel, jam mulai ibadah Sekolah Minggu ditetapkan
oleh penanggung jawab Sekolah Minggu.
2. Jadwal petugas Sekolah Minggu ditetapkan oleh penanggung
jawab Sekolah Minggu.
3. Jadwal tema setahun dibuat oleh gembala.
II. Program Keluarga, dengan cara:
1.
Mengadakan
retreat bersama (PKB, PKW, KPR, dan Sekolah Minggu) sebanyak 2 - 3 kali setahun
dengan materi IPP-DPIKA.
2.
Setiap bulan
pada minggu-minggu tertentu ditetapkan tema yang sama di PKB, PKW, KPR, dan
Sekolah Minggu.
III. Keunggulan Gereja ini
Gereja ini berbasis
keluarga.
REKOMENDASI
1.
Sehubungan
hasil uji Hipotesis 1 (meningkatkan kecenderungan implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan
iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9).
a)
Pihak Hamba
Tuhan GBIS Yerusalem Baru Surabaya perlu mengawal kekonsistenan pelaksanaan
rencana strategis GBIS Yerusalem Baru Surabaya di tiap kategorial (PKB, PKW,
KPR, dengan cara mengevaluasi pada rapat bulanan yang dihadiri oleh para
pengurus keempat kategorial tersebut.
b)
Hamba Tuhan
GBIS menyiapkan tema-tema pokok bahasan setiap minggu sepanjang bulan dan tam
berkesinambungan untuk menanamkan implementasi metodi estafet iman Kristen
ke generasi berikutnya, yang di break down melalui pelayanan kategorial PKB,
PKW, KPR dan SM.
c)
Gembala GBIS
menyediakan fasilitas yang dibutuhkan para guru Sekolah Minggu, agar selain
estafet iman yang dikerjakan oleh setiap orang tua 6 hari seminggu dengan
caranya masing-masing, dikerjakan pula oleh para guru SM professional.
d)
Gembala GBIS
perlu mendorong agar guru-guru SM untuk menempuh pendidikan Sarjana Pendidikan
Agama Kristen (S.Pak), S.Th, atau Akta Mengajar (misalnya di Unitomo selama 4
bulan).
Pertanyaan-pertanyaan
yang perlu dijawab peneliti lain adalah bagaimana setiap orang tua dengan cara
mudah, terjangkau, bergengsi dan memuaskan dalam melaksanakan pengajaran PAK dalam pembentukan
iman yang unggul itu dalam rumah tangganya, agar setiap anak dalam rumah tangga
Kristen, mampu dan bertanggung jawab
dan ambil bagian dalam lembaga pendidikan berestafet ini.
Kedua,
para orang tua GBIS Yerusalem Baru Surabaya harus lebih maksimal
"Mengajarkan secara berulang-ulang, saat di rumah, saat dalam perjalanan,
saat berbaring, dan saat bangun. Penelitian ini membuktikan bahwa Mengajarkan
secara berulang-ulang menjadi dimensi yang dominan dalam mengimplementasikan
pola pengajaran iman kepada anak, hanya masih berada pada kategori sedang,
secara signifikan pada a < 0,05. Artinya para orang tua Jemaat GBIS sudah
menjadi orang tua yang mengajarkan secara berulang-ulang kepada anak mereka,
tempi belum maksimal. Untuk itu, para orang tua harus meningkatkan diri lebih maksimal. Misalnya
dengan melaksanakan ibadah keluarga setiap hari satu jam dengan tema yang sudah
ditentukan oleh gembala, dan perlu dibuat program sebagai jalan keluarnya.
Implikasinya
sekarang Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya perlu memikirkan program
`pelaksanaan pengajaran
PAK dalam pembentukan iman kepada anak' dengan sangat menekankan pada
aspek `membicarakan berulang-ulang saat berbaring dan saat bangun' karena kedua
indikator tersebut yang dominan mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan
Iman kepada anak di Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Di lain pihak dalam
tesis ini ditemukan bahwa penekanan materi `mengajarkan tentang mengasihi Tuhan
dengan segenap hati' adalah indikator dominan kedua setelah indikator Membicarakan berulang-ulang saat
diperjalanan dan Membicarakan saat berbaring'
Walaupun
penemuan dalam tesis ini sesuai hipotesis kedua, masih ada keterbatasan dalam
beberapa segi penelitian, seperti angket yang kurang komunikatif barangkali,
atau analisis data tesis ini kurang memadai dan sebagainya.
Rekomendasi-rekomendasi
untuk penelitian selanjutnya antara lain variabel-variabel independen pola
pengajaran iman kepada anak terutama tentang mengajarkan secara berulang-ulang
lebih ditekankan untuk mengantisipasi tantangan yang akan dihadapi anak pada
zamannya.
Pertanyaan-pertanyaan
yang perlu dijawab peneliti lain adalah, bagaimana caranya agar setiap orang
tua dan hamba Tuhan berfokus pada metode pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada
anak, remaja dan pemuda? (a) Sehubungan hasil uji hipotesis 2 (uji dimensi
dominan): Karena ketiga dimensi yaitu: Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan,
Mengajarkan secara berulang-ulang,
dan Mengajarkan melalui tanda pengingat, merupakan kesatuan utuh pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada
anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 yang tidak bisa dipisahkan satu dari yang lain,
maka implementasi dari ketiga dimensi tersebut merupakan satu paket pengajaran PAK dalam pembentukan
iman kepada anak, yang harus dilaksanakan oleh para orang tua GBIS Yerusalem
Baru Surabaya, karena sudah terbukti keunggulannya ketika diterapkan secara
konsisten oleh orang Yahudi..(b) Perhatian penekanan khusus pada implementasi
dimensi kedua, `Mengajarkan secara berulang-ulang' dan pada indikator ketiga
dan keempat yaitu `Membicarakannya berulang-ulang saat berbaring' dan membicarakannya
saat
bangun' sangat penting, karena dari hasil penelitian, dimensi ke dua dan
indikator ketiga dan keempat tersebut paling dominan mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan
iman kepada anak berdasarkan Ulangan
6:4-9 di GBIS Yerusalem Baru Surabaya .
Ketiga,
Sehubungan hasil
uji hipotesis 3 (kategori latar belakang yang dominan): Karena kategori latar
belakang yang dominan mempengaruhi implementasi
pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak Tidak Terbukti
karena latar belakang yang dominan adalah latar
belakang bentuk kekristenan (Kristen keturunan) bukan tingkat pendidikan---, karena hasil uji Beta bentuk kekristenan tertinggi
minus 0,249 (sebesar -0,249)
Implikasinya,
dengan meningkatkan implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada
anak di GBIS Yerusalem Baru Surabaya, sangat prioritas mengubah kekristenan
para orang tua jemaat dari bentuk kekristenan keturunan ke bentuk Kristen
pertobatan.
Temuan
ini dikatakan sangat penting, karena hasil uji beta bentuk kekristenan yang negatif (-0,249) yang artinya,
implementasi pengajaran
PAK dalam pembentukan iman kepada anak oleh para orang
tua, berbanding terbalik dengan bentuk kekristenan (keturunannya), atau dengan
kata lain semakin tinggi jumlah Kristen keturunan dari orang tua, maka semakin
rendah implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan
iman kepada anak mereka, dan sebaliknya semakin rendah jumlah orang tua yang
bentuk kekristenanya keturunan, maka semakin tinggi tingkat implementasi
pengajaran PAK dalam
pembentukan iman kepada anak mereka. Ini berarti
sangat urgen sekali perhatian khusus dari gembala kepada para orang tua yang
Kristen keturunan tersebut, karena kelompok ini paling banyak memeliki anak di
GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Perhatian khusus bisa berupa membuka kelas khusus
mengenai pengajaran
PAK kepada anak yang dikhususkan kepada mereka misalnya
seminggu sekali. Sebagai gambaran, sebanyak 35 orang responden (orang tua
jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya) terdiri dari 30 orang (85,71%) responden
adalah Kristen keturunan dan 14,39% adalah Kristen pertobatan. Sebanyak 27
orang responden (77,14%) berumur di bawah 45 tahun dan 8 orang (22,86%) di atas
45 orang. Sebanyak 31 orang responden berasal dart gereja Protestan, 3 orang
dari gereja pentakosta dan 1 orang dari gereja Katolik. Sebanyak 29 orang suku
Jawa, 1 orang Batak, 3 orang Timor dan lainnya 2 orang. Responden laki-laki 20
orang dan perempuan 15 orang. Responden berpendidikan SD dan SMP sebanyak 9
Orang, SLTA 17 orang dan Sarjana 9 orang.
Rekomendasi-rekomendasi
untuk penelitian selanjutnya perlu diperluas kategori latar belakang yang
dibahas, misalnya dipilih antara lain: Latar belakang suku, agama, klasifikasi
umur, tingkat pendidikan, status keluarga, tingkat ekonomi responden
disesuaikan dengan keadaan lokasi penelitan.
Pertanyaan-pertanyaan
yang perlu dijawab peneliti lain, bagaimana silabus susunan materi pengajaran PAK dalam pembentukan
iman kepada anak yang mampu mengestafetkan iman kepada generasi berikutnya per
kelompok umur? Bagaimana mengimplementasikan silabus tersebut per kelomok umur?
Tabel
5.6.
Rancangan
Program Peningkatan Implementasi
Pola
Pengajaran Iman Kepada Anak.
Hasil
Temuan |
Implikasi |
Program |
Kecenderungan tingkat Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam
Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat
Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya ada pada kategori sedang. |
Dengan memberi pemahaman yang benar kepada setiap orang tua, mengenai pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak secara terprogram dan berkelanjutan |
Mengadakan Ibadah PKP,
PKW, KPR, SM dengan
melibatkan ke 4 kategorial bersama dengan
gembala |
Dimensi yang paling dominan
memengaruhi Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada
Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh
Yerusalem Baru Surabaya adalah dimensi mengajarkan secara berulang-ulang |
Perlu memikirkan program `pelaksanaan Pola
pengajaran iman Kepada
anak’ dengan sangat menekarikan pada aspek `membicarakan berulang-ulang saat berbaring
dan saat bangun karena kedua indicator
tersebut yang dominan mempengaruhi Pendidikan Agama Kristen Dalam
Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat
Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya |
Untuk penelitian Selanjutnya antara lain variabel-variabel
independen pola pengajaran
iman kepada anak terutama tentang mengajarkan secara berulang-ulang lebih ditekankan untuk mengantisipasi
tantangan yang
akan dihadapi anak pada
zamannya. |
Kategori latar belakang yang
paling dominan (dari suku, bentuk kekristenan, gereja asal, jenis kelamin,
pendidikan dan usia) yang memengaruhi Pendidikan Agama Kristen Dalam
Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat
Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya |
Meningkatkan Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam
Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat
Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya sangat prioritas mengubah
kekristenan para orang tua jemaat dari bentuk kekristenan ke bentuk Kristen
pertobatan |
Penelitian selanjutnya perlu diperluas kategori latar
belakang yang dibahas, misalnya dipilih antara lain : latar belakang suku,
agama, klasifikasi umur, tingkat pendidikan, status keluarga, tingkat ekonomi
responden disesuaikan dengan keadaan lokasi penelitian. |
Saran
Berdasarkan
temuan-temuan pada bab IV, maka peneliti membenikan saran berupa saran teoritis
dan saran praktis.
Saran
teoritis
Adapun
saran-saran teoritis yaitu:
1. Secara teoritis, penelitian ini
diharapkan dapat memberi kontribusi pemikiran khususnya pada mata kuliab Metode
Pembelajaran dan Pendidikan Anak dan Pendidikan Agama Kristen umumnya
2. Pembahasan dan hasil penelitian ini
diharapkan memberi sumbangan khusus tentang prinsip-prinsip penting yang
diperlukan dalam hal proses penanaman iman oleh setiap orang Ma Kristen kepada
anak-anak mereka secara alkitabiah turun menurun sampai selama-lamanya.
Saran
Praktis
Secara
praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi anggota jemaat GBIS
Yerusalem Baru Surabaya khususnya dan para orang tua Kristen umumnya tentang
prinsip-prinsip penting yang diperlukan dalam hal proses penanaman iman Kristen
oleh setiap orang tua
Kristen kepada anak-anaknya.
1. Disarankan bagi anggota jemaat GBIS
Yerusalem Baru Surabaya, sebagai masukan dalam meningkatkan kedewasaan rohani
setiap orang ma Kristen, terutama di dalam pemahaman yang benar dan dalam mengestafetkan
iman Kristen yang membutuhkan kesadaran tinggi serta keseriusan dengan segenap hati, jiwa, dan
kekuatan_
2. Disarankan bagi para pendidik Kristen,
sebagai masukan dan refleksi agar melaksanakan proses pendidikan menggunakan metode pembelajaran
yang alkitabiah namun efektif dan efesien dalam mewujudkan pendidikan iman
Kristen kepada anak-anak seperti yang diajarkan oleh firman Tuhan. Di samping
itu para pendidik kiranya dapat berusaha keras untuk merelevansikan materi
pengajaran iman sesuai Alkitab dengan pola pengajaran yang tepat, sehingga akan
memeroleh hasil lebih nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006).
Alkitab
Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas.
Bruce,
Milne. Mengenali Kebenaran. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000. Browning, Kamus
Alkitab, cet. ke 6. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011.
Browning.
Kamus Alkitab Panduan dasar ke dalam Kitab-kitab, tema, tempat, tokoh dan
istilah Alkitabiah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.
Burhan
N.H, Mata Yahudi Mengintai Dunia t.t.: Soulmate Book, t.th.
Budiyana,
Hardi. Dasar-dasar pendidikan Kristen.Yogyakarta: Andi Offset, 2001.
Blankenbaker,
Frances. Inti Alkitab Untuk Pemula. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
Bungin,
Burhan. Metode Penelitian Sosial, Format-format Kuantitatif dan Kualitatif
Surabaya: Airlangga University Press, 2001.
Babbie,
Earl. the Practice of Social Research. California: Wadsworth Publishing
Company, 1995.
Chua,
Amy. Battle Mymn of the Tiger Mother. Cara Mendidik Anak agar Sukses Ala China.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011.
Culpepper,
R. Alan. Smyth and Helwys Bible Commentary: Mark. Georgia: Smyth & Helwys
Publishing, 2007.
Douglas.
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasihi OMF, Cetakan ke 4, 1999.
Douglas,
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 1999.
Free,
Yoseph P. direvisi dan diperluas oleh Howard F. Vos, Arkeologi dan Sejarah
Alkitab, cetakan ketiga. Malang: Gandum Mas, 2011,
Fred
N. dan Howard B Lee. Foundation of Behavioral Research. Forth Worth: Harcout
Collage Publisher, 2000.
Green,
Denis, Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2008.
Guthrie.
Tafsiran Alkitab Masa Kini 1. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1995.
Gulo.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo, 2002.
Homrighausen
dan Enklaar. Pendidikan Agama Kristen, cetakan ke-26. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012.
Hadi,
Sutrisno. Metodologi Research 2. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Gajah Mada, 2002.
Henry,
Mattew. Injil Markus. Surabaya: Momentum, 2007.
Iskandar.
Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Kualitatif dan Kuantitatif
Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.
Kristianto,
Paulus Lilik. Prinsip Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. Yogyakarata: Andi,
2006.
Lembaga
Alkitab Indonesia. Alkitab Edisi Studi. Jakarta: LAI, 2012. LAI. Alkitab Edisi
Studi. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2012.
Mustafa
EQ, Jainal. Mengurai Pariabel hingga Instrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009.
Muhidin,
Sambas Ali dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi Regresi, dan Jalur Dalam
Penelitian. Bandung: Pustaka Sena, 2007.
Nasution.
Metode Research. Bandung: Jemaars, 1987.
Nawawi,
Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2003.
Nazir,
Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999.
Paul
J, Achtemeier (Ed.). Harper Collins Bible Dictionary. New York: Harper Collins
Publisher, 1996.
Prasetya,
Widi. Wawancara, 28 Nopember 2013, jam 10.40.
Poerwadarminta.
Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1986.
Pemuridan,
Pola, Kehidupan Anda dalam Kristus. Bandung: Kalam Hidup, 1973, Pfeiffer,
Charles F. Tafsir Alkitab Wycliffe. Malang: Gandum Mas, 2004.
Priyanto,
Dwi. Paham Analisis Statistika Data dengan SPSS. Yogyakarta: Media Kom, 2009.
Priyatno,
Dwi. Mandiri Belajar SPSS.Yogyakarta: MediaKom, 2009.
Pelawie,
Ngendam Sembiring. Pengaruh Pemahaman Para Pemimpin GPIBI se BPD Jawa Timur
tentang Amanat Agung Berdasarkan Matius 28:16-20 terhadap Pelayanan Misi
mereka, Disertasi. Semarang: STBI, 2011.
Rianse,
Usman dan Abdi. Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi Teori dan Aplikasi
Bandung: Alfabeta, 2009.
Rowley,
H.H. Ibadat Israel Kuno, Cetakan ke- 6. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.
Salim,
Peter dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern
English Press, 1995.
Sidjabat.
Mengajar Secara Profesional, Mewujudkan Visi Guru Profesional. Bandung: Kalam
Hidup, 2009.
Sanjaya,
Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana, 2006.
Sugiyono.
Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2007.
Sasmoko,
Elizer. Metode Penelitian Pengukuran dan Analisa Data. Lippo Karawaci,
Tangerang: HITS, 2005.
Singarimbun,
Masri. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 1991.
Subagyo,
Andreas B. Pengantar Riset Kuantitatf & Kualtatif Bandung: Kalam Hidup,
2004.
Sasmoko.
Metode Penelitian Edisi Khusus. Jakarta: Uki Press, 2004.
Subagyo,
Andreas B. Pengantar RisetKuantitatif & Kualitatif. Bandung: KalamHidup,
2004.
Sardiman
A.M. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.
Sarwono,
Jonathan, Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta: Andi,
2007.
Sugiyono.
Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta, 2005.
Sasmoko.
Penelitian Eksplanatori dan Konfirmatori. Jakarta: UKIP Sorong dan Media Plus,
2011.
Sunyoto,
Danang. Analisis Regresi dan Uji Hepotesis. Yogyakarta: MetPres, 2009. The New
Strong's Exhaustive Concordance of the Bible.
Tenney,
Packer Merrill C. dan William White, Jr. Ensiklopedi Fakta Alkitab. Malang:
Gandum Mas, 2001.
Usman,
Husaini & R. Purnomo Setiady. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara,
2003.
Unger,
Merril F. The New Unger's Bible Dictionary. Chicago: Moody Press, 1966.
Waid,
Abdul. Menguak Rahasia Cara Belajar Orang Yahudi. Yogyakarta: Diva Press, 2011.
Wilard,
Dallas. Renovation of the Hear.t Surabaya: Momentum, 2005.
Walizer,
Michael H. dan Paul L. Wienir. Metode dan Analisis Penelitian Mencari Hubungan,
Jilid 1, dialihbahasakan oleh Arief Sadirman. Jakarta: Erlangga, 1978.
Yount,
Rick. Research design and Statistical Analysis for Christia.
LAMPIRAN –
LAMPIRAN
SURAT IJIN
PENELITIAN
SURAT BIMBINGAN
TESIS
LAMPIRAN 3.4
HASIL VALIDASI ISI OLEH TIM AHLI
NO |
PER |
Dr. |
Dr. |
Dr. |
RATA- |
KETERANGAN
SATU |
Ket |
1 |
|
4 |
5 |
5 |
4.7 |
Sangat
Relevan dan Sangat Jelas |
Valid |
2 |
|
4 |
4 |
4 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
3 |
|
4 |
4 |
4 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
4 |
|
4 |
3 |
5 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
5 |
|
4 |
3 |
5 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
6 |
|
4 |
5 |
3 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
7 |
|
5 |
3 |
4 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
8 |
|
3 |
3 |
5 |
3.7 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
9 |
|
5 |
5 |
3 |
4.3 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
10 |
|
4 |
3 |
5 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
11 |
|
5 |
5 |
3 |
4.3 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
12 |
|
5 |
5 |
4 |
4.7 |
Sangat
Relevan dan Sangat Jelas |
Valid |
13 |
|
4 |
5 |
4 |
4.3 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
14 |
|
3 |
3 |
4 |
3.3 |
Relevan
dan Jelas |
Valid |
15 |
|
5 |
3 |
4 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
16 |
|
5 |
5 |
4 |
4.7 |
Sangat
Relevan dan Sangat Jelas |
Valid |
17 |
|
5 |
5 |
4 |
4.7 |
Sangat
Relevan dan Sangat Jelas |
Valid |
18 |
|
3 |
3 |
5 |
3.7 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
19 |
|
5 |
4 |
4 |
4.3 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
20 |
|
5 |
4 |
4 |
4.3 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
21 |
|
5 |
5 |
4 |
4.7 |
Sangat
Relevan dan Sangat Jelas |
Valid |
22 |
|
5 |
4 |
4 |
4.3 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
23 |
|
5 |
3 |
4 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
24 |
|
5 |
3 |
4 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
25 |
|
5 |
3 |
4 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
26 |
|
5 |
5 |
4 |
4.7 |
Sangat
Relevan dan Sangat Jelas |
Valid |
27 |
|
3 |
3 |
5 |
3.7 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
28 |
|
5 |
3 |
4 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
29 |
|
5 |
3 |
4 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
30 |
|
5 |
3 |
4 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
31 |
|
3 |
5 |
4 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
32 |
|
5 |
5 |
4 |
4.7 |
Sangat
Relevan dan Sangat Jelas |
Valid |
33 |
|
5 |
3 |
4 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
34 |
|
5 |
3 |
4 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
35 |
|
5 |
4 |
4 |
4.3 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
36 |
|
4 |
5 |
4 |
4.3 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
37 |
|
4 |
3 |
3 |
3.3 |
Relevan
dan Jelas |
Valid |
38 |
|
5 |
4 |
3 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
39 |
|
5 |
3 |
3 |
3.7 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
40 |
|
5 |
3 |
4 |
4.0 |
Sangat
Relevan dan Jelas |
Valid |
41 |
|
5 |
5 |
4 |
4.7 |
Sangat
Relevan dan Sangat Jelas |
Valid |
Pembimbing
I |
|
Pembimbing
II |
…………………………. |
|
…………………………. |
LAMPIRAN 3
KUESIONER UNTUK TIM AHLI
KUESIONER
Tesis
Implementasi Pengajaran PAK dalam
Pembentukan Iman Kepada anak Berdasarkan Ulangan 6;4-9
Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya
Oleh :
Eko Basuki
NIM : 04.14.074/M.Pd.K
Program Magister Pendidikan Kristen
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHANY
SURABAYA
2015
LAMPIRAN 3.1
KUESIONER PENELITIAN 45 BUTIR
Dengan hormat
Di
tengah-tengah kesibukan Bapak/Ibu/Saudara pada saat ini, kami mohon kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara untuk meluangkan sedikit waktu guna mengisi kuesioner yang
kami tampirkan berikut ini mengenai "POLA PENGAJARAN IMAN KEPADA ANAK
BERDASARKAN KITAB ULANGAN 6:4-9 DI ANTARA JEMAAT GPIBI AMANAT AGUNG
SURABAYA".
PETUNJUK
PENGISIAN KUESIONER:
Kami
mohon kesedian Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi pernyataan di bawah ini seperti
pada kuesioner yang tersedia, dengan memilih jawaban salah satu nilai/angka:
1. STS :
Apabila Bapak/Ibu Sangat Sangat Tidak Setuju
2.
STS : Apabila Bapak/Ibu Sangat Sangat Tidak
Setuju
3.
RR : Apabila Bapak/Ibu Ragu-ragu
4.
S :
Apabila Bapak/Ibu Setuju
5.
SS : Apabila Bapak/Ibu Sangat Setuju
1. Tidak ada penilaian benar atau salah
atas jawaban yang dipilih serta kerahasiaan dijamin atas jawaban yang
Bapalc/Ibu/ Saudara berikan.
2. Cara pengisian jawaban adalah dengan
memberikan tanda silang (X) atau lingkari pada jawaban yang dipilih, pada nomor
di bawah ini.
Atas kesedian
Bapak/Ibu meluangkan waktu dalam pengisian kuisoner ini, kami ucapkan terima
kasih.
Hormat
kami,
Peneliti
Untuk
menghindari rekayasa peneliti, mohon Bapak/Ibu/Saudara bersedia mengisi
identitas di bawah ini dan peneliti akan merahasiakan-nya.
LAMPIRAN 3.2
JAWABAN 30 RESPONDEN 45 BUTIR
Res |
Pernyataan |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
||
1 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
3 |
5 |
5 |
4 |
2 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
3 |
|
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
4 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
2 |
5 |
3 |
5 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
6 |
|
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
7 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
4 |
5 |
5 |
8 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
9 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
|
4 |
5 |
5 |
10 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
11 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
12 |
|
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
3 |
4 |
5 |
5 |
13 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
14 |
|
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
15 |
|
5 |
4 |
.4 |
4 |
3 |
5 |
4 |
5 |
4 |
2 |
16 |
|
5 |
4 |
4 |
4 |
3 |
5 |
4 |
5 |
4 |
2 |
17 |
|
5 |
5 |
S |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
18 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
19 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
20 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
21 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
5 |
5 |
5 |
22 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
23 |
|
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
24 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
25 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
26 |
|
5 |
1 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
27 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
28 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
29 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
30 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
11 |
12 |
13 |
14 |
15 |
16 |
17 |
18 |
19 |
20 |
21 |
22 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
3 |
2 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
4 |
5 |
4 |
3 |
3 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
3 |
4 |
5 |
5 |
5 |
6 |
3 |
2 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
2 |
3 |
2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
3 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
3 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
3 |
3 |
3 |
5 |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
3 |
3 |
3 |
5 |
4 |
5 |
3 |
3 |
4 |
3 |
3 |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
23 |
24 |
25 |
26 |
27 |
28 |
29 |
30 |
31 |
32 |
33 |
34 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
3 |
5 |
3 |
3 |
3 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
3 |
5 |
4 |
4 |
3 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
4 |
3 |
3 |
5 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
3 |
3 |
3 |
4 |
5 |
5 |
3 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
4 |
2 |
3 |
4 |
3 |
2 |
3 |
5 |
3 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4' |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
1 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
5 |
5 |
5 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
4 |
3 |
5 |
4 |
3 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
4 |
3 |
4 |
5 |
4 |
3 |
4 |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
Butir |
|
35 |
36 |
37 |
38 |
39 |
40 |
41 |
42 |
43 |
44 |
45 |
Jlh |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
1 |
5 |
1 |
3 |
3 |
208 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 |
1 |
1 |
2 |
1 |
188 |
3 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
3 |
3 |
3 |
4 |
4 |
173 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
181 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
210 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
3 |
3 |
4 |
4 |
4 |
173 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
4 |
3 |
187 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
3 |
3 |
5 |
4 |
205 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
215 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
225 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
225 |
5 |
3 |
5 |
5 |
4 |
5 |
2 |
2 |
3 |
2 |
2 |
177 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
225 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
2 |
2 |
2 |
5 |
2 |
183 |
4 |
4 |
4 |
4 |
2 |
4 |
2 |
2 |
2 |
4 |
2 |
162 |
4 |
4 |
4 |
4 |
2 |
4 |
2 |
2 |
2 |
4 |
4 |
165 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
190 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
211 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
202 |
4 |
5 |
5 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
191 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
2 |
4 |
4 |
3 |
201 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
203 |
5 |
5 |
4 |
5 |
S |
4 |
4 |
3 |
2 |
3 |
3 |
190 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
213 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
1 5 |
225 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
178 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
223 |
3 |
3 |
5 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
174 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
223 |
4 |
3 |
4 |
5 |
4 |
4 |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
172 |
LAMPIRAN 3.3 HASIL UJI COBA VALIDITAS 45 BUTIR |
TOTAL |
|
Person corealation Butir 1 Sig (2- tailed) N Pearson Correlation Butir 2 Sig ( 2 - tailed) N Pearson Corealation Butir 3 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 4 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 5 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 6 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 7 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 8 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 9 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
10 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
11 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
12 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 13 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
14 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation |
150 430 30 427 019 30 688 000 30 579 001 30 603 000 30 603 000 30 592 001 30 437 016 30 675 000 30 706 000 30 617 000 30 735 000 30 813 000 30 712 000 30 564 |
|
Butir
15 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
16 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
17 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
18 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
19 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
20 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 21
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
22 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
23 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
24 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
25 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
26 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
27 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
28 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
29 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
30 Sig
( 2-tailed) |
001 30 689 000 30 492 006 30 764 000 30 511 004 30 590 001 30 591 001 30 633 000 30 564 002 30 741 000 30 787 000 30 732 000 30 738 000 30 604 000 30 774 000 30 708 000 |
|
N Pearson Correlation Butir
31 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 32
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
33 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
34 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
35 Sig
( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 36
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 37
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
38 Sig
( 2-tailed) N Butir 39
Pearson Correlation Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 40
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 41
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 42
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 43
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 44
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 45
Sig ( 2-tailed) N |
30 152 423 30 638 000 30 781 000 30 518 003 30 657 000 30 636 000 30 673 000 30 546 001 30 728 000 30 706 000 30 671 000 30 699 000 30 608 000 30 496 005 30 605 000 30 |
Correlation is significant at the
0.05 level (2-tailed)
Correlation is significant at the
0.01 level (2-tailed)
Keterangan
1.
Item XI.I Sig 0,000<
0,05 = Valid -> ada tanda *
2.
Ada 2 butir tidak valid,
yaitu butir No. 1 dan 31
LAMPIRAN 3.3 HASIL UJI COBA VALIDITAS 43 BUTIR
|
TOTAL |
Person corealation Butir 2
Sig (2- tailed) N Pearson Correlation Butir 3
Sig ( 2 - tailed) N Pearson Corealation Butir4
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 5
Sig ( 2-tailed) N
Pearson Correlation Butir 6
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 7
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 8
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 9
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 10
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 11
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 12
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 13
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir
14 Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 15
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation |
427 019 30 688 000 30 579 001 30 603 001 30 401 028 30 592 001 30 437 016 30 675 016 30 675 000 30 706 000 30 735 000 30 813 000 30 813 000 30 564 001 30 689 |
Butir 16
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 17
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 18
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 19
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 20
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 21
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 22 Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 23
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 24
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 25
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 26
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 27
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 28
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 29
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 30
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 32
Sig ( 2-tailed) |
000 30 492 006 30 764 000 30 511 004 30 590 001 30 591 001 30 633 000 30 564 002 30 741 000 30 787 000 30 732 000 30 738 000 30 604 000 30 774 000 30 708 000 30 638 000 |
N Pearson Correlation Butir 33
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 34 Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 35
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 36
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 37
Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 38 Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 39 Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 40
Sig ( 2-tailed) N Butir 41 Pearson Correlation Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 42 Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 43 Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 44 Sig ( 2-tailed) N Pearson Correlation Butir 45 Sig ( 2-tailed) N
|
30 781 000 30 518 003 30 657 000 30 636 000 30 673 000 30 564 001 30 728 000 30 706 000 30 671 000 30 699 000 30 608 000 30 496 005 30 605 000 30 |
LAMPIRAN 3.4
HASIL UJI COBA REALIBILITAS 43 BUTIR
Case Processing Summary
|
N |
% |
Cases Valid Excludeds Total |
29 1 30 |
26.7 3.3 100.0 |
a.
Listwise deletion base on
all
Variables in the procedure
Rellability Statistics
Cronbach’s Alpha |
N of items |
.961 |
43 |
Keterangan :
Hasilnya :
Cronbach Alpha nilai 0 – 1. Syarat lebih dari 0,6 adalah Reliabel
Output
0,961 > 0,60 = Reliabel
Output 0,
96 > Terlalu konsisten
LAMPIRAN
3.5
TABULASI
DATA JAWABAN 35 RESPONDEN 43 ITEM
|
|
Item 2 |
Item 3 |
Item 4 |
Item 5 |
Item 6 |
Item 7 |
Item 8 |
Item 9 |
Item 10 |
1 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
2 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
3 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
|
4 |
3 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
|
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
6 |
|
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
3 |
7 |
|
4 |
4 |
4 |
3 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
8 |
|
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
9 |
|
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
2 |
4 |
4 |
5 |
10 |
|
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
11 |
|
4 |
3 |
3 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
12 |
|
4 |
5 |
3 |
3 |
4 |
5 |
4 |
5 |
3 |
13 |
|
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
14 |
|
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
5 |
4 |
4 |
15 |
|
4 |
4 |
3 |
3 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
16 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
17 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
2 |
2 |
5 |
5 |
4 |
18 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
19 |
|
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
20 |
|
5 |
5 |
4 |
4 |
2 |
2 |
4 |
2 |
3 |
21 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
2 |
2 |
5 |
4 |
4 |
22 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
23 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
24 |
|
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
25 |
|
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
26 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
27 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
3 |
3 |
28 |
|
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
29 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
30 |
|
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
2 |
4 |
4 |
31 |
|
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
32 |
|
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
2 |
4 |
33 |
|
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
34 |
|
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
35 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
Item 11 |
Item
12 |
Item
13 |
Item
4 |
Item
5 |
X1 |
Item
16 |
Item
17 |
Item
18 |
Item 19 |
|
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
65 |
5 |
4 |
5 |
5 |
|
4 |
5 |
4 |
5 |
4 |
65 |
4 |
5 |
4 |
5 |
|
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
59 |
2 |
5 |
4 |
5 |
|
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
57 |
4 |
5 |
4 |
4 |
|
4 |
4 |
3 |
5 |
4 |
56 |
2 |
2 |
2 |
4 |
|
4 |
3 |
4 |
3 |
5 |
53 |
4 |
4 |
4 |
5 |
|
3 |
4 |
4 |
5 |
4 |
58 |
4 |
5 |
4 |
4 |
|
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
58 |
4 |
5 |
2 |
5 |
|
3 |
3 |
3 |
4 |
5 |
54 |
4 |
4 |
4 |
5 |
|
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
61 |
4 |
4 |
5 |
5 |
|
5 |
4 |
5 |
4 |
5 |
59 |
5 |
4 |
5 |
4 |
|
4 |
4 |
3 |
5 |
4 |
56 |
5 |
5 |
4 |
4 |
|
3 |
3 |
4 |
5 |
5 |
56 |
4 |
4 |
4 |
4 |
|
3 |
3 |
3 |
4 |
4 |
52 |
5 |
5 |
4 |
5 |
|
5 |
3 |
3 |
5 |
4 |
57 |
4 |
4 |
4 |
4 |
|
5 |
3 |
3 |
4 |
4 |
57 |
5 |
4 |
4 |
4 |
|
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
57 |
4 |
4 |
3 |
5 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
61 |
4 |
5 |
5 |
5 |
|
3 |
3 |
3 |
5 |
5 |
59 |
4 |
4 |
3 |
5 |
|
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
54 |
5 |
5 |
4 |
4 |
|
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
54 |
4 |
4 |
4 |
4 |
|
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
65 |
4 |
5 |
4 |
4 |
|
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
62 |
2 |
4 |
5 |
5 |
|
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
63 |
5 |
5 |
3 |
4 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
64 |
4 |
4 |
4 |
2 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
63 |
5 |
5 |
3 |
4 |
|
3 |
4 |
4 |
5 |
5 |
56 |
5 |
5 |
4 |
4 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
61 |
4 |
5 |
4 |
5 |
|
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
67 |
4 |
4 |
4 |
4 |
|
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
61 |
5 |
4 |
5 |
4 |
|
4 |
3 |
5 |
5 |
4 |
59 |
4 |
5 |
3 |
4 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
58 |
5 |
5 |
4 |
4 |
|
3 |
3 |
3 |
5 |
4 |
59 |
4 |
4 |
4 |
5 |
|
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
61 |
5 |
5 |
4 |
5 |
|
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
64 |
4 |
5 |
5 |
5 |
Item
20 |
Item
21 |
Item
22 |
Item
23 |
Item
24 |
Item
25 |
Item
26 |
Item
27 |
Item
28 |
Item 29 |
4 |
5 |
5 |
4 |
5 |
3 |
4 |
2 |
5 |
3 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
3 |
4 |
2 |
4 |
5 |
2 |
2 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
2 |
5 |
3 |
3 |
5 |
2 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
5 |
2 |
3 |
5 |
4 |
4 |
2 |
5 |
3 |
3 |
4 |
3 |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
2 |
3 |
4 |
3 |
3 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
2 |
3 |
5 |
3 |
3 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
2 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
4 |
4 |
3 |
3 |
5 |
4 |
4 |
3 |
5 |
3 |
4 |
5 |
3 |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
3 |
3 |
3 |
4 |
3 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
2 |
3 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
3 |
3 |
2 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
3 |
2 |
3 |
3 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
3 |
3 |
3 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
3 |
4 |
5 |
3 |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
3 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
3 |
4 |
4 |
3 |
4 |
5 |
5 |
Item
30 |
Item
32 |
Item
33 |
Item
34 |
Item
35 |
X1 |
Item
36 |
Item
37 |
Item
38 |
Item 39 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
|
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
|
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
|
4 |
5 |
4 |
4 |
2 |
4 |
3 |
3 |
4 |
|
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
4 |
3 |
2 |
|
3 |
5 |
4 |
4 |
2 |
4 |
3 |
4 |
4 |
|
3 |
4 |
5 |
4 |
5 |
3 |
3 |
3 |
4 |
|
4 |
5 |
4 |
2 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
|
3 |
5 |
4 |
4 |
3 |
4 |
3 |
4 |
4 |
|
3 |
4 |
3 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
|
4 |
5 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
|
4 |
5 |
3 |
4 |
2 |
3 |
3 |
4 |
3 |
|
3 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
|
3 |
5 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
4 |
|
4 |
4 |
4 |
2 |
5 |
3 |
3 |
3 |
4 |
|
4 |
5 |
5 |
4 |
5 |
4 |
3 |
2 |
3 |
|
3 |
4 |
4 |
2 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
|
3 |
5 |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
4 |
3 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
|
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
4 |
|
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
3 |
4 |
4 |
4 |
|
5 |
5 |
4 |
2 |
5 |
3 |
4 |
4 |
4 |
|
3 |
5 |
4 |
2 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
|
3 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
|
3 |
4 |
5 |
4 |
5 |
3 |
3 |
3 |
4 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
3 |
3 |
|
4 |
5 |
3 |
2 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
|
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
|
4 |
4 |
4 |
2 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
|
5 |
5 |
4 |
2 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
|
4 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
|
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
|
4 |
4 |
4 |
4 |
Item
40 |
Item
41 |
Item
42 |
Item
43 |
Item
44 |
Item
45 |
X3 |
Y |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
47 |
195 |
4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
4 |
42 |
187 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
40 |
172 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
36 |
159 |
5 |
4 |
3 |
3 |
2 |
4 |
37 |
160 |
4 |
3 |
2 |
4 |
3 |
3 |
35 |
154 |
4 |
5 |
4 |
3 |
4 |
5 |
40 |
169 |
4 |
3 |
3 |
4 |
3 |
2 |
35 |
159 |
5 |
2 |
2 |
3 |
4 |
4 |
34 |
160 |
5 |
2 |
2 |
2 |
3 |
3 |
33 |
154 |
5 |
2 |
4 |
2 |
3 |
4 |
36 |
169 |
5 |
2 |
2 |
3 |
3 |
4 |
35 |
159 |
5 |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
38 |
160 |
4 |
3 |
3 |
2 |
2 |
2 |
30 |
176 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
37 |
167 |
5 |
4 |
3 |
3 |
3 |
4 |
35 |
168 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
42 |
174 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
43 |
175 |
4 |
5 |
4 |
4 |
3 |
3 |
39 |
168 |
5 |
5 |
3 |
3 |
4 |
4 |
41 |
177 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
3 |
39 |
173 |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
36 |
179 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
37 |
179 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
38 |
178 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
42 |
178 |
4 |
5 |
3 |
2 |
3 |
3 |
36 |
173 |
2 |
3 |
3 |
1 |
2 |
4 |
29 |
157 |
4 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
38 |
184 |
2 |
3 |
3 |
3 |
4 |
4 |
36 |
187 |
2 |
3 |
4 |
4 |
4 |
5 |
36 |
182 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
42 |
180 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
45 |
184 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
43 |
178 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
42 |
187 |
4 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
42 |
187 |
NO |
LAMPIRAN 3.6 BIODATA 35 RESPONDEN |
1.
SUKU |
2.
KRISTEN |
3.
ASAL GEREJA |
4.
Kelamin |
5.
PEMDIDIKAN |
6.
UMUR |
||||||||||||||||
|
|
Jaea |
Batak |
Ambon |
Timor |
Lainya |
Keturunan |
Pertpobatan |
Katolik |
Protestan |
Petakosta |
Laki-laki |
Perempuan |
SD |
SMP |
SLTA |
S1 |
S2/S3 |
umur |
||||
1 |
Ngatinem |
1 |
|
|
|
|
|
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
45 |
||||
2 |
Wahyudi |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
1 |
1 |
|
|
|
|
61 |
||||
3 |
Yusuf |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
38 |
||||
4 |
Malik |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
|
1 |
|
33 |
||||
5 |
Lukas P |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
1 |
|
|
|
|
1 |
|
40 |
||||
6 |
Samuel |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
1 |
1 |
|
|
|
|
55 |
||||
7 |
Andre |
1 |
|
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
1 |
|
1 |
|
|
|
|
57 |
||||
8 |
Indrawati |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
1 |
|
|
|
|
1 |
|
30 |
||||
9 |
Andi |
1 |
|
|
|
|
|
1 |
|
1 |
|
|
1 |
1 |
|
|
|
|
47 |
||||
10 |
Saminem |
|
1 |
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
1 |
|
|
|
|
|
|
27 |
||||
11 |
Sulistianty |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
28 |
||||
12 |
Parno |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
1 |
|
|
|
1 |
|
|
29 |
||||
13 |
Han Suli |
|
|
|
1 |
|
1 |
|
1 |
|
|
|
|
|
|
1 |
|
|
18 |
||||
14 |
Isning |
|
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
|
|
|
1 |
|
|
36 |
||||
15 |
Suparti |
|
|
|
|
|
1 |
|
|
|
1 |
|
|
|
1 |
|
|
|
60 |
||||
16 |
Ester |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
|
1 |
|
|
|
|
45 |
||||
17 |
Sumarmi |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
1 |
1 |
|
|
1 |
|
|
27 |
||||
18 |
Mutadi |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
1 |
|
|
|
1 |
|
|
40 |
||||
19 |
Samiatun |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
1 |
|
|
|
1 |
|
|
31 |
||||
20 |
Windah |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
1 |
|
|
|
1 |
|
|
30 |
||||
21 |
Karlina |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
1 |
|
|
|
|
1 |
|
33 |
||||
22 |
Wirio |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
|
|
|
1 |
|
|
40 |
||||
23 |
Lilis |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
40 |
||||
24 |
Karolina |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
|
1 |
|
1 |
|
|
|
1 |
|
56 |
||||
25 |
Yulianti |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
1 |
1 |
|
|
1 |
|
|
59 |
||||
27 |
Andy |
|
|
|
|
1 |
|
1 |
|
1 |
|
1 |
|
|
|
1 |
|
|
37 |
||||
28 |
Lukas Irgi |
|
|
|
|
1 |
1 |
|
|
1 |
|
1 |
|
|
|
1 |
|
|
40 |
||||
29 |
Widi |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
|
|
|
|
|
1 |
38 |
||||
30 |
Malik |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
|
|
|
|
|
1 |
|
35 |
||||
31 |
soinem |
1 |
|
|
|
|
1 |
1 |
|
1 |
|
|
1 |
1 |
|
|
|
|
40 |
||||
32 |
Narto |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
1 |
|
|
1 |
|
|
|
39 |
||||
33 |
Yusuf |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
1 |
|
|
1 |
|
|
|
51 |
||||
34 |
Tris |
|
|
|
1 |
|
1 |
|
|
1 |
|
1 |
|
|
|
1 |
|
|
40 |
||||
35 |
Domo |
1 |
|
|
|
|
1 |
|
|
1 |
|
1 |
|
|
|
1 |
|
|
29 |
||||
|
|
29 |
1 |
0 |
3 |
2 |
30 |
5 |
1 |
31 |
3 |
20 |
15 |
6 |
3 |
17 |
8 |
1 |
|
||||
Keterangan
A= Kura 30 Tahun = 8 orang
B= 30 - 35 tahun = 4 orang
C=36 – 40 tahun =12 orang
D= 41 – 45 tahun =3 orang
E= Lebih 46 tahun = 8 Orang
LAMPIRAN 4.2.
UJI
LINEARLARITAS
Case
Processing Summary
|
Cases |
|||||
Included |
Excluded |
Total |
||||
N |
Percent |
N |
Percent |
N |
Percent |
|
PolaPengajaran lman MengajarkanTentang MengasihiTuhan PolaPengajaranlman MengajarkanSecaraBerul angulang PolaPengajaranlman * MengajarkanMelaluiTand aPengingat |
35 |
100,0% |
0 |
0.0% |
35 |
100.0% |
Re
port
Pola
Pengajaran Iman
Mengarkam
tentang mengasihi Tuhan |
Mean
|
N
|
Std
Devation |
5 53 54 56 57 58 59 61 62 63 64 65 67 Total |
273.00 301.67 288.00 296.50 301.33 307.00 322.80 321.00 314.00 323.00 332.33 338.00 307.91 |
1 3 1 |
14.742 7.746 10.344 20.207 8.246 10.569 5.657 12.728 10.504 . 18.677 |
ANOVA Table
|
Sum of |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
Pola Pengajaran lman' Between Groups (Combined) |
8974.943 |
12 |
747.912 |
5.702 |
.000 |
MengajarkanTentangMengasihi Tuhan |
7499.195 |
1 |
7499.195 |
57.170 |
.000 |
Deviation from Linearity |
1475.748 |
11 |
134.159 |
1.023 |
.460 |
Within Groups |
2885.800 |
22 |
131.173 |
|
|
Total |
11860.743 |
34 |
|
|
|
ANOVA Table
|
Sum of |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
Pola
Pengajaran lman • Between
Groups (Combined) |
8100/43 |
15 |
540.050 |
2.729 |
.021 |
MengaJarkan
Melatul Tanda Linearity |
4020.825 |
1 |
4020.825 |
20.318 |
.000 |
Pengingat Detriation
from Linearity |
4079.918 |
14 |
291.423 |
1.473 |
.213 |
Within Groups |
3760.000 |
19 |
197.895 |
|
|
Total |
11860.743 |
34 |
|
|
|
Messures Of Asociation
|
R |
R Squared |
Eta |
Eta Squared |
Pola
Pengajaran lman * Mengajarkan MelaluiTanda aPengingat |
.582 |
.339 |
.826 |
.683 |
LAMPIRAN 4.3.
UJI HOMOGENITAS
Test
of Homogeneity of Variances PolaPengajaranlman
Levene
Statistic |
dfl |
|
df2 |
Sig. |
1.022 |
|
8 |
22 |
.449 |
ANOVA
Pola Pengajaran lman
|
Sum of |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
Between Groups Within
Groups Total |
8974.943
2885.800 11860.743 |
12 |
747.912 |
5,702 |
.000 |
Test of Homogeneity of Variances
Pola Pengajaran
lman
Levene
Statistic |
|
dfl |
|
df2 |
Sig. |
1.490 |
|
|
10 |
16 |
.230 |
ANOVA
Pola Pengajaran lman
|
Sum of |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
Between Groups Within
Groups Total |
10463910 399.833 853.743 |
18 16 34 |
581.162 87.490 |
6.643 |
.000 |
Test of
Homogeneity of Variances
Metode Pergajaran iman
Leese Stabs itc |
|
|
dfl |
|
|
df2 |
Sig. |
2.042 |
|
|
|
|
7 |
19 |
'102 |
ANOVA
Metode Pengajaran lman
|
Sun? of |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
Between Groups Within Groups Total |
8100.74373760.000 11860.743 |
15 19 |
540.050 |
2.729 |
.021 |
LAMPIRAN 4.4
HAS1L UJI MULTIKOLINEARITAS
Coefficients'
Model |
Unstandardized Coefficients |
Slandariizeti |
t |
Sig. |
Collineality Statistics |
||
B |
Std. Error |
Beta |
Tolerance |
'AF |
|||
1 (Constant) |
1.167E-013 |
.000 |
|
.000 |
1.000 |
|
|
Mengajarkan
Tentang mengasihi Tuhan |
2.000 |
.000 |
.409 |
214053071.6 |
.000 |
.706 |
1.416 |
Mengajarkan
Secara Berul ang-ulang |
2.000 |
.000 |
.612 |
326996915.1 |
.000 |
.738 |
1.354 |
Mengajarkan
Melalui TandaPengingat aPengingat |
|
|
|
|
|
|
|
|
1.000 |
.000 |
.228 |
129281806.1 |
.000 |
.830 |
1205 |
a. Dependent Variable: PolaPengajaranIrn an
VIF 1,416 < 5, maka pada model regresi tidak ditemukan
masalab multikolinearitas
LAMPIRAN
4.5
HASIL
UJI HETEROKEDASTISITAS
|
Pola
Pengajaran iman |
Mengajarkan
tentang mengasihi |
Mengajarkan
secara berulang ulang |
Mengajarkan
melalui tanda penggingat |
Ustnadarditz
ed Residual |
||
Sperman’so |
PolaPengajaran
|
Corelation
Confficent Sig (2 Tailed) N |
100 35 |
800 000 35 |
572 000 35 |
572 000 35 |
359 000 35 |
|
Mengajarkan
tetang mengasihi Tuhan |
Corelation
Cofficent Sig (2Tailled) N |
800 000 35 |
1000 35 |
492 003 35 |
406 016 35 |
219 207 35 |
|
Mengajarkan
melaluitanda pengingat |
Corelation
Cofficent Sig (2 Tailed N |
876 000 35 |
492 003 35 |
1000 35 |
314 066 35 |
710 000 35 |
|
Mengajarkan
Melalui Tanda Pengingat |
Corelation
Cofficent Sig (2 Tailed N |
572 000 35 |
406 016 35 |
314 066 35 |
1000 35 |
133 447 35 |
|
Unstandard
Residual |
Corelation
Cofficent Sig (2 Tailed N |
359 034 35 |
219 207 35 |
710 000 35 |
133 447 35 |
1000 35 |
Corelations
Corelations
is significant at the 0.01 level (2-Tailed)
Corelations
is significant at the 0.01 level (2-Tailed)
Unstandardadized
Residua; menghasilkan nilai signifikan Pola Pengajaran Iman= 0,034
Mengajarakan
tentang Mengasihi Tuhan =0,207 Mengajarkan secara berulang-ulang
=0,000
dan mengajarkan melalui Tanda Pengingat = 0,447 karena nilai signifikansi
korelasi
lebi 0,005 maka dapat disimpuilkan bahwa pada model regresi tidak ditemukan
adanya
masalah heterokedastisitas
LAMPIRAN 4.6
HASIL UJI AUTOKORELASI
Model |
R |
R. Square |
Adjusted R Square |
STD. ERORO OF THE Estimate |
Durbin Watson |
1 |
1000 |
1000. |
1.000 |
000 |
059 |
a. Perdictors (Constan)( mengajarkan
Melalui Tanda Pengingat
Mengajarkan Secara Berulang ulang
mngajarkan Tentang Mengasihi Tuhan
b. Depedent Variabel : Pola Pengajaran
Iman
Nilai
hitung durbin Watson adalah 0,059 sedangkan nilai table DW dengan signifiakan
0,05 dan jumlah data (n) =35, serta (K adala jumlah variable independen)
diperoleh nilai dI sebebesar 1.283 dan du sebesar 1.653 karena nilai DW 0,059
lebih kecil dari dI maka hipotesis 0
ditolak yang berate terdapat auto korelasi .
LAMPIRAN
4.7
DESKRIPSI DATA
Descriptive Statistics
|
N |
Rangee \ |
Minimum |
Maksimum |
Sum |
Mean |
Std.. devation |
Variance |
Slkenews |
Kritius |
|||
Statistic |
Statistic |
Statistic |
Statistic |
Statistic |
Statistic |
Std.. Eror |
Statistic |
Statistic |
Statistic |
Statistic |
Statistic |
Std.. Eror |
|
Pola Pengajaran Iman Mengajrakan Tentang mengasihi Tuhan Mengajarkan secara
berulang Mengajarkan melalui
Tanda Pengingat |
35 35 35 35 35 |
70 19 18 .00000 |
273 52 66 72 .00000 |
343 67 85 47 10000 |
10777 2970 2554 1377 .00000 |
307.91 59.07 75.63 37 91 100000 |
3.157 546 .965 .770 0000 |
16.677 3823 5.711 4759 .000000 |
348.845 04.617 32.617 16139 0000 |
-.079 -.056 |
.398 .398 |
-.882 -1.033
|
.778 .778 |
Statistics
|
PolaPengajar Amalan
|
MengajarkaT |
Mengajarkan |
Mengajarkan |
Unstandardiz ed Residual |
N Valid |
35 |
35 |
35 |
35 |
35 |
Ms.sing |
n |
i n |
0 |
n |
n |
Mean |
307.91 |
59.17 |
75,83 |
37.91 |
.0000000 |
Std. Error of Mean |
3.157 |
.646 |
.965 |
720 |
.00000000 |
Median |
307.00 |
59.00 |
76.00 |
37.00 |
.0000000 |
Mode |
332 |
50 |
72 |
42 |
.00000 |
Std. Detiation |
18.677 |
3.823 |
5.711 |
4.259 |
.00000000 |
Variance |
348.845 |
14.617 |
32.617 |
18.139 |
.000 |
Range |
70 |
15 |
19 |
18 |
.00000 |
Minimum |
273 |
52 |
66 |
29 |
.00000 |
Ma-,.-Imum |
343 |
67 |
35 |
47 |
00000 |
Sum |
10777 |
2071 |
2654 |
1327 |
.00000 |
a. Multiple modes exist The smallest value is shown
LAMPIRAN 4.8
HASIL UJI HIPOTESIS I
Statistics
|
PolaPengajar |
MengajarkanT |
Mengajarkan |
Mengajarkan |
Unstandardiz |
N Valid |
35 |
35 |
35 |
35 |
35 |
Missing |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Mean |
307.91 |
59.17 |
75.83 |
37.91 |
.0000000 |
Std. Error of Mean |
3,157 |
.646 |
.965 |
.720 |
.00000000 |
Median |
307.00 |
59.00 |
76.00 |
37.00 |
.0000000 |
Mode |
332 |
59a |
72 |
42 |
.000008 |
Std. Deviation |
18.677 |
3.823 |
5.711 |
4.259 |
.00000000 |
Variance |
348.845 |
14.617 |
32.617 |
18.139 |
.000 |
Range |
70 |
15 |
19 |
18 |
.00000 |
Minimum |
273 |
52 |
66 |
29 |
.00000 |
Maximum |
343 |
67 |
85 |
47 |
.00000 |
Sum |
10777 |
2071 |
2654 |
1327 |
.00000 |
a. Multiple modes exist. The amalist value
is shown
LAMPIRAN 4.9
UJI HIPOTESIS 2
CoeffIcientsa
Model |
Un standardized Coefficients |
Standardized |
t |
Sig. |
CoIli nearity Statistics |
||
B |
Std. Error |
Beta |
Tolerance |
VIF |
|||
1 (Constant) |
1.167E-013 |
.000 |
|
.000 |
1.000 |
|
|
Mengajarkan Tentang Men gasig Tuhan kagajarkan Secara Berulang angulang |
2.000 |
.000 |
.409 |
214053071.6 |
.000 |
.706 |
1.416 |
Mengajarkan Melalui Tanda Pengingat |
1.000 |
.000 |
.228 |
129281896.1 |
.000 |
.830 |
1205 |
a. Dependent
Variable: PolaPengajarantman
b.
LAMPIRAN 4.10
HASIL UJI UJI HIPO
I ESIS 3
Model
Summaryb
Model |
R |
R
Square |
Adjusted
R |
' Std. Error of the Estimate |
Durbin‑ |
1 |
.336a |
.113 |
-.078 |
19.388 |
.791 |
a. Predictors: (Constant), Umur,
JenisKelamin, Kekristenan, Suku, GerejaAsal,
TingkatPendidikan
b.
Dependent
Variable: Pola Pengajaran Iman ANOVAa
Model |
Sum of |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
1 Regression Residual Total |
1335.837 10524.906
11860.743 |
6
28 34 |
222.639 |
.592 |
.734b |
a. Dependent Variable: Pola Pengajaran
'man
b. Predictors: (Constant), Umur,
JenisKelamin, Kekristenan, Suku, GerejaAsal, TingkatPendidikan
coefficients'
dkdel |
Unstandardized Coefficients |
Standardized |
t |
Sig. |
Collinearity Statistics |
||
a |
Std.
Error |
Beta |
Tolerance |
%4F |
|||
1 (Constant) |
298.566 |
34.774 |
|
8.586 |
.000 |
|
|
Suku |
2224 |
2.956 |
.154 |
.752 |
.458 |
.759 |
1.318 |
Kekristenan |
-14.400 |
13.276 |
-249 |
-1,085 |
287 |
.602 |
1.661 |
GerejaAsal |
3.990 |
15.739 |
.063 |
254 |
.802 |
.511 |
1.958 |
JenisKelamin |
-2.609 |
7.175 |
-.070 |
-.364 |
.719 |
.852 |
1.174 |
lingkaPendidikan |
1.580 |
4.534 |
.090 |
.348 |
.730 |
.478 |
2.094 |
Umur |
326 |
.452 |
.187 |
.727 |
.473 |
.480 |
2.083 |
a. Dependent Variable: Pola Pengajaran ban
LAMPIRAN
PERYATAAN
KEASLIAN TULISAN
Saya
bertanda tangan dibawah ini
Nama : Eko Basuki
NIM : 04.14.074-Md.K
Jurusan/
Program Studi : Magister Pendidikan
Agama Kristen
Menyatakan
dengan sebenarnya bahawa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan
pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di
kemudian hari terbukti atau dapat di buktikan ini hasil jiplakan maka saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Surabay, 10 November 2015
Yang membuat peryataan
Tanda tangan
Eko Basuki
[1] Prof. DR. H.A.A.R. Tilar,
M,SC,ED“Pendidikan merupakan
proses manusiawi antara peserta didik dan pendidik yang bertujuan etis mengembangkan kepribadian peserta didik seutuhnya” Kaleidoskop Pendidikan
Nasional. Hal.964
[2] Burhan N.H, Mata Yahudi
Mengintai Dunia (t.t.: Soulmate Book, t.th.), 151.
[3]
Ibid. 152-154
[4]
Ibid 151
[5] Hardi Budiyana, Dasar-dasar pendidikan Kristen
(Yogyakarta: Andi Offset, 2001), 164
[6]
Ibid 164
[7] Peter Salim dan
Yenny Salim, Kamus
Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modem English Press, 1995), 494.
[8] Homrighausen dan Enklaar, Pendidikan Agarna
Kristen, cetakan ke-26 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 2-4.
[9] Suparlan
Wawancara, 6 Nopember 2015, jam 10.40.
[10] LAI, Alkitah Edisi Studi (Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia, 2012), 1592.
[11] Ibu Maria. Wawancara
dengan guru Sekolah Minggu . Tanggal 1 November 2015.
[12] H. H. Rowley. lbadat Israel Kuno, Cetakan ke- 6
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011).
[13] Amy Chua, Battle Mymn of the
Tiger Mother. Cara Mendidik Anak cigar Suks-e.s. Ala China (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2011). 5.
[14] Hardi Budivana, Dasar-dasar Pendidikan Agama Kristen,
201-202.
[15] Pdt. Widi Prasetvo. Wawacara, 28 Mei 2014, jam 10,30.
[16] Sekretariat Badan Penghubung GBIS,
Jl.Wonorejo IV/58-62 Surabaya
[17] Peter Salim dan Yenny Salim, KamusBahasa Indonesia
Kontemporer, (Jakarta: ModemEnglish Press, 1995), 117.
[18] Poerwadarminta, Kamus Um= Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986),
377.
[19] Metode Pemuridan, Kehidupan Anda dalam Kristus (Bandung: Kalam Hidup, 1973), 3.
[20] Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 38.
[21] Frances Blankenbaker, Inn Alkitab Untuk Pemula (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977),
56.
[22] Jainal Mustafa EQ, Mengurai
Pariabel hingga Instrumentasi (Yogyakarta: Graha limn, 2009), 23.
[23]
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, 356 dan 1126
[24]
Ibid., 672 dan 838
[25] Sugiyono.
Met ode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta,
2007), 57.
[26] Yoseph P. Free direvisi dan
diperluas oleh Howard F. Vos. Arkeologi Jan Sejarah cetakan ketiga (Malang: Gandum
Mas, 2011). 150.
[27] Yoseph R Free direvisi dan
diperluas oleh Howard F. Vos, Arkeologi dan Sejarah Alkitab. cetakan keti.ga, 123.
[28] Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab
Edi.si Studi (Jakarta: LA1, 2012), 280.
[29] Denis Green, Pembimbing
Pada Pengenalan Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas,
2008)., 69.
[30] The New Sarong's Exhaustive Concordance of the Bible, 123.
[31] Alkitab Penuntun Hidup Berkehmpahan (Malang Gandurn Mas), 151.
[32] Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Edisi Studi, 281.
[33] Free direvisi dan diperluas oleh
Howard F. Vos, Arkenlogi
dan Storah Alldtab, 150.
[34] Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Edisi Sludi, 281.
[35] Charles F.
Pfeiffer, TaiSir Allatab (Malang: Ganduni Mas, 2004), 452.
[36] Lembaga
Alkitab Indonesia.. A lkitab Edisi Studi, 294.
[37] Charles F. Pfeiffer, Tqfsir Alkitab
Wycliffe, 453.
[38] Charles F. Pfeiffer. Taf.ir Alkitab
Wycliffe. 153
[39] http:
Alkitab Sabda.Org/Commentary. php.
[40] Bruce
Milne, MengenaliKebenaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000). 235.
[41] Hardi Budivana Dasar-dasar Pendidikan Aganza Kristen (Yogvakarta:Andi
Offset,2011), 40.
[42] Hananto GP, Th. M., M. Pd. K,.Pendidikan
Agama Kristen dalam Alkitab & Dunia Pendidikan Masa Kini (Yogyakarta:
Andi201 2), 9-10.
[43] Lembaga Alkitab Indonesia Alkitab Edisi Studi, 294.
[44] Charles F. Pfeiffer, Taftir
Alkitab Wycliffe, 453.
[45] Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Edisi Studi, 280.
[46]
www.ottawajudaic a.
corn/mezuzahs . tml
[47] Abdul Waid, Menguak Rahasia Cara Belajar Orang Yahudi (Yogyakarta Diva Press, 2011), 237.
[48] B.S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional,
Mewujudkan Visi Guru Profesional (Bandung:
Kalam Hidup, 2009), 229.
[49] Ibid., 231-232.
[50] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Stondor
Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana,
2006), 95 - 100.
[51] http://alkitab.sabda.org/comrnentaryphp
[52] I. J. Cairns, TOiran Kitab Ulangan (Jakarta: BPK-Gunung Willa, 2008), 133.
[53] Mattew Henry. Injil
Markus, (Surabaya: Momentum. 2007). 277.
[54] Paul J. Achtemeier (Ed.), Harper Collins Bible Dictionary (New
York Harper Collins Publisher, 1996), 407- 408.
[55] Cairns, Tafsiran Kitab Ulangan, 133.
[56] Dallas
Wilard, Renovation of
the Heart (Surabaya: Momentum, 2005), 53.
[57] Merril F Unger, The New Unger 's Bible Dictionary (Chicago: Moody Press, 1966), 212.
[58] Dallas
Wilard. Renovation of The Heart (Surabaya: Momentum. 2005). 53.
[59] Dallas Wilard, Renovation of The Heart, 134.
[60] R. Alan
Culpepper, Smyth and HeIwo Bible Commentary: Mark (Georgia: Smyth & Heiwys
Publishing, 2007), 421.
[61] Sardiman
A.M. Interaksi Motivasi Bela* Mengajar. (Jakarta Raja Grafindo Per sada,
[62] Sijabat,
Mengajar secara Profesional, 10.
[63] Gulo,
Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Grasindo. 2002), 5.
[64] Sumiati dan Asra.
Aletode Pembelajaran. (Bandung, Wacana Prima, 2007). 24.
[65]
Ibid., 24
[66]
Ibid., 24
[67] http://kkgjaro.blogspot.com/2013/03/pembelajaran-paikem-gembrot.html (dicopy 10 november 2015)
[68] SABDA,
Penjelasan Ulangan 6:7
[69] Packer Merrill
C. Tenney dan William White, Jr. Ensiklopedia
faktor Alkitab (Malang: Gandum Mas, 20(1), 848.
[70] Ibid., 850
[71] Ibid., 852
[72] Packer Merrill C. Tenney dan William
White, Jr. 852.
[73] Paulus Lilik
Kristianto, Prinsip Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen (Yogyakarata: Andi, 2006), 139
[74]
Ibid., 139
[75] Paulus
Lilik Kristianto, Prinsip Dan Prakiek Pendidikan Agama Kristen, 139.
[76] Sabda,
catatan Luk 1:17
[77] Bruce
Milne, Mengenali Kebenaran (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 235.
[78] Paulus
Lilik Kristianto, Prin.sip Dan Praktek Pendidilum Agama Kristen.22.
[79] Sabda,
catatan Ulangan 6:7
[80] Sabda,
catatan Yakub I:21
[81] W.R_F. Browning, Kamus Alkitab. cet. ke
6 (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011).346.
[82] Sabda, Catatan
kaki Ul 6:7.
[83] Sabda, Catatan
kaki 2 Tim 3:3
[84] Paultis
Lilik Kristianto, Prinsip Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. 151.
[85]
Fr. Saunders is pastor of
Queen of Apostles Church in Alexandria.
“Straight Answers: What Is the Stigmata?”
by Fr. William P.
Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©1999 Arlington
Catholic Herald, Inc. All rights reserved; www.catholicherald.com
|
|
|
[86] J.D.
Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II (Yogyakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/ OMF), Cetakan ke 4, 1999), 445.
[87] D. Guthrie.
Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,
1995), 317.
[88] D. Guthrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini
1. 436. 84Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kind Jilid II M-Z, 445.
[89] D.Guthrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini 1. 436
[90] Douglas, Ensiklopedi Alkaitab Masa Kini Jilid II M-Z,
445.
[91] D. Guthrie,
Taftiran Alkitab Masa Kini, 72.
[92] D. Guthrie,
Taftiran .Alkitab Masa Kini, 438.
[93] D. Douglas,
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 1999), 224.
[94]
Sabda, Catatan .SH, Ulangan 6:4-9
[95] D. Guthrie,
Taftiran Alkitah Masa Kini 1. 317.
[96] Browning, Kamus Alkitab Panduan dasar ke dalam Kitab-kitab,
tema, tempat, tokoh dan istilah Alkitabiah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011),
390-391.
[97] Ibid., 363.
[98] Sabda,
Tafsiran Alkitab Wycliffe, Ulangan 6:7
[99] Jonathan Sarwono, Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan
SPSS (Yogyakarta: Andi, 2007), 3.
[100] Sugiyono, Metode Penelitian
Administrasi (Bandung: Alfabeta, 2005), 1.
[101] Iskandar. Metodologi Penelitian
Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan Kuantitatif (Jakarta: Gaung Persada Press,
2009), 176
[102] Elizer Sasmoko, Metode
Penelitian Pengukuran don Analisa Data (Lippo Karawaci, Tangerang: HITS, 2005),
361.
[103] Rick Yount, Research design and Statistical Analysis for
Christian Ministry (Fort Worth: Southern Baptist Theological Seminary, 1990),
7. Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei (Jakarta: LP3ES, 1991), 3.
[104] Fred N. dan Howard B.Lee, Foundation of Behavioral Research
(Forth Worth: Harcout Collage Publisher, 2000), 599.
[105] Sasmoko, Metode Penelitian, Pengidalran don Analisis Data,
147.
[106] Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitay.&
Kualtatif(Bandung: Kalam Hidup, 2004), 73.
[107] Ibid., 88.
[108] Michael H. Walizer dan Paul L. Wienir. Metode dan Analisis
Penelitian Mencari Hubungan, Jilid I, dialihbahaslikan oleh Arief Sadirman
(Jakarta: Erlangga, 1978), 255.
[109] Sasmoko, Penelitian Eksplanatori dan Konfirmatori (Jakarta:
UKIP Sorong dan Media Plus, 2011), 301.
[110] Burhan Bungin, Metode Penelittan
&All, Format:format Kuantitatif dan Kualitatif (Surabaya: Airlangga
University Press, 2001), 101.
[111] Hadari
Nawawi, Metode penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2003), 141.
[112] Sasmoko,
Metode Penelitian Edisi Khusus (Jakarta: Uki Press, 2004), 55.
[113] Sugiyono, Metode Penelitian Administrai, 80.
[114] Arikunto, Prosedur Penelitian
(Jakarta: Rineka Cipta, 1995) 177.
[115] Sutrisno Hadi, Metodologi
Research 2 {Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Marla, 2002), 57.
[116] Earl Babbie, the Practice of
Social Research (California: Wadsworth Publishing Company, 1995), 177.
[117] Sasmoko, Metode Penelitian,
Pengulairan dan Analisis Data, 334.
[118] Moh Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1999), 152.
[119] Usman Rianse dan Abdi, Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi
Teori danAplikasi (Bandung: Alfabeta, 2009), 226.
[120] Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi
Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2007), 31.
[121] Sasmoko, Melode Pole!taw? Edisi Khusus, 106.
[122] Suharsimi Arikunto, Prosediir Penetitian suatu pentlekatan
praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 131.
[123] Danang Sunyoto. Analisis Regresi dan Up Hepotesis
(Yogyakarta: MetPres, 2009), 72.
[124] Husaini Usman & R. Pumomo Setiady, PengantarStatistika
(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 291.
[125] Nasution, Metode Research (Bandung: Jemaars, 1987), 169-170.
[126] Andreas B. Subagyo, Pengantar RisetKuantitatif & Kualitatif(Bandung:
KalamHidup, 2004), 116.
[127] Sutrisno Hach, Metodologi Research 2 (Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gajah Mada, 2002), 57.
[128] Sasmoko. 334.
[129] Dwi Priyanto, Paham Analisis Statistika Data dengan SPSS
(Yogyakarta: Media Kom, 2010), 12.
[130] Lampiran
[131] Danang Sunyoto, Analisis Regresi dan Uji Hepotesis
(Yogyakarta: MetPres, 2009),
[132] Dwi Priyatno, Mandiri Belajar SPSS (Yogyakarta: MediaKom,
2009), 71
[133] Dwi Priyatno, Mandiri Belajar SPSS, 73.
[134] Dwi Priyatno, Mandiri Belajar SPSS, 11.
[135] Ngendam Sembiring Pelawie, Pengaruh Pemahaman Para Pemimpin
GPIBI se BPD Jawa Timur tentang Amanat Agung Berdasarkan Matius 28:16-20
terhadap Pelayanan Misi mereka, Disertasi (Semarang: STBI, 2011), 214.
[136] Ngendam Sembiring Pelawie, Pengaruh Pemahaman Para Pemimpin
GPIBI se BPD Jawa Timur tentang Amanat Agung Berdasarkan Matins 28:16-20
terhadap Pelayanan Misi mereka. Disertasi, 214.
[137] KBBI
offline 1.3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar