Translate

Rabu, 09 September 2020

Implementasi Pengajaran PAK dalam Pembentukan Iman Kepada anak Berdasarkan Ulangan 6;4-9 Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya

 

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI BETHANY

 

 

 

 

Implementasi Pengajaran  PAK  dalam

Pembentukan Iman Kepada anak Berdasarkan Ulangan 6;4-9

Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya

 

TESIS

 

Diajukan kepada Sekolah Tinggi Teologi Bethany Untuk

Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan Kristen

 

 

Oleh :

 

Eko Basuki

NIM : 04.14.074/M.Pd.K

 

 

 

 

 

SURABAYA

2015
ABSTRAK

 

Nama                                                   : Eko Basuki

Tanggal gelar diberikan  Gelar                          : -

Sekolah                                                                 : Sekolah Tinggi Teologi Bethany Surabaya

Judul                                                                      : Implementasi Pengajaran  PAK  dalam     

Pembentukan Iman Kepada Anak    

Berdasarkan Ulangan 6;4-9 Di Jemaat  

Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem   

Baru Surabaya

 

Kata Kunci                                                    : Pengajaran PAK dalam pembentukan iman

kepada anak tentang mengasihi Tuhan, mengajarkan secara berulang-ulang dan mengajarkan melalui tanda pengingat.

 

Latar Belakang

Jika sebuah sinode organisasi gereja lokal (orang Kristen) memiliki Pengakuan Iman Rasuli sebagai pengakuan imannya, maka orang Israel memiliki Ulangan 6:4-5 yang dikenal sebagai SHEMA Israel. Shema sendiri adalah bahasa Ibrani yang artinya "dengarlah". Disebut Shema, karena memang rumusan pengakuan itu diawali dengan seruan "Dengarlah."

Kalau kita membaca ayat 7-9, maka kita mendapati bahwa transfer of knowledge disini juga melibatkan keseluruhan hidup si pendidik.[1] Ini dapat kita baca dari kalimat, "membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring, dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu, dan pada gerbangmu." Jadi Firman Tuhan itu harus dibicarakan saat di dalam rumah; di luar rumah; ketika hendak tidur; maupun ketika bangun tidur. Jadi dalam seluruh aktivitas kita ketika terjaga, Firman TUHAN senantiasa diajarkan.

Terkait dengan pola pengajaran, para orang tua di GBIS Yerusalem Baru Surabaya sepertinya belum melaksanakan pola mengajar PAK yang tepat seperti yang diajarkan dalam Alkitab. Hal itu mungkin disebabkan karena kesibukan orang tua mencari nafkah (bekerja), sehingga orang tua kurang memerhatikan tentang pilihan pola mengajar yang diterapkan kepada anak. Dengan demikian kurang kesempatan berinteraksi antara orang tua dan anak. Kurangnya intensitas interaksi tersebut menyebabkan banyak orang tua yang tidak berkesempatan mengajarkan syema ataupun pengajaran iman Kristen dengan baik kepada anak-anak.

 

 

Masalah Penelitian

Tesis ini diawali dengan paparan latar belakang masalah, lalu dimunculkan tiga permasalahan, yaitu:

1.      Bagaimana kecenderungan tingkat Imlementasi Pengajaran  PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada anak berdasarkan ulangan 6;4-9   Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya

2.      Dimensi apakah dari variabel independen yang paling dominanmemengaruhi Imlementasi Pengajaran  PAK  dalam Pembentukan Iman Kepada anak berdasarkan ulangan 6;4-9 Di jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya

3.      Kategori latar belakang apakah dari (suku, bentuk kekristenan, gereja lokal, jenis kelamin, pendidikan dan usia) yang dominan memengaruhi Imlementasi Pengajaran  PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada anak berdasarkan ulangan 6;4-9 Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya

 

 

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka secara rinci  penelitian ini bertujuan:

1.      Untuk mengetahui kecenderungan tingkat implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerussalem Baru  Surabaya.

2.      Untuk mengetahui dimensi dari variabel independen yang paling dominan

mempengaruhi implementasi pengajaraan PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan                  Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya

3.      Untuk mengetahui kategori latar belakang apakah yang dominan mempengaruhi Implementasi Pengajaran  PAK  dalam Pembentukan Iman Kepada anak Berdasarkan Ulangan 6;4-9 Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya

 

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian survei dengan pengambilan data melalui angket. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei yang bersifat eksplanatori Konfimiaturi. Peneliti memakai survei untuk mendapatkan data tentang Implementasi Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 dengan menggunakan skala liken dengan jawaban: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk mendapatkan instrumen penelitian yang valid dan reliable, maka ke 45 butir pernyataan terlebih dahulu dilakukan uji validitatas oleh tiga orang tim ahli STT Bethany Surabaya, setelah butir pernyataan dinyatakan valid maka diadakan ujicoba kepada 30 orang responder. Dari uji coba dihasilkan bentuk angket 43 butir pernyataan. Angket kemudian disebar kepada 35 responden.

 

Temuan Penelitian

Uji hipotesis pertama

4.      Diduga kecenderungan tingkat Implementasi Pengajaran  PAK  dalam Pembentukan Iman Kepada anak Berdasarkan Ulangan 6;4-9 Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya ada pada kategori rendah menuju sedang. Setelah dilakukan pengujian hipotesis ternyata hasilnya, "Kecenderungan tingkat Implementasi Pengajaran  PAK  dalam Pembentukan Iman Kepada anak Berdasarkan Ulangan 6;4-9 Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya" ada pada kategori sedang, sehingga dengan demikian dugaan kecenderungan tingkat implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru  Surabaya ada pada kategori rendah menuju sedang." , adalah TIDAK TERBUKTI.

 

Uji hipotesis dua

Diduga dimensi yang paling dominan mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GIBS Yerusalem Baru Surabaya adalah mengajarkan secara berulang-ulang. Setelah dilakukan pengujian hipotesis ternyata hasilnya, "Dimensi yang paling dominan adalah dimensi Mengajarkan Secara berulang-ulang, sehingga dengan demikian dugaan dimensi yang paling dominan mempengaruhi implementasi pengajaran PAKdalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GIBS Yerusalem Baru Surabaya adalah mengajarkan secara berulang-ulang. "adalah TERBUKTI.

 

Hipotesis ketiga

Diduga kategori latar belakang yang paling dominan (dari suku, bentuk kekristenan, gereja asal, jenis kelamin, pendidikan dan usia) mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GIBS Yerusalem Baru  Surabaya adalah latar belakang pendidikan. Setelah dilakukan pengujian hipotesis ternyata hasilnya yang mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GIBS Yerussalem Baru  Surabaya adalah latar belakang bentuk kekristenan. sehingga dengan demikian, hipotesis ketiga yang berbunyi Kategori latar belakang yang paling dominan mempengaruhi Implementasi Pengajaran  PAK  dalam Pembentukan Iman Kepada anak Berdasarkan Ulangan 6;4-9 Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah latar belakang pendidikan adalah TIDAK TERBUKTI.

Implikasi

Berdasarkan temuan di atas, maka penulis mengusulkan Implikasinya sebagai berikut: Rencana Strategis (Renstra) bagi GBIS Yerusalem Baru Surabaya untuk jangka pendek (waktu dekat), jangka menengah, dan jangka panjang mengacu kepada visi misi GBIS. (a) Dengan memberi pemahaman yang benar kepada setiap orang tua, mengenai pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak secara terprogram dan berkelanjutan. (b). Pelaksanaan pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak' dengan sangat menekankan pada aspek membicarakan berulang-­ulang saat berbaring dan saat bangun karena kedua indikator tersebut yang dominan mempengaruhi implementasi pengajaran PAKdalam pembentukan iman kepada anak di jemaat GIBS Yerusalem Baru  Surabaya. (c) Meningkatkan Implementasi Pengajaran  PAK  dalam Pembentukan Iman Kepada anak Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya, dengan penginjilan ulang kepada orang tua jemaat. Dengan demikian sangat prioritas mengubah kekristenan para orang tua jemaat dari bentuk kekristenan keturunan dengan memberikan ke bentuk Kristen pertobatan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing

 

 

Diterima untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan Agama Kristen (M.Pd.K)

 

 

di Sekolah Tinggi Teologi Bethany Surabaya

 

 

 

 

Pada Tanggal

 

 

 

 

 

 


Pembimbing Tesis

 

 

 

1.      Dr. Harianto GP, Th.M.,M.Pd.K

Pembimbing  I

 

 

 

 

2.      Dr. Bambang Triyanto

Pembimbing II

 


 

Persetujuan Tim Penguji

 

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Tesis Sekolah Tinggi Teologi Bethany Surabaya dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagaian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Pendidikan Kristen (M.Pd.K)

 

Pada Tanggal:

 

 

Dewan Penguji

 

Ketua              : Dr. Harianto GP, Th.M.,M.Pd.K                                                 

 

Sekretaaris     : Dr. Bamabang Sriyanto.                                                               

 

Anggota          : 1.   Dr. Harianto GP, Th.M.,M.Pd.K                                           

 

2.      Dr. Bamabang Sriyanto                                                          

 

3.      Dr. Timotius Sutarman                                                          


 

 

 

HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini telah disahkan
Oleh
Ketua Seko
lah Tinggi Teologi Bethany Surabaya

Dr. Harianto GP, Th. M., M.Pd.K


 

KATA PENGANTAR

Peneliti mempersembahkan puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah menganugerahkan berkat: kesehatan, kekuatan; dan kemampuan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis: dengan judul "Implementasi Pengajaran  PAK  Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6;4-9 Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya"

Selama menjalani studi ini, hingga pada penelitian dan tahap penulisan tesis, banyak pihak yang membantu peneliti untuk mengerjakannya, sehingga tidak bisa disebutkan satu persatu. Untuk itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih yang tutus kepada:

1.  Pdt. Dr. Harianto GP. selaku Ketua Sekolah Tinggi Teologi Bethany Surabaya yang mengesahkan hasil penelitian (tesis) ini

2.  Dr. Harianto GP,Th.M.,M.Pd.K Pembimbing juga selaku pembimbing satu, yang setia dan sabar memberikan arahan petunjuk – petunjuk praktis sehingga tesis ini dapat peneliti selesaikan.

3.  Dr. Bambang Triyanto dua yang penuh kesabaran memberi masukan dan beimbingan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini

4.  Dr. ....... yang telah berkenan memvalidasi koesioner (angket) dengan sangat baik, sehingga sangat sangat membanu penyelesaian tesis ini.

5.  Bapak / ibu pendeta selaku memberi ijin peneliti untuk mengadakan penelitian di daerah pelayanan sehingga tesis ini dapat peneliti selesaikan

6.  Para jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya yang telah mengisi angket (koesioner) sebagai data sangat diperlukan oleh peneliti, sehingga proses penelitian dapat diselesaikan

7.  Sumphi Prihaningrum Sayekti, SE (istri) dan Thea Desyanti, SE (anak ke 1) dan Yonatan Chilyon Septheo (anak ke 2)

8.  Tim Pendidik, Pengajar, dan Pembina (TP3) Yerusalem Baru, dan semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan disini atas dorongan, saran serta segala bantuan yang berupa materiel dan moril sehingga tesis ini terselesaikan dengan baik.

 

Surabaya, 10 November 2015

 

 

Peneliti


DAFTAR ISI

 

 

HALAMAN JUDUL...............................................................................             i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...........................................            ii           

PERSETUJUAN DOSEN PENGUJI....................................................            iii           

ABSTRAK .................................................................................................              iv

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................          vii

KATA PENGANTAR.............................................................................          viii

DAFTAR ISI..............................................................................................            x

DAFTARTABEL    ...................................................................................        xiv

DAFTAR GAMBAR................................................................................         xvi

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................       xvii

BAB I: PENDAHULUAN

Latar Belakang..............................................................        1

Identifikasi Masalah .......................................................      11         

Batasan Masalah ..........................................................                   14

Rumusan Masalah Penelitian ......................................      16

Penjelasan lstilah ..........................................................       16

Tujuan Penelitian ..........................................................      19

Kepentingan Teoritis ....................................................      20

Kepentingan Praktis ....................................................       20           

 

BAB II: LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIK1R,

    DAN RUMUSAN HIPOTESIS

 

 

Landasan Teori ..................................................................................... 22

Tinjauan tentang Kitab Ulangan .................................................22

Waktu Penulisan Kitab Ulangan..................................................23            

Penulis Kitab Ulangan................................................................. 24           

Tujuan Penulisan Kitab Ulangan...................................................25          

Garis Besar Kitab Ulangan...........................................................28           

Inti Ulangan 6: 4-9....................................................................... 29

                                                                                                  

Metode Pengajaran PAK Iman Kepada Anak Berdasarkan 

Ulangan 6:4-9 ...................................................................................... 41

Mengajarkan Tentang Mengasihi Tuhan ................................... 41 

Mengasihi Tuhan dengan Segenap Hati......................... 43

Mengasihi Tuhan dengan Segenap Jiwa ....................... 46             

Mengasihi Tuhan dengan Segenap Kekuatan .............   48 

Mengajarkan Secara Berulang-ulang........................................  50

Membicarakan Berulang-ulang Saat di Rumah ..........   54  

Membicarakan Berulang-ulang Saat di luar rumah   .....  57

Membicarakan Berulang-ulang Saat Berbaring .........    59  

Membicarakan Berulang-ulang Saat Bangun . ............   61             

Mengajarkan Melalui Tanda Pengingat ..................................    63

Membuat Tanda Pengingat di Badan  .........................    63           

Membuat Tanda Pengingat di Tangan             ................    65 

Membuat Tanda Pengingat di Dahi ...................    67

Membuat Tanda Pengingat di Rumah ........................    70

Membuat Tanda Pengingat di Pintu Rumah . ....    71

Membuat Tanda Pengingat di Pintu Gerbang           ................    72

Kerangka Berpikir..............................................................................................    74

Perumusan Hipotesis.........................................................................................     83 

                                                                                                          

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ...................................................     85

Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................     85

Metode Penelitian .....................................................................     86

Populasi dan Sampel..................................................................      91

Teknik Pengumpulan Data.......................................................       93

Instrumen Penelitian  ..............................................................      94

Kisi-kisi Instrumen Uji Coba .................................................       97

Kalibrasi Instrumen .................................................................     99

Validasi dan Reliabilitasi Instrumen .......................................     104

Instrumen Final........................................................................      106

Teknik Analisa Data ................................................................   109

BAB IV: ANALISA DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Hasil Penelitian...............................................  115

Deskripsi Data Jawaban Responden Tentang

Metode Pengajaran Iman kepada Anak (Y)..........  122           

 

Deskripsi Data Jawaban Responden Tentang

Mengajarkan  tentang Mengasihi Tuhan(D1).......  123

 

Deskripsi Data Jawaban Responden Tentang

Mengajarkan secara berulang-ulang(D2).............   123

 

Deskripsi Data Jawaban Responden Tentang

Mengajarkan melalui Tanda Pengingat(D3).........  123

  

Pengujian Persyaratan Analisis  .............................................    124           

Uji Normalitas Data tentang Metode Pengajaran

Iman kepada Anak (Variabel Y)..........................   124

  

Uji Normalitas Data tentang Metode Pengajaran Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan (D1)......   127    

 

Uji Normalitas Data tentang Metode Pengajaran Mengajarkan secara berulang-ulang(D2)............    128

        

Uji Normalitas Data tentang Metode Pengajaran Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3)......    130

        

Uji Linearitas.................................................................   132

Uji Homogenitas .........................................................     133           

Analisa Hasil Penelitian .......................................................      134           

Uji Asumsi Klasik  .....................................................       134          

Uji Multikolinearitas  .....................................      134

Uji Auto Korelasi  ..........................................       135          

Uji Heterokedastisitas  ...................................        136

Pengujian Hipotesis  ............................................................       137          

Pengujian Hipotesis 1 (Kecenderungan Implementasi)...137 Kecenderungan Implementasi tentang...............   137

Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan.............  138 

 

Kecenderungan Implementasi tentang

Mengajarkan secara berulang-ulang.................   139

          

Kecenderungan Implementasi tentang

Mengajarkan melalui Tanda Pengingat...........    141  

 

Kecendenmgan Implementasi tentang

Metode Pengajaran  PAK Dalam

Pertumbuhan Iman Kepada Anak ...................... 142

 

Pengujian Hipotesis 2 (Uji Dominas)...................................... 144

Pengujian Hipotesis 3 (Uji Latar Belakang) ..........................  146

Pembahasan Hasil Penelitian............................................................................  147

Pembahasan Hipotesis 1 (Kecenderungan Implementasi)...... 147

Pembahasan Hipotesis 2 (Uji Dominasi)  ..............................  151  

Pembahasan Hipotesis 3 (Uji Latar Belakang).....................            ...  152

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN..................................  156          

Kesimpulan ...........................................................................   156

Implikasi ...............................................................................   161

Saran .....................................................................................   176 

Saran Secara Teoritis..................................................    176 

Saran Secara Praktis ..................................................     177

 

 

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................     178          

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..........................................................................      182          

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR GAMBAR

 

2.1.Tanda Filakteria pada Tangan dan Dahi ..................................................               34    

2.2. Feterin di Kening dan Dahi ....................................................................   35    

2.3. Mezuzah di Kusen...................................................................................   36    

2.4. Macam Variasi Mezuzah ........................................................................   37     

2.5. Mezuzah di Palang dan di Pintu ............................................................    38    

2.6. Metode pengajaran Iman kepada Anak ................................................     40    

2.7. Kecenderungan Tingkat Implementasi Metode Pengajaran ................     78     

2.8, Dimensi yang Dorninan memengarui Implementasi .............................    80     

2.9. Kategori Latar Belakang yang Dominan ...............................................     82

.1. Prediksi Metode Hubungan Variable .......................................................    89   

4.1. Responden menurut Suku ......................................................................     116 

4.2. Responden menurut Bentuk Kekristenan ..............................................     117 

4 3. Responden menurut Asal Gereja.............................................................    118 

4.4. Responden menurut Jenis Kelamin.........................................................    119    

4.5. Grafik Tingkat Pendidikan Responden ..................................................    120

4.6. Responden menurut Kelompok Umur.....................................................    121

4.7. Grafik Output Normalitas PP-Plot Variabel Y........................................    125  

4.8. Grafik Output Detrended Variabri Y.......................................................    126

4.9. Graf-1k Output Nonnalitas DI ..................................................................  127

410. Grafik Output Detrended DI   .................................................................   128

411. Grafik Output Nonnalitas PP-Plot D2....................................................    129

4.12. Grafik Output Detrended D2 ................................................................    130

413. Grafik Output Normalitas PP-Plot D3...................................................     131

414. Grafik Output Detrended D3..................................................................    132

 

DAFTAR TABEL

 

Tabel

3.1. Nama-nama Responden Uji Coba .........................................................         92           

3.2. Telmik Pengumpulan Data Untuk Setiap Variabel  .............................          93

3.3 Bobot Penilaian Menurut Skala Likert....................................................         95           

3.4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Y.............................................        98

3.5. Hasil Iterasi Orthogonal 1 Variabel Y ....................................................       100          

3.6 Hasil Iterasi Orthogonal 2 Variabel Y......................................................      102           

37 Hasil Uji Coba Reliabilitas Variabel Y....................................................       104

3.8 Indeks Reliabilitas...................................................................................       104             

3.9 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Vinal ....................................................        106

3.10 Bobot Penilaian Menurut Skala Likert ................................................       107

3.11 Interval Pembahasan Variabel Y.........................................................        112

 

4.1. Responden Menurut Suku.....................................................................        116           

4.2 Responden Menurut. Bentuk Kekristenan..............................................       117           

4.3 Responden Menurut Asal Gereja.............................................................      118

4.4 Responden Menurut Jenis Kelamin.......................................................        119

4.5 Responden Menurut Pendidikan............................................................        120           

4.6 Responden Menurut Kelompok Umur...................................................        121           

47 Tabel Deskripsi Statistik   ......................................................................        122

4.8 Tabel Uji Linearitas   ............................................................................        133

4.9 Tabel Uji Homogenitas ........................................................................         133

4.10 Hasil Uji Multikolinearitas..................................................................        135 

4.11 Hasil Uji Autokorelasi..........................................................................       136

4.12 Hasil Uji Heterokedastisitas ................................................................       137

4.13 Deskripsi Data Mengajarkan tentang Mengasihi ................................    138    

4.14. Deskripsi Data Mengajarkan secara Berulang-ulang .........................    140    

4.15 Deskripsi Data Mengajarkan melalui Tanda Pengingat ......................    141    

4.16 Deskripsi Data Pola Pengajaran Iman Kepada Anak...........................    143   

4.17 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis 1 .....................................................     143    

4.18 Uji Dimensi yang Dominan ...............................................................      144   

4.19 Uji Indikator yang Dominan ..............................................................      145   

4.20 Uji Latar Belakang Dominan .............................................................     146    

5.1 Jadwal Ibadah PKP Tahun 2015 GBIS Yerusalem Baru Surabaya

......................................................................................................................    165   

5.2 Jadwal Ibadah PKW Tahun 2015 GBIS Yerusalem Baru Surabaya

......................................................................................................................    166   

5.3 Jadwal Ibadab KPR Tahun 2015 GBIS Yerusalem Baru Surabaya

....................................................................................................................     166    

5.4 Jadwal Tema Per minggu Ibadah Keluarga GBIS

Yerusalem Baru Surabaya, Tahun 2015...............................................      168     

5.5 Jadwal Tema Per minggu Pengajaran Iman Kepada Anak

GBIS Yerusalem Baru Surabaya, Tahun 2015.....................................      169    

5.6 Rancangan Program Peningkatan Implementasi

Pengajaran PAK dalam Pembentukan Iman Kepada Anak.................      169


 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

2.1. Surat Penunjukan Pembimbing Tesis ...................................................   182     

2.2. Surat Permohonan Validasi ..................................................................    182   

2.3. Angket untuk Tim Validasi ..................................................................    184   

2.4. Hasil Validasi Angket ..........................................................................    188    

2.5. Surat Ijin Penelitian dan Pengumpulan Data

No. 0../Ket.BA/STTB/VIU2014 .........................................................     190   

 

3.1. Kuesioner Penelitian 45 Butir ............................................................      191    

3.2. Tabulasi Data Jawaban 30 Responden 45 Butir ................................      198    

3.3. Hasil Uji Coba Validitas 45 Butir .....................................................       202    

3.3A Hasil Uii Coba Validitas 43 Butir ...................................................       206    

3.4. 1-lasil Uji Coba Reliabilitas 43 Butir ................................................      210                 

3.5. Tabulasi Data Jawaban 35 Responden 43 Butir ................................      211    

3.6. Biodata 35 Responden .......................................................................      216   

 

4.1. Hasil Uji Normalitas ..........................................................................      218    

4.2. (Ai Linearitas  ...................................................................................       223    

4.3. Uji Homogenitas ...............................................................................       226    

4.4. Uji Multikolinearitas ........................................................................       227     

4.5. Uii Heterokedastisitas .......................................................................      228     

4.6. Uji Autokorelasi ...............................................................................       229     

4.7. Deskripsi Data ...................................................................................      230    

4.8. Uii Hipotesis 1 (Uji Frekuensi/Kecendentnean Pemahaman) ..........      231      

4.9. Uji Hipotesis 2 (Hasil Uji Beta/Dominan) ........................................      232     

4.10. Uji Hipotesis 3 (Kategori Latar Belakang) ......................................     233     

4.11. Pernyataan Keaslian Tulisan ...........................................................      234


 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

 

Dalam bab pertama dari tesis ini memaparkan tentang: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah.

 

Latar Belakang

Fakta menunjukkan bahwa kecerdasan orang Israel menghasilkan banyak sekali tokoh brilian. Berikut adalah beberapa contohnya. Albert Einstein adalah seorang ilmuwan fisika teoretis yang dipandang luas sebagai ilmuwan terbesar dalam abad ke-20. Dia dianugerahi penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921, karenanya ia menjadi terkenal ke seluruh dunia. David Ricardo adalah seorang pakar ekonomi politik. Pemikiran Ricardo yang paling berpengaruh dalam ekonomi klasik adalah teorinya mengenai keunggulan komparatif dan teori nilai. Ricardo. adalah anak ke-3 dari 17 bersaudara, putra dari keluarga Yahudi berdarah Portugis. Steven Allan Spielberg adalah seorang sutradara dan prothiser film ternama keturunan Yahudi asal Amerika Serikat. Ia telah memeroleh tiga penghargaan Oscar (Academy Award) serta satu penghargaan Kehormatan Seumur Hidup. Mark Zuckerberg adalah pemrogram computer dan pengusaha internet. Ia dikenal karena menciptakan situs jejaring sosial Facebook bersama temannya. Dengan hasil itu ia menjadi pejabat eksekutif (pejabat operasi tertinggi). Karl Henrich Marx adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia. Ia lahir dari keluarga progresif Yahudi. Burhan mengatakan bahwa tokoh-tokoh tersebut di atas adalah contoh orang-orang populer kaliber dunia keturunan Yahudi. Produk-produk terkenal yang setiap hari digunakan oleh banyak orang sebagian besar adalah produk orang itu. Orang­orang itu adalah para ilmuwan yang pemikirannya mengubah dunia, sehingga ada yang mengatakan bahwa tiga dari empat orang Yahudi adalah doktor.[2]

Bagaimana para orang tua Israel mengajarkan iman kepada anak, sehingga bisa cemerlang dalam berpikir seperti itu? Apakah ada pola pengajaran tertentu yang dilakukan oleh orang tua Israel kepada anak-anak itu? Inilah rahasianya.

Pada umumnya di Israel, setelah seorang ibu mengetahui bahwa ia mengandung, maka ibu tersebut akan sangat memerhatikan pola asupan makannya. Sang ibu menjadi gemar makan kacang, kurma dengan susu, roti, salad, dan buah-buahan. Juga makan ikan tanpa kepala sebab diyakini bahwa kepala ikan mengandung zat kimia yang akan merusak perkembangan otak. Dan yang lebih unik lagi adalah gaya hidupnya, yaitu sang ibu akan sering bernyanyi dan bennain piano, bersama suami rajin belajar matematika, memecahkan soal bersama. Dimungkinkan karena pola makan dan kebiasaan-kebiasaan yang unik itu yang menciptakan generasi yang berkualitan.[3] Burhan mengatakan bahwa rata-rata anak-anak orang Israel bisa berbicara dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Ibrani, Arab, dan Inggris. Ivlereka juga sejak kecil telah dilatih bermain musik, entah biota atau piano, sebagai sebuah kewajibati. Menurut penelitian, belajar musik sedan kecil dapat merangsang pertumbuhan IQ.[4] Berbeda halnya dengan para ibu anggota jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Yerusalem Baru Surabaya. Ibu-ibu di gereja ini belum melakukan seperti apa yang dilakukan para ibu Israel yang sedang mengandung yaitu suka makan kurma, makan salad, makan roti ataupun makan ikan tanpa kepala ataupun bernyanyi dan bermain musik.

Kebanyakan ibu di GBIS belum konsisten melaksanakan semua itu, sehingga  anak-anak yang dilahirkan tidak segenius anak-anak orang Israel.

Dalam menanamkan iman Kristen, Hardi Budiyana dalam bukunya mengatakan, bahwa ada tiga unsur pengajaran di sekolah, yaitu: (1) Guru yang memenuhi tujuh kriteria (kualifikasi) unggul, (2) Murid (anak didik) yang akan sukses dalam pembelajaran jika memunyai motivasi yang kuat, dan (3) Materi pengajaran Kristen yang harus bertolak dari Alkitab.[5] Sejajar dengan pandangan Budiyana di atas, ada tiga unsur pengajaran iman di GBIS yaitu: Pertama, guru Sekolah Minggu di Gereja pada hari Minggu dan orang Ma pada hari-hari lainnya di rumah. Kedua, murid Sekolah Minggu yang terdiri dari berbagai lapisan umur. Ketiga, materi pengajaran Sekolah Minggu yang berpedoman pada buku panduan yang sudah didasarkan pada ajaran Alkitab.

Ketujuh kriteria (kualifikasi) unggul menurut Budiyana di atas yang dimiliki guru adalah: Pertama, bertumbuh dalam iman kepada Kristus. Kedua, bertumbuh dalam kehidupan Kristen. Ketiga, bersikap positif dan memunyai semangat rohani. Keempat, memunyai pengetahuan teologi yang alkitabiah. Kelima, memunyai keahlian dalam mengajar. Keenam, memunyai kewaspadaan terhadap kehidupan duniawi yang jahat. Ketujuh, memiliki kesiapan mental dan fisik sebelum mengajar.[6] Ketujuh kriteria guru yang disebutkan oleh Hardi Budiyana di atas sudah dimiliki oleh para guru Sekolah Minggu GBIS Yerusalem Baru Surabaya, sebab ketiga orang pengasuh Sekolah Minggunya sudah bergelar Sarjana Teologi. Sedangkan orang tua murid sekolah Minggu umumnya belum memiliki kriteria keempat sampai ketujuh yaitu tidak memunyai pengetahuan teologi; kriteria kelima: tidak memunyai keahlian dalam mengajar; dan kriteria ketujuh: tidak memiliki kesiapan mental dan fisik sebelum mengajar. Pada hal mereka selama enam hari bersama-sama dengan anak-anak di rumah. Peter Salim menulis bahwa guru adalah: orang yang pekerjaannya mendidik, mengajar, dan mengasuh.[7]

Kapankah dimulainya pendidikan agama? Pendidikan agama dimulai ketika agama mulai muncul dalam hidup manusia. Tiap agama di dunia ini mempunyai sistem pendidikannya sendiri-sendiri. Entah bagaimana pun isi, cara dan bentuk pendidikannya, pasti ada. Setiap agama merasa perlu mengajar anak­anak mereka tentang iman atau kepercayaan yang dimiliki, adat istiadat, dan kebaktian agama itu. Dalam masyarakat. Isarel, sebelum anak-anak ditahbiskan menjadi anggota penuh di dalam keluarganya, wajiblah mereka diajar dan dilatih dalam segala teori dan praktik dalam agama Yahudi. Akan tetapi, kapankah pengajaran agama Kristen dimulai? Pengajaran agama Kristen berpangkal pada persekutuan umat Tuhan di dalam Perjanjian Lama. Oleh sebab itu, untuk menemukan akar-akar pengajaran Kristen, haruslah menggali Alkitab, yang merupakan pernyataan rahasia keselamatan Allah kepada bangsa-bangsa dan karya maha agung yang telah dialami umat Tuhan di bawah pimpinan-Nya sepanjang sejarah hidup mereka.

Menurut Homrighousen nenek moyang orang Israel, yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub, masing-masing menjadi guru bagi seluruh keluarganya. Sebagai bapa-bapa dari bangsanya, mereka bukan saja menjadi imam yang merupakan pengantara antara Tuhan dengan umat-Nya, tetapi juga menjadi guru yang mengajarkan tentang perbuatan-perbuatan Tuhan yang mulia itu dengan segala janji Tuhan yang membawa berkat bagi Israel turun temurun. Tuhan telah memilih dan memanggil Abraham dari jauh untuk melayani kehendak-Nya yang agung itu guna keselamatan umat manusia. Bimbingan dan maksud Tuhan itu perlu dijelaskan kepada anak cucunya. Ishak (anak Abraham) meneruskan pengajaran yang penting di atas. Kemudian anaknya, Yakub juga menanamkan segala perkara itu ke dalam batin anak-anaknya. Sebagai hasilnya, Yusuf menyimpan pengajaran ayahnya kemanapun ia pergi. Secara umum janji-janji Tuhan kepada Abraham, lshak, dan Yakub itu tetap terpelihara oleh orang Israel (bangsa Israel). Tuhan telah memasuki hidup mereka, karena Tuhan mau memakai bangsa itu sebagai alat­-Nya. Atas perintah Tuhanlah keinsafan itu dipupuk dan diperdalam dengan jalan pengajaran kepada tiap-tiap angkatan muda. Nabi Musa dipilih pula oleh Tuhan untuk membebaskan umat-Nya dari penindasan. Musalah yang diangkat menjadi panglima dan pemimpinnya, juga menjadi guru dan pemberi hukum-hukum bagi mereka. Musa mendidik mereka di padang belantara dan mengatur pendidikan itu dengan jitu dan tepat. Pendidikan itu dilanjutkan oleh pengganti-penggantinya. Tiap-tiap keturunan Israel juga menyampaikan tiap pengajaran itu kepada keturunan yang berikut. Proses ini berlangsung terus menerus beratus bahkan beribu tahun lamanya. Pendidikan itu mulai dalam masing-masing rumah tangga dan diteruskan dalam kebaktian-kebaktian umum dan pada pengajaran dalam Taurat Tuhan. Tuhan Allah sendirilah yang merupakan pusat dan tujuan segala pengajaran masyarakat Israel. Segala hal ikhwal masyarakat umum juga dipelajari dan diatur dalam terang penyataan Tuhan.[8]

Regenerasi iman yang terjadi dalam kehidupan Abraham, Ishak, Yakub
merupakan
metode yang tentu diwarisi oleh orang-orang Israel. Metode yang demikian belum tercermin dengan sempurna di antara jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Terdapat orang tua yang telah berjuang mengajarkan iman Kristen kepada anak-anaknya sehingga terjadi proses regenerasi iman, namun masih juga terdapat orang-orang tua yang kurang memerhatikan aspek tersebut. Hal ini terjadi karena belum adanya buku Pedoman Baku yang disediakan oleh Badan Pengurus Daerah Jawa Timur atau Badan Pengurus Pusat GBIS tentang
bagaimana tiap orang tua harus mengestafetkan pengajaran iman Kristen kepada
anak-anak mereka.[9] Akibat dan kurang lancarnya proses pendidikan iman yang terjadi diantara jemaat GBIS muncul beberapa kasus dimana terdapat anak-anak anggota jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya yang setelah dewasa, menikah dengan orang-orang non Kristen dan meninggalkan iman Kristennya.

Dalam pandangan orang tua Israel, anak-anak dipandang sebagai anugerah Allah, sebab mereka kelak akan merawat orang tua serta meneruskan nama keluarga setelah orang tua meninggal. Namun demikian tidak banyak hak yang dimiliki oleh seorang anak. Mereka mesti sepenuhnya taat dan melakukan apa saja yang diperintahkan orang tua. Bahkan Yesus yang lahir di kalangan orang Israel (bangsa Israel) pun sering menggunakan anak sebagai contoh untuk menunjukkan bahwa kuasa dan kekuatan tidak berlaku dalam kerajaan Allah. Yang dikehendaki Allah hanyalah ketaatan.[10]

Metode pengajaran iman di antara anak-anak Israel terlihat menunjukkan penekanan yang tinggi pada ketaatan anak. Banyak bagian Alkitab yang mengajarkan bahwa ketaatan dan hormat kepada orang tua akan menghasilkan berkat dan umur panjang. Apabila dibandingkan dengan kehidupan jemaat di GBIS Yerusalem Baru Surabaya diindikasikan bahwa belum semua anak jemaat dapat dikategorikan sebagai anak-anak yang taat dan hormat baik kepada orang tuanya ataupun guru Sekolah Minggu. Hal tersebut terlihat pada saat diadakan ibadah Sekolah Minggu di Gereja masih ada anak yang ribut dan lari-lari, walaupun sudah berulang-ulang ditegur oleh guru Sekolah Minggu dan orang tuanya.[11]

Menurut Rowley, Shema (pengakuan iman orang Israel) yang terdapat dalam Ulangan 6:4-5 yang dikutip oleh Yesus ketika la ditanya, "Hukum manakah yang terutama dalam kitab Taurat (Mrk 12: 28-34)”[12] berbunyi,

"Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu" (UI 6:4-5, TB). "Saudara-saudara, ingatlah! Hanya TUHAN, dan TUHAN saja Allah kita! Hanya ... Allah kita, atau TUHAN, Allah kita, TUHAN itu Esa. Cintailah TUHAN Allahmu dengan sepenuh hatimu: Tunjukkanlah itu dalam cara hidupmu dan dalam perbuatanmu" (BIS)

 

Sehubungan dengan hal shema tersebut di atas, nampaknya masih ada orang tua anggota jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya yang belum mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati. Hal tersebut tercermin dari cara hidup mereka dan dalam perbuatan mereka. Sebab kenyataan, masih ada anggota jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya yang datang terlambat beribadah pada hari Minggu dan doa malam pada hari Jumat, bahkan ada jemaat yang baru tiba di gereja menjelang khotbah dimulai. Menurut Sijabat, untuk menentukan metode pengajaran harus berpikir tentang hal-hal yang menyangkut: siapa anak didik yang dihadapi, apa tujuan pembelajarannya, serta bagaimana cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Amy Chua dalam bukunya Cara Mendidik Anak Agar Sukses ala China, percaya bahwa anaknya mampu menjadi murid terbaik dan pencapaian di sekolah mencerminkan keberhasilan dalam membesarkan anak.[13] Terkait dengan pola pengajaran, para orang tua di GBIS Yerusalem Baru  Surabaya sepertinya belum melaksanakan metode mengajar yang tepat seperti yang diajarkan dalam Alkitab. Hal itu mungkin disebabkan karena kesibukan orang tua mencari nafkah (bekerja), sehingga orang tua kurang memerhatikan tentang pilihan pola mengajar yang diterapkan kepada anak. Kesibukan orang tua menyebabkan anak-anak kurang waktu untuk membangun hubungan yang berkualitas dengan ()rang tua. Disinyalir, bahwa ada anggota jemaat yang sebelum anak-anak bangun, ayahnya sudah berangkat bekerja dan saat pulang anak-anak sudah tidur. Dengan demikian kurang kesempatan berinteraksi antara ayah dan anak. Kurangnya intensitas interaksi tersebut menyebabkan banyak orang ma yang tidak berkesempatan mengajarkan syema ataupun pengajaran iman Kristen dengan baik kepada anak­anak.

Gereja merupakan agen utama dalam mengajarkan pendidikan agama Kristen. Inilah fungsi gereja: Gereja terpanggil untuk beribadah, memberitakan

 

 

Firman, melaksanakan sakramen, memelihara kesatuan dan identitasnya sebagai gereja. Gereja memuliakan Allah dengan menempatkan Dia sebagai pusat, dasar dan kuasa hidup umat. Gereja memuliakan Allah melalui persek-utuan (koinonia) di antara umat di mana disiplin, kekudusan hidup dan karunia-karunia rohani menjadi nyata. Gereja memuliakan Allah melalui kesaksiannya (marturia) yang mencakup pekabaran Injil ke seluruh dunia dan mengajar umat serta dunia tentang ajaran-ajaran Tuhan, pelayanan sosial (diakonia) serta pemberitaan tentang keadilan dan kebenaran Allah.[14] Fungsi gereja yang ideal tersebut tidak sebanding dengan aplikasinya apabila dikaitkan dengan pengajaran iman Kristen oleh orang tua kepada anak-anak. Sebagaimana yang disampaikan oleh Pdt. Rudianto (Gembala Sidang di GBIS bahwa, GBIS Yerusalem Surabaya belum memiliki pola atau pedoman pelaksanaan untuk melakukan pengajaran iman dari orang tua kepada anak-anaknya.”[15] Sebagai akibat fokus gereja kepada bidang koinonia, marturia dan diakonia, maka gereja kurang memerhatikan usaha membentuk metode penanaman iman kepada orang tua, dan metode penanaman iman dari orang tua kepada anak-anak. Pada hal Tuhan sudah berfirman kepada setiap orang tua melalui nabi Musa dalam Ulangan 6:4-9 tentang bagaimana seharusnya setiap orang tua menanamkan iman kepada anak-anak, dan ayat itu jugs menjadi salah satu pedoman setiap orang tua Kristen dalam mengestafetkan iman Kristen kepada anak-anak. Karena menurut pengamatan sementara oleh peneliti, gereja belum berfokus pada metode pengestafetan iman menurut firman Allah ini, maka hal itu peneliti jadikan topik utama dalam penelitian ini.

Gereja Bethel Injil  Sepenuh (GBIS) Surabaya mulai dengan penginjilan kepada orang-orang yang terbuang (tidak diperhatikan) oleh masyarakat, yaitu kelompok pengamen jalanan, pemulung, pengemis, buruh pabrik, dan gelandangan yang hidup di kolong jembatan. Melihat kehidupan seperti itu tergeraklah hati mahasiswa STT Solagracia Surabaya untuk mendoakan dan  menginjili orang-orang itu. Karena hidup mereka di dunia sengsara, apalagi di akhirat kelak kalau tidak punya Tuhan Yesus akan lebih sengsara lagi. Bertitik tolak dari visi yang sederhana itu beberapa orang bersama dengan mahasiswa sekolah Tinggi Teologi Solagracia membentuk team penginjilan kepada kelompok yang terabaikan itu.

Kelahiran Gereja Bethel Injil Sepenuh diawali dengan keluarnya Pdt. F.G Van Gessel dengan beberapa pendeta lainnya dari GPDI dan membentuk Badan Persekutuan Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) di Surabaya pada tanggal 21 Januari 1952. GBIS lahir dari satu kerinduan untuk mendapatkan kembali gereja, bukan hanya sekedar sebagai satu organisasi gereja, namun juga sebagai organisme, bersifat otonom dan memiliki jiwa fellowship. Sejak kelahirannya, GBIS telah berkembang demikian cepatnya, sehingga dalam waktu 15 tahun telah memiliki kira-kira 450 mata jemaat dengan 70.000 anggota yang tersebar di seluruh persada Nusantara. Sehingga dapat dikatakan, saat itu GBIS telah menjadi organisasi Pentakosta tebesar ke-2 se Indonesia setelah GPdI.[16] Ditinjau dari sejarah berdirinya gereja dan perkembangannya saat ini dapatlah dipahami bila GBIS Yerusalem Baru Surabaya memiliki jemaat dengan latar belakang yang beragam, baik latar belakang suku, bentuk kekristenan, geraka asal, jenis kelamin, pendidikan, usia dan lain-lain. Adapun kegiatan Gereja yang dilakukan di GBIS selama sepekan adalah : Ibadah Raya pada hari Minggu jam 07.00 pagi, Ibadah Sekolah Minggu jam 09.30 pagi, dan Ibadah Kaum Muda dan Remaja hari Minggu 10.00 pagi. Ibadah kaum pria pada hari Jumat ke 2 & 4 jam 19.00, Ibadah kaum Wanita hari Senin jam 17.00, dan Ibadah Doa Malam, hari Jumat ke 1 & 3 jam 18.00.

 

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di was maka dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut:

Pertama, Ibu-ibu di GBIS tidak melakukan seperti apa yang dilakukan para ibu Israel yang sedang mengandung yaitu suka makan kurma, makan salad, makan roti ataupun makan ikan tanpa kepala ataupun bernyanyi dan bermain
musik. Kebanyakan ibu di GBIS belum konsisten melaksanakan semua itu, sehingga anak-anak yang dilahirkan tidak segenius anak-anak orang Israel. Dengan demikian timbul pertanyaan "Bagaimana pola pengajaran orang tua Israel kepada anak-anak mereka sehingga anak-anak bangsa Israel begitu jenius yang bisa diadopsi oleh para orang tua di GBIS Yerusalem Baru Surabaya?

Kedua, orang tua murid sekolah Minggu di GBIS umumnya tidak memiliki semua kriteria (Ketujuh kriteria) unggul meriting Budiyana, keempat sampai ketujuh yaitu tidak memunyai pengetahuan teologi; kriteria kelima: tidak memunyai keahlian dalam mengajar; dan kriteria ketujuh: tidak memiliki kesiapan mental dan fisik sebelum mengajar. Pada hal mereka selama enam hari bersama­sama dengan anak-anak di rtunah. Peter Salim menulis bahwa guru adalah: orang yang pekerjaannya mendidik, mengajar, dan mengasuh. nampaknya para orang tua GBIS Yerusalem Baru belum memenuhi syarat itu. Sehingga timbul pertanyaan Pengajaran mana (pola mengajar orang tua sebagai guru, motivasi anak sebagai murid, atau materi pelajaran Pendidikan Agama Kristen) yang dominan dalam menghasilkan anak agar jenius?"

Ketiga, Metode pengajaran iman kepada anak tidak tercermin dengan sempurna di antara jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Terdapat orang tua yang telah berjuang mengajarkan iman Kristen kepada anak-anaknya sehingga terjadi proses regenerasi iman, namun masih juga terdapat orang- orang tua yang kurang memperhatikan aspek tersebut. Hal ini terjadi karena belum adanya buku Pedoman Baku yang disediakan oleh Badan Pengurus Daerah Jawa Timur atau Badan Pengurus Pusat GBIS tentang bagaimana tiap orang tua harus mengestafetkan pengajaran iman Kristen kepada anak-anak mereka." Akibat dari kurang lancarnya proses pendidikan iman yang terjadi di antara jemaat GBIS

muncul beberapa kasus di mana terdapat anak-anak anggota jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya yang setelah dewasa, menikah dengan orang-orang non Kristen dan meninggalkan iman Kristennya. Dengan demikian timbul pertanyaan: "Bagaimana kecenderungan tingkat implementasi pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru.

 

Keempat, Apabila dibandingkan dengan kehidupan jemaat di GBIS Yerusalem Baru Surabaya diindikasikan bahwa tidak semua anak jemaat dapat dikategorikan sebagai anak-anak yang twat dan hormat baik kepada orang tuanya ataupun guru Sekolah Minggu. Hal tersebut terlihat pada saat diadakan ibadah Sekolah Minggu di Gereja masih ada anak yang ribut dan lari-lari, walaupun sudah berulang-ulang ditegur oleh guru Sekolah Minggu dan orang tuanya. Dengan demikian timbul pertanyaan: "Bagaimanakah jemaat GBIS tentang anak-anak mereka?"

Kelima, Terkait dengan metode pengajaran, para orang tua di GBIS Amanat Agung Surabaya sepertinya tidak melaksanakan pola mengajar yang tepat seperti yang diajarkan dalam Alkitab. Hal MI mungkin disebabkan karena kesibukan orang tua mencari natkah (bekerja), sehingga orang tua kurang memerhatikan tentang pilihan metode mengajar yang diterapkan kepada anak. Kesibukan orang tua menyebabkan anak-anak kurang waktu untuk membangun hubungan yang berkualitas dengan orang tua. Disinyalir, bahwa ada anggota jemaat yang sebelum anak-anak bangun, ayahnya sudah berangkat bekerja dan saat pulang anak-anak sudah tidur. Dengan demikian kurang kesempatan berinteraksi antara ayah dan anak. Kurangnya intensitas interaksi tersebut menyebabkan banyak orang tua yang tidak berkesempatan mengajarkan syema ataupun pengajaran iman Kristen dengan baik kepada anak-anak. ). Dengan demikian timbul pertannyaan: "Bagaimanakah materi pengajaran yang diberikan oleh para orang tua GBIS Yerusalem Surabaya Surabaya kepada anak-anak mereka"?

Keenam, Fungsi gereja yang ideal tersebut tidak sebanding dengan aplikasinya apabila dikaitkan dengan pengajaran iman Kristen oleh orang tua kepada anak-anak. Sebagaimana yang disampaikan oleh Pdt. Rudianto (Gembala Sidang di GBIS bahwa, GBIS Yerusalem Baru Surabaya belum memiliki metode atau pedoman pelaksanaan untuk melakukan pengajaran iman dari orang tua kepada anak-anaknya." Sebagai akibat fokus gereja kepada bidang koinonia, marturia dan diakonia, maka gereja kurang memerhatikan usaha membentuk metode penanaman iman kepada orang tua, dan metode penanaman iman dari orang tua kepada anak-anak. Karena menurut pengamatan sementara oleh peneliti, gereja belum berfokus pada pola pengestafetan iman menurut firman Allah ini, maka hal itu peneliti jadikan topik utama dalatn penelitian ini. Dengan demikian timbul pertanyaan: "Dimensi apakah yang paling dominan memengaruhi implementasi pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Surabaya?"

Keiujuh, Ditinjau dari sejarah berdirinya gereja dan perkembangannya saat ini dapatlah dipahami bila GBIS Yerusalem Surabaya memiliki jemaat dengan latar belakang yang beragam, baik latar belakang suku, bentuk kekristenan, gereja asal, jenis kelamin, pendidikan, usia, dan lain-lain. Sehingga timbul pertanyaan "Kategori latar belakang apakah yang dominan mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Surabaya

 

Batasan Masalah

Melalui uraian yang terdapat pada Latar Belakang Masalah dan Indentifikasi Masalah di atas, maka peneliti perlu melakukan pembatasan masalah penelitian. Pembatasan masalah penelitian bertujuan menghindari pembahasan dan penelitian yang meluas. Dari tujuh identifikasi tersebut di atas peneliti memilih nomor 3, 6 dan 7 yang berbunyi:

Ketiga, Metode pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak belum tercermin dengan sempuma di antara jemaat GBIS Yerusalem Surabaya . Terdapat orang tua yang telah beijuang mengajarkan iman Kristen kepada anak-anaknya sehingga terjadi proses regenerasi iman, namun masih juga terdapat orang- orang tua yang kurang memerhatikan aspek tersebut. Hal ini terjadi karena belum adanya buku Pedoman Baku yang disediakan oleh Badan Pengurus Daerah Jawa Timur atau Badan Penguins Pusat GBIS tentang bagaimana bap orang tua harus mengestafetkan pengajaran iman Kristen kepada anak-anak mereka." Akibat dari kurang lancarnya proses pendidikan iman yang terjadi di antara jemaat GBIS muncul beberapa kasus di mana terdapat anak-anak anggota jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya yang setelah dewasa, menikah dengan orang-orang non Kristen dan meninggalkan iman Kristennya. Dengan demikian timbul pertanyaan: "Bagaimanakah kecenderungan tingkat implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya?"

Keenam, Fungsi gereja yang ideal tersebut tidak sebanding dengan aplikasinya apabila dikaitkan dengan pengajaran iman Kristen oleh orang tua kepada anak-anak. Sebagaimana yang disampaikan oleh Pdt. Rudiasnto Kusumo (Gembala Sidang di GBIS) bahwa, "GBIS Yerusalem Baru Surabaya belum memiliki Metode atau pedoman pelaksanaan untuk melakukan pengajaran iman dari orang tua kepada anak-anaknya." Sebagai akibat fokus gereja kepada bidang koinonia, marturia dan diakonia, maka gereja kurang memperhatikan usaha membentuk metode penanaman iman kepada orang tua, dan metode penanaman iman dari orang tua kepada anak-anak. Karena menurut pengamatan sementara oleh peneliti, gereja belum berfokus pada pola pengestafetan iman menurut firman Allah ini, maka hal itu peneliti jadikan topik utama dalam penelitian ini. Dengan demikian timbul pertanyaan: "Dimensi apakah yang paling dominan memengaruhi implementasi pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru?"

Ketujuh, Ditinjau dari sejarah berdirinya gereja dan perkembangannya saat ini dapatlah dipahami bila GBIS Yerusalem Baru memiliki jemaat dengan latar belakang yang beragam, baik latar belakang suku, bentuk kekristenan, gerja asal, jenis kelamin, pendidikan, usia, dan lain-lain. Sehingga timbul pertanyaan "Kategori latar belakang apakah yang dominan memengaruhi implementasi pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru?"

 

Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1.      Bagaimana kecenderungan tingkat Implementasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya?

2.      Dimensi apakah yang paling dominan mempengaruhi Implementasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya?

3.      Kategori latar belakang apakah Implementasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya?

 

Penjelasan Istilah

Tesis ini berjudui "Implementasi Pengajaran PAK dalam Pembentukan Iman kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru." Penjelasan Istilah berikut adalah usaha untuk memberikan kesamaan persepsi tentang masalah yang diteliti.

Pertama, "kata bagaimana" pengertian bagaimana menurut kamus bahasa Indonesia kontemporer adalah kata tanya yang menanyakan keadaan, hal, cara dan sebagainya.[17] dengan pertanyaan ini membutuhkan jawaban dalam bab kesimpulan.

Kedua, "kecenderungan tingkat implementasi" pengertian kecenderungan menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah kecondongan sedangkan istilah "Implementasi" artinya adalah pelaksanaan; penerapan.[18] Maksudnya kecondongan implementasi pola pengajaran iman di GBIS apakah cenderung rendah, sedang atau tinggi.

Ketiga, istilah "Pengajaran PAK" adalah seperangkat kegiatan yang digunakan untuk menolong seorang beriman, agar dapat melaksanakan Amanat Agung dengan menjadikan orang murid dan mengembangkan pembuat murid melalui suatu rencana pemahaman Fiman Tuhan secara pribadi.[19] Maksud dalam tesis ini adalah implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman Kristen oleh orang tua anggota jemaat GBIS Yerusalem Baru

Keempat, istilah "Kepada Anak" artinya keturunan kedua.[20] Maksudnya adalah Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya yang dilaksanakan oleh para orang tua kepada anak-anak mereka.

Kelima, "Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9" Menurut Frances Blankenbaker yang dimaksud "kitab ulangan" adalah kitab kelima dari Alkitab, dan kitab kelima pula dari lima  kitab Taurat dalam Perjanjian Lama.[21] Maksudnya adalah dasar implementasi pola Pendidikan Agama Kristen iman Kristus oleh para orang tua kepada anak-anak mereka didasarkan pada kitab ulangan 6 mulai ayat 4-9.

Keenam, “Diantara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya” GBIS adalah singkatan dari Gereja Gethel Injil Sepenuha yang berkedudukan di Jalan Wonorejo IV No. 58-62 Surabaya. Para orang tua dari jemaat Gereja ini yang menjadi objek penelitian tesis ini.

Ketujuh, istilah "Dimensi mana dari variabel independen" Menurut  Jainal Mustafa EQ, dimensi adalah merupakan himpunan dari pertikular-pertikular yang disebut indicator. "sedangkan, Variabel Independen (independen variable)" adalah suatu variabel yang variasi nilainya akan memengarui nilai variabel yang lain.[22] Dalam tesis ini veriabel bebas ada tiga yaitu: mengajarkan tentang mengasihi Tuhan; mengajarkan secara berulang-ulang dan mengajarkan melalui tanda pengingat.

Kedelapan, yang paling dominan memengaruhi implementasi pengajaran     PAK dalam pemebntukan iman Kristus, pengertian "Dominan" Menurut Peter Salim dan Yenny Salim.

Dominan adalah sangat menentukan; berpengaruh kuat; dan "memengaruhi" adalah: berpengaruh pada; melakukan pengaruh.[23]

Kesembilan, Kategori latar belakang" menurut kamus bahasa Indonesia kontemporer "kategori" adalah kelompok; golongan; sedangkan "Latar Belakang" adalah hiasan; motif; keterangan tentang suatu peristiwa untuk melengkapi informasi.[24]

Jadi berdasarkan penjelasan istilah di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: bagaimana kecondongan pelaksanaan/ penerapan seperangkat kegiatan yang digunakan untuk menolong seorang beriman, agar dapat melaksanakan Amanat Agung dengan menjadikan orang murid dan mengembangkan pembuat murid melalui suatu rencana pemahaman Finnan Tuhan secara pribadi Kepada keturunan kedua Berdasarkan kitab kelima dari Alkitab, dan kitab kelima pula dari lung kitab Taurat dalam Perjanjian Lama di antara Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh yang berkedudukan di Jalan Wonorejo IV No. 58-62 Surabaya himpunan dari pertikular-pertikular yang disebut indikator apakah dan variabel yang variasi nilainya akan memengaruhi nilai variabel yang lain yang paling/sangat menentukan berpengaruh pada kelompok dan motif tentang suatu peristiwa untuk melengkapi informasi.

 

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka secara rinci penelitian ini bertujuan:

1.      Untuk mengetahui kecenderungan tingkat Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya.

2.      Untuk mengetahui dimensi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya.

3.      Untuk mengetahui kategori Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya.

 

 

Kepentingan Penelitian

Kepentingan penelitian dibedakan menjadi kepentingan teoritis dan kepentingan praktis.

Kepentingan Teoritis

1.      Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pemikiran, khususnya pada mata kuliah Metode Pembelajaran dan Pendidikan Anak dan Pendidikan Agama Kristen umumnya.

2.      Bagi ilmu Pendidikan, pembahasan dan hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan khusus tentang prinsip-prinsip penting yang diperlukan dalam hal proses penanaman iman oleh setiap orang ma Kristen kepada anak­anak mereka secara alkitabiah turun temurun= sampai selama-lamanya.

 

Kepentingan Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi anggota jemaat       GBIS Yerusalem Baru Surabaya khususnya dan para orang tua Kristen umumnya tentang prinsip-prinsip penting yang diperlukan dalam hal proses penanaman iman Kristen oleh setiap orang tua Kristen kepada anak-anaknya.

1.        Bagi anggota jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, sebagai masukan dalam meningkatkan kedewasaan rohani setiap orang tua Kristen, terutama di dalam pemahaman yang benar dan dalam mengestafetkan iman Kristen yang membutuhkan kesadaran tinggi serta keseriusan dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan.

2.        Bagi para pendidik Kristen, sebagai masukan dan refleksi agar melaksanakan proses pendidikan menggunakan metode pembelajaran yang alkitabiah namun efektif dan efesien dalam mewujudkan pendidikan iman Kristen kepada anak­anak seperti yang diajarkan oleh finnan Tuhan. Di samping itu para pendidik kiranya dapat berusaha keras untuk merelevansikan materi pengajaran iman sesuai Alkitab dengan metode pengajaran yang tepat, sehingga akan memeroleh hasil lebih nyata.


BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN

PERUMUSAN HIPOTESIS

 

Dalam Bab II ini peneliti mengadakan eksplorasi terhadap literature­literatur yang memuat pokok pikiran yang bertalian dengan isi tesis. Dalam hal ini, library research merupakan faktor yang sangat penting dalam penulisan sebuah tesis. Sugiyono menyatakan bahwa landasan teori merupakan ciri penelitian sebagai bukti cara ilmiah untuk mendapatkan data. Fungsi teori ini untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup (konstruk) variabel yang akan diteliti, untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian.[25] Pembahasan pada BAB II ini akan menguraikan tiga bagian yaitu: landasan teori, kerangka berfikir, dan pengaivan hipotesis.

 

Landasan Teori

Tinjauan tentang Kitab Ulangan

Kitab Ulangan terutama terdiri atas empat amanat Musa kepada bangsa Israel ketika mereka berkemah di dataran Moab beberapa mil sebelah Timur Sungai Yordan, agak ke sebelah utara dari ujung utara Laut Mati. Amanat-amanat ini diberikan bertunit-turut pada 1:5; 5:1; 27:1; dan 29:1. Kata "Ulangan" (Deuteronomy) berasal dari dua kata Yunani yang berarti "hukum kedua" dan istilah ini digunakan dalam pengertian sebuah pengulangan hukum yang sebelumnya telah diberikan dalam Pentatekh.[26]

 

Waktu Penulisan Kitab Ulangan

Waktu penulisan antara 1410 dan 1395 sM. Kisah yang dicatat di pasal ini terjadi pada tanggal 1 bulan ke-1 1 tahun ke- 40 perjalanan orang Israel dari tanah Mesir. (1407 SM). Namun demikian Howard berkeyakinan bahwa kitab ini ditulis pada tahun 1400 sM, setelah bangsa Israel keluar dari tanah Mesir pada tahun 1450 sM. Tempat penulisan kitab ini juga dengan jelas diungkapkan dalam pasal 1:5, yaitu di tanah Moab. Di dataran dekat sungai Yordan di Moab (batas timur Yerikho). Tidak ada alasan untuk meragukan bahwa sebagian besar bahan didapat langsung dari Musa sendiri. Pendapat bahwa seluruh kitab ini dibuat selama masa reformasi Hizkia atau Yosia, atau bahkan setelah masa pengasingan tidak dapat didukung, karena tidak ada isi kitab yang berhubungan dengan tradisi Raja Daud atau Bait Allah; kedua fakta ini amat penting di kemudian Mari. Pada kenyataannya pola hidup yang digambarkan cocok dengan latar belakang kehidupan bangsa Israel sebelum adanya kerajaan. Namun demikian, rupanya telah terjadi beberapa penyuntingan dan penyusunan kembali sehingga sangat sukar untuk menentukan kapan akhirnya kitab itu diterbitkan. Contoh-contoh perjanjian dan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Keluaran sering dikemukakan secara berbeda di dalam Ulangan. Mungkin hal ini dilakukan untuk memenuhi situasi yang berbeda, tetapi andaikata uraian itu disesuaikan untuk kebutuhan zaman yang kemudian, itu tidak berarti bahwa seluruh isi kitab didasarkan pada bahan-bahan dari Musa.

Kitab 2 Raja-Raja bercerita tentang pembaruan penting di Israel pada tahun 621 sM (2 Raj 22-23). Pada waktu Bait Allah di Yerusalem sedang diperbaiki, para pekerja menemukan sebuah gulungan Taurat. Ketika Yosia, raja Yehuda, mendengar isi Kitab itu, ia merobek-robek pakaiannya karena sedih dan memanggil semua pemimpin bangsa. Yosia menyadari bahwa bangsanya sudah tidak mematuhi hukum TUHAN. Jadi, ia memerintahkan agar diadakan pembaruan-pembaruan berdasarkan kitab hukum itu, meliputi penghancuran dan pembakaran semua mezbah, tempat-tempat pemujaan, dan tempat-tempat tinggi untuk memuja ilah-ilah selain TUHAN Allah Israel. Banyak pakar percaya bahwa kitab hukum yang ditemukan itu adalah Kitab Ulangan, atau setidaknya bagian tengahnya (Ul. 12-26).

Tidak jelas dari mana asal kitab hukum itu dan bagaimana sampai tersimpan di dalam Bait Allah. Beberapa penafsir berpendapat bahwa tulisan­tulisan keno itu dibawa ke Yerusalem oleh para imam keturunan Lewi yang melarikan diri dari penganiayaan Asyur di utara semasa pemerintahan Manasye (687-642 sM). Meski banyak dari bahan kitab itu mungkin berasal dari zaman Musa, kitab Ulangan dalam bentuknya yang sekarang ini, mungkin ditulis oleh para ahli kitab yang hidup.

 

Penulis Kitab Ulangan

Musa adalah penulis Kitab Ulangan (Ul. 31:9, 24-26; Bil. 4: 44-46) (namun kemungkinan Yosua yang mencatat kematian Musa pada pasal 34) dan diwariskan kepada Israel sebagai dokumen perjanjian untuk dibacakan selunihnya di hadapan seluruh bangsa setiap tujuh tahun (Ul. 31:10-13). Musa mungkin menyelesaikan penulisan kitab ini menjelang kematiannya sekitar tahun 1405 sM. Bahwa Musa menulis kitab ini ditegaskan oleh:

(1) Pentateukh Samaria dan Yahudi, (2) para penulis PL (mis Yos. 1:7; 1 Rj. 2:3; 2 Rj 14:6; Ezr 3:2; Neh 1:8-9; Dan 9:11) (3) Yesus (Mat 19:7­sM 9; Yoh 5:47) dan penulis PB yang lain (Kis 3:22-23; Rm 10:19). (4) para cendekiawan Kristen zaman dahulu, (5) cendekiawan konservatif masa kini, dan (6) bukti di dalam kitab Ulangan sendiri (mis. kesamaan susunan dengan bentuk-bentuk perjanjian yang ditulis pada abad ke-15 SM). Kisah kematian Musa (U1 34:1-12), sudah pasti ditambahkan segera sesudah peristiwa itu terjadi (sangat mungkin oleh Yosua) sebagai penghargaan yang layak bagi Musa, hamba Tuhan itu.[27]

 

Kitab Ulangan disajikan sebagai perkataan-perkataan terakhir Musa kepada generasi Israel yang siap memasuki tanah yang dijanjikan. Secara tradisional Musa dipandang sebagai penulis kitab Ulangan, bentuk final kitab itu juga menerapkan tradisi-tradisi Musa dan hukum itu dalam situasi keagamaan dan politik pada masa yang lebih kemudian. Hal itu dilakukan dengan dua cara. Pertama, Israel bisa memakai pesan kitab Ulangan untuk menilai kesuksesan atau kegagalan mereka sebagai bangsa: Mematuhi ketentuan-ketentuan dalam perjanjian Allah dengan Israel akan membuahkan keberhasilan; sebaliknya ketidaktaatan akan membuahkan kematian dan kehancuran. Kedua, dalam seiuruh kitab itu benilang kali ditegaskan bahwa Allah telah memiliii Israel karena 'kasih-Nya. Sebagai gantinya, Israel seharusnya mengasihi Allah dan setia kepada ketentuan-ketentuan dalam perjanjian Allah dengan mereka.[28]

 

Tujuan Penulisan Kitab Ulangan

Denis Green menjelaskan bahwa tujuan penulisan kitab Ulangan adalah: menganjurkan umat Israel agar beriman dan taat, memperingatkan mereka tentang bahaya penyembahan berhala dan kemurtadan, dan tentang hukum-hukum yang akan menimpa bangsa yang meninggalkan prinsip-prinsip perjanjian Sinai. Tujuan utama sejak keluar dari Mesir yaitu masuk tanah Kanaan.[29] Sebelum menyerahkan kepemimpinan kepada Yosua untuk penaklukan Kanaan, maksud Musa mula-mula ialah untuk menasehati dan mengarahkan angkatan Israel yang baru, tentang (1) Perbuatan-perbuatan perkasa dan janji-janji Allah. (2) Kewajiban mereka bertalian dengan perjanjian untuk beriman dan taat. (3) Perlunya mereka menyerahkan diri untuk takut kepada Tuhan, hidup di dalam kehendaknya serta mengasihi dan menghormati Dia dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan mereka.[30]

Kitab Musa yang kelima ini berbeda dengan empat kitabnya yang lain, sebagaimana Injil Yohanes berbeda dengan tiga Injil Sinoptis. Baik kitab Ulangan maupun Injil Yohanes, berisi banyak hal baru yang penting dan menyajikan percakapan atau amanat penting dari Musa dan Tuhan Yesus (Yoh. 13-17) pada akhir kehidupan jasmani mereka. Kedua kitab ini menekankan perlunya mengasihi Allah dan melayani Dia dengan setia. Setelah empat dasawarsa mengembara di Padang Gurun; Musa ingin sekali menantang generasi muda untuk mengikut Tuhan dengan segenap hati mereka. Sekarang, setelah orang tua mereka meninggal dunia selama pengembaraan di Padang Gurun, Musa memperbaharui perjanjian yang diikat tua-tua mereka di Gunung Sinai dan benisaha memberi dorongan dan peringatan kepada mereka yang sungguh-sungguh akan menduduki Tanah Pejanjian. Suatu kesempatan besar sudah terbentang di hadapan mereka, tetapi ada juga bahaya-bahaya yang dapat menyebabkan bangsa ini menjauhkan diri dari Allah.

Selanjutnya Charles F. Pfeiffer menjelaskan bahwa: Mereka perlu komitmen yang sama yang sudah diucapkan oleh orang tua mereka di Gunung Sinai bersama dengan catatan ketaatan yang lebih baik. Mengingat apa yang baru terjadi di dataran Moab (bdg. Bil. 25:1-9), generasi baru ini rupanya juga mudah memberontak terhadap Allah. Pada waktu Musa mendaki Gunung Nebo, tempat ia mati dan dikuburkan oleh Tuhan sendiri, Yosua menggantikan dia sebagai pemimpin bangsa. Yosua yang ditugaskan oleh Musa dan "penuh dengan Roh kebijaksanaan," sudah dipersiapkan dengan baik untuk memainkan peranannnya yang baru (34:9). tetapi karena dikuatkan oleh Tuhan, Yosua diyakinkan bahwa dia akan memimpin Israel memasuki Tanah Pejanjian (31:23).[31]

Kalangan sarjana Kristen ortodoks masa kini bergabung dengan kalangan Kristen yang lebih tua dan tradisi Yahudi dalam menerima pernyataan Kitab Ulangan sendiri bahwa kitab ini merupakan salain perpisahan dan nasihat seremonial terakhir dari Musa kepada jemaat Israel di dataran Moab. Dalam Ulangan 31:9; 2 Raj 24 dikatakan bahwa Musa menulis dan juga mengucapkan "perkataan hukum Taurat itu". Seorang pejabat teokratis, sangat mungkin, telah melengkapi dokumen ini dengan mencatat kematian Musa (ps. 34) dan mungkin juga nyanyian kesaksian Musa (ps 32) serta wasiatnya (ps. 33). Mungkin pejabat ini juga menambahkan beberapa unsur kerangka singkat tertentu ke dalam dokumen hukum ini.

Kesatuan dan keaslian kitab ini sebagai basil kaiya Musa dipastikan melalui kesesuaian yang mencolok dari struktur kitab ini dengan struktur jenis perjanjian yang dikeluarkan oleh penguasa dalam bentuk klasik pertengahan kedua seribu tahun sM. Pentingnya hukum. Taurat adalah sebuah tema kunci dalam kitab Ulangan.[32] Tujuan Kitab Ulangan adalah menyampaikan suatu ringkasan hokum yang telah diberikan dalam Kitab Keluaran dan Imamat demi kepentingan generasi yang telah dibesarkan di padang gurun, supaya mereka dapat dipersiapkan untuk memasuki tanah Kanaan.[33]

Kitab Ulangan mengacu kembali pada apa yang telah dikerjakan TUHAN. Perkataan Musa mengarah ke depan dan menjadi pengajaran bagi generasi mendatang. Perjanjian Allah dengan umat Israel yang dicatat dalam kitab itu menjadi dasar dan pendahuluan bagi sejarah Israel yang tercatat dalam kitab Yosua, Hakim-hakim, 1 dan 2 Samuel, 1 dan 2 Raja-raja.

 

Garis Besar Kitab Ulangan

Garis besar isi Kitab Ulangan dibagi dalam lima bagian besar, terutama berdasarkan pidato-pidato Musa:

" Pendahuluan (1:1-5)

Pidato Pertama: Musa Mengulas Kejadian Masa Lampau (1:6-4:43)

Kesetiaan Allah di Gurun (1:6-3:29)

Seruan untuk Mendengarkan Firman TUHAN (4:1-43)

Pidato Kedua: Musa Menyampaikan Tuntutan Tuhan (4:44-29:1)

Kasihilah Allah dan Taatilah Hukum-huktun-Nya (4:44-11:31)

Bagaimana Hidup Sebagai Umat Allah (12:1-26:15)

Memperbaharui Perjanjian (26:16-29:1)

Pidato Ketiga: Israel Harus Memelihara Perjanjiannya dengan TUHAN

(29:2-30:20)

Pidato Terakhir dan Kematian Musa (31:1-34:12)

Seorang Pemimpin untuk Umat dan Sebuah Tempat untuk Hukum Tuhan (31:1-29)

Nyanyian dan Berkat Musa (31:30-33:29)

Musa Meninggal (34:1-12)" [34]

 

 

Inti Ulangan 6:4-9

Inilah bunyi Ulangan pasal 6 ayat 4-9 dalam bahasa Ibrani dan transliterasinya, sebagai berikut:

  WTT Deuteronomy 6:4-9

 

 4 שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהוָ֥ה׀ אֶחָֽד׃

4  καὶ ταῦτα τὰ δικαιώματα καὶ τὰ κρίματα ὅσα ἐνετείλατο κύριος τοῖς υἱοῖς Ισραηλ ἐν τῇ ἐρήμῳ ἐξελθόντων αὐτῶν ἐκ γῆς Αἰγύπτου ἄκουε Ισραηλ κύριος ὁ θεὸς ἡμῶν κύριος εἷς ἐστιν

 

 5 וְאָ֣הַבְתָּ֔ אֵ֖ת יְהוָ֣ה אֱלֹהֶ֑יךָ בְּכָל־לְבָבְךָ֥ וּבְכָל־נַפְשְׁךָ֖ וּבְכָל־מְאֹדֶֽךָ׃

5  καὶ ἀγαπήσεις κύριον τὸν θεόν σου ἐξ ὅλης τῆς καρδίας σου καὶ ἐξ ὅλης τῆς ψυχῆς σου καὶ ἐξ ὅλης τῆς δυνάμεώς σου

 

 6 וְהָי֞וּ הַדְּבָרִ֣ים הָאֵ֗לֶּה אֲשֶׁ֙ר אָנֹכִ֧י מְצַוְּךָ֛ הַיּ֖וֹם עַל־לְבָבֶֽךָ׃

6  καὶ ἔσται τὰ ῥήματα ταῦτα ὅσα ἐγὼ ἐντέλλομαί σοι σήμερον ἐν τῇ καρδίᾳ σου καὶ ἐν τῇ ψυχῇ σου

 

 7 וְשִׁנַּנְתָּ֣ם לְבָנֶ֔יךָ וְדִבַּרְתָּ֖ בָּ֑ם בְּשִׁבְתְּךָ֤ בְּבֵיתֶ֙ךָ֙ וּבְלֶכְתְּךָ֣ בַדֶּ֔רֶךְ וּֽבְשָׁכְבְּךָ֖ וּבְקוּמֶֽךָ׃

7  καὶ προβιβάσεις αὐτὰ τοὺς υἱούς σου καὶ λαλήσεις ἐν αὐτοῖς καθήμενος ἐν οἴκῳ καὶ πορευόμενος ἐν ὁδῷ καὶ κοιταζόμενος καὶ διανιστάμενος

 

 8 וּקְשַׁרְתָּ֥ם לְא֖וֹת עַל־יָדֶ֑ךָ וְהָי֥וּ לְטֹטָפֹ֖ת בֵּ֥ין עֵינֶֽיךָ׃

8  καὶ ἀφάψεις αὐτὰ εἰς σημεῖον ἐπὶ τῆς χειρός σου καὶ ἔσται ἀσάλευτον πρὸ ὀφθαλμῶν σου

 

 9 וּכְתַבְתָּ֛ם עַל־מְזוּזֹ֥ת בֵּיתֶ֖ךָ וּבִשְׁעָרֶֽיךָ׃ ס

9  καὶ γράψετε αὐτὰ ἐπὶ τὰς φλιὰς τῶν οἰκιῶν ὑμῶν καὶ τῶν πυλῶν ὑμῶν

 (Deu 6:4-9 BGT)

Inilah bunyi Ulangan 6:4-9 dalam Terjemahan Indonesia Baru, sebagai berikut:

6:4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!

6:5 Kasihilah TUHAN, Allahinu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

6:6  Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,

6:7 Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak­anakmu dan membicarakannya apahila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.

6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai landa pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,

6:9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.

 

Bunyi Ulangan 6:4-9 dalam Terjemahan Bahasa sehari-hari:

 

6:4 Saudara-saudara, ingatlahl Hanya TUHAN, dan TUHAN saja Allahkita!  Hanya ... Allah kita, atau TUHAN, Allah kita, TUHAN itu Esa.

6:5 Cintailah TUHAN Allahinu dengan sepenuh hatimu: Tunjukkanlah itu dalam cara hidupmi dan dalam perbuatanmu.

6:6  Jangan sekali kali melupakan perintah-perintah yang saya berikan kepadamu hari ini.

6:7  Ajarkanlah kepada anak-anaknni. Hendaklah kamu membicara­kannya di dalam nimah dan di luar rumah, waktu beristirahat dan waktu bekerja.

6:8  Ikatkanlah pada lenganmu dan pasanglah pada dahimu pada lenganmu pada dahimu: Hukum itu ditulis dan dimasukkan ke dalam kotak kecil lalu diikat pada lengan dan dupa sang pada dahi. untuk diingat-ingat.

6:9  Tuliskanlah di tiang pintu rumahmu dan di pintu gerbangmu."

 

Berdasarkan Ulangan 6:4-9 peneliti menjabarkan sebagai berikut:

Ayat 4. Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa. Pengakuan yang dapat diterjemahkan dengan berbeda, namun tetap dapat dibenarkan secara tata bahasa, ini rupanya paling baik dipahami sebagai setaraf dengan pernyataan monoteisme dalam Ulangan 4:35 dan 32:39 (hdg. ITaw. 29:1). "Sebab sungguhpun ada apa yang disebut allah, baik di sorga maupun di bumi dan memang benar ada banyak 'allah' dan banyak 'tuhan' yang demikian namun bagi kita hanya ada satu Allah saja . . dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus" (1Kor. 8:5, 6). Allah itu baik; dan keilahian itu adalah milik-Nya semata. Bangsa Israel hanya boleh tunduk dalam perjanjian religius kepada Dia saja, dan hanya Dia saja yang harus mereka layani dengan seluruh keberadaan mereka, dengan segenap kasih mereka (6:5). Tuntutan Allah akan pengabdian yang eksklusif dan intensif kepada diri-Nya inilah yang oleh Yesus dinamakan "perintah yang pertama dan utama" (Mat. 22:37, 38; Mrk. 12:29, 30; bdg. Luk. 10:25-28). Perintah itu menmakan perintah inti dari peraturan perjanjian.[35]

Ayat 5. Kasihilah TUHAN, Allalu-nu. Pengakuan iman kepada TUHAN, Allah yang esa, diulang dua kali sehari. Kata Ibrani אהֵב  ‘ahab’ or  אהֵ  ‘aheb’ (Pengucapan: aw-hab' aw-habe' ) yang diterjemahkan sebagai "kasihilah" (6:5) bisa berarti perasaan kagum dan hormat yang kudus. Mengasihi dengan hati dan jiwa berarti mengasihi dengan seluruh keberadaan manusia.[36]

Ayat 6. Apa yang Kuperintahkan kepadamu ... haruslah engkau perhatikan. Kemurahan-kemurahan Allah pada waktu lalu yang disebutkan di bagian pendahuluan historis akan menimbulkan kasih semacam itu, dan kasih itu akan nyata dalam ketaatan penuh hormat kepada seluruh perintah yang dikemukakan Allah (bdg. 11:1, 22; 19:9; 30:16; Yoh 14:15). Jadi ayat-ayat ini adalah isi dari semua ayat sesudahnya.[37]

Ayat 7a. Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu. Unsur kekeluargaan dari administrasi perjanjian mengharuskan bahwa anak-anak juga dituntun kepada ketaatan pada peraturan-peraturan yang ada (bdg 20 dst). Orang saleh harus merenungkan hukum Allah tersebut siang dan malam (ay. 7b-9; bdg. Mzm 1:2). Musa di sini bukan melakukan persyaratan seremonial, tetapi menguraikan tuntutan untuk senantiasa terfokus kepada perkenan Tuhan Israel melalui gambaran-gambaran yang konkret.[38]

Ayat 7b. dan membicarakannya di dalam rumah dan di luar numb, waktu beristirahat dan waktu bekerja (BIS). Mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu adalah salah satu cara utama untuk mengungkapkan kasih kepada Allah (Ul. 6:5), ialah orang tua harus mempedulikan kesejahteraan rohani anak­anak dan berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah. Pembinaan rohani anak-anak seharusnya merupakan perhatian utama semua orang-tua (bd. Mzm. 103:13 Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Orang-tua harus mengabdikan din mereka untuk memberi didikan disiplin rohani kepada anak­anak mereka (bd. Ams. 22:15; 13:24; TB Ams. 19:18; 23:13-14; 29:17).[39]

Kata Ibrani untuk "mendidik" berarti "mengabdikan". Jadi, didikan Kristen bertujuan mengabdikan anak-anak kepada Allah dan kehendak-Nya. Ini tercapai dengan memisahkan mereka dari pengaruh-pengaruh jahat dunia dan dengan mengajar mereka berperilaku saleh. Akar kata yang sama juga bisa berarti "memberi atau meningkatkan kegemaran akan"; orang-tua harus mendorong anak‑anak mereka agar mereka sendiri mencari Allah dan dengan demikian dapat menikmati pengalaman-pengalaman rohani yang takkan mereka lupakan.[40]

"Ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu". Prinsip umumnya ialah bahwa seorang anak yang telah dididik dengan benar tidak akan menyimpang dari jalan saleh yang telah diajarkan orang-tuanya. Akan tetapi, hal ini bukan jaminan mutlak bahwa semua anak dari orang-tua yang takut akan Allah akan tetap setia kepada Allah dan finnan-Nya. Ketika hidup di tengah masyarakat jahat di mana banyak umat Allah sendiri tidak setia, maka anak-anak dari orang-tua beriman dapat terpengaruh untuk berbuat dosa dan menyerah kepada pencobaan Yeh. 14:14-20, di mana Allah berbicara tentang kemurtadan yang demikian besar sehingga, bahkan orang benar seperti Nuh, Daniel, dan Ayub tidak dapat menyelamatkan anak mereka).

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya. Jika para orang tua memerhatikan kesejahteraan anak-anak dan menuntun mereka kepada Allah, Allahpun akan sayang kepadanya.

Kalau membaca ayat 7-9, maka didapati bahwa transfer of knowledge di dalam ayat itu melibatkan keseluruhan hidup si pendidik. Ini dapat dibaca dari kalimat, "membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring, dan apabila engkau bangun. Jadi Firman Tuhan itu harus dibicarakan saat di dalam rumah; di luar rumah; ketika hendak tidur; maupun ketika bangun tidur. Jadi dalam sekuruh aktivitas ketika tidak tidur, Firman TUHAN harus senantiasa diajarkan, Jadi, si pendidik sendiri harus menaruh Finnan Allah dalam hati dan jiwanya sendiri, sebelum mengajarkannya kepada peserta didik.[41]

Dan bagian ayat ini, dapat dipahami bahwa perintah untuk mengajarkan Firman Allah dalam Kitab Ulangan ini, melibatkan keseluruhan hidup si pendidik juga, dan menuntut adanya sebuah keteladanan. Si pendidik sendiri, dalam hal ini orangtua, harus hidup dalam Firman Allah. Jadi proses transfer of knowledge yang terjadi sebetulnya bersifat pendidikan, dan tidak hanya bersifat pengajaran kognitif belaka.[42]

Ayat 6, 8. ...perhatikan... mengikatkannya sebagai tanda pada tangamnu dan pada dahimu. Hukum itu ditulis dan dimasukkan ke dalam kotak kecil lalu diikat pada lengan dan dipasang pada dahi.

Suatu perumpamaan yang berkenaan dengan adat-istiadat bangsa lain, agar nama atau lambang suatu dewa nampak terlihat menempel pada tubuh. Sesudah masa pembuangan hal itu mulai diartikan secara harafiah dan orangpun mulailah mengikatkan gulungan-gulungan kulit jang penuh bertulisan. naskah-naskah hukum pada kepalanya serta pada lengannya, begitu pula pada tiang-tiang pintu rumah. Dewasa ini hal serupa itu masih biasa pada banyak orang Yahudi (bdk. Mat. 23:5). Di bawah ini adalah gambar gulungan-gulungan kulit jang penuh bertulisan naskah-naskah hukum yang ditempelkan pada dahi dan tangan.

 

Gambar 2.1

Tanda Filakteria pada Tangan dan Dahi

 

Umat harus menghafal perkataan ini dan menun­jukkannya di depan mum. Sebagai orang Yahudi, mereka menaruh ayat-ayat itu dalam kantung­kantung kulit yang kecil (filakteria). Kantong ini diikatkan pada lengan dan dahi mereka.

Tanda pada tanganmu dan tanda pada dahimu. Dalam tradisi Israel, tanda pada tangan dan dahi ini secara literal dinyatakan dalam bentuk TEFILIN, yaitu kotak kecil berwarna hitam yang dipasang di dahi dan tali yang diikat pada lengan. Tefilin ini dikenakan setiap orang Yahudi berdoa sebagai pengingat akan ayat tersebut.[43]

Gambar 2.2

Tefilin di Kening dan Dahi

 

 

Ini adalah seorang Tentara yang tengah berdoa dengan mengenakan tefilin di kening dan di lengannya

 

 

 

http://www.bing.com/search?q=tefilin%20&pc=cosp&ptag=AEO2CB6176F67469B92F&form=CONMHP&conlogo=CT3210127

 

Orang-orang Yahudi memahami bagian Firman ini secara harafiah. Mereka betul-betul memraktikkan untuk mengikatkan Firman Tuhan pada lengan dan dahi mereka. Dalam upacara agama Yahudi tertentu, ada kotak kecil berisi Firman Tuhan yang diikatkan di dahi mereka. Namun ini tentu bukan yang dimaksudkan Finnan Tuhan disini. Tangan melambangkan kerja, sedangkan dahi melambangkan pikiran. Jadi dalam pikiran dan tindakan/kerjanya, orang Israel harus hidup dalam Firman Tuhan.

Ayat 9. Tiang pintu . . . pintu gerbang. Kata-kata ini mencerminkan kebiasaan arsitektural pada zaman Musa. Untuk pemakaian bahasa kiasan semacam itu lihat Keluaran 13:9, 16. Pelaksanaan harfiah dari berbagai perintah pada 6:8, 9 menjadi mode diantara orang-orang Yahudi yang belakangan dalam bentuk hiasan-hiasan yang dipakai setiap orang (bdg. Mat 23:5) dan mezuzah yang dipasang di atas pintu.[44] Mezuzah: Hingga kini banyak orang Yahudi meneruskan praktik menghafal hukum Taurat dengan menaruh ayat-ayat dalam kotak dan menempelkannya di tiang pintu rumah.[45]

Sedang tanda pada tiang pintu rumah dan pintu gerbang dalam tradisi Israel adalah meletakkan MEZUZAH di kusen bagian kanan pintu. Mezuzah ini adalah tanda pada kusen sebagai pengingat bahwa Tuhan menyelamatkan bangsa Israel dari kematian di Mesir dengan darah anak domba. Oleh karenanya setiap kali penghuni masuk ke rumah, maka ia harus meletakkan tangannya ke mezuzah tersebut dan mengucap doa berkat, mengundang Tuhan hadir ke dalam rumah tersebut. Mezuzah tersebut berisi Firman Tuhan dalam Ulangan 6:4-9 dan 11:13:21.

Di bawah ini adalah mezuzah untuk ditempel pada palang pintu maupun pada pintu.

 

 

 

Gambar 2.3

Mezuzah di Kusen atau palang pintu.

 

Mezuzah di kusen pintu dengan tulisan huruf shin ( שׁ) yang menunjukan el Shaddai yang artinya Tuhan Allah Maha Kuasa

 

 

 

 


http://rayhanmogerz.blogspot.com/2012/03/benda-benda-alat-alat-ibadah.html

Mezuzah di kusen pintu dengan tulisan huruf Shin (w) yang menunjukkan el Shaddai yang artinya Tuhan Allah Maher Kuasa.

Gambar 2.4

Macam Variasi Mezuzah

 

 


Mezuzah adalah sepotong perkamen yg mengandung ayat-ayat do'a yang ditulis dalam bahasa Ibrani. Mezuzah ini digulung dan dilekatkan pada kusen pintu dengan posisi diagoanal. Mezuzah diyakini dapat menangkal roh jahat yg ingin masuk ke dalam rumah. Konon barang siapa yang memasang benda unik tersebut di yakini akan dilindungi sepanjang waktu. Mezuzah kebanyakan digunakan oleh orang Yahudi sebagai sebuah jimat keberuntungan.[46]

Di bawah ini adalah gambar Mezuzah untuk dipasang pada palang pintu dan pada pintu:

Gambar 2.5

Mezuzah di palang pintu dan di pintu

 

 

Mezuzah didepan pintu

Mezuzah dipalang Pintu

                  

Pengingat yang dapat terlihat juga penting dalam perjalanan kita bersama Kristus. Ketika Allah memerintahkan bangsa Israel supaya menyimpan perintah-Nya di dalam hati, Dia juga memberi tahu untuk membuat pengingat yang kelihatan akan firman-Nya: "Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu" (U1 6: 8, 9). Tujuannya bukan untuk menambah dekorasi, tetapi agar terjadi pembebasan rohani: "Maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan Tuhan, yang telah membawa kamu ke mar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan" (ayat l2).

Ayat-ayat yang ditulis di plakat, kartu pengingat, atau kalender dapat membuat fok.us seseorang tertuju kepada Allah sepanjang hari. Pengingat akan Kristus dan firman-Nya yang kelihatan ini akan menguatkan langkah untuk menaati-Nya. Sebagai penerapan sekarang adalah: Tiang pintu rumah dan pintu gerbang adalah pintu hati yang telah dijaga oleh darah anak domba Allah yaitu Tuhan Yesus sendiri yang mengorbankan darah-Nya sebagai penebusan dosa.

Jadi pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 adalah pola mengestafetkan dan menanamkan pengakuan iman (syema Israel), oleh setiap orang tua kepada anak (generasi berikutnya), sampai anak-anak memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas utama dalam kehidupan mereka terus menerus, dan secara berkelanjutan mampu dan komitmen -mengestafetkanya turun temunth, dengan mated pengajaran orang tua: (I) Mengasihi Tuhan dengan segenap hati; (2) Mengasihi Tuhan dengan Segenap jiwa (cara hidup); (3) Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan (dalam perbuatan), dengan cara mengajarkan dan membicarakannya berulang-ulang: saat di dalam rumah; saat di luar rumah (dalam perjalanan); saat beristirahat (berbaring); saat bangun beraktivitas .(bekeda); membuat tanda pengingat di badan anak-anak (pada lengan/pergelangan tangan dan pada dahi); membuat tanda pengingat di bangunan rumah (pada pintu rumah dan pada pintu gerbang). Dari uraian di atas dapat digambarkan sebagai berikut: lihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6

Pola Pengaajaran PAK Iman Kristus Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya.

 

Dari penjelasan dari gambar 2.6 di atas, maka peneliti menyusun tentang Implementasi Pola Pengajaran PAK Iman Kristus Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya.

Berdasarkan gambar 2.6 ini maka kisi-kisinya :

Dimensi D1 mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan

DImensi D2 Mengajarkan secara berulang-ulang

Dimensi D3 Mengajarkan melalui Tanda Pengingat

            D1 Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan terdiri dari tiga indikator: (1) Mengasihi Tuhan dengan segenap hati (D1.1); (2) Mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa (cara hidup) (D1.2); (3) Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan (perbuatan ) (D1.3).

D2 Mengajarkan secara berulang-ulang, terdiri dari empat indikator: (1) Membicarakan berulang-ulang saat di rumah (D2 1); (2) Membicarakan berulang-­ulang saat dalam perjalanan (D2.2); (3) Membicarakan berulang-ulang saat berbaring (D2.3); (4) Membicarakan berulang-ulang saat bangun (bangun beraktivitas) (D2.4);

D3 Mengajarkan Melalui Tanda Pengingat terdiri atas dua indikator: Pertama, di badan: Membuat Tanda Pengingat di tangan dan membuat tanda pengingat di dahi (D3 1); Kedua, di rumah: Membuat tanda pengingat di pintu rumah dan membuat tanda pengingat di pintu gerbang (1)3.2).

 

Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak

Berdasarkan Ulangan 6:4-9

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang indikator dari pengajaran iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6: 4-9, yang terdiri dari: Pertama, mengajarkan tentang mengasihi Tuhan; kedua, mengajarkan secara berulang­ulang; dan ketiga, mengajarkan melalui tanda pengingat, sebagai berikut:

 

Mengajarkan Tentang Mengasihi Tuhan (D1)

Rahasia terakhir dari kecerdasan orang-orang Yahudi yang membuat mereka mampu menguasai pendidikaan, media, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, hiburan, dan sebagainya adalah metode dalam belajar.[47]

Metode mengajar ialah cara atau prosedur dalam mengelola interaksi antara guru (orang tua, pendidik) dan peserta didiknya (anak, pendidik) bagi berlangsungnya peristiwa belajar (mengestafetkan iman Kristen, pen).[48] Menurut Sidjabat, pola mengajar berdasarkan bentuk komunikasi interaksi orang tua dan anak, ada tiga yakni: (1) Pengajaran yang hanya menekankan komunikasi satu arah, yaitu dari pihak orang tua kepada anaknya. (2) Pengajaran yang membangun komunikasi satu arah, yaitu dari anak kepada orang tuanya. (3) Pengajaran yang membangun komunikasi dua arah, yaitu terjadinya relasi dan interaksi dialogis antara orang tua dan anak serta di antara anak lainnya.[49] Berdasarkan keterangan di atas, peneliti memakai tiga istilah pola mengajarkan iman Kristen dari kepala keluarga kepada anak mereka, yakni (1) Pengajaran dari orang tua ke anak; (2) Pengajaran dari anak ke orang tua; (3) Pengajaran interaksi dialog orang tua dan anak.

Wina Sanjaya mengemukakan konsep mengajar sebagai berikut: (1) Mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran, dengan karakteristik: (a) Proses pengajaran berorientasi pada guru/ orang tua (theacher centred); (b) Siswa atau anak sebagai objek belajar; (c) Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu (di kelas dengan jadwal padat); (d) Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran. (2) Mengajar sebagai proses mengatur lingkungan, dengan karakteristik: (a) Mengajar berpusat pada siswa/ anak (student centred); (b) Siswa/ anak sebagai subjek belajar; (c) Proses pembelajaran berlangsung di mana saja; (d) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan.[50] Oleh karena itu pada orang tua perlu terjadi perubahan paradigma mengajar, dari mengajar hanya sebatas menyampaikan materi iman Kristen kepada mengajar sebagai proses menanamkan dan mengestafetkan iman kepada generasi anak. Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan (Di) memiliki tiga indikator yaitu: (1) Mengasihi dengan segenap Hati (2) Mengasihi dengan segenap Jiwa (3) Mengasihi dengan segenap Kekuatan.

 

Mengasihi Tuhan dengan

Segenap Hati

 

Kasih kepada Allah bukanlah sesuatu yang boleh dipilih atau tidak dipilih. Sebaliknya, ia berupa perintah. "Kasih yang membalas kasih Allah kepada umat-Nya, ada kewajiban berbakti kepada-Nya dan menepati perintah-perintah­Nya, (Ul. 6:13; 10:12-13; 11:1, Ul. 30:2). Perintah kasih itu secara langsung tidak disebut lagi dalam Perjanjian Lama, kecuali dalam Ulangan. Tetapi dalam 2 Raja-raja 23:25 dan Hosea 6:6 terdapat keterangan yang senada.[51] Biarpun perintah kasih tidak jadi terungkap, namun rasa kasih kepada Allah meresap ke dalam kitab para nabi, khususnya kitab Hosea, dan ke dalam kitab Mazmur. Dengan mengutip Ulangan 6:5 Yesus berkata bahwa perintah kasih kepada Allah itu adalah perintah utama dalam Matius 22:37. Dalam kasih itu terkandung rasa segan seorang anak kepada bapanya, tetapi di dalamnya tidak ada tempat bagi ketakutan seorang budak terhadap majikannya.

Mengasihi Dengan Segenap Hati lebhabh dipakai dalam Perjanjian Lama untuk menunjukkan organ tubuh (jantung), tetapi terutama mengenai "sumber inti kepribadian" manusia (mengingat bahwa menurut orang 1brani, manusia merupakan suatu kesatuan (badani-rohani). Mengasihi Tuhan "dengan segenap hati" berarti menyerahkan segala proses pemikiran, serta perasaan­perasaan dan keputusan-keputusannya kepada Tuhan, untuk dibentuk dan dituntun, dan dimanfaatkan demi tercapainya kehendak Tuhan.[52]

Yesus pernah memberikan satu penegasan mengenai hal ini. Dikatakannya dalam Matius 12:34-35, "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat." Di dalam perkataan itu, Yesus menggambarkan pentingnya hati sebagai sebuah tempat penyimpanan karena hal itu merupakan hulu dari apa yang ditampilkan oleh seseorang. Para rabi Yahudi memiliki pandangan sependapat dengan hal tersebut. Hati dianggap sebagai pusat moralitas yang memiliki kandungan baik dan jahat. Dalam tulisan para rabi Yahudi, hati adalah sebuah tempat di mana terdapat dua kecenderungan manusia yang saling bertolak belakang dan saling mencari pengaruh di dalam mengatur emosi, pikiran dan tindakan manusia. Maka, untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, mensyaratkan bahwa manusia harus menghadapi segala kejahatan batin, nafsu untuk diri sendiri dan berjuang terus-menerus menekan jiwa itu jika muncul di dalamnya. Artinya jelas, manusia perlu menjaga hatinya agar jangan sampai, muncul hati yang tercemari. Dengan kata lain, kasihi Allah dengan segenap hati haruslah dengan hati yang benar-benar bukan oleh hal-hal cemar seperti diidentifikasikan di atas, tetapi semata-mata kasih. Menurut Henry, mengasihi Allah dengan segenap hati berarti mempersenjatai manusia untuk melawan segala hal jahat yang timbul dalam hati, yang mencoba bersaing dengan posisi Allah di tempat yang terutama.[53] Willard merangkum dalam satu pernyataan dengan mengatakan, mereka yang memiliki hati yang terjaga baik adalah orang-orang yang dipersiapkan dan mampu menanggapi situasi kehidupan dengan cara yang baik dan benar. Kehendak mereka berfungsi sebagaimana seharusnya, untuk memilah hal yang baik dan menghindari hal yang jahat, dan komponen natur mereka yang lain bekerjasama untuk mencapai tujuan itu. Willard, setuju dengan hati yang perlu dijaga, sebab dengan cara itu hati akan menuntun seseorang bertindak dengan benar dan menanggapi setiap persoalan di dalam hidupnya dengan respon yang benar. Demikian juga dalam fungsinya sebagai pusat dari emosi, perasaan, suasana hati dan gairah manusia, hati sangat strategis untuk mengatur dan menggerakkan apapun yang dikeijakan atau ditampilkan oleh seseorang.[54] Emosi membawa pengaruh yang cukup besar di dalam kehidupan seseorang. Amarah misalnya, berasal dan meluap dari dalam hati. Rasul Paulus di dalam salah satu ajarannya kepada jemaat Efesus mengingatkan agar bapa-bapa tidak membangkitkan amarah anak-anaknya. (Ef 6:4). Di dalam tulisan itu, Paulus merujuk hati sebagai tempat amarah. Demikian halnya dengan sukacita. Di dalam Amsal 4:23 dikatakan, "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." Dalam ayat tersebut hati digambarkan sebagai sebuah tempat sukacita seseorang. Terlihat bahwa hati mengandung hal-hal yang bersifat emosional. Selain sukacita dan kemarahan, hati juga mengandung belas kasihan, kesedihan dan sebagainya.

Jadi yang dimaksud dengan mengasihi Allah dengan segenap hati berarti menyerahkan segala proses pemikiran kepada Tuhan; dibentuk demi tercapainya kehendak Tuhan; dimanfaatkan demi tercapainya kehendak Tuhan; dituntun demi tercapainya kehendak Tuhan.

 

Mengasihi Tuhan dengan

Segenap Jiwa (cara hidup)

 

Menurut Caims bahwa kata "jiwa" (lbr. "nefesy") dalam Perjanjian Lama tidak berarti "unsur rohani-abadi" dalam diri manusia yang masih tahan bereksistensi sesudah meninggalkan tubuh (waktu orang merringgal), melainkan berarti "prinsip kehidupan". Dibandingkan dengan "lehhabh" (hati), "nefesy" (jiwa) lebih banyak menunjukkan unsur emosi, perasaan, dan nafsu dalam kepribadian manusia, misalnya: kelaparan (Pkh.6:7; Mikha 7:1); kehausan (Yes.29:8). Mengasihi Tuhan "dengan segenap jiwa" berarti menundukkan serta mengabdikan segala perasaan dan nafsu keinginan kepada kehendak Tuhan, sehingga segenap potensi perasaan manusia menjadi sarana kehendak-Nya.[55]

Jiwa adalah diterjemahkan sebagai nyawa di dalam Markus 8:34-35.78 Menurut catatan Vine, jiwa adalah nafas hidup, sebuah bentuk kehidupan dari manusia (human being) yang tidak kelihatan tetapi di dalamnya terdapat eksistensi kepribadian (personality). Tanpa jiwa maka sebuah makluk dikatakan tidak hidup dan sama dengan binatang. Menurut pendapat Willard, jiwa adalah sebuah istilah dengan dimensi yang terdalam pada eksistensi manusia secara keseluruhan. Willard menyimpulkan, "karena jiwa mencakup dan mengatur manusia secara keseluruhan, seringkali jiwa dianggap sebagai orang itu sendiri. Jiwa merupakan bagian diri yang terdalam yang berkenaan dengan pengoperasian berbagai hal secara keseluruhan.[56] Jelaslah bahwa manusia memiliki jiwa karena melalui jiwa tersebut, manusia memiliki ciri kepribadian, Dalam catatan Unger, jiwa dikatakan merupakan tempat di mana terdapat perasaan kasih sayang, atau penolakan.[57]

Jadi dapat disimpulkan bahwa di dalam jiwa terdapat sejunilah hal yang ikut menentukan kepribadian seseorang. Jika seseorang mengalami jiwa yang rusak, maka kepribadian orang itu akan ikut rusak. Hal yang sebaliknya, jiwa yang sehat akan menggambarkan kepribadian yang sehat. Jiwa yang diserahkan kepada Allah menggambarkan jiwa yang sehat. Dengan demikian cirinya adalah bebas dari tekanan. Pertanyaan pemazmur di dalam Mazmur 42:6 dapat dijadikan bahan rujukkan, "Mengapa engkau tertekan hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku?" Ketertekanan yang dihadapi permazmur tersebut menggambarkan keadaan jiwanya yang kehilangan kemerdekaan karena penolakan yang diterimanya, atau intimidasi atas perbuatan bunk atau karena menghadapi tantangan, pergumulan di dalam jiwanya. Burke menegaskan bahwa jiwa perlu diarahkan pada kehendak Allah. Salah satu syarat utama adalah penundukan din sepenuhnya kepada Allah seperti halnya hati yang hares dijaga, demikian juga dengan jiwa harus diarahkan. Jika tidak, maka jiwa akan menentukan arahnya sendiri di luar kontrol atau dalam istilah Willard dikatakan bebas dari perintah sadar manusia.[58]

Oleh sebab itu, mengasihi Allah dengan segenap jiwa artinya mengarah kan jiwa pada Allah dan bukan yang lain. Rasul Paulus menekankan kepada jemaat di Tesalonika agar mereka benar-benar menjaga dan memelihara jiwa bahkan hingga path kedatangan Yesus. Dikatakannya di dalam I Tesalonika 5:23, "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita." Hal itu tidak akan pernah tercapai jika jiwa tidak terhubung dengan Allah. Kontrol atas jiwa tersebut adalah Allah sendiri. Allah adalah pemilik kehidupan sehingga jiwa harus tunduk dan diserahkan kepada­Nya_ Dalam hal ini, aspek yang terpenting di dalam segenap jiwa adalah menyerahkan jiwa untuk tunduk kepada Allah sepenuhnya.

Jiwa sebagai pusat kehidupan seseorang haruslah berada di dalam kontrol Allah sepenuhnya supaya kehidupan manusia dapat berjalan sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya. Untuk itulah maka manusia perlu berakar kepada Allah agar ketika segala sesuatu di dalam hidup ini berjalan, jiwa memiliki sandaran bukan pada keinginan manusia tetapi pada keinginan Tuhan. Kunci kekuatan bagi jiwa adalah hubungan pribadi dengan Tuhan. Oleh sebab itu, seseorang perlu mempertahankan diri tetap membangun hubungan dengan Tuhan supaya jiwanya selalu berada di dalam pimpinan-Nya.

Jadi yang dimaksud dengan mengasihi Allah dengan segenap jiwa adalah segala usaha menyerahkan hidup kepada Allah dalam segala situasi dengan tetap mempertahankan iman; menundukkan segala perasaan kepada kehendak Tuhan; menyerahkan jiwa pada Allah saja; menyerahkan segenap jiwa untuk tunduk kepada Allah sepenuhnya; jiwa di dalam kontrol Allah agar kehi dupan manusia berjalan sesuai dengan rencana-Nya; mengabdikan segala perasaan kepada kehendak Tuhan.

 

Mengasihi Tuhan dengan

Segenap Kekuatan (perbuatan)

 

Raja Yosia diperkenalkan oleh pengarang Kitab sejarah Deuteronomistis sebagai satu-satunya raja yang hidup sesuai dengan tuntutan Vora' seperti yang diuraikan dalam Ulangan 6:5. Jelaslah dari contoh Yosia itu bahwa mengasihi Tuhan "dengan segenap kekuatan" berarti bertindak sekuat tenaga untuk menegakkan hal-hal yang dituntut oleh ‘tora’serta memberantas hal-hal yang dilarang olehnya.[59] Kata kekuatan yang artinya tenaga secara fisik dan juga energi secara total. Menurut pendapat Culpepper, kekuatan yang dimaksudkan oleh penulis Markus adalah kekuatan yang merujuk pada semua energi manusia dan vitalitasnya, yang dicurahkan untuk mengejar Allah. Ketika seseorang mengasihi Allah dengan segenap kekuatannya, maka hidup orang itu tidak semata-mata dihabiskan untuk mengejar hal-hal material belaka.[60] Banyak orang yang masih memiliki pandangan yang salah selama hidup di dunia ini dengan mencurahkan energi pada hal-hal materi seperti kekayaan. Kekuatan manusia seharusnya di arahkan kepada Allah sebagai pemilik segala kekayaan duniawi. Veith mendukung itu dengan mengatakan, tubuh manusia harus digunakan untuk mengasihi Allah dan bukanlah untuk mengejar hal-hal material di dalam dunia. Culpepper melihat kekuatan dari sisi energi manusia, sedangkan Veith melihat dari sisi fisik secara literal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat dua esensi penting dari frasa segenap kekuatan, yakni mengasihi-Nya secara literal menggunakan tubuh dan mengasihi-Nya menggunakan seluruh energi yang dimiliki oleh manusia yang berdiam di dalam tubuh tersebut_ Keduanya bersinergi melayani Allah. Tubuh yang mengasihi Allah adalah tubuh yang perlu dijaga kekudusannya secara konsisten.

Jadi yang dimaksud dengan mengasihi Allah dengan segenap kekuatan adalah hasil dari sebuah transformasi spiritual menuju keserupaan dengan Kristus, mencakup: bertindak sekuat tenaga untuk menegakkan hal-hal yang dituntut oleh 'tora', serta memberantas hal-hal yang dilarang olehnya, dengan segenap kekuatan (semua energi dan vitalitas manusia) yang dicurahkan untuk mengejar Allah bukan mencurahkan energi pada hal-hal materi seperti kekayaan

Jadi yang dimaksud dengan Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan adalah syema (pengakuan iman) yang intinya mengajarkan agar anak-anak mengasihi Tuhan dengan segenap hati, mengasihi Tuhan dengan cara hidupnya dalam segenap jiwanya, mengasihi Tuhan dengan segenap perbuatannya.

 

Mengajarkan Secara Berulang-ulang (D2)

Menurut Sardiman, pengertian mengajar adalah: "menyampaikan pengetahuan kepada anak didik".[61] Sedangkan menurut Sijabat mengajar adalah upaya untuk mentransfer pengetahuan, pandangan, keyakinan, dogma, dan dokti in atau teologi yang dimilikinya kepada peserta didik.[62] Gulo menulis: mengajar adalah penyampaian informasi kepada peserta didik.[63] Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian mengajar adalah upaya untuk mentransfer pengetahuan, informasi, pandangan, keyakinan, dogma dan doktrin yang dimiliki kepada peserta didik. Menunt pengertian ini berarti tujuan belajar dari siswa itu hanya sekedar ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan. Sebagai konsekuensi pengertian semacam ini dapat membuat suatu kecenderungan anak menjadi pasif, karena hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh gurunya. Sehingga pengajarannya bersifat teacher centered, (Berpusat pada guru) jadi gurulah yang memegang posisi kunci dalam proses belajar-mengajar di kelas. Guru harus memiliki kemampuan mengajar. Guru menyampaikan pengetahuan, agar anak didik mengetahui tentang pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu, pengajaran seperti ini ada juga yang menyebutnya dengan pengajaran yang intelektualistis.

Mengajar berarti mentransfer pengetahuan dari orang dewasa kepada anak-anak. Dalam hal ini orang dewasa yang peneliti maksud adalah orang ma. Orang tua harus mendalami Alkitab dan selanjutnya diajarkan kepada anak-anak mereka. Supaya anak-anak dibekali dengan pengetahuan Alkitab sebagai pedoman hidup mereka. Dengan demikian mereka bukan lagi anak-anak yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran dunia yang menyesatkan.

Mengajar adalah sebagai upaya pengajar/guru untuk mentransfer pengetahuan atau pandangan, keyakinan, dogma, doktrin atau teologia yang dimilikinya kepada anak didiknya. Dengan pengertian ini ada kecenderungan bahwa tugas utama peserta didik ialah menguasai bahan pelajaran, mengetahui, dapat mengungkap ulang, serta memahami pengetahuan tersebut.

Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan harus dilakukan, terutama jika diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh siswa. Oleh karena itu rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana. Dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri.

Menurut Sumiati dan Asra, mengajar adalah: segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar dengan tujuan yang telah dirumuskan.[64] Oleh karena itu upaya apapun dapat dilakukan, asalkan upaya itu disengaja dengan penuh rasa tanggung jawab mengantarkan siswa menuju pencapaian tujuan. Tujuan itu dicapai melalui proses pembelajaran, sedangkan kemungkinan terjadinya proses belajar itu sendiri amat beraneka ragam. Bisa terjadi guru tampil di depan kelas untuk mengajar (langsung), dapat pula menggunakan perangkat pembelajaran.

Rumusan pengertian di atas sejalan dengan pandangan William H. Burton, yang menyatakan bahwa mengajar adalah : "Upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar (Chauhan, 1977:4).[65] Bertitik tolak dari pengertian tadi, Burton memandang bahwa: "Materi pembelajaran hanya sebagai materi perangsang saja. Sedangkan arah yang akan dituju oleh proses belajar adalah tujuan pembelajaran yang diketahui siswa."[66] Dengan metode pembelajaran tertentu proses belajar dapat terbimbing secara lebih baik. Dengan memberikan tugas atau latihan (misalnya), siswa diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu. Media merupakan alat bantu meningkatkan minat belajar siswa. Ini adalah dorongan untuk terjadinya proses belajar lebih jauh lagi. Baik orangtua maupun guru PAK merupakan pemberita Injil harus benar-benar memahami Ulangan 6:4­-9 sebab orang tua dan guru PAK sama-sama dituntut untuk mendidik dan mengajar anak-anaknya (U1 6: 4-9). Jika orang tua dan guru PAK kurang memahami Ulangan 6:4-9, maka orang tua dan guru PAK kurang mengasihi siswa, hal ini disebabkan karena mereka sendiri tidak membaca dan memahami kitab itu sendiri. Itulah sebabnya diperlukan guru PAK dalam keluarga yang aktif, kreatif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran PAK dalam keluarga.[67]

Mengajarkannya Berulang-ulang Kepada Anak adalah salah sate cara utama untuk mengungkapkan kasih kepada Allah (UI 6: 5) yakni memedulikan kesejahteraan rohani anak-anak dalam keluarga dan berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah.[68]

Jadi yang dimaksud dengan Mengajarkan Secara Berulang-ulang adalah kegiatan yang harus dilakukan berulang-ulang dan terus menerus oleh setiap orang tua Kristen untuk mengungkapkan kasih kepada Allah yakni memedulikan kesejahteraan rohani anak-anak dalam keluarga dan berusaha menuntun anak­anak kepada hubungan yang setia dengan Allah, dengan cara mengajarkan dan mengestafetkan iman Kristen, dengan cam yang menyenangkan anak-anak (berpusat pada anak), sampai anak-anak bertobat menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamatnya secara pribadi, memahami Allah yang menyertai hidup mereka, melayani Allah, memuliakan Allah, memberitakan kebesaran Allah dan hidup mereka berpusat kepada Allah. Adapun contoh materi pelajaran yang selalu harus diajarkan berulang-ulang kepada anak, antara lain, bahwa: Yesus adalah Tuhan, Alkitab adalah firman Allah, Allah itu Roh, Allah itu Kasih, Roh Kudus adalah Tuhan, hukum utama yang pertama adalah mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatan, hukum kedua yang sama dengan hukum pertama adalah mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri. Yesus mati disalib untuk menebus orang percaya. Barang siapa percaya kepada Yesus, ia memperoleh hidup kekal. Orang percaya harus bersaksi bahwa Yesus adalah Juru Selamat manusia, dan sebagainya.

 

Saat di Rumah

Rumah merupakan tempat berteduh anggota keluarga yang terdiri dari Ayah (suami), Ibu (istri), dan Anak-anak. Sebagian arti kata Ibrani untuk suami adalah: menguasai, memerintah. Kata ini juga dapat diterjemahkan sebagai "tuan rumah". Sebagaimana kepala keluarga, sang suami bertanggung jawab atas kesejahteraan keluarganya.[69] Ibu (istri), dalam pernikahan, wanita diharapkan untuk tunduk kepada pasangannya. Tanggung jawab istri ialah menjadi "penolong" suaminya (Kej 2:18), yang berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umumnya (Ams 31:12). Tanggung jawab utamanya adalah rumah tangga dan anak-anak, tetapi adakalanya tanggung jawab itu meluas sampai ke pasar dan bidang-bidang lain yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarganya (bdg Ams 31:16, 24).[70] Pada zaman Alkitab, anak laki-laki harus menyokong orang tua mereka bila orang tua mereka menjadi tua dan kemudian memberikan pemakaman yang semestinya. Karena alasan ini, sepasang suami istri selalu mengharapkan akan dikarunia banyak anak laki-laki. Anak laki-laki yang sulung mempunyai tempat terhormat yang amat istimewa di dalam keluarga. Anak sulung diharapkan menjadi kepala keluarga berikutnya. Sepanjang hidupnya, ia diharapkan akan mengambil tanggung jawab lebih besar atas perbuatannya sendiri dan perbuatan adik-adiknya.[71] Dahulu kala anak perempuan tidak begitu dihargai seperti anak laki-laki. Ada ayah yang menganggap anak perempuannya sebagai pembuat susah. Lain halnya orang Ibrani memperlakukan anak perempuan mereka lebih manusiawi daripada beberapa kebudayaan lain di sekeliling mereka. Orang Romawi benar-benar membiarkan anak perempuan yang baru lahir tidak terlindung dari cuaca, dengan berharap supaya ia lekas mati. Tetapi orang Ibrani percaya bahwa semua anak laki-laki atau perempuan berasal dari Allah. Karena itu mereka takkan pernah berpikir untuk membunuh salah seorang bayi mereka.[72]

Menurut Dr. Kenneth Chafin dalam bukunya Is There a Family in the House? Yang dikutip oleh Paulus Lilik Kristianto memberi gambaran tentang maksud keluarga dalam lima identifikasi yaitu:

1.        Keluarga merupakan tempat untuk bertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi, hubungan sosial, kasih dan rohani.

2.        Keluarga merupakan pusat pengembangan semua aktivitas.

3.        Keluarga merupakan tempat yang aman untuk berteduh saat ada badai kehidupan.

4.        Keluarga merupakan tempat untuk mentransfer nilai-nilai, laboratorium hidup bagi setiap anggota keluarga dan sating belajar hal yang baik.

5.        Keluarga merupakan tempat munculnya pennasalahan dan penyelesaiannya. [73]

 

Lembaga masyarakat yang paling kecil tetapi paling penting adalah keluarga. Di dalamnya terdapat anak-anak yang dipersiapkan untuk bertumbuh. Kristianto menjelaskan bahwa: "Keluarga pertama yang diciptakan Allah adalah keluarga Adam dan Hawa (Kej 1:27-28). Kemudian keluarga Nub, Abraham, keluarga Ishak, dan Yakub menumnkan bangsa Israel. Mukjizat pertama Tuhan Yesus adalah mengubah air menjadi anggur di desa Kana. Mukjizat ini menunjukkan perintah-Nya kepada keluarga (Yoh 2:11). Allah pertama kali membentuk keluarga Adam dan Hawa dan memberkatinya (Kej 1: 27-28).[74]

Demikian Allah menghendaki agar setiap orang tua mendidik anak-anak mereka untuk mengenal Allah dengan baik melalui pendidikan dalam keluarga (Ul 6:4-9). Alkitab menyatakan bahwa keluarga terbentuk apabila seorang laki­laki meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, maka keduanya menjadi satu daging dan mereka dipersatukan Allah dan tidak boleh diceraikan oleh manusia (Mat 19:5-6).

Pengajaran agama dimulai dalam keluarga Umat Yahudi pada umumnya dan setiap keluarga pada khususnya ditugaskan untuk menyampaikan kekayaan iman bangsa pilihan Allah ini kepada generasi baru. Lilik Kristianto menjelaskan bahwa: "Pusat pendidikan agama terletak pada keluarga, terutama ayah yang bertanggungjawab dalam pendidikan agama kepada keluarganya".[75]

Inilah dasar Alkitab untuk pengajaran pendidikan agama Kristen dalam keluarga "Dengarlah, hal orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu Esa! Kasihilah TUHAN, Allahinu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu". Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, harusnya engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu (ay.7a), apabila engkau sedang dalam perjalanan (ay.7b), apabila engkau berbaring (ay.7c) dan apabila engkau bangun (ay.7d). Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada lenganmu dan haruslah engkau menuliskan nya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu" (Ul. 6:4-9).

Salah satu dosa terbesar dari umat Allah dalam Perjanjian Lama adalah kegagalan para bapa untuk mengasihi anak-anak laki-laki dan perempuannya dengan secukupnya untuk mengajarkan jalan dan perintah Allah. Ini merupakan suatu pernyataan yang jelas bahwa salah satu sasaran kunci dari Injil adalah meneguhkan kembali kehendak Allah untuk keluarga dengan suatu hubungan yang tepat antara bapa dengan anak mereka. Melalui pemberitaan tentang pertobatan dan ketuhanan Kristus, bapa-bapa akan mengabdikan diri pada anaknya dalam suatu sikap kebenaran. Jika gereja inasa kini gagal untuk menjadi apa yang Allah inginkan, mungkin salah satu faktomya adalah karena hati bapa­bapa sekali lagi telah mengabaikan anaknya karena lalai untuk mengasihi mereka, untuk meluangkan waktu bersama-sama mereka, dan tmtuk mengajarkan Finnan Allah dan standar kebenaran kepada mereka. Sebagai akibatnya, anak-anak akan menolak jalan Allah (Mal 4:6).[76]

Jadi yang dimaksud dengan Membicarakan Berulang-ulang Saat di Rumah adalah pelaksanaan atas kehendak Allah, di mana Allah menghendaki agar setiap orang tua mendidik anak-anak mereka secara berulang-ulang, agar anak-anak mengenal Allah dengan baik, melalui pendidikan iman Kristen dalam keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat (yang terdiri dari Bapak, anak). Agar anak-anak mampu menerima estafet iman Kristen nya dan mempraktekkan Firman Allah sebagai wujud nyata iman mereka kepada Allah yang sudah membawa mereka keluar dari kuasa dosa.

 

Saat di Luar Rumah (dalam Perjalanan)

Pengajaran PAK dalam keluarga dilakukan baik saat berada di dalam rumah ataupun saat berada di luar rumah, setiap orang tua harus memanfaatkan tiap kesempatan untuk mengulangi atau mengecek pemahaman anak-anak tentang iman Kristen yang sudah ditanamkannya, agar setiap orang tua tahu pasti sejauh mana mereka sudah berhasil mengestafetkan teladan iman mereka kepada anak-­anak, misalnya pada saat dalam di perjalanan.

Seperti Yesus berkata kepada muridnya, "Alam telah memberikan suatu teladan kepada kamu" (Yoh 13:15), demikian juga setiap orang tua menjadi teladan bagi anak-anaknya. Sehubungan hal ini Bruce Milne menjelaskan bahwa: "Seluruh kehidupan Tuhan Yesus yang dilukiskan dalam kitab-kitab Injil merupakan teladan untuk orang percaya. Orang percaya harus menjadi seperti Dia dalam memberi perhatian talus ikhlas untuk memuliakan nama Bapa (Yoh 8:49­50; Mrk 1:35), kepatuhan tak terputus-putus (Yoh 8:29), perhatian terhadap kebutuhan manusia (Mat 1:38)".[77]

Seorang pengajar PAK dalam keluarga harus dapat memperlihatkan kasih Kristen kepada para murid yang diajarnya. Rasul Yohanes mengingatkan perintah Kristus, "Inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita" (1Yoh. 3:23). Lilik Kristianto menjelaskan bahwa "Kasih adalah salah satu buah Roh sehingga orang percaya harus bergantung pada Roh Kudus (Gal. 5:22).[78]

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengajaran PAK di perjalananpun kita harus tetap menerapkan kasih terhadap Tuhan dan kasih terhadap sesama manusia.

Jadi yang dimaksud dengan Membicarakan Berulang-ulang Saat di Luar Rumah (dalam Perjalanan) adalah peragaan kasih Kristen dan pemberian perhatian yang talus ikhlas dari orang tua (sebagai pengajar PAK dalam keluarga) secara berulang-ulang tak berkeputusan kepada anak-anaknya saat berada di luar rumah, agar anak-anak: -memuliakan nama Bapa (Yoh 8:49-50; Mrk 1:35), memiliki kepatuhan tak terputus-putus (Yoh 8: 29), -memiliki perhatian terhadap kebutuhan manusia (Mrk 1:38).

 

Saat Berbaring (istirahat)

Pengajaran PAK oleh orang tua kepada anak-anak di saat berbaring dapat dilakukan saat orang tua membaringkan anak di pembaringan. Rasul Paulus menyatakan dengan jelas, "Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu" (Kol. 3:16; bd. 2Tim. 3:15-17). Hal ini hanya dapat dicapai dengan terus-menerus mempelajari Alkitab hari lepas hari (Man. 119:97­100; Yoh. 8: 31-32); salah satu cara ialah membaca seluruh Perjanjian Baru dua kali setiap tahun dan Perjanjian Lama satu kali (bd. Yes. 29:13)[79] Orang Kristen mengawali kehidupan baru mereka dengan dilahirkan kembali "oleh firman kebenaran" (Yak. 1:18); Hidup baru di dalam Kristus menuntut bahwa kita membuang semua kotoran moral yang melukai hati.[80]

W.R.F. Browning mengatakan: (1) Pada Perjanjian Lama: orang pada umumnya tidak melakukan perjalanan jauh, kecuali para pedagang dan prajurit. Perjalanan lewat laut tidak disukai orang Israel dan jalan-jalan umumnya hanya jalan yang terbentuk karena diinjak-injak hewan dan pejalan kaki. Orang Mesir mempunyai kereta (ditarik lembu?, Kej. 46:5). Kuda tersedia bagi tentara (2 Raj 18:23) dan keledai dan unta bagi sipil. (2) Perjanjian Baru: Sekitar abad pertama pemerintah Romawi mengubah kesempatan perjalanan. Perompak dibersihkan dari laut, dan jalan-jalan utama dibangun untuk menghubungkan kota-kota penting. Itu sebabnya Paulus dapat merencanakan perjalanan-perjalanannya dengan baik (Rm. 15:24); juga ziarah-ziarah ke Yerusalem dapat dilakukan pejalan kaki (Luk. 2:41 dst). Jalan-jalan Romawi itu diratakan dan diberi tonggak jalan yang mencatat jarak jalan (suatu hal yang tak terduga bagi para alili purbakala).[81]

Mengulangi materi pelajaran iman Kristen oleh orang tua kepada anak­anak saat istirahat atau saat berbaring merupakan: (1) Pengarahan rohani yang berpusat di rumah, dan melibatkan ayah dan ibu. Pengabdian kepada Allah di dalam rumah tangga wajib dilakukan; hal itu adalah perintah langsung dari Tuhan (U1 6:7-9; bd. Ul 21:18; Kel 20:12; Im 20:9; Ams 1:8; 6:20; 2Tim 1:5); (2) Tujuan dari pengarahan oleh orang-tua ialah mengajar anak-anak untuk takut akan Tuhan, berjalan pada jalan-Nya, mengasihi dan menghargai Dia, serta melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa (U1 10:12; Ef 6:4); (3) Orang percaya harus dengan tekun memberikan kepada anak-anaknya pendidikan yang berpusatkan Allah di mana segala sesuatu dihubungkan dengan Allah dan jalan-jalan-Nya (U1 4:9; 11: 19; 32:46; Kej 18:19; Kel 10:2; 12:26-27; 13:14-16; Yes 38:19).[82]

Pada hari-hari terakhir orang percaya harus siap menghadapi banjir kejahatan (2Tim 3:3) Ayat ini oleh Sang rasul menubuatkan bahwa Iblis akan menyebabkan kerusakan besar atas keluarga. Anak akan melawan orang-tua (2 Tim 3:2), laki-laki dan wanita akan "tanpa kasih" (Yun. astorgoi). Kata ini dapat berarti "tanpa kasih keluarga" dan menunjuk kepada kekurangan perasaan lemah lembut dan kasih yang lazim, seperti dipertunjukkan oleh seorang ibu yang tidak mengasihi anaknya, atau membunuh bayinya, seorang ayah yang mengabaikan keluarga, atau anak yang tidak memelihara orang-tuanya yang lanjut usia.[83]

Jadi yang dimaksud dengan Membicarakan Berulang-ulang Saat di Rumah adalah pelaksanaan etas kehendak Allah, di mama Allah menghendaki agar setiap orang tua mendidik anak-anak mereka secara berulang-ulang agar anak-anak mengenal Allah dengan baik, melalui pendidikan iman Kristen (PAK) dalam keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat (yang terdiri dari. Bapak, lbu, anak). Agar anak-anak mampu menerima estafet iman Kristen nya dan mempraktekkan Firman Allah sebagai wujud nyata iman mereka kepada Allah yang sudah membawa mereka keluar dari kuasa dosa.

 

Saat Bangun (Beraktivitas)

Pengajaran PAK di saat bangun tidur dapat dilakukan melalui Kebaktian Keluarga dan Saat Teduh. Ada dua hal penting yang seharusnya dilakukan dalam keluarga agar keluarga tersebut dapat tumbuh secara rohani menuju kepada kedewasaan penuh, yaitu: kebaktian keluarga dan saat teduh.

Paulus Lilik Kristianto menjelaskan bahwa: "Kebaktian keluarga dilaksanakan secara bersama oleh seluruh anggota keluarga dan seisi rumah.[84] Dalam kebaktian keluarga dilibatkan semua anggota keluarga. Misalnya, ayah menyampaikan Firman Tuhan, ibu memimpin acara, anak-anak sebagai pemimpin pujian. Kemudian, dilakukan secara bergantian. Kebaktian keluarga dapat diadakan pada malam hari sehingga semua anggota keluarga dapat mengikutinya. Bila memungkinkan dapat diadakan setiap hari atau dua hari sekali dengan waktu.

 

Mengajarkan Melalui Tanda Pengingat (D3).

Tradisi bangsa Israel berawal pada Pesakh, yaitu keluarnya mereka dari perbudakan yang ditandai dengan korban domba yang disembelih, kemudian dagingnya dimakan dan darahnya dioles di kusen pintu (Keluaran 12:5-15). Maut melewati (Pesakh bahasa InggrisPassover) seisi rumah yang ada tanda darah itu, serta Tuhan Allah masuk dan makan bersama mereka.

Ini diulang kembali di dalam Ulangan 6:6-9. Selain perintah Allah haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.

Haruslah juga mengajarkan melalui tanda pengingat, yang terdiri atas dua indikator, yaitu Membuat Tanda Pengingat di Badan dan di rumah.

 

Membuat Tanda Pengingat di Badan

Ada sembilan pemakaian arti `tanda.' dalam Ensiklopedi Alkitab, yakni:

1.        'ot ialah sesuatu tanda untuk menyampaikan pesan istimewa, misalnya sunat (Kej 17:11), matahari dan bulan (Kej 1:14), pelangi (Kej 9:12), ot juga sebagai tanda yang disebut oleh Nabi-nabi adalah jaminan dari nubuat mereka, misal kematian anak-anak Eli (1 Sam 2:34), seorang perempuan muda yang mengandung (Yes 7:11).

2.        Tanda Kain, yang mendasari pemakaian 'ot ialah pemildran tentang jaminan kebaikan (Mzm 86:17), atau perjanjian (Kej 9:12). Jadi tanda yang diterima Kain ialah tanda perlindungan Yahweh, yang akan melindunginya dari pembalasan.

3.        Tanda pada kulit (lm 19:28; Ibr qa `qa) barangkali semacam rajah, dilarang dilakukan oleh bangsa Israel, karena merajah badan berkaitan dengan kepercayaan kafir.

4.        Tanda di dahi orang adil benar berbentuk huruf T (Ibrani taw). Mereka dibebaskan dari hukuman karena perlindungan Yahweh.

5.        Jika dipakai ungkapan `tanda-tanda ajaib' maka maksudnya ialah karya Allah, atau bukti kehadiran-Nya yang aktif di tengah-tengah umat-Nya. Tulah-tulah yang menimpa. Mesir disebut tanda (Kej 4:28; 7:3; 8:23). Peristiwa Keluaran pada dirinya dan kejadian-kejadian yang menyertainya, merupakan contoh khas dari tanda dan mujizat (U1 4:34; 6:22; 7:19). Bangsa Israel diberi kepastian, jika Allah menyatakan diri-Nya kembali maka penyataan-Nya itu akan disertai tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang menandakan kedatangan­Nya (Y12:30).

6.        Tanda milik Yesus (stigmata, Gal 6:17) mengacu kepada rajah atau tanda bakar, yang dibuat para pemilik budak menjadi tanda budak mereka. Paulus bangga bahwa mereka menjadi budak Kristus, dan ia membanggakan tanda ini, yang diterimanya dalam perkembangan upayanya melayankan Injil (2 Kor 11:23-27). Ada pendapat bahwa tanda-tanda itu adalah luka-luka Yesus sendiri, yang dapat diterima juga oleh orang Kristen. Nampaknya bukan demikian maksud Paulus dalam ayat ini.[85]

7.        Tanda binatang (Yunani kharagma) dalam Wahyu 13:16 adalah tanda dari pengikut antikristus, jelmaan dari dosa murtad. Di sini terdapat pemikiran yang sama dengan Yehezkiel pasal 9 (lih 4 di atas), tapi tanda 'yang jahat'. bukan yang baik.

8.        Kata Yunani se'meion mengandung pengertian yang sama dengan kata Ibrani 'ot se melon, bisa sebagai tanda yang diberikan Allah menandai pekerj aan­Nya (mis Rm 4:11; Mat 24:3). Orang banyak mengharapkan orang yang menyatakan dirinya utusan Allah melakukan tanda-tanda dengan kuasa. Yesus sering diminta melakukan tanda-tanda seperti itu (Mat 12:38 dab), dan Yesus menolaknya. Dalam Kitab Yohanes mujizat-mujizat Yesus disebut se'meia, yaitu tindakan dengan maksud tertentu., yang membuktikan kekuasaan Allah hadir dan ber jaya di dunia ini (Yoh 2:11; 4:54; 12:18) Dalam gereja perdana terjadi tanda-tanda, yang mensahihkan kuasa Injil (Kis 2:43; 4:30; 2 Kor 12:12). Tanda-tanda dahsyat akan mendahului penghakiman terakhir atas dunia ini (Luk 21:1 1, 2 5).

9.        Jaminan atau tanda yang mengingatkan, misalnya pelangi (Kej 9: 12), permohonan Rahab (Yos 2: 12), beberapa batu dari Sungai Yordan (Yos 4: 6).[86]

 

Membuat Tanda Pengingat di Tangan.

Salah satu ujud Membuat Tanda Pengingat di Badan adalah membuat tanda pengingat di tangan. Haruslah juga engkau mengikatkannya. Orang Yahudi pada abad yang lebih kemudian menafsirkan hal ini secara harafiah dengan memasukkan bagian-bagian hukum tertulis ke dalam kotak-kotak kecil yang diikatkan pada tangan dan dahi mereka (band. Mat 23:5).[87]

Baik dalam Perjanjian Lama, maupun Perjanjian Baru terdapat banyak sekali penggunaan kata `tangan'. Kata ini berkenaan dengan kuasa Allah (mis Kel 14:27), atau pemeliharaan Allah (Mat 4:6) atau kelaliman (Yer 22:3) Arah ditunjukkan dengan tangan kanan (untuk selatan atau tangan kiri untuk utara). Sebelah kanan adalah tempat duduk tamu terhormat (1 Raja2 2:19) atau untuk anak di samping Bapa-Nya (Ibr 1:3) Dalam ikonografi Kristen tangan yang muncul dari awan sering digunakan untuk melambangkan Allah Bapa. Tangan Kanan. Tangan kanan Tuhan dalam Perjanjian Lama menyatakan kuasa yang menyelamatkan. Raja Israel dikatakan ada di kanan Allah pada waktu dinobatkan (Maz 110). Pengangkatan Yesus di sebelah kanan Allah (Ibr 1:3) menyatakan bahwa perintis keselamatan (Ibr 2:10) itu mempunyai kuasa penuh: Allah memerintah dan menghakimi oleh Yesus.[88]

Tangan (Ibrani yad dan kaf, Yunani kheir). Kedua kata Ibrani itu dihubungkan dengan arti dasarnya "lembah" atau" telapak", yang berasal dad akar kata yang berarti lekukan atau belokan. Dalam Alkitab Indonesia "tangan" sering dipakai apabila bahasa Ibrani asli dipakai ze 'roa harfiah lengan (ump Kel 15:16; Yes 40:11; 52:10), karena tangan mempunyai arti yang lebih luas yang bisa diterapkan pada keseluruh anggota badan itu, sedangkan yad, kaf hanya menunjuk pada bagian bawah dan .... pada bagian atas.[89] Dalam petnikiran Ibrani, seperti umumnya bagian anggota badan lainnya tangan pun nampaknya mempunyai fungsi otonom (1 Sam 24:11; ). Sebagaimana lengan, demikian juga tangan (khususnya tangan kanan) digunakan sebagai symbol kekuasaan dan kekuatan. Namun demikian tangan mempunyai arti kiasan yang lebih dalam daripada lengan. Lihat umpama dalam kitab Yosua 8:20 di sini yad diterjemahkan ‘kuasa’

Ada beberapa ungkapan umum dalam mana tangan dipakai sebagai symbol kuasa, ump, terlepas dari ataupun ada di dalam "tangan musuh" (Maz 31:15; Mrk 14:41). Sebaliknya, jatulmya tangan melambangkan kelemahan atau ketidakmampuan untuk mengatasi, sedangkan dengan menguatkan tangan berarti menolong (Yes 35:3; Hak 9:24). Orang kidal diperhatikan dengan khusus (Hak 3:15).[90]

Pada lenganmu ... pada dahimu: Hukum itu ditulis dan dimasukkan ke dalam kotak kecil lalu diikat pada lengan dan dipasang pada dahi.

Suatu perumpamaan yang berkenaan dengan adat-istiadat bangsa lain, agar supaya nama atau lambang suatu dewa nampak terlihat menempel pada tubuh. Sesudah masa pembuangan hal itu mulai diartikan secara harafiah dan orangpun mulailah mengikatkan gulungan-gulungan kulit yang penuh bertulisan naskah-naskah hukum pada kepalanya serta pada lengannya, begitu pula pada tiang-tiang pinto rumah. Dewasa ini hal serupa itu masih biasa pada banyak orang-orang Yahudi (bdk. Mat 23:5).

Jadi yang dimaksud dengan Membuat Tanda Pengingat di Tangan adalah setiap orang tua membuat 'tanda' pada tangan kanan anak mereka, untuk mengingatkan kepada anak itu dan setiap orang yang bertemu dengan anak itu, bahwa anak itu adalah milik Tuhan (stigmata, Gal 6:17).

 

Membuat Tanda Pengingat di Dahi.

Itulah ujud kedua dari membuat tanda pengingat di badan. Sebuah kantong kecil berisi Kitab Suci Perjanjian Lama dikenakan di dahi pria Ibrani (Kel 13:9, 16; Ul 6:8) dan dalam penglihatan Yehezkiel mengenai masa depan (Yell 9:4) orang-orang benar akan diberi tanda didahinya dengan huruf taw (tanda silang X, dalam tulisan Kanaan kuno). Demikian juga dalam Wahyu 7:3, meterai Allah ditempatkan di dahi hamba-hamba-Nya. Gereja perdana mengambil taw itu sebagai lambang yang tepat bagi salib Yesus, dan menjadi lambang khas Kristen. Dahi dapat juga digunakan untuk menandakan sifat keras kepala (Yes 48:4; Yeh 3:7).[91] Taw huruf terakhir dari abjad Ibrani, dan dituliskan sebagai X dalam tulisan Kanaan (Yeh 9:4 Firman TUHAN kepadanya: "Berjalanlah dari tengah­tengah kota, yaitu Yerusalem dan tulislah huruf T pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena segala perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan di sana"). Ini adalah tanda dari orang-orang yang ditebus dalam Wahyu 7: 3-4 (katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!") dan dengan demikian menjadi symbol khusus dalam kekristenan.[92]

Dahi (Ibrani mesyakh, Yunani            metopon, harfiah diantara mata)

Penampilan dari (air muka) dapat menunjukkan sikap melawan, menentang, atau berontak (band Yer 3:3). Yes 48:4; Yeh 3:8-9, Bahasa Indonesia menyebut kepala batu, harfiah `dahi yang keras'. Di dahi orang diberi tanda (Kel 28:38); Yeb 9:4; Why 7:3; 13:16), Yehezkiel mencatat tanda itu dengan tinta (ditulis), dalam Kitab Wahyu dimeteraikan, dalam Kitab Keluaran disebut patam. Pada dahi dilekatkan `tali sembahyang'.[93]

Ulangan 6:4-9 sering disebut sebagai syema yitsrael, suatu panggilan bagi Israel untuk mendengar firman Tuhan, antara lain dengan membuat tanda pengingat di dahi orang Israel. Ayat-ayat ini memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan iman orang Israel. Mereka melafalkan syema tiga kali dalam sehari, dan tidak ada penyembahan pada Hari Sabat di rumah ibadah tanpa melafalkannya. Syema ini merupakan pengakuan iman monoteisme Israel yang paling mendasar. Isinya memberikan penegasan bahwa Allah secara total berbeda dengan yang lain. Ia menyatakan diri- Nya kepada Israel dan dapat dipercaya karena Ia tidak berubah.

Melalui syema Israel diajar untuk memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas utama. Seluruh aspek kehidupan Israel didasari oleh hubungan cintanya dengan Tuhan. Di dalam cinta ini terkandung komitmen dan kesetiaan yang menyeluruh dan total. Syeina ini: (1) harus tertanam dalam hati orang Israel (U1 6:6); (2) harus tertanam dalam hati anak-anak Israel (Ul 6:7); (3) hares menjadi bagian hidup sehari-hari mereka (U1 6:7); (4) harus menjadi identitas pribadi mereka (UI 6:8); dan (5) menjadi identitas keluarga serta masyarakat Israel (UI 6:9). Tidak ada satu bagian pun dalam kehidupan orang Israel yang terlepas dari relasi mereka yang penuh kasih kepada Tuhan.

Apa yang diminta Tuhan bagi umat-Nya dan hamba-Nya bukanlah kecakapan untuk memimpin, berorganisasi, berkhotbah, bernyanyi, atau apapun yang lain, melainkan hati yang mengasihi Tuhan (Yoh 21:15-19). Tanpa kasih kepada Tuhan, pelayanan dapat menjadi jerat bagi pelayan. Hal itu menyedihkan hati Tuhan. Seluruh pelayanan, tanpa dilandasi oleh kasih kepada Tuhan, tidak akan berarti apa-apa di hadapan Tuhan (Why 2:1-5).

Sehingga perlu direnungkan oleh setiap pelayan: Apakah yang menyukakan hati Allah juga keinginan terdalam dari pelayan? Apakah dalam setiap aspek hidup, cinta pada Tuhan termanifestasikan melalui ketaatan dan komitmen pelayan?[94]

Jadi yang dimaksud dengan membuat tanda pengingat di dahi ialah tanda komitmen untuk memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas utama, yang dikenakan di dahi pria Ibrani sebagai tanda dari orang-orang yang ditebus Tuhan, sebagai suatu tanda panggilan bagi Israel untuk mendengar firman Tuhan, sebagai tanda pengingat di dahi orang Israel agar mereka melafalkan syema tiga kali dalam sehari, dan tidak ada penyembahan pada Hari Sabat di rumah ibadah tanpa melafalkannya.

Jadi yang dimaksud dengan Membuat Tanda Pengingat Materi Pengajaran di Badan ialah tanda komitmen orang Israel untuk bersekutu dengan Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup mereka, yang dinyatakan dengan tanda pengingat syema Israel dengan cam mentuliskan di dahi (antara kedua mata) setiap anak mereka dan pada tangan setiap anak orang Israel untuk menyatakan bahwa mereka adalah milik Tuhan.

 

Membuat Tanda Pengingat di Rumah

Ada dua bagian yang termasuk membuat tanda pengingat di rumah yaitu membuat tanda di pintu rumah dan di pintu gerbang. Tanda pada tiang pintu rumah dan pintu gerbang dalam tradisi Israel adalah meletakkan MEZUZAH di kusen bagian kanan pintu. Mezuzah ini adalah tanda pada kusen sebagai pengingat bahwa Tuhan menyelamatkan bangsa Israel dari kematian di Mesir dengan darah anak domba. Oleh karenanya setiap kali penghuni masuk ke rumah, maka ia harus meletakkan tangannya ke mezuzah tersebut dan mengucap doa berkat, mengundang Tuhan hadir ke dalam rumah tersebut. Mezuzah tersebut berisi Firman Tuhan dalam -Mangan 6:4-9 dan 11:13:21.

Salah satu ujud Membuat Tanda Pengingat di Rumah adalah membuat tanda pengingat di pintu rumah.

 

Membuat Tanda Pengingat di Pintu Rumah

Haruslah engkau menuliskannya. Menulis adalah salah satu kesenian manusia yang paling tua. Pada zaman Musa ada bermacam-macam bahan yang dipakai untuk tujuan komunikasi, di mana para juru tulis dituntut kepandaiannya. Menulis pasti merupakan bagian dari pendidikan umum Musa di Mesir (band Kis 7:22).[95]

Untuk sebagian besar sejarah orang Ibrani, sejak tinggal di Kanaan (abad ke -13 dan ke -12 sM) hingga abad ke-6 M, semua rumah tinggal memiliki ukuran dan bentuk yang sama, yaitu terdiri dari dua rang di atas dan dua ruang di bawah, dengan atap balok-balok kayu yang diisi dengan lumpur kering dan semak belukar. Hewan-hewan mungkin ditempatkan di bagian yang lebih rendah (1 Sam 28:24). Rumah baru harus diberi pagar sebagai pengaman (UI 22:8). Pada abad ke 8 sM, seperti disaksikan oleh para nabi, orang-orang kaya memperluas rumah mereka dan cenderung mendesak orang-orang miskin ke wilayah yang terpisah. Pada era Perjanjian Baru rumah-rumah orang kaya di Palestina meniru rumah di kota-kota Helenistik, dilengkapi dengan persediaan airnya sendiri. Istana Herodes begitu mewah dan nyaman, di lengkapi dengan kolam renang dan ventilasi. Rumah-rumah orang miskin memiliki atap yang mudah dikoyakkan (Mrk 2:4) jelas bahwa masih dibuat dari anyaman jerami dan ranting-ranting. Namun untuk lingkungan Lukas yang lebih canggih, penginjil mengubah konstruksi atap Markus yang sederhana itu menjadi genting (Luk 5:19) agar lebih dapat dimengerti oleh para pembacanya.

Dalam Alkitab rumah juga digunakan untuk menyatakan keluarga atau suku (Bil 1:2; 2 Sam 7:4-11) menggunakan rumah dengan makna ganda, sebagai bangunan dan sebagai dinasti untuk keluarga. Rumah Allah (Mrk 2:26) atau rumah doa (Mrk 11:17) merupakan tempat untuk beribadah. Namun, dalam Ibrani 3:3-6 persekutuan Kristen disebut sebagai rumah Allah.[96]

Jadi yang dimaksud dengan Menulis Tanda Pengingat Di Pintu Rumah ialah kebiasaan (keharusan) membuat tulisan di pintu rumah setiap orang Israel dengan tujuan komunikasi dan sebagai alat pendidikan untuk mengingatkan setiap orang (anggota keluarga khususnya) yang keluar masuk melalui pintu rumah itu (bahwa rumah itu bermakna sebagai rumah doa) bahwa mereka adalah umat pilihan dan tebusan Alah yang berkomitmen untuk tetap setia mengasihi Tuhan dengan segenap hati, kekuatan dan jiwa mereka dalam perkataan dan tingkah laku.

 

Membuat Tanda Pengingat di Pintu Gerbang.

Pintu gerbang domba, berada di sebelah utara Bait Allah di Yerusalem, dibangun sesudah pembuangan (Neh 3:1). Barangkali merupakan jalan terbaik ke kota bagi domba-domba yang digiring untuk dikorbankan. Gerbang ini agaknya terletak dekat kolam Betesda (Yoh 5:2) tetapi naskah Yunaninya tidak pasti (kata pintu gerbang tidak ada dalam bahasa Yunaninya.[97]

Tiang pintu-pintu gerbang. Kata-kata ini mencerminkan kebiasaan arsitektural pada zaman Musa. Untuk pemakaian bahasa kiasan semacam itu lihat Keluaran 13: 9,16 (Hal itu bagimu harus menjadi tanda pada tanganmu dan menjadi peringatan di dahimu, supaya hukum TUHAN ada di bibirmu; sebab dengan tangan yang kuat TUHAN telah membawa engkau keluar dari Mesir). Pelaksanaan harafiah dari berbagai perintah pada Ulangan 6:8,9 menjadi mode di antara orang-orang Yahudi yang belakangan dalam bentuk hiasan-hiasan yang dipakai setiap orang (bd. Mat 23:5 Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang;) dan mezuzah yang dipasang di atas tiang pintu.[98]

Jadi yang dimaksud dengan Membuat Tanda Pengingat Materi Pengajaran di Pintu Gerbang ialah keharusan membuat tanda pengingat di pintu gerbang setiap rumah orang Israel, supaya hukum TUHAN ada di bibir mereka; sebab dengan tangan yang kuat TUHAN telah membawa mereka ke luar dari Mesir.

Jadi yang dimaksud dengan Membuat Tanda Pengingat Materi Pengajaran di Rumah mencakup keharusan membuat tanda pengingat di pintu rumah dan pintu gerbang mereka, bahwa dengan tangan yang kuat TUHAN telah membawa mereka keluar dari Mesh-.

Jadi yang dimaksud dengan Mengajarkan Berulang-Ulang Materi pola Pengajaran Orang Tua Israel kepada Anak adalah pelaksanaan tanggung jawab setiap orang tua Israel untuk selalu mengingatkan anak-anak mereka tentang pengakuan iman (syema Israel) yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa (dengan cara hidup sehari-hari) dan dengan segenap kekuatan dalam perbuatan, dengan cara mengulang-ulang mengajarkannya: saat di dalam rumah; saat di luar rumah (dalam perjalanan); saat beristirahat (berbaring); saat bangun beraktivitas (bekerja); membuat tanda pengingat di badan anak-anak (pada lengan pergelangan tangan dan pada dahi); menuliskan tanda pengingat di bangunan rumah (pada pintu nimah dan pada pintu gerbang).

Jadi secara konseptual, yang dimaksud dengan Pola Pengajaran iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 adalah pola mengestafetkan dan menanamkan pengakuan iman (syema Israel), oleh setiap orang ma kepada generasi berikutnya (anak), sampai anak-anak memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas utama dalam kehidupan mereka terus menenis, dan secara berkelanjutan mampu dan komitmen mengestafetkanya turun temurun kepada keturunan berikutnya, demikian seterusnya.

Jadi secara oprasional, yang dimaksud dengan Implementasi Pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 adalah metode orang tua mengestafetkan iman kepada anak-anak, agar anak pun meneruskan mengajarkannya kepada generasi berikutnya demikian seterusnya, dengan tiga cara: (1) Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan: dengan segenap hati; dengan segenap jiwa (cara hidup); dengan segenap kekuatan (dalam perbuatan), (2) Mengajarkan dan membicarakannya berulang-ulang: saat di dalam rumah; saat di luar rumah (dalam perjalanan); saat beristirahat (berbaring); saat bangun beraktivitas (bekerja); (3) Mengajarkan melalui tanda pengingat: di badan anak-anak (pada lengan/ pergelangan tangan dan pada dahi); di bangunan rumah (pada pintu rumah dan pada pintu gerbang).

Rangkuman

Berdasarkan Implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9 dijemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, maka para orang tua, guru sekolah minggu, dan hamba Tuhan harus memiliki buku pedoman pendidikan agama kristen yang baik dan benar guna untuk meningkatkan keimanan anak-anak di antara jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya

 

 

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang baik adalah menjelaskan secara teoritis antara variable yang akan diteliti. Sebelum data dikumpulkan terlebih dahulu diduga apa yang akan terjadi dan diberikan alasannya. Kerangka berpikir yang dibuat bertolak dari kajian teori yang sudah ada. Jumlah kerangka berpikir yang akan disusun sama dengan jumlah rumusan masalah, dan ada judul masing­masing. Berikut ini adalah kerangka bepikir yang terkait dengan rumusan masalah.

 

Implementasi Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat

Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya

 

 

Pengajaran Orang Tua Israel kepada Anak-anak Mereka berdasarkan Ulangan 6:4-9 adalah pola mengestafetkan dan menanamkan pengakuan iman (syema Israel), oleh setiap orang tua kepada generasi berikutnya (anak), sampai anak-anak memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas utama dalam kehidupan mereka terus-menerus, dan secara berkelanjutan mampu dan komitmen mengestafetkanya turun temurun kepada generasi berikutnya, dengan materi pengajaran orang tua Israel kepada anak, tentang mengasihi Tuhan yaitu: (1) Mengasihi Tuhan dengan segenap hati; (2) Mengasihi Tuhan dengan Segenap jiwa (cara hidup); (3) Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan (dalam perbuatan), dengan cara mengajarkan dan membicarakannya benilang-ulang: saat di dalam rumah; saat di luar rumah (dalam perjalanan); saat beristirahat (berbaring); saat bangun beraktivitas (bekerja); membuat tanda pengingat di badan anak-anak (pada lengan/ pergelangan tangan dan pada dahi); menuliskan tanda pengingat di bangunan rumah (pada pintu rumah dan pada pintu gerbang).

Kenyataannya, sebagai bapa-bapa dan ibu-ibu dari anak-anaknya, tanggung jawab setiap orang tua dari anggota jemaat di GBIS Yerusalem Baru Surabaya mereka bukan saja menjadi imam yang merupakan pengantara antara Tuhan dengan umat-Nya, tetapi juga harus menjadi guru yang mengajarkan tentang perbuatan-perbuatan Tuhan yang mulia itu dengan segala janji Tuhan yang membawa berkat bagi orang percaya turun-temurun. Bimbingan dan maksud Tuhan itu perlu dijelaskan kepada anak cucu. Seperti: Abraham meneruskan kepada Ishak (anak Abraham), lalu Ishak meneruskan pengajaran penting itu kepada Yakub dan kemudian Yakub juga menanamkan segala perkara ini kedalam batin anak-anaknya. Yusuf menyimpan perkara-perkara itu kemanapun ia pergi. Janji-janji Tuhan itu tetap terpelihara oleh bangsa Israel. Nabi Musa dipilih oleh Tuhan untuk: membebaskan umat-Nya dari penindasan; Musa diangkat menjadi pemimpin mereka; Musa juga menjadi guru dan pemberi hukum-hukum bagi mereka. Musa mendidik mereka di padang belantara dan mengatur pendidikan itu dengan jitu dan tepat, pendidikan itu akan dilanjutkan pula oleh pengganti­penggantinya. Tiap-tiap keturunannya umat Israel menyampaikan pula tiap pengajaran itu kepada keturunan yang berikut. Proses ini berlangsung terus menerus beratus-ratus tahun lamanya. Pendidikan itu mulai dalam masing-masing rumah tangga dan diteruskan dalam kebaktian-kebaktian umum dan di dalam pengajaran dalam Taurat Tuhan_ Tuhan Allah sendirilah yang merupakan pusat dan tujuan segala pengajaran masyarakat Israel. Nampaknya pola pengajaran dan pengestafetan iman seperti ini belum menjadi bagian utama dalam kehidupan setiap orang tua dan jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya

Hal tersebut terlihat dengan masih ada anak jemaat yang nikah campur, antara lain karena belum adanya materi pengajaran oleh orang tua kepada anak yang dibakukan dalam sebuah buku pedoman di GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Juga belum tersedia buku pedoman bagi orang tua bagaimana pola pengajaran untuk mencerdaskan anak mereka. Selain itu belum ada pelatihan kepada orang tua untuk menambah keterampilan setiap orang tua untuk mengestafetkan iman Kristen kepada anak-anak. Bahkan belum jelas bagaimana sehanisnya setiap orang tua memandang anak-anak yang dikaruniakan Tuhan dan bagaimana melaksanakan pengajara iman Kristen dalam setiap rumah tangga anggota Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya.

Dari hal di atas patut diduga bahwa kecenderungan tingkat implementasi  Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman kepada Anak berdasarkan Ulangan 6: 4-9 di GBIS Yrusalem Baru Surabaya ada pada kategori rendah menuju sedang.

Jonathan Sarwono mengatakan tentang arch anak panah dalam gambar analisa jalur sbb: Model jalur ialah suatu diagram yang menghubungkan antara variable bebas, perantara dan tergantung. Pola hubungan ditunjukkan dengan menggunakan anak pariah. Anak panah-anak panah tunggal menunjukkan hubungan sebab-akibat antara variable-variabel exogenous atau perantara dengan satu variable tergantung atau lebih. Variabel-variabel exogenous dalam suatu model jalur ialah semua variable yang tidak ada penyebab-penyebab eskplisitnya atau dalam diagram tidak ada anak-anak pariah yang menuju ke arahnya, selain pada bagian kesalahan pengukuran. Variabel endogenous ialah variable yang mempunyai anak panah-anak pariah menuju kea rah variable tersebut.[99]

 

Secara skema di bawah ini digambarkan bagan kerangka berpikir, kecenderungan tingkat Implementasi pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya.a Lihat gambar 2.7

 

GAMBAR 2.7

KECENDERUNGAN TINGKAT IMPLEMENTASI METODE

PENGAJARAN

Keterangan:

Y = Implementasi pola pengajaran Iman

D1 Mengajarkan tentang Mengasihi

D2 Mengajarkan secara berulang-ulang

D3 Mengajarkan melalui tanda Pengingat

 

Metode Pengajaran Iman Orang Tua Israel Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 adalah pertama, Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan, terdiri dari: (1) Mengasihi Tuhan dengan segenap hati; (2) Mengasihi Tuhan dengan Segenap jiwa (cara hidup); (3) Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan (dalam perbuatan). Kedna, Mengajarkan secara berulang-ulang: saat di dalam rumah; saat di luar rumah (dalam perjalanan); saat beristirahat (berbaring); saat bangun beraktivitas (bekerja); Mengajarkan melalui tanda pengingat: di badan anak-anak (pada lengan/ pergelangan tangan dan pada dahi); membuat tanda pengingat di rumah (pada pintu rumah dan pada pintu gerbang).

Kenyataanya, materi pengajaran orang tua kepada anak tentang mengasihi Tuhan belum dihayati secara penuh oleh setiap orangtua anggota Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, sebab nampaknya masih ada orang tua anggota jemaat yang masih belum mengasihi Tuhan dengan sepenuh hail mereka: masih belum menunjukkannya dalam cara hidup mereka dan dalam perbuatan mereka, seperti yang diperintahkan dalam Ulangan 6:5 di atas. Sebab kenyataan yang ada di lapangan, masih ada anggota jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, datang terlambat beribadah di gereja pada hari Minggu dan Doa Malam pada hari Jumat, dan masih ada yang belum rutin hadir tepat waktu, bahkan ada yang baru sampai di gereja menjelang kotbah dimulai.

Tentang jemaat di GBIS Yerusalem Baru Surabaya melaksanakan sesuai dengan yang tertulis dalam Ulangan 6: 6-9, disebabkan karena kesibukan mereka untuk mencari nafkah (bekerja), sehingga anak-anak kurang waktu untuk bertemu dengan ayah mereka. Disinyalir, bahwa ada anggota jemaat yang sebelum anak-anak bangun, ayahnya sudah berangkat bekeija dan scat pulang anak-anak mereka sudah tidur, sehingga tidak ada kesempatan berinteraksi antara ayah dan anak-anak mereka, apalagi mengajarkan syema secara berulang-ulang seperti perintah Tuhan dalam Ulangan 6: 7-9 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang (metode pengajaran, pen) kepada anak­anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda (membuat tanda pengingat di badan, pen) pada tanganinu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu (membuat tanda pengingat di rumah, pen) pada pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu"

Dari hal di atas patut diduga bahwa Dimensi yang paling dominan memengaruhi Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah mengajarkan secara berulang-ulang. Lihat gambar 2.8

 

GAMBAR 2.8

DIMENSI YANG PALING DOMINAN MEMENGARUHI IMPLEMENTASI

Keterangan:

Y = Implementasi pola pengajaran Iman

Dl Mengajarkan tentang Mengasihi

D2 Mengajarkan secara berulang-ulang

D3 Mengajarkan melalui tanda Pengingat

Kategori latar belakang yang dominan mempengaruhi

Implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara

jemaat GBIS Yerusalem Baru

 

 

Berdirinya Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya sendiri dimulai dengan penginjilan kepada orang-orang yang kurang diperhatikan oleh masyarakat, yaitu kelompok pengamen jalanan, pemulung, pengemis, buruh pabrik, dan gelandangan yang hidup di kolong jembatan. Ditinjau dari sejarah berdirinya gereja dan perkembangannya saat ini dapatlah dipahami bila GBIS Yerusalem Baru Surabaya memiliki jemaat dengan latar belakang yang beragam, baik latar belakang suku, bentuk kekristenan, gereja asal, jenis kelamin, pendidikan, usia, dan lain-lain. Adapun kegiatan Gereja yang dilakukan di GBIS elama sepekan adalah: lbadah Raya pada hari Minggu jam 07.00 pagi, Ibadah Sekolah Minggu jam 09.30 pagi, dan Ibadah Kaum Muda dan Remaja jam 10.00. Ibadah kaum Pria pada hari Jumat 2 & 4 jam 19.00, Ibadah Kaum Wanita hari Senin jam 17.00, dan Ibadah Doa Malam, hari Jumat ke 1 & 3 jam 18.00.

Gereja merupakan agen utama dalam mengajarkan pendidikan Agama Kristen melalui kegiatan beribadah, memberitakan Firman, melaksanakan sakramen, memelihara kesatuan dan identitasnya sebagai gereja. Gereja memuliakan Allah dengan menempatkan Dia sebagai pusat, dasar dan kuasa hidup uniat. Gereja memuliakan Allah melalui persekutuan (koinonia) di antara umat di mana disiplin, kekudusan hidup dankarunia-karunia rohani menjadi nyata. Gereja memuliakan Allah melalui kesaksiaimya (marturia) yang mencakup pekabaran Injil ke seluruh dunia dan mengajar umat serta dunia tentang ajaran­ajaran Tuhan, pelayanan sosial (diakonia) serta pemberitaan tentang keadilan dan kebenaran Allah. Akan tetapi di GBIS Yerusalem Baru Surabaya belum ada metode atau pedoman pelaksanaan untuk melakukan pengajaran dari orang tua kepada anak-anakaiya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diduga, bahwa kategori latar belakang yang dominan memengaruhi impletnentasi pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya adalah pendidikan.

Secara shema di bawah ini digambarkan bagan kerangka berpikir, Kategori latar belakang yang dominan memengaruhi Implementasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya? Lihat gambar 2.9

Gambar 2.9
KATEGORI LATAR BELAKANG YANG DOMINAN

Keterangan

Y = Implementasi pola pengajaran Iman Kepada Anak

LB Latar Belakang Suku (1= Jawa; 2= Batak; 3= Ambon; 4= Timor; 5= Lainnya)

Latar Belakang Bentuk Kekristenan (1 = Kristen Keturunan; 2 = Kristen Pertobatan)

Latar Belakang Gereja Asal (1= Katolik; 2= Protestan; 3= Pentakosta; 4= Karismatik)

Latar Belakang Jenis Kelamin (1= Laki-laki; 2= Perempuan)

Latar Belakang Pendidikan (1= SD ; 2= SMP; 3= SMA; 4=S1; 5=S2; 6= S3)

Latar Belakang Usia (1 = 25-30 Tahun; 2 = 30-40 Tabun); 3 = 40-45 Tahun); 4= lebih 46 Tahun.

 

Perumusan hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori dan kerangka berpikir di atas diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1.      Diduga kecenderungan tingkat Pengaruh Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya.

2.      Diduga dimensi yang paling dominan memengaruhi Pengajaranh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah mengajarkan secara berulang-ulang.

3.      Diduga kategori latar belakang yang paling dominan (dari suku, bentuk kekristenan, gereja asal, jenis kelamin, pendidikan dan usia) memengaruhi Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah latar belakang pendidikan.


 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

 

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.[100] Cara ilmiah yang dimaksud adalah kegiatan penelitian rasional, empiris, dan sistematis. Sedangkan Iskandar menjelaskan: "Metodologi penelitian merupakan tahapan peneliti menjelaskan cara bagaimana penelitian dapat dilaksanakan, supaya hipotesis penelitian dapat diuji secara ilmiah, dan empirik."[101] Atas dasar pengertian tersebut, dalam bab ini akan dipaparkan metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi: Tempat dan waktu penelitian; Metode penelitian; Populasi; Teknik pengumpulan data; Pengembangan Instrumen Penelitian yang terdiri dari: Definisi konseptual (konstruk), Definisi operasional (berkaitan dengan pengukuran), Kisi-kisi, Kalibrasi (Pengujian validitas dan Pengujian reliabilitas), Instrumen final; serta Teknik analisis data.[102]

 

Tempat dan Waktu Penelitian

Lingkup penelitian meliputi para kepala keluarga dari Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Para kepala keluarga tersebut terdiri dari gembala dan jemaat. Peneliti akan mengumpulkan data dari lapangan. Penelitian data teoritis telah dilakukan di Perpustakaan Sekolah Tinggi Bethany Surabaya. Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2015 sampai dengan bulan November 2015 dengan keterangan sebagai berikut:

1.        Merumuskan masalah dan studi perpustakaan mulai September sampai November 2015.

2.        Menyiapkan dan memvalidasi instrument penelitian pada akhir November 2015

3.        Pelaksanaan pengambilan data populasi pertengahan November 2015

4.        Pengolahan, penghitungan data, pembahasan, penarikan kesimpulan, implikasi, penulisan saran-saran pada minggu pertama bulan November 2015.

5.        Penyerahan hasil akhir penelitian pada minggu pertama bulan November 2015.

 

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian survei dengan pengambilan data melalui angket. Peneliti memakai survei untuk mendapatkan data untuk menggambarkan pemahaman kelompok tertentu.[103] Survei adalah penelitian yang digunakan pada populasi besar dan kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan pengaruh dari hubungan­hubungan antar variabel.[104] Sasmoko menjelaskan bahwa tujuan survei adalah mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan informasi tentang individu.[105] Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei yang bersifat eksplanatori.[106] Penelitiaan eksplanatori konfermatori mencoba menjawab pertanyaan What is yang berupa pemahaman kelompok tertentu, dengan mengambil dan mengumpulkan data dari kelompok tertentu, yang kemudian menganalisanya dan pada akhirnya dibuat kesimpulan.[107] Michael H. Walizer mengatakan penelitian eksplanatori berusaha mengadakan penggalian yang lebih mendalam mengenai variabel terikat (Y).[108] Sedangkan Prof Sasmoko mengatakan: Penelitian eksplanatori yang dikembangkan dalam tesis ini memiliki fungsi mengembangkan model berdasarkan kajian teoritis, menemukan ramalan teoritis yang kontekstual dengan populasi yang disebut construct; menguji construct tersebut secara empiris, dan menggali lebih dalam peran endogenous dan exogenous-nya. Untuk itulah kemudian dalam penelitian eksplanatori ini melakukan construct validity sebagai upaya membuktikan ramalan penelitian secara teori yang dikontekstualisasikan secara empiris.[109]

Penelitian ini terdiri dari variabel endogenous dan exogenous. Variabel endogenous adalah dependent variable itu sendiri (Y), yang keragamannya terjelaskan oleh variabel exogenous variable (X) atau independent variable dan variable lainnya (moderator variable) dalam implementasi. Sedangkan variabel exogenous (X) adalah indikator yang ditemukan melalui kajian teoritis dari varabel endogenous (Y). Dengan kata lain, exogenous variable dalam penelitian ini merupakan dimensi dan indikator dari endogenous variable. Variabel exogenous adalah variabel yang keragamannya tidak dipengaruhi oleh penyebab di dalam sistem, dan variabel ini tidak dapat ditetapkan hubungan kausalnya, serta variabel ini ditetapkan sebagai variabel pemula yang memberi efek kepada variabel lain. Dalam penjumlahannya, variabel ini tidak diperhitungkan jumlah sisanya, walaupun memiliki sisa/error.

Secara sederhana, rencana/ramalan implementasi hubungan antar variabel penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel yang diukur dinyatakan dengan variabel bebas (variabel eksogenos) dan variabel terikat (variabel endogenos). Hubungan antar variabel terlihat pada gambar 3.1.

 


GAMBAR 3.1

PREDIKSI POLA HUBUNGAN ANTAR VARIABEL

Exogenous Variabel

Keterangan:

Variabel Endogenos terdiri dari:

Y = Implementasi ajaran Kitab Ulangan 6:4-9 tentang Pengajaran PAK dalam pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya.

D1 Mengajarkan tentang Mengasihi

D2 Mengajarkan secara berulang-ulang

D3 Mengajarkan melalui tanda Pengingat

D1 Mengajarkan tentang Mengasihi dengan tiga indikator sebagai berikut:

D1.1 Mengasihi Tuhan dengan segenap hati

D1.2 Mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa (cara hidup)

D1.3 Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan (dalam perbuatan)

D2 Mengajarkan secara berulang-ulang, terdiri dari empat indikator:

D2.1 Membicarakan berulang-ulang saat di rumah

D2.2 Membicarakan berulang-ulang saat dalam perjalanan

D2.3 Membicarakan berulang-ulang saat berbaring

D2.4 Membicarakan berulang-ulang saat bangun (beraktivitas)

D3 Mengajarkan melalui tanda Pengingat, terdiri dari dua indikator, yang masing-masing indikator terdiri atas dua sub-indikator:

D3.1 Membuat Tanda Pengingat di Badan: (a) Membuat tanda pengingat di tangan (dengan) (D3.1.1), (b) Membuat tanda pengingat di dahi (D3.1.2).

D3.2 Membuat Tanda Pengingat di rumah: (a) Membuat tanda pengingat di pintu rumah (D3.2.1); (b) Membuat tanda pengingat di pintu gerbang (D3.2.2).

Variabel Moderator

LB1: Latar Belakang Suku (1= Jawa; 2= Batak; 3= Ambon; 4= Timor; 5= Lainnya)

LB2: Latar Belakang Bentuk Kekristenan (1 = Kristen Keturunan; 2 = Kristen Pertobatan)

LB3: Latar Belakang Gereja Asal (1= Katolik; 2= Protestan; 3= Pentakosta; 4= Karismatik)

Latar Belakang Jenis Kelamin (1= Laki-laki; 2= Perempuan)

Latar Belakang Pendidikan (1= SD; 2= SMP; 3= SMA; 4=S1; 5=S2/S3)

Latar Belakang Usia (1 = 25-30 Tahun; 2 = 30-40 Tahun); 3 = 40-45 Tahun); 4= lebih 46 Tahun.

 

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang dapat berupa manusia (para pemimpin), sehingga subyek-subyek ini dapat menjadi sumber data penelitian.[110] Seperti tersebut di atas Nawawi mengatakan, populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.[111] Sedangkan sampel atau contoh adalah sebagian kecil dari yang diamati atau dari populasi.[112] Penarikan sampel sangat diperlulan oleh peneliti. Lazimnya keterbatasan waktu, uang yang tidak memungkinkan peneliti menyelidiki semua anggota populasi, sebab penarikan sampel dari populasi itu adalah untuk memperoleh informasi mengenai populasi tersebut maka penting untuk menyeleksi sampel yang benar-benar mewakili semua individu yang ada dalam populasi. Populasi penelitian ini adalah anggota jemaat di GBIS Yerusalem Baru, Surabaya, berjumlah 65 orang yang terdiri dari pria dan wanita. Dan populasi yang berjumlah 65 itu akan diambil untuk uji coba sebanyak 30 orang. Sisanya sebanyak 35 orang menjadi responden dalam penelitian ini. Hasil aaapenelitian dari 35 orang responden akan menggambarkan pendapat populasi 65 orang anggota jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Adapun nama-nama responden penelitian uji coba, tercantum dalam table berikut ini. Lihat lampiran 3.1

 

Table 3.1

NAMA-NAMA RESPONDEN UJI COBA

Nomor

Nama

1

Ibu Sumphi

2

Ibu Erni

3

Bp. Suparlan

4

Bp. Verdi

5

Sdr. Melky

6

Ibu Riris

7

Bp.A Andrean

8

Ibu Dewi

9

Ibu Amirah

10

Ibu Afrida

11

Bp. Sali

12

Ibu Musripah

13

Ibu Lily

14

Ibu Tyas

15

Bp. Purnomo

16

Bp. Amari

17

Bp. Antonius

18

Bp. Syukur

19

Ibu Eni

20

Ibu Anisa

21

Bp. Samadi

22

Bp. Yanto

23

Ibu Erwindah

24

Ibu Ningrum

25

Ibu Yuliana

26

Bpa. Erwin

27

Bp. Bram Natanael

28

Biu Maria Chicilia

29

Ibu Icha

30

Ibu Ismurtini

 

 

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu melakukan penelitian secara langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan menggunakan angket. Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.[113]

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer (data yang diperoleh dari responden). Data primer mengenai Implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9, yang diterapkan oleh anggota Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya diperoleh dari jawaban langsung dari para jemaat GBIS Yerusalem Baru, Surabaya melalui kuesioner yang diajukan. Teknik pengumpulan data untuk setiap variabel dapat dilihat dalam tabel 3.2 berikut:

TABEL 3.2

TEKNIK PENGUMPULAN DATA UNTUK SETIAP VARIABEL

Variable

Dimensi

Teknik Penggumpulan Data

Model Skala

Rentang Skor

Jenis Skala Data

Sumber Data

Ket

Implementasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman  Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya

 

Angket

Likert

1-5

Inter-val

Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya

 

Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan (D1)

Angket

Likert

1-5

Inter-val

Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya

 

Mengajarkan secara berulang-ulang (D2)

Angket

Likert

1-5

Inter-val

Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya

 

Mengajarkan melalui tanda Pengingat (D3)

Angket

Likert

1-5

Inter-val

Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya

 

Kategori latar belakang

 

Angket

Likert

1-5

Inter-val

Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya

 

 

 

Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan komponen yang sangat penting dalam menjalankan sebuah penelitian dalam usaha mendapatkan data.[114]

Instrumen Variabel Y

Variabel Y = Implementasi Pengajaran PAK dalam pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9. Instrumen penelitian untuk mengumpulkan data variabel Y terlebih dahulu akan divalidasi oleh tiro validator.

Kuesioner yang disampaikan kepada responden merupakan salah satu jenis instrumen pengumpulan data melalui jawaban responden atas sejumlah pernyataan. Teknik ini dipilih karena responden adalah orang yang mengetahui dirinya sendiri dan nilai-nilai budayanya, apa yang dinyatakan responden kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, dan interpretasi responden tentang pertanyaan yang diajukan adalah sama dengan yang dimaksud oleh peneliti.[115]

Kuesioner yang digunakan didesain berdasarkan skala Likert yang berisi sejumlah pemyataan yang menyatakan obyek yang hendak diungkapkan. Skala Likert ialah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan.[116] Penskoran atas kuesioner skala Likert dalam penelitian ini merujuk pada lima altematif jawaban, seperti pada tabel 3.3 berikut:

 

TABEL 3.3

BOBOT PENILAIAN VARIABEL Y MENURUT SKALA LIKERT

Pernyataan Positif

Bobot  Nilai

Pernyataan Positif

Bobot  Nilai

Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS)

5

1

Setuju (S)

4

2

Ragu-ragu (R)

3

3

Tidak Setuju (TS)

2

4

Sangat Tidak Setuju (STS)

1

5

 

Karena instrumen adalah alat untuk mendapatkan data, maka diperlukan syarat-syarat tertentu agar data yang diperoleh dari pengukuran tersebut sahih (valid) dan terandalkan (reliabel).[117] instrumen ini menggunakan validitas isi (content validation) dan validasi konstruksi (construct validation). Validasi isi menunjuk sejauh mana instrumen tersebut mencerminkan isi yang dikehendaki.

 

Definisi Konseptual Y

Yang dimaksud dengan Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah metode mengestafetkan dan menanamkan pengakuan iman, oleh setiap orang tua kepada generasi berikutnya (anak), sampai anak-anak memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas utama dalam kehidupan mereka tents menerus, dan secara berkelanjutan mampu dan komitmen mengestafetkanya turun temurun, dengan materi pengajaran orang tua tentang mengasihi Tuhan: (1) Mengasihi Tuhan dengan segenap hati; (2) Mengasihi Tuhan dengan Segenap jiwa (cara hidup); (3) Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan (dalam perbuatan), dengan cara mengajarkan berulang-ulang: saat di dalam rumah; saat di luar rumah (dalam perjalanan); saat beristirahat (berbaring); saat bangun beraktivitas (bekerja); membuat tanda pengingat di badan anak-anak (pada dengan / pergelangan tangan dan pada dahi); membuat tanda pengingat di rumah (pada pintu rumah dan pada pintu gerbang).

 

Definisi Operasional Variabel Y

Definisi operasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti suati operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut. Definisi operasional yang diukur memberikan gambaran bagaitnana variabel atau konstruk tersebut diukur.[118] Pengukuran variabel berarti bagaimana variabel-variabel yang digunakan diukur.[119]

Definisi operasional Pengajaran PAK dalam pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 adalah penerapan atau pelaksanaan metode mengestafetkan dan menanamkan pengakuan iman Kristen, oleh anggota Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya kepada anak-anaknya (generasi berikutnya), sampai anak-anak memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas utama dalam kehidupannya terus menerus, dan secara berkelanjutan mampu dan komitmen mengestafetkanya turun temurun, dengan materi pengajaran orang tua tentang mengasihi Tuhan : (1) Mengasihi Tuhan dengan segenap hati; (2) Mengasihi Tuhan dengan Segenap jiwa (cara hidup); (3) Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan (dalam perbuatan), dengan cara mengajarkan berulang-ulang pada: saat di rumah; saat di luar rumah (dalam perjalanan); saat beristirahat (berbaring); saat bangun (beraktivitas); membuat tanda pengingat di badan anak-anak (pada lengan/ pergelangan tangan dan pada dahi); membuat tanda pengingat di rumah (pada pintu rumah dan pada pintu gerbang),

 

Kisi-kisi Instrumen Pengajaran PAK

dalam Pembentukan Iman Kepada Anak

 

Setelah menetapkan definisi konseptual dan definisi operasional variabel maka dibangunlah kisi-kisi berdasarkan teori yang telah dibahas dalam Bab II, dengan: dimensi

D1 Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan, terdiri dari indikator: (1) Mengasihi Tuhan dengan segenap hati; (2) Mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa (melalui cara hidup) ; (3) Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan (dalam perbuatan ).

D2 Mengajarkan secara berulang-ulang, terdiri dari indikator: (1) Membicarakan berulang-ulang saat di rumah; (2) Membicarakan berulang-ulang saat di luar rumah (dalam perjalanan); (3) Membicarakan berulang-ulang saat istirahat (berbaring); (4) Membicarakan berulang-ulang saat bangun (beraktivitas)

D3 Membuat Tanda Pengingat di badan, terdiri dari Indikator: (1) Membuat tanda pengingat (a) di tangan (lengan) dan (b) di dahi; (2) Membuat Tanda Pengingat di Rumah (a) di pintu rumah dan (b) di pintu gerbang.

Adapun kisi-kisi instrumen penelitian variabel Y adalah seperti pada tabel 3.4

TABEL 3.4

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN VARIABEL Y

Variabel

Dimensi

Indikator

No Item

Total

 

 

 

 

 

 

Implementasi

Pengajaran PAK dalam pembentukan

Iman Kepada

Anak berdasarkan

Kitab ulangan

6:4-9

Mengajar kan

tentang mengasihi Tuhan (D1)

1.    Mengasihi Tuhan dengan segenap hati

1, 2, 3, 4, 5

5

2.    Mengasihi Tuiahan dengan segenap jiwa

6,7,8,9,10

5

3.    Mengasihi Tuhan dengan segenap  kekuasaan

11, 12, 13,

14, 15,

5

Mengajar kan

secara berualang- ulang

 (D2)

1.      Membicarakan berulang-ulang saat dirumah

16, 17, 18,

19,20

5

2.      Membicaran berulang ulang saat di rperjalanan

21, 22, 23,

24,25

5

3.      Membicarakan berulang-saat berbaring

26, 27, 28,

29,30

5

4.      Membicarakan berulang-ulang saat bangun

31, 32, 33,

34, 35

5

Mengajar

Kan melaluiu tanda pengingat

(D3)

1.      Membuat tanda pengingat di badan

 

36, 37, 38

39, 40

5

2.      Membuat tanda pengingat di rumah

41, 42, 43,

44, 45

5

Jumlah

 

 

 

45

 

Kalibrasi Instrumen

Banyaknya responden untuk uji coba instniment, sejauh ini belum ada ketentuan yang mensyaratkannya, namun demikian disarankan sekitar 20-30 orang responden.[120] Sementara Sasmoko mengatakan: Jumlah responden uji coba sedapat mungkin berjumlah 30. Jika tidak memungkinkan jumlahnya dapat juga di bawah 30.[121] Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku yang ada di dalam populasi. Oleh karena subyeknya meliputi semua yang terdapat di dalam populasi, maka juga disebut sensus. Penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subyeknya tidak terlalu banyak.[122]

Sehubungan penjelasan di atas, maka uji coba instrumen yang terdiri dari 45 item yang telah divalidasi oleh tiga orang validator tersebut di atas telah diuji cobakan kepada 30 orang responden.

Kalibrasi (uji coba) instrumen Pola pengajaran Iman kepada Anak dilakukan melalui uji validitas dan realibilitas kepada 30 orang responden. Dengan angket dan jumlah penyataan sebanyak 45 butir. Dengan pernyataan sebanyak 45 butir ada yang gugur sebanyak 2 butir, antara lain nomor 1 dan nomor 31 sehingga angket yang valid sejumlah 43 butir. Kalibrasi dilakukan dengan maksud untuk menguji kehandalan dan kesahihan butir instrumen yang hasilnya akan digunakan untuk mendapatkan data sampel yang valid dan reliabel. Sasmoko mengatakan bahwa untuk menguji construct validity tahap pertama, dapat dilakukan dengan Iterasi Ortogonal. Hal tersebut dipilih karena variable Pola pengajaran Iman Kristen kepada Anak dalam penelitian ini adalah variable konseptual, yaitu variabel yang dikembangkan berdasarkan pendekatan teoritis untuk menemukan construct variable.

Dalam melakukan validitas konstruks dengan pendekatan Iterasi Ortogonal ini, peneliti melakukan perhitungan sampai dengan ditemukannya butir-butir yang secara bersamaan valid. Untuk itu perhitungan validitas konstruksi ini dilakukan beberapa kali perhitungan, yang kemudian disebut dengan iterasi, di mana dalam iterasi ortogonal ditetapkan terlebih dahulu kriteria, sebagai berikut: `Butir konstrak dinyatakan valid, apabila nilai r hitung > (lebih besar) dari nilai r table untuk degree of freedom = n — k, dalam hal ini 30 — 3 atau df 27 dan satu daerah sisi pengujian dengan alfha 0,05 di dapat r table 0.361. Jika r hitung untuk r tiap butir penyataan bernilai positif dan lebih besar dari r table (corrected item-total correlation) maka butir penyataan tersebut dinyatakan valid.[123] Kalibrasi instrumen yang dilakukan kepada 30 responden dengan 45 butir pernyataan/pertanyaan untuk menentukan istrumen final, temyata dibutuhkan dua kali iterasi orthogonal. Pada iterasi pertama diperoleh hasil sebagai berikut: Lihat Tabel 3:5

Tabel 3.5

Hasil Iterasi Orthogonal ke 1 Variabel Y

Nomor Butir

R

Hitung

R

Tabel

Status

1

0.150

0.361

Tidak Valid

2

0.427

0.361

Valid

3

0.688

0.361

Valid

4

0.579

0.361

Valid

5

0.603

0.361

Valid

6

0.401

0.361

Valid

7

0.592

0.361

Valid

8

0437

0.361

Valid

9

0.75

0.361

Valid

10

0.706

0.361

Valid

11

0.617

0.361

Valid

12

0.735

0.361

Valid

13

0.813

0.361

Valid

14

0.712

0.361

Valid

15

0.564

0.361

Valid

16

0.689

0.361

Valid

17

0.492

0.361

Valid

18

0.746

0.361

Valid

19

0.511

0.361

Valid

20

0.90

0.361

Valid

21

0.591

0.361

Valid

22

0.633

0.361

Valid

23

0.546

0.361

Valid

24

0.741

0.361

Valid

25

0.787

0.361

Valid

26

0.732

0.361

Valid

27

0.738

0.361

Valid

28

0.604

0.361

Valid

29

0.774

0.361

Valid

30

0.706

0.361

Valid

31

0.152

0.361

Tidak Valid

32

0.638

0.361

Valid

33

0.781

0.361

Valid

34

0.518

0.361

Valid

35

0.657

0.361

Valid

36

0.636

0.361

Valid

37

0.673

0.361

Valid

38

0.564

0.361

Valid

39

0.728

0.361

Valid

40

0.706

0.361

Valid

41

0.671

0.361

Valid

42

0.699

0.361

Valid

43

0.608

0.361

Valid

44

0.496

0.361

Valid

45

0.605

0.361

Valid

 

Setelah melakukan iterasi pertama ditemukan ada 2 pernyataan yang tidak valid sehingga harus didrop, yakni pemyataan 1 dan 31, Oleh karena itu diperlukan iterasi orthogonal kedua. Pada iterasi orthogonal kedua, butir-butir yang tidak valid pada iterasi pertama tidak dimasukkan lagi ke dalam uji validasi. Hasilnya adalah sebagai berikut: Lihat. Tabel 3.6

Tabel 3.6

Hasil Iterasi Orthogonal ke-2 tentang Variabel Y

Nomor
Butir

R Hitung

R Tabel

Status

2

0.427

0.361

Valid

3

0688

0.361

Valid

4

0.579

0.361

Valid

5

0.603

0.361

Valid

6

0.401

0.361

Valid

7

0.592

0.361

Valid

8

0.437

0.361

Valid

9

0.675

0.361

Valid

10

0.706

0.361

Valid

11

0.617

0.361

Valid

12

0.735

0.361

Valid

13

0.813

0.361

Valid

14

0712

0.361

Valid

15

0.564

0.361

Valid

16

0.689

0.361

Valid

17

0.492

0.361

Valid

18

0.746

0.361

Valid

19

0.511

0.361

Valid

20

0.590

0.361

Valid

21

0.591

0.361

Valid

22

0.633

0.361

Valid

23

0.546

0.361

Valid

24

0.741

0.361

Valid

25

0.787

0.361

Valid

26

0.732

0.361

Valid

27

0.738

0.361

Valid

28

0.604

0.361

Valid

29

0.774

0.361

Valid

30

0.708

0.361

Valid

32

0.638

0.361

Valid

33

0.781

0.361

Valid
Valid

34

0.518

0.361

Valid

35

0.657

0.361

Valid

36

0.636

0.361

Valid

37

0.673

0.361

Valid

38

0.564

0.361

Valid

39

0.728

0.361

Valid

40

0.706

0.361

Valid

41

0.671

0.361

Valid

42

0.699

0.361

Valid

43

0.608

0.361

Valid

44

0.496

0.361

Valid

45

0.605

0.361

Valid

 

Berdasarkan ahasil iterasi orthogonal kedua di atas diperoleh basil bahwa semua butir pernyataan dinyatakan valid. Tidak ada lagi yang drop atau tidak valid. Ke- 43 butir pernyataan inilah yang hendak dijadikan instrumen penelitian lapangan terhadap seluruh sampel yang telah ditetapkan.

Selanjutnya dilakukan perhitungan uji reliabilitas instrumen dengan tujuan menguji keajegan instrumen dengan menggunakan rumus Cronbach's Alpha. Semua butir instrumen yang sudah valid dimasukkan ke dalam uji reliabilitias. Standard minimal yang dipersyaratkan untuk indeks reliabilitas adalah ? 0.6. Menurut Sekaran (1992), reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program Statistical Product Service Solution (SPSS 19.0 for Windows). Rangkuman hasil uji reliabilitas tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Lihat Tabel 3.7

 

LAMPIRAN 3.8

HASIL UJI COBA RELIABILITAS VARIABEL

Reliability Statistics

Cronbach's

 

Alpha

N of Items

.961

43

 

Rangkuman hasil uji reliabilitas tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Lihat Tabel 3.9

Tabel 3.9

Indeks Reliabilitas Y

Y

Indeks Reliabilitas

Standard Reliabilitas

Keterangan

Y

0.961

0.6

Reliabel

 

Tabel 3.8 menunjukkan bahwa indeks reliabilitas variable endogenous (Y) semuanya menunjukkan nilai keajegan yang melampaui standar minimal yang dipersyaratkan, yakni ≥ 0.6, bahkan hampir mendekati angka 1 yang berarti sangat reliabel. Dengan demikian instrumen penelitian yang terdiri dari q3 butir pemyataan ini dinyatakan reliabel.

 

Validasi dan Reliabilitasi Instrumen

Yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran seberapa tepat tehnik pengumpulan data melakukan fungsi ukurnya.[124] Tujuan utama dari uji validitas adalah untuk memeriksa apakah isi kuesioner sudah cukup dipahami oleh semua responden yang diindikasikan dengan kecilnya prosentase jawaban responden yang terlalu menyimpang jauh dari rata-rata jawaban responden Menurut Nasution,[125] ada hal-hal yang harus diperhatikan agar angket itu valid, antara lain:

1.      Pernyataan-pernyataan harus jelas, mudah dipahami, tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda.

2.      Pernyataan harus menarik dan mengenai topik.

3.      Pernyataan harus menarik dan mendorong responden untuk menjawabnya.

4.      Apakah jawaban responden konsisten dan tidak saling bertentangan?

5.      Apakah jawaban jawabancukup menunjukkan variasi?

 

Variabel Y Implementasi Pengajaran PAK dalam pembentukan Iman kepada anak berdasarkan Kitah Ulangan 6:4-9, Instrumen penelitian untuk mengumpulkan data. Variabel Y telah diuji validitasnya oleh tim validator ahli dari STT Bethany. Pertama Dr............., kedua, Dr. ...............dan ketiga, Dr. ........terhadap 45 butir pernyataan variable Y dengan hasil sebagai berikut: sangat relevan dan sangat jelas 9 item, sangat relevan dan jelas 34 item, relevan dan jelas 2 Item, maka instrumen final yang akan mengukur variabel Y memiliki 45 butir yang valid dengan indek keajegan rata-rata .... sehingga memenuhi syarat Relevan dan Jelas. (Lampiran 3.4).

Penting memerhatikan validitas tersebut, seperti yang ditegaskan pula oleh Subagyo, bahwa suatu alat disebut valid jika mencerminkan kecocokan dengan segala yang atasnya alat akan dikenakan.[126]

 

Instrumen Final

Instrumen adalah alat untuk mendapatkan data atau menjadi seperti alat ukur dalam pekerjaan teknik, maka diperlukan syarat-syarat tertentu agar data yang diperoleh dari pengukuran tersebut sahib (valid) dan terandalkan (reliable). Instrumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah daftar pernyataan dalam angket/kuesioner.

Kisi-kisi instrumen final dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

TABEL 3.10

KISI-KISI INSTRUMEN PENELTIAN FINAL

Variabel Y

Dimensi

Indikator

No Item

Total

 

Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan (D1)

1.    Mengasihi Tuhan dengan segenap hati.

2,3,5,6

4

2.    Mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa.

6,7,8,9,10

5

3.    Mengasihi Tuhan dengan segenap ketakutan.

11,12,13,14,15

5

Mengajarkan secara berulang-ulang (D2)

1.   Membicarakan berulang-ulang saat di rumah

16,17,18,19,20

5

2.   Membicarakan berulang-ulang saat dalam perjalanan

21,22,23,24,25

5

3.   Membicarakan berulang-ulang saat berbaring

26,27,28,29,30

5

4.   Membicarakan berulang-ulang saat bangun.

32,33,34,35

4

Mengajarkan melalu tanda pengingat (D3)

3.    Membuat Tanda Pengingat di badan

36,37,38,39,40

5

4.    Membuat tanda pengingat di rumah

41,42,43,44,45

5

Jumlah

43

 

Dari data jawaban 30 responden atas 45 item pernyataan berdasarkan hasil uji correlations menghasilkan 2 item yang tidak valid yaitu butir pernyataan nomer 1 dan 31, lihat lampiran 3.3 (2) Jadi instrument final penelitian ini terdiri dari 43 item valid, lihat lampiran 3.3A.

Kuesioner yang disampaikan kepada responden merupakan salah satu jenis instrumen pengumpulan data melalui jawaban responden atas sejumlah pernyataan. Teknik ini dipilih karena responden adalah orang yang mengetahui dirinya sendiri dan nilai-nilai budayanya, apa yang dinyatakan responden kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, dan interpretasi responden tentang pertanyaan yang diajukan, adalah sama dengan yang dimaksud oleh peneliti.[127]

Kuesioner yang digunakan didesain berdasarkan skala Likert yang berisi sejumlah pernyataan yang menyatakan obyek yang hendak diungkapkan. Pensekoran atas kuesioner skala Likert dalam penelitian ini merujuk pada lima alternatif jawaban, seperti pada tabel 3.4 berikut:

TABEL 3.11

BOBOT PENILAIAN MENURUT SKALA LIKERT

Pernyataan Positif

Skor

Sangat Setuju

5

Setuju

4

Ragu-ragu

3

Tidak Setuju

2

Sangat Tidak Setuju

1

 

Karena instrumen adalah alat untuk mendapatkan data, maka diperlukan syarat-syarat tertentu agar data yang diperoleh dari pengukuran tersebut sahih (valid) dan terandalkan (reliabel).[128] Instrumen ini menggunakan validitas isi (content validation) dan validasi konstruks (construct validation). Validasi isi menunjuk sejauh mana instrumen tersebut mencerminkan isi yang dikehendaki. Ke 43 butir pernyataan valid instrumen final penelitian ini sudah diuji reliabilitasnya dengan basil 0,961 (lihat lampiran 3.4)

Reliability Statistics

Cronbach's

 

Alpha

N of items

.961

43

 

Karena hasil uji reliabilitas ini 0,961 > 0,600, maka ke 43 butir pernyataan ini dapat dijadikan instrument penelitian yang valid dan realibel.

 

Kisi-kisi Instrumen Pengajaran PAK dalam pembentukan

Iman kepada anak

 

Setelah menetapkan definisi konseptual dan definisi operasional variabel Y, maka dibangunlah kisi-kisi berdasarkan teori yang telah di bahas dalam Bab II, dengan indikator:

D1 Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan, terdiri dari indikator: (1) Mengasihi Tuhan dengan segenap hati; (2) Mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa (melalui cars hidup) ; (3) Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan (dalam perbuatan ).

D2 Mengajarkan secara berulang-ulang, terdiri dari indikator: (1) Membicarakan berulang-ulang saat di rumah; (2) Membicarakan berulang-ulang saat di luar rumah (dalam perjalanan); (3) Membicarakan berulang-ulang saat beristirahat (berbaring); (4) Membicarakan berulang-ulang saat bekerja (bangun beraktivitas);

D3 Mengajarkan melalui tanda pengingat: Pertama, membuat tanda pengingat di Badan: (a) Membuat Tanda Pengingat pada lengan atau pergelangan tangan; (b) Memuat Tanda Pengingat pada dahi; Kedua, Membuat tanda pengingat di Rumah: (a) membuat tanda pengingat di pintu rumah; (b) Membuat Tanda Pengingat di pintu gerbang.

 

Teknik Analisis Data

Data yang akan disajikan dalam bentuk-bentuk tabel dan angka-angka yang disebut dengan data mentah yang akan diukur dengan pengukuran statistik. Oleh karena penelitian ini meninjau satu variabel bebas maka analisis yang digunakan adalah eksplanatori konfirmasi. Analisis ini untuk mengetahui seberapa besar implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9 di antara jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan prosedur dan teknik statistik. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS). Prosedur pengolahan data dalam penelitian ini meliputi: (1) Analisis Deskriptif; (2) Uji Persyaratan Analisis; (3) Uji Hipotesis.

 

Deskripsi Data Variabel Y

Analisis statistika deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan ciri-ciri variabel yang diteliti, yaitu mengetahui harga skor minimum, skor maksimum, rentang (range), rerata (mean), tengah (median), frekuensi terbanyak (modus), standar deviasi, dan varian dari masing-masing variabel penelitian.[129] Selanjutnya basil perhitungan tersebut dideskripsikan dalam daftar frekuensi masing-masing variabel yang kemudian divisualisasikan dalam bentuk histogram.

Jawaban responden atas setiap pertanyaan akan dimasukkan dalam tabel,[130] sehingga menggambarkan kondisi data yang diperoleh. Data yang diperoleh untuk variabel akan dideskripsikan distribusi frekuensinya ke masing­masing dimensi, sehingga diperoleh gambaran yang jelas. Juga hasil dari analisis statistik akan ditampilkan dalam bentuk tabel. Peneliti akan menafsirkan hasil analisis dalam bab IV.

Uji Persyaratan Analisis Variabel Y

Uji persyaratan analisis diperlukan sebagai persyaratan melakukan uji hipotesis, yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas data, yaitu untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak.[131]

Uji ini digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio.[132] Pengujian normalitas dengan menggunakan Kolmogorov - Smirnov dengan signifikansi 0,05. Pengujian dilakukan dengan bantuan SPSS. Data berdistiibusi normal jika hasil Sig pada Kolmogorov - Smirnov lebih dari 0,05.[133]

 

Prosedur Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah kesimpulan pada populasi dapat digeneralisasi.[134] Uji hipotesis yang telah ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

 

Uji Hipotesis Pertama

Untuk menguji hipotesis pertama yang berbunyi, "Kecenderungan tingkat Implementasi Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya" ada pada kategori rendah menuju sedang", dilakukan dengan:

Tahap pertama, mengukur kecenderungan pemahaman per dimensi (D1, D2 dan D3) lalu mengukur kecenderungan pemahaman tentang variabel Y: Kecenderungan Pemahaman "Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 Di Antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya".

Tahap kedua, diukur intervalnya dari data statistik: Mean, median, range, minimum, maximum dengan rumus: Interval (i) = Range dibagi Kategori, dengan ketentuan untuk menghasilkan tabel tiga kategori dengan rumus:

i.k ≥ R + 1

i = interval, berasal dari Range (R) dibagi kategori (k)[135]

Tahap ketiga, berdasarkan temuan tersebut dibuat tabel kategori dan posisi "Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 Di Antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya" seperti berikut:

TABEL 3.12

INTERVAL PEMAHAMAN VARIABEL Y

Nilai

Tingkat

Kategori

 

Sangat Paham

tinggi

 

Cukup Paham

Sedang

 

Tidak Paham

Rendah

 

Analisis data dilakukan dengan confidence interval pada taraf signifikansi 5%, dari hasil jarak mean dan median. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan pemahaman "Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 Di Antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya" "Sangat Paham" atau "Cukup Paham" atau "Tidak Paham" secara signifikan pada a < 0,05.

Tahap keempat, mengukur kecenderungan implementasi (penerapan) "Pengajaran PAK dalam pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya dengan menetapkan 3 (tiga) kategori (k) implementasi, yaitu: (a) tinggi; (b) sedang; (c) rendah.

 

Uji hipotesis dua

Uji hipotesis kedua dilakukan dengan confidence interval pada taraf signifikan 0.05. Peneliti dalam hal ini menetapkan exogenous variable dan masing-masing tiga indikatomya dengan 3 kategori: tidak paham, cukup paham, dan paham.

Untuk menguji hipotesis kedua yang berbunyi, "Dimensi yang paling dominan memengaruhi implementasi pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Kitab Mangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya adalah dimensi mengajarkan secara berulang-ulang. Dilakukan dengan:

Tahap pertama, mengukur kecenderungan pemahaman dimensi D2 lalu mengukur kecenderungan pemahaman tentang variabel Y: "Pengajaran PAK dalam pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya”.

Tahap kedua, diukur intervalnya dari data statistik: Mean, median, range, minimum, maximum dengan rumus: Interval (i) = Range dibagi Kategori, dengan ketentuan untuk menghasilkan tabel tiga kategori dengan rumus:

i.k > R I

i = interval, berasal dari Range (R) dibagi kategori (k)[136]

Tahap ketiga, berdasarkan temuan tersebut dibuat tabel kategori dan posisi "Dimensi yang paling dominan memengaruhi implementasi pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. "

Analisis data dilakukan dengan confidence interval pada taraf signifikansi 5%, dari hasil jarak mean dan median. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan kitab Ulangan 6:4-9 ada pada kategori "Sangat Paham" atau ""Cukup Paham" atau "Tidak Paham" secara signifikan pada a < 0,05.

Tahap keempat, mengukur kecenderungan tentang Dimensi yang paling dominan mempengaruhi implementasi pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya dengan menetapkan 3 (tiga) kategori (k) implementasi, yaitu: (a) tinggi; (b) sedang; (c) rendah.

 

Uji Hipotesis ketiga

Hipotesis ketiga dibuktikan dengan korelasi sederhana, determinasi varians, uji signifikan korelasi sederhana, analisis korelasi parsial, analisis regresi linear sederhana, dan classification and regression tree (CART).

Kategori latar belakang yang paling dominan (dari suku, bentuk kekristenan, gereja asal, jenis kelamin, pendidikan dan usia) yang memenpruhi implementasi pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya adalah latar belakang pendidikan.

Untuk menguji hipotesis ketiga yang berbunyi, "Kategori latar belakang yang dominan memengaruhi Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah latar belakang pendidikan ada pada kategori "Sangat Paham" atau "Cukup Paham" atau "Tidak Paham".

 

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian yang peneliti hadapi dalam menyusun penelitian ini adalah, sebagai berikut: banyak kemungkinan bisa terjadi, sekalipun di upayakan supaya subyektif mungkin atau seakurat mungkin, namun penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu. Mungkin ketidak jujuran responden terhadap pernyataan kuesioner, tidak adanya kemauan responden untuk menjawab dengan baik atau tidak mengembalikan kuesioner, dan lain-lain yang mana hal tersebut di luar kendali peneliti.


 

BAB IV

PEMAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

Kajian teoritis tentang pengajaran PAK dalam pembentukan iman berdasarkan Ulangan 6:4-9 telah disajikan pada bab II. Kajian tersebut memberi dasar atau acuan untuk melihat sejauh mana implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 itu pewujudan secara factual dalam kehidupan Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Bab empat ini berisi pemaparan hasil penelitian dan pembahasan setelah melalui pengumpulan dan pengolahan data, yang disusun dalam urutan sebagai berikut: deskripsi data hasil penelitian, deskripsi pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

 

Deskripsi Data Hasil Penelitian

Penelitian lapangan tentang pengajaran PAK dalam pembentukan iman berdasarkan Ulangan 6:4-9 telah dilakukan dengan menyebarkan angket yang telah valid dan reliabel kepada yakni 35 orang. Angket yang kembali sebanyak 35 eksemplar, Data tabulasi angket penelitian dapat dilihat pada lampiran 4.1.

Berdasarkan hasil angket tersebut, maka dapat dideskripsikan dua hal yakni: 1) deskripsi latar belakang responden dan 2) deskripsi jawaban responden terhadap variabel Y dan 3) dimensi yang telah ditetapkan sebelumnya.

 

Deskripsi Latar Belakang Responden

Responden penelitian ini berasal dari berbagai latar belakang. Berikut ini akan disajikan deskripsi latar belakang responden mengikuti keenam kategori latar belakang yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pertama, berdasarkan suku, latar belakang suku responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Kelompok Responden Berdasarkan Suku

Suku

Frekuensi Absolut

Prosentasi

Jawa

29

82,86 %

Batak

1

2,86 %

Ambon

0

0,00%

Timor

3

8,57 %

Lainnya

2

5,71 %

Total

35

100,00%

       Sumber: Data Diolah dart Hasil Angket, Lampiran 3.7

 

Berdasarkan data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang suku (LB1) adalah sebagai berikut: Suku Jawa sebanyak 29 orang (82,86%), suku Batak sebanyak 1 orang (2,86%), suku Ambon tidak ada, suku Timor sebanyak 3 orang (8,57%) dan lainnya sebanyak 2 orang (5,71%). Grafik/gambar serabi berikut ini memperlihatkannya secara visual.

Gambar/grafik 4.1 Responden Menurut Suku

Kedua, berdasarkan bentuk kekristenan. Latar belakang bentuk kekristenan responden atau pengelompokan diperlihatkan dalam tabel di bawah

Tabel 4.2 Kelompok Responden Berdasarkan Bentuk Kekristenan

Bentuk Kekristenan

Frekuensi Absolut

Prosentasi

Kristen Keturunan

30

85,71 %

Kristen Pertobatan

5

14,29 %

Total

35

100,00%

     Sumber: Data Diolah dari Hasil Angket, Lampiran 3.7

 

Berdasarkan data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang bentuk kekristenan (LB2) adalah sebagai berikut: Kristen Keturunan 30 orang (85,71%) dan Kristen pertobatan 5 orang (14,29%). Grafik/gambar serabi berikut ini memperlihatkannya secara visual.

Gambar/grafik 4.2 Kelompok Responden

Berdasarkan Bentuk Kekristenan

 

 

Ketiga, berdasarkan asal gereja responden, pengelompokan diperlihatkan dalam table di bawah ini.

 

Table 4.3 Kelompok Responden Berdasarkan Asal Gereja

Asal Gereja

Frekuensi Absolut

Prosentasi

Katolik

1

2,86 %

Protestan

31

88,5 7%

Pentakosta

3

8,57 %

Total

35

100,00%

     Sumber : data diolah dari hasil Angket, lampiran 3.7

 

Berdasarkan data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang asal gereja (LB3) adalah sebagai berikut : asal Katolik 1 orang (2,86 %) da nasal Protestan 31 orang (88,5 7%), da nasal Pentakosta sebanyak 3 orang (8,57 %). Grafik/gambar serabi berikut inai memperlihatkannya secara visual.

 

Gambar/grafik 4.2 Kelompok Responden Berdasarkan Asal Gereja

 

 

Keempat, berdasarkan jenis kelamin responden, pengelompokan diperlihatkan dalam tabel di bawah ini.

 

Tabel 4.4 Kelompok Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Jumlah Responden

Prosentasi

Laki-laki

20

57,14 %

Perempuan

15

42,86 %

Total

35

100,00%

       Sumber: Data Diolah dari Hasil Angket, Lampiran 3.7

Berdasarkan data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang jenis kelamin (LB4) sebagai berikut: Laki-laki 20 orang (57,14%) dan Perempuan 15 orang (42,86%). Gambar/grafik serabi berikut ini memperlihatkannya secara visual.

Grafik/Gambar 4.4 Kelompok Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Kelima, berdasarkan pendidikan responden, pengelompokan diperlihatkan dalam tabel di bawah ini.

 

Tabel 4.5 Kelompok Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan

Jumlah

Prosentasi

Sekolah Dasar

6

17,14%

SLTP

3

8,57%

SLTA

17

48,57%

Sarjana/ S1

8

22,86%

Pascasarjana/S2/S3

1

2,86%

TOTAL

35

100,00%

       Sumber: Data Diolah dari Hasil Angket, Lampiran 3.7

 

Berdasarkan data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang pendidikan (LB5) adalah sebagai berikut: Sekolah Dasar sebanyak 6 orang (17,14%), SLTP sebanyak 3 orang (8,57%), SLTA sebanyak 17 orang (48,57%), Si sebanyak 8 orang (22,85%), dan S2/S3 sebanyak 1 orang (2,86%). Grafik/Gambarg serabi berikut ini memperlihatkannya secara visual.

 

Grafik/Gambar 4.5 Kelompok Responden Berdasarkan Pendidikan

 

Keenam, berdasarkan umur responden, pengelompokan diperlihatkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Kelompok Responder Berdasarkan Umur

Kelompok Umur

Jumlah Responden

Prosentasi

Kurang 30 tahun

8

22,86%

30 — 35 tahun

4

11,43%

36 — 40 tahun

12

34,29%

41 — 45 tahun

3

8,56%

Lebih 46 tahun

8

22,86%

JUMLAH

35

100,00%

Sumber: Data Diolah dari Hasil Angket, Lampiran 3.7

 

Berdasarkan data yang diperoleh, deskripsi data tentang latar belakang umur (LB6;) adalah sebagai berikut: umur kurang dari 30 tahun sebanyak 8 orang (22,86%), umur 30 — 35 tahun sebanyak 4 orang (11,43%), umur 36 — 40 tahun sebanyak 12 orang (34,29%), tunur 41 — 45 tahun sebanyak 3 orang (8,56%), dan lebih 46 tahun sebanyak 8 orang (22,86%). Grafik/Gambar serabi berikut ini memperlihatkannya secara visual.

   Grafik/Gambar 4.6 Kelompok Responden Berdasarkan Umur

            Sumber: Data Diolah dari Hasil Angket, Lampiran 3.7

 

Deskripsi Jawaban Responden

Dengan bantuan SPSS dapat ditemukan hasil statistikal tentang skor teoritis, skor empiris, mean, standard errorof mean, median, standard deviation, median, minimum dan maximum dari setiap unit penelitian ini. Berikut ini akan disajikan rekapitulasi jawaban responden terhadap pernyataan angket terhadap exogenous variabel (D1, D2 dan D3) secara tersendiri maupun secara keseluruhan terhadap endogenous variabel (Y).

                        Deskripsi Jawaban Responden Tentang Metode

                        Pengajaran PAK dalam pembentukan Iman kepada Anak

                        (Variabel Y)

 

Penelitian terhadap 35 orang responden berkemungkinan menghasilkan skor teoritis minimun sebesar 43 dan maksimum 215. Hasil penelitian menunjukkan skor empiris minimum sebesar 273 dan maksimum sebesar 343; rata-rata (mean) skor total 307.91; titik tengah (median) adalah 370.00, nilai yang sering muncul (mode) adalah 312. Simpangan baku (standar deviasi) sebesar 18.677; dan rentangan (range) sebesar 70, Lihat lampiran 4.7.

Descriptives

Nilai

 

N

Mean

Std.
Deviati
on

Std.
Error

95% Confidence
Interval for Mean

Mini
mum

Maxi
mum

Lower
Bound

Upper
Bound

Mengajarkan Tentang Mengasihi

Tuhan

35

37.63

3.631

.614

36.38

38.88

31

45

Mengajarkan Secara Berulang- ulang

35

55.00

7.137

1.206

52.55

57.45

43

81

Mengajarkan Melalui Tanda

Pengingat

35

21.89

3.644

.616

20.63

23.14

16

30

Pola Pengajaran Iman Kepada

Anak

35

113.86

10.839

1.832

110.13

117.58

93

138

Total

140

57.09

35.604

3.009

51.14

63.04

16

138

 

Deskripsi Jawaban Responden Tentang

Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan (D1)

 

Penelitian terhadap 35 orang responden berkemungkinan menghasilkan skor teoritis minimun sebesar 14 dan maksimum 70. Hasil penelitian menunjukkan skor empiris minimum sebesar 52 dan maksimum sebesar 67; rata-rata (mean) skor total 59.17; titik tengah (median) adalah 59.00 . Data selengkapnya terdapat pada lampiran 4.7; nilai yang sering muncul (mode) adalah 59.00; simpangan balm (standar deviasi) sebesar 3,823; dan rentangan (range) sebesar 15.

Deskripsi Jawaban Responden Tentang

Mengajarkan Secara Berulang-ulang (D2)

 

Penelitian terhadap 35 orang responden berkemungkinan menghasilkan skor teoritis minimun sebesar 19 dan maksimum 95. Hasil penelitian menunjukkan skor empiris minimun sebesar 66 dan maksimum sebesar 85; rata-rata (mean) skor total 75.83; titik tengah (median) adalah 76.00 nilai yang sering muncul (mode) adalah 72; simpangan baku (standar deviasi) sebesar 5.711; dan rentangan (range) sebesar 19. Lihat lampiran 4.7.

Deskripsi Jawaban Responden Tentang

Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3)

 

Penelitian terhadap 35 orang responden berkemungkinan menghasilkan skor teoritis minimun sebesar 10 dan maksimum 50. Hasil penelitian meunjukkan skor empiris minimun sebesar 29 dan maksimum sebesar 47; rata-rata (mean) skor total 37.91 titik tengah (median) adalah 37.00, nilai yang sering muncul (mode) adalah 42; simpangan baku (standar deviasi) sebesar 4.529; dan rentangan (range) sebesar 18. Lihat lampiran 4.7.

 

Pengujian Persyaratan Analisis

Setelah melakukan pemaparan hasil penelitian melalui analisis statistika deskriptif maka selanjutnya akan dilakukan analisis statitika inferensial. Hal ini perlu untuk dapat memaknai data yang telah diperoleh. Namun, sebelumnya harus diyakini bahwa data yang diperoleh telah memenuhi persyaratan untuk dianalisis. Untuk memastikan hal itu maka perlu dilakukan sejumlah uji persyaratan analisis data yakni uji normalitas, uji linearitas, uji homogenitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi. Dengan asumsi bahwa data yang ada bersifat homogen dan dengan mengabaikan multikolinearitas, serta atas dasar bahwa ini bervariabel tunggal maka uji persyaratan analisis yang penting dilakukan adalah uji normalitas dan uji linearitas.

 

Uji Normalitas Data. Tentang Pola Pengajaran

Iman kepada Anak (Variabel Y)

 

Uji normalitas merupakan prasyarat kebanyakan prosedur statistika inferensial. Uji normalitas penelitian ini menggunakan Normal Probability Plot atau Normal P-P Plot. Hasil penghitungan uji normalitas data atas variabel dan dimensi-dimensi penelitian ini akan tersaji secara berturut-turut sebagaimana yang akan dipaparkan pada bagian berikut. Hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan Normal P-P Plot atas Variabel Y menunjukkan letak titik nilai data sebagai berikut: Lihat Lampiran 4.1

 

 

 

 

Gambar 4.7. Grafik output Normal P-P Plot

Persebaran Titik Nilai Data Variabel Y

 

 

Gambar 4.7 memperlihatkan letak posisi data berbentuk garis (titik-titik) terjalin di sekitar garis lurus diagonal. Memperhatikan pola yang terbentuk oleh persebaran titik nilai data tersebut maka disimpulkan bahwa nilai data variabel Y berdistribusi normal. Sebaliknya, bilamana dilihat berdasarkan detrended normal P-P Plot maka persebaran data variabel Y tidak membentuk suatu pola tertentu terhadap suatu garis lurus. Hal ini menguatkan kesimpulan bahwa data variabel Y berdistribusi normal. Gambar 4.8 berikut ini memperlihatkannya secara visual.

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.8. Grafik output Detrended

Normal P-P Plot data Variabel Y

 

 

Berdasarkan hasil kedua alat uji normalitas tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa data Variabel Implementasi Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 berdistribusi normal.

 

Uji Normalitas Data Tentang Dimensi

Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan (D1)

 

Hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan Normal P-P Plot atas Dimensi Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan (D1) menunjukkan letak titik nilai data sebagai berikut:

 

 

Gambar 4.9. Grafik output Normal P-P Plot persebaran titik nilai

data Dimensi Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan (D1)

 

Gambar 4.9 memperlihatkan letak posisi data berbentuk garis (titik-titik) terjalin di sekitar garis lurus diagonal. Memperhatikan metode yang terbentuk oleh persebaran titik nilai data tersebut maka disimpulkan bahwa nilai data Dimensi Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan (D1) berdistribusi normal. Sebaliknya, bilamana dilihat berdasarkan detrended normal P-P Plot maka persebaran data Dimensi Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan (D1) tidak membentuk suatu metode tertentu terhadap suatu garis lurus. Hal ini menguatkan kesimpulan bahwa data variable D1 berdistribusi normal. Gambar 4.10 berikut ini memperlihatkannya secara visual.

 

 

 

Gambar 4.10. Grafik output Detrended Normal P-P Plot

data Dimensi Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan (D1)

 

Berdasarkan hasil kedua alat uji normalitas tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa data Dimensi Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan (D1) adalah berdistribusi normal. Lihat Lampiran 4.1.

 

Uji Normalitas Data Tentang

Mengajarkan Secara Berulang-ulang (D2)

 

Hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan Normal P-P Plot atas Dimensi Mengajarkan secara berulang-ulang (D2) menunjukkan letak titik nilai data sebagai berikut: Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4.1.


 

Gambar 4.11. Grafik output Normal P-P Plot persebaran titik nilai
data Dimensi Mengajarkan secara berulang-ulang (D2)

 

 

 

Gambar 4.11 memperlihatkan letak posisi data berbentuk garis (titik-titik) terjalin di sekitar garis lurus diagonal. Memperhatikan pola yang terbentuk oleh persebaran titik nilai data tersebut maka disimpulkan bahwa nilai data Mengajarkan secara berulang-ulang (D2) berdistribusi normal. Sebaliknya, bilamana dilihat berdasarkan detrended normal P-P Plot maka persebaran data Dimensi Mengajarkan secara berulang-ulang (D2) tidak membentuk suatu pola tertentu terhadap suatu garis lunis. Hal ini menguatkan kesimpulan bahwa data Dimensi Mengajarkan secara berulang-ulang (D2) berdistribusi normal. Gambar 4.12 berikut ini memperlihatkannya secara visual.

 


 

Gambar 4.12. Grafik output Detrended Normal P-P Plot

data Mengajarkan secara berulang-ulang (D2)

 

 

 

 

Berdasarkan hasil kedua alat uji normalitas tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa data Dimensi Mengajarkan secara berulang-ulang (D2) adalah berdistribusi normal.

 

Uji Normalitas Data Tentang Dimensi

Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3)

 

Hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan Normal P-P Plot atas Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3) menunjukkan letak titik nilai data sebagai berikut: Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4.1.


 

Gambar 4.13. Grafik output Normal P-P Plot persebaran titik nilai data
Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3)

 

 

Gambar 4.13 memperlihatkan letak posisi data berbentuk garis (titik-titik) terjalin di sekitar garis lurus diagonal. Memperhatikan pola yang terbentuk oleh persebaran titik nilai data tersebut maka disimpulkan bahwa nilai data Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3) berdistribusi normal. Sebaliknya, bilamana dilihat berdasarkan detrended normal P-P Plot maka persebaran data Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3) tidak membentuk suatu pola tertentu terhadap suatu garis lurus. Hal ini menguatkan kesimpulan bahwa data Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3) berdistribusi normal. Gambar 4.14 berikut ini memperlihatkannya secara visual.


 

Gambar 4.19. Grafik output Detrended Normal P-P Plot data
Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3)

 

 

Berdasarkan hasil kedua alat uji normalitas tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa data Dimensi Mengajarkan melalui Tanda Pengingat (D3) Memiliki berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4.1

 

Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linier. Pengajuan pada SPSS dengan menggunakan Tess for Linearity pada taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila signifikansi (linearity) kurang dari 0,05.

 

 

Table 4.24 Uji Linearitas

ANOVA Table

 

 

Sum of
Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Metode Pengajaranlman'                  Between Groups                 (Combined)

8974.943

12

747.912

5.702

.000

MengajarkanTentang                                                Linearity

Mengasihi Tuhan

7499.195

1

7499.195

57.170

.000

                                                                                  Deviation from Linearity

1475.748

11

134.159

1.023

.460

                                            Within Groups

2885.800

22

131.173

 

 

                                                     Total

11860.743

34

 

 

 

 

Tabel ANOVA di atas menunjukkan Lienarity Pola pengajaran iman kepada anak menunjukkan signifikansi 0,000, ini berari kurang dari 0,05 berarti variabel Y mempunyai hubungan dengan tiga dimensi: Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan, mengajarkan secara berulang-ulang, dan mengajakarkan melalui tanda pengingat.

 

Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi data adalah sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat data analisis independent sample t test dan One Way Anova. Asumsi yang medasari dalam analaisis varian (Anova), bahwa varian dari populasi adalah sama. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah sama.

Tabei 4.25 Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

 

 Metode Pengajaran iman

       Levene

Statistic

df1

 

df2

Sig.

           1.022

 

8

        22

      .449

 

Dari hasil test of homogeneity of variance di atas, terdapat nilai signifikansi sebesar 0,449. Karena signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok data yang dianalisis mempunyai varian sama.

Analisis Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan, pertama uji asumsi klasik terdiri dari uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji dan heterokedastisitas, kedua uji analisis regresi berganda, ketiga pengujian hipotesis, sebagai berikut:

 

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik mencakup empat uji yaitu, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas, dan uji normalitas, dengan penjelasan sebagai berikut:

 

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang sempurna antar variabel bebas dalam model regresi. Apabila terjadi multikol berarti antar variabel bebas sendiri saling berkorelasi, sehingga dalam hal ini sulit diketahui variabel mana yang mempengaruhi variabel terikat. Pendeteksian dilakukan dengan mencari nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Danang Sunyoto (2011:82) mengatakan, untuk mengetahui terjadi multikolinearitas antar dimensi (D1, D2, dan D3) dengan menggunakan besaran tolerance (a) dan variance inflation factor (VIF). Jika menggunakan alpha (tolerance) = 10% atau 0,10 maka VIF = 10.

Jika nilai tolerance lebih besar dart 0,10 dan VIF kurang dari 10, berarti tidak terjadi gejala miltikolinearitas. Sebaliknya, jika nilai tolerance kurang dari 0,10 dan jika VIF lebili besar dari 10 berarti terjadi gejala multikolinearitas, lihat tabel 4.13.

 

Tabel 4.13 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized
Coefficients

t

Sig.

Collinearity Statistics

B

Std. Error

Beta

Tolerance

VIF

 1     (Constant)

-1.504E-013

           .000

 

.

 

 

 

Mengajarkan tentang

 

 

 

 

 

 

 

Mengasihi Tuhan

              1.000

          .000

              .329

.

.

             .506

         1.977

Mengajarkan Barulang-

­ulang

              1.000

          .000

              .519

 

.

 

 

 

 

             .536

         1.864

Mengajarkan melalui

 

 

 

 

 

 

 

Tanda Pengingat

              1.000

          .000

               .330

.

.

             .671

          1.491

a. Dependent Variable: Pola Pengajaran Iman

 

Dari tabel Coefficients di atas, dapat dilihat pada kolom VIF (sebelah paling kanan), dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk variabel Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan 1,977, Mengajarkan berulang-ulang 1,864, dan Mengajarkan melalui tanda pengingat 1,491, semuanya kurang dari 10, dan kolom tolerance untuk variabel Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan 0,506, Mengajarkan berulang-ulang 0,536, dan Mengajarkan melalui tanda pengingat 0,671, semuanya l.ebih besar dari 0,10, maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak ditemukan adanya masalah multikolinearitas.

Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan di mana terjadinya korelasi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah tidak adanya autokorelasi pada model regresi.

Menurut Danang Sunyoto (2009: 91-92) salah satu ukuran dalam uji autokorelasi adalah uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

1.      Terjadi autokorelasi positif jika DW di bawah -2 (DW < -2)

2.      Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW di antara -2 dan +2 atau -2 < DW+2.

3.      Terjadi autokorelasi negatifjika nilai DW di atas +2 atau DW > +2.

Data yang diolah dengan uji DW menghasilkan label 4.9, lihat lampiran 4.11

 

 

Tabel 4.14 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model

,

R

R Square

Adjusted R
Square

Std. Error of
the Estimate

Durbin‑
Watson

 

1.000a

1.000

1.000

.000

.738

a. Predictors: (Constant), Mengajarkan metalui Tanda Pengingat, Mengajarkan Berulang-ulang, Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan

b. Dependent Variable: Metode Pengajaran Iman

 

Dari output model summary di atas, ditemukan Durbin-Watson tes = 0,738, karena angka DW 0,738 berada di antara -2 dan +2 atau -2 < DW+2 maka disimpulkan data penelitian di atas tidak terjadi autokorelasi.

 

Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas adalah keadaan di mana terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji heterokedatisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Untuk uji heterokedastisitas memakai Spearman's rho. Jika signifikansi korelasi kurang dari 0,0 pada model regresi, maka terjadi masalah heterokedastisitas. Out put Spearman's rho yaitu korelasi nilai residual (unstandardized residual) dengan masing­-masing variabel dapat dilihat pada tabel 4.15.

 

 

 

Tabel 4.15 Hasil Uji Heterokedastisitas

Nonparametrik Correlations

Dari out put correlations di atas, dapat diketahui antara dimensi mengajarkan tentang mengasihi Tuhan, mengajarkan secara berulang-ulang, dan mengajarkan melalui tanda pengingat pada kolom Spearman'rho Unstandardized Residual menghasilkan nilai signifikansi Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan 0,000, Mengajarkan berulang-ulang 0,040, dan Mengajarkan melalui tanda pengingat 0,389 serta Metode pengajaran iman 0,028, signifikansi variabel masing-masing tidak kurang dari 0,05 kecuali Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan, maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak ditemukan masalah heterokedatisitas.

 

Pengujian Hipotesis Penelitian

Pada bagian ini akan diuji tiga hipotesis yang diajukan di bab II, yaitu pertama, hipotesis uji kecenderungan pengajaran PAK dalam pembentukan iman, kedua hipotesis uji secara dominan, dan ketiga, uji hipotesis latar belakang yang dominan mempengaruhi perilaku pola pengajaran iman kepada anak , sebagai berikut:

 

Pengujian Hipotesis 1 (Kecenderungan Implementasi)

Hipotesis 1 berbanyi, "Kecenderungan tingkat implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya ada pada kategori rendah menuju sedang."

Dalam membuktikan kecenderungan tingkat implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9, dilakukan dengan mengukur tingkat arah kecenderungan implementasi mereka pada 3 (tiga) kategori (k) yaitu: (a) rendah; (b) sedang; dan (c) tinggi. Kecenderungan secara detail setiap dimensi sebagai berikut:

Pertama, Kecenderungan Implementasi tentang

Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan

 

Berdasarkan penetapan tiga kategori tersebut dan berdasarkan deskripsi pada lampiran 4.12 , lihat tabel 4.16, seperti berikut:

Tabel 4.16 Deskripsi Data Mengajarkan

tentang Mengasihi Tuhan

 

N                                         Valid

                                           Missing

35

0

Mean

Std. Eror Of Mean

Median

Moda

Std. Daviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

37.63

614

37.00

36

3.631

13.182

14

31

45

 

Ditemukan intervalnya (1) sebesar: Range (R) dibagi kategori (k), dengan rumus: i= R: k. Jadi i= 14: 3 = 4,67 dibulatkan menjadi S. Untuk menghasilkan tiga tabel interval pengkategorian, digunakan rumus berikut' :

i.k R + 1

5 x 3 14 + 1

 

15  15 Karena 15 tidak lebih besar tetapi sama dengan 15, maka dalam table interval dimulai dengan nilai minimum.

Berdasarkan temuan tersebut dibuat tabel pengkategorian dan posisi implementasi pola pengajaran iman kepada anak oleh para orang tua jemaat GPIBI Amanat Agung Surabaya mengenai Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan, seperti berikut:

Interval

Kategori

Tingkat Implementasi

31 - 35

Rendah

 

36 - 40

Sedang

37,00 - 37,63 (sedang)

41 - 45

Tinggi

 

 

Analisis data dilakukan dengan confidence interval pada taraf signifikansi 5%, dan dihasilkan mean dan median antara 37,00 - 37,63. Berdasarkan basil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan implementasi Pola pengajaran iman kepada anak dalam hal Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan ada pada kategori "sedang" secara signifikan pada a < 0,05.

 

Kedua, Kecenderungan Implementasi tentang

Mengajarkan secara berulang-ulang

 

Berdasarkan penetapan tiga kategori tersebut di atas dan deskripsi pada lampiran 4.12 tentang Mengajarkan secara berulang-ulang diperoleh hasil seperti pada tabel 4.17, sebagai berikut:

 

Tabel 4.17

Deskripsi Data Mengajarkan secara berulang-ulang

 

N                        Valid

Missing

Mean

Std. Eror Of Mean

Median

Moda

Std. Daviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

35

0

54.11

969

54.00

49

5.733

32.869

21

43

64

 

 

 

Pada tabel di atas, ditemukan intervalnya (i) sebesar: Range (R) dibagi kategori (k), dengan rumus: i= R: k. Jadi i= 21: 3= 7 dibulatkan menjadi 7. Untuk menghasilkan tiga tabel interval pengkategorian, digunakan rumus:

i.k R + 1

7 x 3 21 +1

21 tidak 22, karena 21 lebih kecil dari 22, maka dalam tabel interval dimulai dengan nilai minimum di tambah 1.

Berdasarkan temuan tersebut dibuat tabel kategori dan posisi implementasi metode pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak oleh para orang tua Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya tentang Mengajarkan secara berulang-ulang disusun seperti berikut:

Interval

Kategori

Tingkat Implementasi

44 - 50

Rendah

 

51 - 57

Sedang

Median - Mean 54,00 -54,11 (sedang)

58 - 64

Tinggi

 

 

Analisis data dilakukan dengan confidence interval pada taraf signifikansi 5%, dan dihasilkan median - mean 54,00 - 54,11. Berdasarkan basil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan implementasi metode pengajaran PAK dalam pembentukan iman oleh para orang tua Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya tentang Mengajarkan secara berulang-ulang ada pada kategori "sedang" secara signifikan pada α < 0,05.

Ketiga, Kecenderungan Implementasi tentang

Mengajarkan Melalui Tanda Pengingat

 

Berdasarkan penetapan tiga kategori tersebut di atas dan berdasarkan deskripsi pada lampiran 4.12 tentang Mengajarkan melalui tanda pengingat diperoleh hasil seperti pada tabel 4.18.

 

Tabel 4.18 Deskripsi Data Mengajarkan

Melalui Tanda Pengingat

 

 

 

Statistics

Mengajar melalui Tanda Pengingat

 

N                        Valid

                                                        Missing

Mean

Std. Eror Of Mean

Median

Mode

Std. Daviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

35

0

21.89

616

22.00

25

3.644

13.281

14

16

30

 

Dan tabel di atas ditemukan intervalnya (i) sebesar: Range (R) dibagi kategori (k), dengan rumus: i= R: k. Jadi i= 14: 3= 4,66 dibulatkan menjadi 5. Untuk menghasilkan tiga tabel interval pengkategorian, digunakan rumus:

i.k R+ 1

5 x 3 14 + 1

15 15

Berdasarkan temuan tersebut dibuat tabel kategori dan posisi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak oleh para orang tua jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya tentang Mengajarkan melalui tanda pengingat, seperti berikut:

 

Interval

Kategori

Tingkat Pemahaman    1

16 — 20

Rendah

 

21 — 25

Sedang

Mean — Median 21,89 - 22 ,00 (sedang)

26 — 30

Tinggi

 

 

Analisis data dilakukan dengan confidence interval pada taraf signifikansi 5%, dan dihasilkan mean — median 21,89 — 22,00. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak oleh para orang tua jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, tentang Mengajarkan melalui tanda pengingat ada pada kategori "sedang tingkat awal" secara signifikan pada a < 0,05.

Berdasarkan tabel 4.16 sampai tabel 4.18 disusun tabel 4.19, sebagai berikut:

Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis 1
Kecenderungan Implementasi Dimensi-dimensi Pengajaran
PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak berdasarkan Ulangan 6:4-9

 

No

Kecenderungan
Implementasi Dimensi-
dimensi Pengajaran
PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak
berdasarkan Ulangan 6:4-9

Hasil Penelitian pada signifikan α < 0,05.

1

Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan

Nilai median — mean 37,00 — 37,63 dari interval 36 — 40 " sedang"

2

Mengajarkan secara berulang-ulang

Nilai median — mean 54,00 — 54,11 dari interval 51 — 57 "sedang"

3

Mengajarkan melalui tanda pengingat

Nilai mean — median 21,89 — 22,00 dan interval 21 — 25 " sedang"

 

Kecenderungan Implementasi tentang

Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak

 

Berdasarkan penetapan tiga kategori tersebut di atas dan berdasarkan deskripsi pada lampiran 4.7 tentang Metode pengajaran PAK dalam pembentukan  iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 diperoleh hasil seperti pada tabel 4.19.

Tabel 4.20

Deskripsi Data Pola Pengajaran Iman Kepada Anak

 

N                        Valid

                           Missing

Mean

Std. Eror Of Mean

Median

Moda

Std. Daviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

35

0

113.63

1.867

115.00

113a

11.046

122.005

45

93

138

a.       Mutiple modes axist the smallest value is shown

 

Dari statistik di atas ditemukan intervalnya (i) sebesar: Range (R) dibagi kategori (k), dengan rumus: i= R: k. Jadi i= 45: 3= 15 dibulatkan menjadi 15. Untuk menghasilkan tiga tabel interval pengkategorian, digunakan rumus:

i.k R + 1

15 x3 4.5 +1

45 tidak 46 , karena 45 lebih kecil dart 46, maka dalam tabel interval dimulai dengan nilai minimum di tambah 1.

Berdasarkan temuan tersebut dibuat tabel kategori dan posisi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak oleh para orang tua jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, seperti berikut:

Interval

Kategori

Tingkat Pemahaman

94 —108

Rendah

 

109 — 123

Sedang

Mean — Median 113,63 — 115,00

124 — 138

Tinggi

 

 

Analisis data dilakukan dengan confidence interval pada taraf signifikansi 5%, dan dihasilkan mean — median 113,63 — 115,00. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak oleh para orang tua jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, ada pada kategori “sedang” secara signifikan pada α < 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak dengan semua dimensi mengajarkan tentang mengasihi Tuhan, mengajarkan secara berulang-ulang, mengajarkan melalui tanda pengingat adalah masuk dalam kategori "SEDANG", sehingga dengan demikian hipotesis 1 yang mengatakan, "Kecenderungan tingkat implementasi  pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya ada pada kategori rendah menuju sedang." adalah TIDAK TERBUKTI.

 

Pengujian Hipotesis 2 (Uji Dominan)

Pengujian variabel yang berpengaruh dominan adalah dilakukan dengan menggunakan uji Beta, dengan cara membandingkan nilai Beta basil analisis linear regresi berganda dari semua variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas yang memiliki nilai Beta tertinggi merupakan variabel bebas yang berpengaruh dominan terhadap variabel terikat. Lihat tabel 4.21.

Tabel 4.21 Uji Dimensi Yang Dominana

coefficentsa

Model

Untanddardized coeffcients

Standardized
coefficients

t

Sig

Collnearty statistics

B

Std. error

Beta

Tolerance

VIF

 

1.     (constant)

Mengajarkan tentang

Mengasihi Tuhan

Mengajarkan berulang-ulang

Mengajarkan melalui

Tanda pengingat 

1504E-013

 

1.000

 

1.000

 

1.000

 

000

 

000

 

000

 

000

 

 

 

 

329

 

519

 

330

 

 

 

 

 

 

 

506

 

536

 

617

 

 

 

 

 

1.977

 

1.864

 

1.491

 

 

a.  Dependent Variable Metode Pengajaran Iman

Pada tabel Coefficients (tabel 4.21) kolom Standardized Coefficients di atas, ditemukan dimensi ‘Mengajarkan secara berulang-ulang’ yang memiliki nilai beta tertingi yaitu sebesar 0,519, maka dapat disimpulkan bahwa variabel ‘Mengajarkan secara berulang-ulang’ adalah dimensi yang berpengaruh dominan terhadap variabel terikat metode pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak' oleh para orang tua Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya.

Kalau dilihat dari sembilan indikator yang dimiliki oleh metode pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak seperti pada tabel 4.21 (Lampiran 4.16), maka sub indikator Membicarakan berulang-ulang saat diperjalanan dan Membicarakan saat berbaring" yang dominan berpengaruh terhadap pola pengajaran iman, karena kedua sub indikator tersebut mempunyai nilai beta tertinggi yang sama sebesar 0,244.

Kalau dilihat dari keempat sub indikator dari dimensi "Mengajarkan secara benilang-ulang', dari tabel 4.21 ditemukan bahwa sub indikator Membicarakan berulang­ulang saat diperjalanan dan Membicarakan saat berbaring' juga yang dominan mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman, karena kedua sub indikator tersebut mempunyai nilai beta yang sama sebesar 0,244.

Tabel 4.22 Uji lndikator Yang Dominan

coefficents

Model

Untanddardized coeffcients

Standardized
coefficients

t

Sig

Collnearty statistics

B

Std. error

Beta

Tolerance

VIF

1.  (constant)

MTdgnsHati

MtdgnsJiwa

Mtdkekuatan

Mbusssaat dirumah

Mbusaatdiperjalanan

Mbussaat berbaring

Mbussaat bangun

Membuart(TPdibadan

Membuat TPdirumah 

602

075

068

070

006

050

092

067

106

634

25

012

023

013

024

009

014

009

035

007

 

234

103

200

007

223

244

244

107

183

-2403

6.067

2.952

5.422

237

5.291

6.658

7.318

3.058

5.058

024

000

007

000

515

000

000

000

005

000

 

556

681

604

849

466

612

742

678

628

 

 

1.797

1.469

1.657

1.178

2.147

1.633

1.349

1.476

1.592

 

 

 

 

 

 

 

a.         Dependent Variable Pola Pengajaran

 

Dari penjelasan di atas, maka hipotesis 2 yang berbunyi, "Diduga dimensi yang paling dominan amemengaruhi implementasi pengajaran dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya adalah Mengajarkan secara berulang-ulang, sepenuhnya TERBUKTI, karena dari hasil analisis linear regresi berganda ternyata bahwa variabel Mengajarkan secara berulang-ulang yang dominan berpengaruh terhadap pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak. Jadi Hipotesis 2 Terbukti.

 

Pengujian Hipotesis 3 (Uji Latar Belakang)

Pengujian Kategori latar belakang mana yang berpengaruh dominan dilakukan dengan menggunakan uji Beta, dengan cam membandingkan nilai Beta hasil analisis linear regresi berganda dari semua variabel bebas. Kategori Latar Belakang: Suku (LB1), bentuk kekristenan (LB2), gereja asal (LB3), jenis kelamin (LB4), tingkat pendidikan (LB5), dan umur/usia (LB6) terhadap variabel terikat ‘Metode pengajaran iman kepada anak' oleh para orang tua  Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Variabel bebas Kategori latar belakang (LB1 - LB6) yang memiliki nilai Beta tertinggi (angka negatif atau pisitif sama saja) merupakan kategori latar belakang yang berpengaruh dominan terhadap variabel terikat. Lihat tabel 4.23.

Tabel 4.23 Uji Latar Belakang Dominan

coefficients

Model

Untanddardized coeffcients

Standardized
coefficients

t

Sig

Collnearty statistics

B

Std. error

Beta

Tolerance

VIF

 

2.           (constant)

      Suku

      Kekristenan

      Gereja Asal

      Jenis Kelamin

      Tingkat pendidikan

      Umur

298.556

2.224

-14.400

3.990

-2.609

1.580

328

34.774

2.956

13.276

15.739

7.175

4.534

452

154

-249

063

-070

090

187

8.586

752

1.085

254

-364

348

727

000

458

287

802

719

730

473

 

759

602

511

852

478

480

 

1.318

1.661

1.950

1.174

2.094

2.083

 

Pada tabel Coefficients (tabel 4.23) kolom Standardized Coefficients di atas, ditemukan variabel LB2 Kategori latar belakang `bentuk kekristenan' yang memiliki nilai Beta tertinggi yaitu sebesar -0,249 (minus 0,249). Tanda minus dalam kolom Beta artinya ditemukan dalam penelitian ini bahwa, semakin banyak `bentuk kekristenan keturunan' para orang tua (jemaat), semakin rendah 'implementasi pola pengajaran iman kepada anal(' berdasarkan Ulangan 6: 4-9, dan sebaliknya semakin sedikit `bentuk kekristenan keturunan' dari para orang tua (jemaat) semakin tinggi 'implementasi metode pengajaran iman' kepada anak mereka di Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Dengan kata lain, semakin banyak `bentuk kekristenan pertobatan' dari orang tua jemaat, maka semakin baik implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak mereka di Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, sebab itu dapat disimpulkan bahwa kategori latar belakang `bentuk kekristenan' (dalam hal ini Kristen keturunan, yakni = LB2) adalah kategori latar belakang yang berpengaruh dominan terhadap 'implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak' di  Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya.

Dan penjelasan di atas, maka hipotesis 3 yang berbunyi, " Kategori latar belakang yang paling dominan (dari suku, bentuk kekristenan, gereja asal, jenis kelamin, pendidikan dan usia) mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya adalah `latar belakang pendidikan adalah TIDAK TERBUKTI, karena dari hasil analisa linier regresi berganda (uji Beta), ternyata bahwa kategori latar belakang bentuk kekristenan' (Kristen keturunan) yang uji Beta-nya tertinggi sebesar -0,249 (minus 0,249), sehingga kategori `latar belakang bentuk kekristenan'lah yang dominan berpengaruh terhadap `implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9' di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. JADI HIPOTESIS 2 TIDAK TERBUKTI.

 

Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan pembahasan basil uji hipotesis 1, 2, dan 3 sebagai berikut:

Pembahasan Hipotesis 1 (Kecenderungan Implementasi)

Ringkasan Masalah: Setelah melalui beberapa tahap penelitian dan analisis hasil penelitian, peneliti telah menemukan bahwa kecenderungan tingkat implementasi ketiga dimensi, yaitu: 'Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan', `Mengajarkan secara berulang­-ulang, dan `Mengajarkan melalui tanda pengingat' ada  pada kategori sedang. Juga peneliti menemukan bahwa implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 ada pada kategori sedang. Sedangkan hipotesisnya tentang kecenderungan tingkat implementasi `pengajaran PAK dalam pembentukan iman' berdasarkan kecenderungan ketiga dimensinya, ada pada kategori rendah menuju sedang. Jadi hipotesis 1 tidak terbukti, karena tingkat implementasi temuan lebih tinggi dari hipotesis.

Metode Penelitian: Metode penelitian yang digunakan untuk menemukan tingkat kecenderungan Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah uji frekuensi. Hasilnya ternyata seperti tersebut di atas, kecenderungan tingkat Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya  ada pada kategori sedang.

Teori Pendukung: Rahasia terakhir dari kecerdasan orang-orang Yahudi yang membuat mereka mampu menguasai pendidikan, media, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, hiburan, dan sebagainya adalah implementasi metode dalam belajar (Abdul Wahid, 2011: 237). Metode mengajar ialah cara atau prosedur dalam mengelola interaksi antara guru (orang tua, pen) dan peserta didiknya (anak, pen) bagi berlangsungnya peristiwa belajar (mengestafetkan iman Kristen, pen) (Sijabat, 2004: 229). Metode mengajar berdasarkan bentuk komunikasi interaksi orang tua dan anak, ada tiga yakni: (1) Metode yang hanya menekankan komunikasi satu arab, yaitu dari pihak orang tua kepada anaknya. (2) Metode yang membangun komunikasi satu arah, yaitu dari anak kepada orang tuanya. (3) Metode yang membangun komunikasi dua arah, yaitu terjadinya relasi dan interaksi dialogis antara orang tua dan anak serta di antara anak lainnya (Sidjabat, 2004: 231-232). Proses pengajaran bisa berorientasi pada guru/ orang tua (theacher centred); dan mengajar bisa berpusat pada siswa/ anak (student centred) (Wina Sanjaya, 2006: 95-100).

Metode pengajaran yang harus diterapkan orang Israel kepada anak-anak mereka yang telah ditetapkan oleh Firman Allah terdapat dalam Ulangan 6-9 berkata,"Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya herulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah, juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskan-nya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu".

Arti/makna: Penelitian ini menemukan, bahwa tingkat kecenderungan implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 ada pada kategori sedang tingkat menengah, sedikit Iebih tinggi dari dugaan sebelumnya pada hipotesis 1 `kategori rendah menuju sedang'. Hal ini sesuai dengan rujukan teori yang dikemukakan oleh Abdul Wahid yang mengatakan, bahwa Rahasia terakhir dari kecerdasan orang-orang Yahudi adalah implementasi metode dalam belajar (Abdul Wahid, 2011: 237)

Secara praktis, bagi semua pecinta anak (hamba Tuhan, guru Sekolah Minggu, jemaat, dan khususnya para orang tua), juga bagi peneliti mengenai penemuan, bahwa `implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak' adalah hal utama dalam menentukan apakah anak akan mampu sebagai generasi penerima estafet iman Kristen, dan pada gilirannya apakah akan mampu sebagai generasi penerus mengestafetkan iman Kristennya kepada anak-anaknya, dan demikian seterusnya. Oleh karena begitu pentingnya pengestafetan iman Kristen dari orang tua kepada anak, sesuai perintah Tuhan dalam Ulangan 6:4-9, maka tidak ada alasan untuk tidak meningkatkan implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak oleh setiap orang tua khususnya di jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, dan umumnya oleh setiap orang tua Kristen.

Secara teoritis, menurut Homrighousen (2012:2-4), nenek moyang orang Israel,  Abraham,  Ishak dan Yakub menjadi guru bagi seluruh keluarganya. Sebagai bapa-bapa dari bangsanya, mereka bukan saja menjadi imam yang merupakan pengantara antara Tuhan dengan umat-Nya, tetapi juga menjadi guru yang mengajarkan tentang perbuatan­-perbuatan Tuhan yang mulia itu dengan segala janji Tuhan yang membawa berkat bagi Israel turun temurun. Tuhan telah memilih dan memanggil Abraham dari jauh untuk melayani kehendak-Nya yang Agung itu guna keselamatan umat manusia. Bimbingan dan maksud Tuhan itu perlu dijelaskan kepada anak cucunya. Ishak (anak Abraham) meneruskan pengajaran yang penting itu dan kemudian anaknya Yakub juga menanamkan segala perkara ini ke dalam batin anak-anaknya. Yusuf menyimpan perkara-perkara itu kemanapun ia pergi. Janji-janji Tuhan itu tetap terpelihara oleh orang Israel (bangsa Israel). Tuhan telah memasuki hidup mereka, karena Tuhan mau memakai bangsa itu sebagai alat-Nya. Atas perintah Tuhanlah keinsafan itu dipupuk dan diperdalam, dengan jalan pengajaran kepada tiap-tiap angkatan muda. Nabi Musa dipilih pula oleh Tuhan untuk membebaskan umat-Nya dari penindasan. Musalah yang diangkat menjadi panglima dan pemimpinnya, tetapi juga menjadi guru dan pemberi hukum-hukum bagi mereka. Musa mendidik mereka di padang belantara dan mengatur pendidikan itu dengan jitu dan tepat, Pendidikan itu akan dilanjutkan pula oleh pengganti-penggantinya. Tiap-tiap keturunanya umat Israel menyampaikan pula tiap pengajaran itu kepada keturunan yang berikut. Proses ini berlangsung terus menerus beratus-ratus tahun lamanya. Pendidikan itu mulai dalam masing-masing rumah tangga dan diteruskan dalam kebaktian-kebaktian  umum dan pada pengajaran dalam Taurat Tuhan. Tuhan Allah sendirilah yang merupakan pusat dan tujuan segala pengajaran masyarakat Israel, maka segala hal ihwal (perihal)[137] masyarakat umum juga dipelajari dan diatur dalam terang pernyataan Tuhan. Jadi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan  iman Kristen kepada anak sangat penting dan sangat urgen bagi setiap orang Kristen.

 

Pembahasan Hipotesis 2 (Uji Dominan)

Ringkasan Penemuan hasil uji hipotesis 2: Dimensi Mengajarkan secara berulang‑ulang dominan memengaruhi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya, dengan nilai beta 0,519. Indikator dominan kedua yang memengaruhi implementasi pola pengajaran
iman kepada anak adalah indikator Mengajarkan melalui tanda pengingat, dengan nilai beta 0,330. Indikator dominan ketiga yang memengaruhi Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah Mengajarkan tentang Mengasihi Tuhan, dengan nilai beta. 0,329.

Metode Penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis 2 (uji dominan) adalah uji beta, dengan hasil penelitian menunjukkan, bahwa `Mengajarkan secara bendang-ulang' adalah yang paling dominan berpengaruh terhadap Pola pengajaran iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9' di antara jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, dengan nilai beta tertinggi 0,519.

Teori pendukung: Mengajarkannya berulang-ulang kepada anak adalah salah satu cara utama untuk mengungkapkan kasih kepada Allah (111 6: 5) yakni memedulikan kesejahteraan rohani anak-anak dalam keluarga dan berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah. (Sofware Sabda, Penjelasan Ulangan 6:7). Menurut Sijabat (2001: 10), mengajar adalah upaya untuk mentransfer pengetahuan, pandangan, keyakinan, dogma, dan doktrin atau teologi yang dimilikinya kepada peserta didik.

Arti /makna secara teori: Penemuan dalam penelitian ini, secara teori bahwa rahasia terakhir dari kecerdasan orang-orang Yahudi yang membuat mereka mampu menguasai pendidikaan, media, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, hiburan, dan sebagainya adalah implementasi metode dalam belajar (Abdul Wahid, 2011: 237).

Hal ini sesuai dengan rujukan teori yang dikemukakan oleh nabi Musa (Ulangan 6:4-9) mengenai Metode pengajaran iman oleh orang Yahudi, yang juga menjadi Metode pengajaran iman orang Kristen yang mengatakan, terdapat 3 faktor utama yang menentukan keberhasilan metode pengajaran iman kepada anak, yakni: (1) Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap kekuatan dan dengan segenap jiwa, (2) Mengajarkan secara berulang-ulang, dengan cara membicarakannya berulang-ulang saat di rumah, saat dalam perjalanan, saat berbaring dan saat bangun, (3) Mengjarkan melalui tanda pengingat,dengan cara membuat tanda pengingat di badan dan di rumah.

Pentingnya penemuan secara secara praktis: Dalam penelitian ini ditemukan bahwa `mengajarkan secara berulang-ulang' (saat di rumah, saat dalam perjalanan, saat berbaring, dan saat bangun) yang dominan mempengaruhi Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya

 

Pembahasan Hipotesis 3 (Uji Latar Belakang)

Temuan: Kategori latar belakang yang dominan mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak oleh para orang tua di Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya adalah latar belakang pendidikan" adalah TIDAK TERBUKTI, karena dari hasil analisis linier regresi berganda (uji Beta), temyata bahwa variabel kategori latar belakang BENTUK KEKRISTENAN (LB2) yang uji Beta-nya tertinggi minus 0,249 (sebesar - 0,249), dibandingkan dengan kategori umur (LB6= 0,187), dan suku (LB1= 0,154).

Hasil uji beta latar belakang bentuk kekristenan yang negatif (-0,249) artinya,
semakin banyak responden (orang tua jemaat GBIS yang Kristen keturunan, semakin rendah tingkat implementasi pengajaran
PAK dalam pembentukan iman yang mereka lakukan kepada anak mereka, dan sebalikaya semakin sedikit responden (orang tua) jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya yang Kristen keturunan, maka semakin tinggi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman yang mereka lakukan kepada anak mereka. Dengan kata lain dalam penelitian ditemukan, bahwa semakin banyak para orang tua jemaat GBIS bentuk kekristenannya (Kristen keturunan), bukan pertobatan, maka semakin tinggi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman yang mereka lakukan kepada anak mereka.

Metode Penelitian: Pengujian Kategori latar belakang mana yang berpengaruh dominan, dilakukan dengan menggunakan uji Beta, dengan cara membandingkan nilai Beta hasil analisis linier regresi berganda dari keenam variabel bebas Kategori Latar Belakang. Tanda minus (-0,249) dalam kolom Beta artinya ditemukan dalam penelitian ini bahwa, semakin banyak responden (orang tua) yang bentuk kekristenannya Kristen pertobatan, maka semakin besar mereka mengimplementasikan pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9.

Teori : Sehubungan temuan di atas, maka para hatnba Tuhan dan setiap orang tua perlu serius mengenal implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9. Selain itu para hamba Tuhan perlu meningkatkan bentuk kekristenan orang tua dari Kristen ketunman ke Kristen pertobatan. Karena temuan membuktikan bahwa semakin rendah implementasi pengajaran PAK oleh orang tua yang Kristen ketunman berbanding terbalik, artinya semakin banyak orang tua tetap Kristen keturunan (tidak bertobat) semakin kecil implementasi pengajaran PAK kepada anak.

Untuk mengenal lebih jauh responden, ditemukan sebanyak 35 orang responden (orang tua jemaat GBIS Yerusalem Baru terdiri dari 30 orang (85,71%) responden adalah Kristen keturunan dan 14,39% adalah Kristen pertobatan.

Arti /makna penemuan: Temuan ini dipandang dari segi pendidikan, maka untuk sejumlah orang tua yang bentuk kekristenan keturunan (30 orang) tersebut, perlu dibentuk kelas-kelas yang sesuai kebutuhan pertobatan mereka.

Pentingnya penemuan: Secara teori manajemen pendidikan dan secara bisnis pendidikan di gereja, perlu mengelompokkan orang tua berdasarkan umur, kemampuan/ pendidikan/ dan sebagainya.

Secara praktis, temuan menunjukkan bahwa hal utama yang harus disediakan di GBIS adalah Buku Pedoman Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 bagi orang tua, untuk mengestafetkan iman Kristen kepada satu generasi, ke generasi berikutnya.

Penelitian sebelumnya belum ada membahas mengenai kategori latar belakang responden yang mempengaruhi variabel terikat yang ditelitinya.

Temuan kategori latar belakang umur yang dominan berpengaruh terhadap implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak oleh para jemaat adalah tidak sesuai dengan hipotesis, karena dalam penelitian ini ditemukan latar belakang yang dominan yang mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak jemaat adalah latar belakang bentuk kekristenan, bukan tingkat pendidikan terakhir. Namun belum terpikir sebelumnya bahwa semakin tinggi bentuk kekristenan keturunan, akan semakin rendah implementasi mereka mengenai pola pengajaran iman kepada anak. Hal ini karena keterbatasan segi-segi penelitian, peneliti belum menemukan teori yang mengatakan, semakin tinggi bentuk kekristenan keturunan orang tua (jemaat), maka semakin rendah implementasi pola pengajaran iman kepada anak mereka, sehingga mungkin angket yang diajukan kurang memvasilitasi untuk mendapatkan informasi tentang hal itu, sehingga proses analisis data kurang tepat dan sebagainya.


 

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan tentang studi eksplanatori konfirmatori Implementasi Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman Kepada Anak Berdasarkan Kitab Ulangan 6:4-9 di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, maka peneliti mengambil kesimpulan yang diuraikan di bawah ini.

Pertama, diduga kecenderungan tingkat Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya di antara Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya ada pada kategori rendah menuju sedang. Setelah dilakukan pengujian hipotesis ternyata hasilnya, “Kecenderungan tingkat Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya ada pada kategori sedang, sehingga dengan demikian dugaan kecenderungan tingkat Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya ada pada kategori rendah”, adalah TIDAK TERBUKTI. Sedangkan temua hasil uji hipotesis pertama adalah sebagai berikut :

1.        Hasil uji Hipotesis 1 : (Uji Kecenderungan)

a)         Kecenderungan Implementasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya, tentang dimensi pertama, yakni, ‘mengajarkan tentang mengasihi Tuhan’ ditemukan nilai median-mean nya adalah 37,00 – 37,63 dari interval 36 – 40, termasuk pada kategori “sedang”.

b)        Kecenderungan Implementasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya, tentang dimensi kedua, yakni, ‘mengajarkan secara berulang-ulang’ ditemukan nilai median-mean nya adalah 54,00 – 54,11 dari interval 51 – 57, termasuk pada kategori “sedang”.

c)         Kecenderungan Implementasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya, tentang dimensi ketiga, yakni, ‘mengajarkan melalui tanda pengenal’ ditemukan nilai median-mean nya adalah 21,89 – 22,00 dari interval 21 – 25, termasuk pada kategori “sedang”.

d)        Kecenderungan Implementasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya, ditemukan nilai median-mean nya adalah 113,63 – 115,00 dari interval 1091 – 138, termasuk pada kategori “sedang”.

Dengan demikian hipotesis 1 yang berbunyi “Kecenderungan tingkat Implementasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya ada pada kategori ‘rendah’, adalah TIDAK TERBUKTI.

2.        Hasil Uji Hipotesis 2: (Uji dominan)

Diduga dimensi yang paling dominan memengaruhi Implementasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah mengajarkan secara berulang­ulang. Setelah dilakukan pengujian hipotesis ternyata hasilnya, "Dimensi yang paling dominan adalah dimensi Mengajarkan Secara berulang-ulang, sehingga dengan demikian dugaan dimensi yang paling dominan memengaruhi Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah mengajarkan secara berulang-ulang." adalah TERBUKTI.

a)         Uji Hipotesis 2 dalam penelitian ini terbukti.

Dari tiga dimensi variabel 'Implemnetasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9, yaitu (Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan, Mengajarkan secara berulang-ulang dan Mengajarkan melalui tanda pengingat), ditemukan bahwa dimensi `Mengajarkan secara berulang­ulang' yang berpengaruh paling dominan terhadap variabel terikat `implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak' oleh para orang tua Jemaat GBIS Yerusalem Baru, karena memiliki nilai beta tertinggi yaitu sebesar 0,519.

b)        Kalau dilihat dari sembilan indikator yang dimiliki oleh `implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak', maka indikator Membicarakan berulang-ulang saat diperjalanan dan Membicarakan saat berbaring" yang dominan berpengaruh terhadap implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak, karena kedua indikator tersebut mempunyai nilai beta tertinggi yang sama sebesar 0,244.

c)         Kalau dilihat dari keempat indikator dari dimensi "Mengajarkan secara berulang-ulang', ditemukan bahwa indikator Membicarakan berulang­ulang saat diperjalanan dan Membicarakan saat berbaring' juga yang dominan memengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak, karena kedua indikator tersebut mempunyai nilai beta yang sama sebesar 0,244,

Dengan demikian, maka hipotesis 2 yang berbunyi, "Dimensi yang paling dominan memengaruhi Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah `Mengajarkan secara berulang-ulang'", sepenuhnya TERBUKTI.

3.        Hasil Uji Hipotesis 3: Kategori Latar Belakang

Diduga kategori latar belakang yang paling dominan (dari suku, bentuk kekristenan, gereja asal, jenis kelamin, pendidikan dan usia) memengaruhi Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah latar belakang pendidikan. Setelah dilakukan pengujian hipotesis ternyata hasilnya yang memengaruhi Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah latar belakang “bentuk kekristenan”, sehingga dengan demikian, hipotesis ketiga yang berbunyi kategori latar belakang yang paling dominan memengaruhi Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya, latar belakang pendidikan adalah TIDAK TERBUKTI.

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini menyatakan bahwa Pada tabel Coefficients (tabel 4.23) kolom Standardized Coefficients di atas, ditemukan variabel LB2 Kategori latar belakang `bentuk kekristenan' yang memiliki nilai Beta tertinggi yaitu sebesar -0,249 (minus 0,249), tanda minus dalam kolom Beta artinya ditemukan dalam penelitian ini bahwa, semakin banyak `bentuk kekristenan keturunan' para orang tua (jemaat), semakin rendah Implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak' berdasarkan Ulangan 6: 4-9, dan sebaliknya semakin rendah `bentuk kekristenan keturunan' dari para orang tua (jemaat) semakin tinggi Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya.

Dengan kata lain, semakin banyak `bentuk kekristenan pertobatan' dan orang tua jemaat, maka semakin baik 'implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak' maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kategori latar belakang `bentuk kekristenan' (dalam hal ini Kristen keturunan, yakni = LB2) adalah variabel yang berpengaruh dominan terhadap Implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak' di jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya.

Dengan demikian, maka hasil analisa linier regresi berganda (uji Beta), ternyata bahwa variabel kategori 'War belakang bentuk kekristenan' (Kristen keturunan) yang uji Beta-nya tertinggi sebesar -0,249 (minus 0,249), lah yang dominan berpengaruh terhadap Pengaruh Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya. AJADI HIPOTESIS 3 TIDAK TERBUKTI.

 

Implikasi

Penelitian tentang Implementasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya memberikan beberapa implikasi sebagai berikut :

Pertama, kecenderungan Implementasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya kategori sedang. Kedua ditemukan bahwa dimensi `Mengajarkan secara berulang-ulang' dan dua indikator `Membicarakarmya berulang-ulang saat berbaring' dan `Membicarakannya saat bangun' yang dominan berpengaruh terhadap implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9. Ketiga ditemukan, bahwa kategori latar belakang "bentuk kekristenan" (Kristen keturunan) yang dominan berpengaruh kepada implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak. Maksudnya semakin banyak orang tua yang Kristen keturunan, semakin sedikit implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak.

Adapun implikasi yang diajukan dari hasil temuan penelitian ini adalah, Meningkatkan implikasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak di GBIS Yerusalem Surabaya, dengan cara memberi pemahaman yang benar kepada setiap orang tua, mengenai pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak secara terprogram dan berkelanjutan melalui rencana strategis di bawah ini.

Implikasinya sekarang: Dari temuan di atas peneliti mengusulkan implikasi berupa Rencana Strategis (Renstra) bagi GBIS Yerusalem Baru Surabaya untuk jangka pendek (waktu dekat), jangka menengah, dan jangka panjang mengacu kepada visi misi GBIS dengan garis besar, sebagai berikut:

Rencana Strategis

Gereja Bethel Injil Sepenuh Surabaya

Program      :    jangka pendek mengadakan retreat dan ibadah keluarga dengan materi ‘Implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak’. Jangka panjang membuat Buku Pedoman Pendidikan Agama Kristen dalam pembentukan Iman Kristen kepada anak untuk GBIS Yerusalem Baru Surabaya.

Prioritas      :    Meningkatkan PAK dalam pembentukan iman kristus kepada anak oleh orang tua di GBIS Yerusalem Baru Surabaya melalui program ibadah keluarga dan retreat dengan muatan materi ‘implementasi pengaajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak’ secara terencana dan berkesinambungan, karena dari hasil olahan data penelitian ditemukan ‘tingkat implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman’ di GBIS Yerusalem Baru masih dalam taraf ‘sedang’.

Indikator Pengajaran PAK dalam Pembentukan Iman kepada Anak berdasarkan Ulangan 6:4-9, mencakup:

Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan

Mengasihi Tuhan dengan segenap hati

Mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa

Mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan

Mengajarkan secara berulang-ulang

Membicarakan berulang-ulang saat di rumah

Membicarakan berulang-ulang saat dalam perjalanan

Membicarakan berulang-ulang saat berbaring

Membicarakan berulang-ulang saat bangun

Mengajarkan melalui tanda pengingat

Membuat tanda pengingat di badan

Membuat tanda pengingat di rumah

Penemuan yang tidak sesuai dengan hipotesis adalah, peneliti telah menemukan bahwa tingkat Implementasi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya ada pada kategori sedang; hal ini disebabkan karena keterbatasan segi-segi penelitian, keterbatasan dalam membuat angket penelitian, keterbatasan dalam analisis pokok masalah sebelumnya.

Rekomendasi-rekomendasi untuk penelitian selanjutnya: Peneliti perlu memperhatikan kriteria/kualitas keunggulan implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman Kristen kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 yang diperintahkan oleh Tuhan, sebab metode pengajaran iman yang ditetapkan Tuhan itulah metode pengajaran iman yang harus dilaksanakan setiap orang Kristen, sehingga estafet iman itu berlanjut sepanjang masa. (2) GBIS Yerusalem Baru perlu menekankan pembinaan terencana, agar setiap orang ma menyadari urgensinya dan mampu mengajarkan secara berulang-ulang tentang mengasihi Tuhan (dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan, khususnya saat berbaring dan saat bangun.) Misalnya dengan melaksanakan ibadah keluarga setiap hari satu jam dengan tema seperti daftar tema yang ditentukan oleh gembala. (3) GBIS Yerusalem Baru perlu mempertimbangkan strategi pelayanan khusus kepada para orang tua yang berasal dari Kristen keturunan, agar mereka menangkap maksud urgensinya meningkatkan implemnetasi pola pengajaran iman kepada anak secara berkelanjutan, yaitu mengestafetkan iman Kristen ke generasi anak, dan ke generasi cucu melalui tema-tema yang disusun dalam kegiatan setiap tahun, seperti berikut:

 

RENCANA STRATEGIS

GEREJA BETHEL INJIL SEPENUH

YERUSALEM BARU SURABAYA

 

Visi             :    Diperlengkapi untuk memperlengkapi orang-orang kudus untuk mempermuliakan Allah

Misi            :    (1) Menghasilkan anggota jemaat berkarakter Kristus

(2) Menyiapkan anggota jemaat yang memberi dampak positif terhadap lingkungan.

Motto         :    "Keluarga kuat gereja kuat"

Program    :    Meningkatkan Pendidikan Karakter anggota keluarga Berkualitas

I.         Persekutuan Kaum Pria (PKP), Persekutuan Kaum Wanita (PKW), Kaum Pemuda Remaja (KPR), dan Sekolah Minggu (SM), dengan cara:

1.      PKP dan PKW mengadakan ibadah gabungan sebulan sekali pada minggu keempat dengan materi Implementasi Pengajaran PAK Dalam Pembetukan Iman Kepada Anak (IPP-DPIKA).

2.      PKB dua bulan sekali atau sebulan sekali diisi diskusi dengan materi pokok antara lain, pecan kaum bapak sebagai imam, gembala, penginjil, guru, dan rasuli, sehingga jadwal tema-tema ibadah PKB menjadi sebagai berikut:

TABEL 5.1.

JADWAL IBADAH PKP TAHUN 2015

GBIS YERUSALEM BARU SURABAYA

 

Bln

Minggu ke 1

Minggu ke 2

Minggu ke 3

Minggu ke 4

Jan

 

 

 

 

Feb

 

Pria sebagai Imam (1)

 

IPP-DPIKA (2)

Mar

 

 

 

IPP-DPIKA (3)
Retreat (5)

Apr

 

Pria sebagai
gembala (4)

 

Mei

 

 

 

IPP-DPIKA

Jun

 

Pria sebagai penginjil

 

IPP-DPIKA

Jul

 

 

 

Retreat

Agu

 

Pria sebagai guru

 

IPP-DPIKA

Sep

 

 

 

IPP-DPIKA

Okt

 

Pria sebagai rasul

 

IPP-DPIKA

Nop

 

 

 

Retreat

Des

 

 

 

 

 

 

Catatan:

1.    Fleksibel, apakah ibadah gabungan PKB dan kaum ibu
pada minggu keempat atau minggu lainnya.

2.    Nomor dalam kurung adalah kode pembicara, misalnya: (1) Pdt. Rudianto Kusumo, (2) Pdt Sali, (3) dst.

3.    Jadwal setahun dibuat oleh PKB dibahas pada waktu pertemuan

 

 

3.      PKW dua bulan sekali atau sebulan sekali diisi diskusi dengan materi pokok antara lain, peran kaum ibu sebagai istri imam, istri gembala, istri penginjil, istri guru, dan istri rasuli, sehingga jadwal tema-tema ibadah PKW menjadi sebagai berikut:

 

TABEL 5.2.

JADWAL IBADAH PKW TAHUN 2015

GBIS YERUSALEM BARU SURABAYA

 

Bln

Minggu ke 1

Minggu ke 2

Minggu ke 3

Minggu ke 4

Jan

 

 

 

 

Feb

 

Wanita istri Imam (1)

 

IPP-DPIKA (2)

Mar

 

 

 

IPP-DPIKA (3)

Apr

 

Wanita istri gembala (4)

 

Retreat (5)

Mei

 

 

 

IPP-DPIKA ()

Jun

 

Wanita istri penginjil ()

 

IPP-DPIKA

Jul

 

 

 

Retreat

Agu

 

Wanita istri guru ()

 

IPP-DPIKA

Sep

 

 

 

IPP-DPIKA

Okt

 

Wanita istri rasul 0

 

IPP-DPIKA

Nop

 

 

 

Retreat

Des

 

 

 

 

 

Catatan:

1.    Fleksibel, apakah ibadah gabungan PKW dan PKB diadakan pada minggu keempat atau minggu lainnya.

2.    Nomor dalam kurung adalah kode pembicara, misalnya: (1) Pdt. Sembiring, (2) Pdt Widi, (3) dst.

3.    Jadwal setahun dibuat oleh PKW dibahas waktu pertemuan

 

 

4.      KPR dua bulan sekali atau sebulan sekali diisi diskusi dengan materi pokok antara lain, peran KPR menjadi anak imam, menjadi anak gembala, menjadi anak penginjil, menjadi anak guru, dan menjadi anak rasuli, sehingga jadwal tema-tema ibadah PKW menjadi sebagai berikut:

TABEL 5:3. JADWAL IBADAH KPR TAHUN 2015
GBIS YERUSALEM BARU SURABAYA

 

Bln

Minggu ke 1

Minggu ke 2

Minggu ke 3

Minggu ke 4

Jan

 

 

 

 

Apr

 

KPR menjadi anak gembala (4)

 

Retreat (5)

Mei

 

 

 

IPP-DPIKA ()

Jun

 

KPR menjadi anak penginjil ()

 

IPP-DPIKA

Jul

 

 

 

Retreat

Agu

 

KPR menjadi anak guru ()

 

IPP-DPIKA

Sep

 

 

 

IPP-DPIKA

Okt

 

KPR menjadi anak rasul 0

 

IPP-DPIKA

Nop

 

 

 

Retreat

Des

 

 

 

 

 

Catatan:

1.    Fleksibel, apakah ibadah gabungan PKW dan PKB diadakan pada minggu keempat atau minggu lainnya.

2.    Nomor dalam kurung adalah kode pembicara, misalnya: (1) Pdt. Rudianto Kusumo, (2) Pdt Sali, (3) dst.

3.    Jadwal setahun dibuat oleh PKW dibahas waktu pertemuan

 

5.      Implementasi Pengajaran PAK dalam pembentukan Iman kepada Anak oleh orang tua di rumah, melalui ibadah keluarga (yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga yang tinggal serumah), dengan cara: Setiap keluarga komitmen untuk mengadakan ibadah keluarga setiap hari 30 — 60 menit, dengan liturgi:

Pujian                       dipandu oleh........

Doa Pembukaan       dipimpin oleh......

Baca Finnan             dimulai oleh........lalu bergiliran

Shearing                   dimulai oleh........

Pujian                       dipandu oleh........

Doa Penutup            dipimpin oleh......

Pengumuman            oleh.....................

Tema per minggu, seperti dalam tabel mingguan.

(urutan yang bertugas liturgi bisa dimulai dari orang tertua atau ayah, hari berikutnya oleh ibu, lalu ke yang lebih muda, demikian selanjutnya)

 

TABEL 5:4.

JADWAL TEMA PER MINGGU IBADAH KELUARGA

GBIS YERUSALEM BARU SURABAYA

 

Bln

Minggu ke 1

Minggu ke 2

Minggu ke 3

Minggu ke 4

Jan

 

 

 

 

Mar

Keluarga Lot

Keluarga Abraham

Keluarga Yakub

IPP-DPIKA (3)

Apr

Keluarga Ishak

Menjadi keluarga

gembala (4)

Keluarga Yusuf PL

Retreat (5)

Mei

Keluarga Musa

Keluarga Harun

Keluarga. Yosua

IPP-DPIKA 0

Jun

Keluarga Saul

Menjadi keluarga

Penginjil ()

Keluarga Daud

IPP-DPIKA 0

Jul

Keluarga Salomo

Keluarga Elia, Elisa

Keluarga Raja Asa

Retreat

Agu

Keluarga Yeobeam

Menjadi keluarga guru ()

Keluarga Yehuda

IPP-DPIKA

Sep

Keluarga Raja Ahas

Keluarga Ayub

Ajaran Matius

IPP-DPIKA

Okt

Ajaran Markus

Menjadi keluarga rasul 0

Ajaran Lukas

IPP-DPIKA

Nop

Ajaran Yohanes

Ajaran Paulus

Ajaran Petrus

Retreat

Des

Keluarga Zakaria

Keluarga Yusuf PB

Ajaran Yakobus

 

 

Catatan:

1.    Fleksibel, jam mulai ibadah keluarga ditetapkan oleh keluarga masing-masing.

2.    Pembawa acara flap bagian ibadah ditetapkan di keluarga masing-masing.

3.    Jadwal tema setahun dibuat oleh gembala

 

6.      Implementasi Pengajaran PAK Dalam Pembentukan Iman kepada Anak Sekolah Minggu di gereja, yang dilakukan oleh guru Sekolah Minggu, dengan cara:

a.       Guru Sekolah mengelompokkan anak Sekolah Minggu ke dalam kelompok-kelompok umur.

b.      Guru Sekolah Minggu membagi tugas penanggung jawab diantara guru Sekolah Minggu berdasarkan kelompok umur anak yang sudah mereka sepakati.

c.       Tiap guru penanggung jawab kelompok umur membuat silabus tema-tema bahasan selama setahun. (bisa dibagi triwulanan atau kuartalan, atau smesteran) untuk diminta pendapat kepada penanggung jawab Sekolah Minggu dan gembala.

d.      Tiap guru penanggung jawab mengajukan anggaran yang dibutuhkan selama setahun kepada penangungjawab Sekolah Minggu dan gembala.

 

 

 

TABEL 5:5.

JADWAL TEMA PER MINGGU PENGAJARAN IMAN KEPADA ANAK

GBIS YERUSALEM BARU SURABAYA

 

Bln

Minggu ke 1

Minggu ke 2

Minggu ke 3

Minggu ke 4

Jan

 

 

 

 

Feb

 

Menjadi keluarga Imam (1)

 

IPP-DPIKA (2)

Mar

 

 

 

IPP-DPIKA (3)

Apr

 

Menjadi keluarga gembala (4)

 

Retreat (5)

Mei

 

 

 

IPP-DPIKA 0

Jun

 

Menjadi keluarga penginjil 0

 

IPP-DPIKA O

Jul

 

 

 

Retreat

Agu

 

Menjadi keluarga

guru 0

 

IPP-DPIKA

Sep

 

 

 

IPP-DPIKA

Okt

 

Menjadi keluarga rasul ()

 

IPP-DPIKA

Nop

 

 

 

Retreat

Des

 

 

 

 

 

Catatan:

1.    Fleksibel, jam mulai ibadah Sekolah Minggu ditetapkan
oleh penanggung jawab Sekolah Minggu.

2.    Jadwal petugas Sekolah Minggu ditetapkan oleh penanggung jawab Sekolah Minggu.

3.    Jadwal tema setahun dibuat oleh gembala.

 

 

II.       Program Keluarga, dengan cara:

1.         Mengadakan retreat bersama (PKB, PKW, KPR, dan Sekolah Minggu) sebanyak 2 - 3 kali setahun dengan materi IPP-DPIKA.

2.         Setiap bulan pada minggu-minggu tertentu ditetapkan tema yang sama di PKB, PKW, KPR, dan Sekolah Minggu.

III.   Keunggulan Gereja ini

Gereja ini berbasis keluarga.

 

 

REKOMENDASI

1.        Sehubungan hasil uji Hipotesis 1 (meningkatkan kecenderungan implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9).

a)      Pihak Hamba Tuhan GBIS Yerusalem Baru Surabaya perlu mengawal kekonsistenan pelaksanaan rencana strategis GBIS Yerusalem Baru Surabaya di tiap kategorial (PKB, PKW, KPR, dengan cara mengevaluasi pada rapat bulanan yang dihadiri oleh para pengurus keempat kategorial tersebut.

b)      Hamba Tuhan GBIS menyiapkan tema-tema pokok bahasan setiap minggu sepanjang bulan dan tam berkesinambungan untuk menanamkan implementasi metodi estafet iman Kristen ke generasi berikutnya, yang di break down melalui pelayanan kategorial PKB, PKW, KPR dan SM.

c)      Gembala GBIS menyediakan fasilitas yang dibutuhkan para guru Sekolah Minggu, agar selain estafet iman yang dikerjakan oleh setiap orang tua 6 hari seminggu dengan caranya masing-masing, dikerjakan pula oleh para guru SM professional.

d)     Gembala GBIS perlu mendorong agar guru-guru SM untuk menempuh pendidikan Sarjana Pendidikan Agama Kristen (S.Pak), S.Th, atau Akta Mengajar (misalnya di Unitomo selama 4 bulan).

 

Pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab peneliti lain adalah bagaimana setiap orang tua dengan cara mudah, terjangkau, bergengsi dan memuaskan dalam melaksanakan pengajaran PAK dalam pembentukan iman yang unggul itu dalam rumah tangganya, agar setiap anak dalam rumah tangga Kristen, mampu dan bertanggung jawab dan ambil bagian dalam lembaga pendidikan berestafet ini.

 

Kedua, para orang tua GBIS Yerusalem Baru Surabaya harus lebih maksimal "Mengajarkan secara berulang-ulang, saat di rumah, saat dalam perjalanan, saat berbaring, dan saat bangun. Penelitian ini membuktikan bahwa Mengajarkan secara berulang-ulang menjadi dimensi yang dominan dalam mengimplementasikan pola pengajaran iman kepada anak, hanya masih berada pada kategori sedang, secara signifikan pada a < 0,05. Artinya para orang tua Jemaat GBIS sudah menjadi orang tua yang mengajarkan secara berulang-ulang kepada anak mereka, tempi belum maksimal. Untuk itu, para orang tua harus  meningkatkan diri lebih maksimal. Misalnya dengan melaksanakan ibadah keluarga setiap hari satu jam dengan tema yang sudah ditentukan oleh gembala, dan perlu dibuat program sebagai jalan keluarnya.

Implikasinya sekarang Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya perlu memikirkan program `pelaksanaan pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak' dengan sangat menekankan pada aspek `membicarakan berulang-ulang saat berbaring dan saat bangun' karena kedua indikator tersebut yang dominan mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan Iman kepada anak di Jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Di lain pihak dalam tesis ini ditemukan bahwa penekanan materi `mengajarkan tentang mengasihi Tuhan dengan segenap hati' adalah indikator dominan kedua setelah indikator Membicarakan berulang-ulang saat diperjalanan dan Membicarakan saat berbaring'

Walaupun penemuan dalam tesis ini sesuai hipotesis kedua, masih ada keterbatasan dalam beberapa segi penelitian, seperti angket yang kurang komunikatif barangkali, atau analisis data tesis ini kurang memadai dan sebagainya.

Rekomendasi-rekomendasi untuk penelitian selanjutnya antara lain variabel-variabel independen pola pengajaran iman kepada anak terutama tentang mengajarkan secara berulang-ulang lebih ditekankan untuk mengantisipasi tantangan yang akan dihadapi anak pada zamannya.

Pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab peneliti lain adalah, bagaimana caranya agar setiap orang tua dan hamba Tuhan berfokus pada metode pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak, remaja dan pemuda? (a) Sehubungan hasil uji hipotesis 2 (uji dimensi dominan): Karena ketiga dimensi yaitu: Mengajarkan tentang mengasihi Tuhan, Mengajarkan secara berulang-ulang, dan Mengajarkan melalui tanda pengingat, merupakan kesatuan utuh  pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak berdasarkan Ulangan 6:4-9 yang tidak bisa dipisahkan satu dari yang lain, maka implementasi dari ketiga dimensi tersebut merupakan satu paket pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak, yang harus dilaksanakan oleh para orang tua GBIS Yerusalem Baru Surabaya, karena sudah terbukti keunggulannya ketika diterapkan secara konsisten oleh orang Yahudi..(b) Perhatian penekanan khusus pada implementasi dimensi kedua, `Mengajarkan secara berulang-ulang' dan pada indikator ketiga dan keempat yaitu `Membicarakannya berulang-ulang saat berbaring' dan membicarakannya saat bangun' sangat penting, karena dari hasil penelitian, dimensi ke dua dan indikator ketiga dan keempat tersebut paling dominan mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak  berdasarkan Ulangan 6:4-9 di GBIS Yerusalem Baru Surabaya .

Ketiga, Sehubungan hasil uji hipotesis 3 (kategori latar belakang yang dominan): Karena kategori latar belakang yang dominan mempengaruhi implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak Tidak Terbukti karena latar belakang yang dominan adalah latar belakang bentuk kekristenan (Kristen keturunan)            bukan tingkat pendidikan---, karena hasil uji Beta bentuk kekristenan tertinggi minus 0,249 (sebesar -0,249)

Implikasinya, dengan meningkatkan implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak di GBIS Yerusalem Baru Surabaya, sangat prioritas mengubah kekristenan para orang tua jemaat dari bentuk kekristenan keturunan ke bentuk Kristen pertobatan.

Temuan ini dikatakan sangat penting, karena hasil uji beta bentuk kekristenan yang negatif (-0,249) yang artinya, implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak oleh para orang tua, berbanding terbalik dengan bentuk kekristenan (keturunannya), atau dengan kata lain semakin tinggi jumlah Kristen keturunan dari orang tua, maka semakin rendah implementasi  pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak mereka, dan sebaliknya semakin rendah jumlah orang tua yang bentuk kekristenanya keturunan, maka semakin tinggi tingkat implementasi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak mereka. Ini berarti sangat urgen sekali perhatian khusus dari gembala kepada para orang tua yang Kristen keturunan tersebut, karena kelompok ini paling banyak memeliki anak di GBIS Yerusalem Baru Surabaya. Perhatian khusus bisa berupa membuka kelas khusus mengenai pengajaran PAK kepada anak yang dikhususkan kepada mereka misalnya seminggu sekali. Sebagai gambaran, sebanyak 35 orang responden (orang tua jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya) terdiri dari 30 orang (85,71%) responden adalah Kristen keturunan dan 14,39% adalah Kristen pertobatan. Sebanyak 27 orang responden (77,14%) berumur di bawah 45 tahun dan 8 orang (22,86%) di atas 45 orang. Sebanyak 31 orang responden berasal dart gereja Protestan, 3 orang dari gereja pentakosta dan 1 orang dari gereja Katolik. Sebanyak 29 orang suku Jawa, 1 orang Batak, 3 orang Timor dan lainnya 2 orang. Responden laki-laki 20 orang dan perempuan 15 orang. Responden berpendidikan SD dan SMP sebanyak 9 Orang, SLTA 17 orang dan Sarjana 9 orang.

Rekomendasi-rekomendasi untuk penelitian selanjutnya perlu diperluas kategori latar belakang yang dibahas, misalnya dipilih antara lain: Latar belakang suku, agama, klasifikasi umur, tingkat pendidikan, status keluarga, tingkat ekonomi responden disesuaikan dengan keadaan lokasi penelitan.

Pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab peneliti lain, bagaimana silabus susunan materi pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak yang mampu mengestafetkan iman kepada generasi berikutnya per kelompok umur? Bagaimana mengimplementasikan silabus tersebut per kelomok umur?

 

Tabel 5.6.

Rancangan Program Peningkatan Implementasi

Pola Pengajaran Iman Kepada Anak.

 

Hasil Temuan

Implikasi

Program

Kecenderungan tingkat Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya ada pada kategori sedang.

Dengan memberi

pemahaman yang benar

kepada setiap orang tua,

mengenai pengajaran PAK dalam pembentukan iman kepada anak secara terprogram dan berkelanjutan

Mengadakan Ibadah

PKP, PKW, KPR, SM

dengan melibatkan ke 4

kategorial bersama

dengan gembala

Dimensi yang paling dominan memengaruhi Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya adalah dimensi mengajarkan secara berulang-ulang

Perlu    memikirkan program `pelaksanaan

Pola pengajaran iman

Kepada anak’ dengan

sangat menekarikan pada

aspek   `membicarakan

berulang-ulang saat

berbaring dan saat bangun karena  kedua

indicator tersebut yang

dominan mempengaruhi

Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya

Untuk penelitian

Selanjutnya antara lain

variabel-variabel independen pola

pengajaran iman kepada

anak terutama tentang

mengajarkan secara

berulang-ulang lebih

ditekankan untuk

mengantisipasi tantangan

yang akan dihadapi anak

pada zamannya.

Kategori latar belakang yang paling dominan (dari suku, bentuk kekristenan, gereja asal, jenis kelamin, pendidikan dan usia) yang memengaruhi Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya

Meningkatkan Pengajaran Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Iman Kristus Kepada Anak Berdasarkan Ulangan 6:4-9 di Jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya sangat prioritas mengubah kekristenan para orang tua jemaat dari bentuk kekristenan ke bentuk Kristen pertobatan

 

Penelitian selanjutnya perlu diperluas kategori latar belakang yang dibahas, misalnya dipilih antara lain : latar belakang suku, agama, klasifikasi umur, tingkat pendidikan, status keluarga, tingkat ekonomi responden disesuaikan dengan keadaan lokasi penelitian.

 

 

 

 

Saran

Berdasarkan temuan-temuan pada bab IV, maka peneliti membenikan saran berupa saran teoritis dan saran praktis.

 

Saran teoritis

Adapun saran-saran teoritis yaitu:

1.      Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pemikiran khususnya pada mata kuliab Metode Pembelajaran dan Pendidikan Anak dan Pendidikan Agama Kristen umumnya

2.      Pembahasan dan hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan khusus tentang prinsip-prinsip penting yang diperlukan dalam hal proses penanaman iman oleh setiap orang Ma Kristen kepada anak-anak mereka secara alkitabiah turun menurun sampai selama-lamanya.

 

Saran Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi anggota jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya khususnya dan para orang tua Kristen umumnya tentang prinsip-prinsip penting yang diperlukan dalam hal proses penanaman iman Kristen oleh setiap orang tua Kristen kepada anak-anaknya.

1.      Disarankan bagi anggota jemaat GBIS Yerusalem Baru Surabaya, sebagai masukan dalam meningkatkan kedewasaan rohani setiap orang ma Kristen, terutama di dalam pemahaman yang benar dan dalam mengestafetkan iman Kristen yang membutuhkan kesadaran tinggi serta keseriusan dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan_

2.      Disarankan bagi para pendidik Kristen, sebagai masukan dan refleksi agar melaksanakan proses pendidikan menggunakan metode pembelajaran yang alkitabiah namun efektif dan efesien dalam mewujudkan pendidikan iman Kristen kepada anak-anak seperti yang diajarkan oleh firman Tuhan. Di samping itu para pendidik kiranya dapat berusaha keras untuk merelevansikan materi pengajaran iman sesuai Alkitab dengan pola pengajaran yang tepat, sehingga akan memeroleh hasil lebih nyata.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006).

Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas.

Bruce, Milne. Mengenali Kebenaran. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000. Browning, Kamus Alkitab, cet. ke 6. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011.

Browning. Kamus Alkitab Panduan dasar ke dalam Kitab-kitab, tema, tempat, tokoh dan istilah Alkitabiah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

Burhan N.H, Mata Yahudi Mengintai Dunia t.t.: Soulmate Book, t.th.

Budiyana, Hardi. Dasar-dasar pendidikan Kristen.Yogyakarta: Andi Offset, 2001.

Blankenbaker, Frances. Inti Alkitab Untuk Pemula. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.

Bungin, Burhan. Metode Penelitian Sosial, Format-format Kuantitatif dan Kualitatif Surabaya: Airlangga University Press, 2001.

Babbie, Earl. the Practice of Social Research. California: Wadsworth Publishing Company, 1995.

Chua, Amy. Battle Mymn of the Tiger Mother. Cara Mendidik Anak agar Sukses Ala China. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011.

Culpepper, R. Alan. Smyth and Helwys Bible Commentary: Mark. Georgia: Smyth & Helwys Publishing, 2007.

Douglas. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasihi OMF, Cetakan ke 4, 1999.

Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1999.

Free, Yoseph P. direvisi dan diperluas oleh Howard F. Vos, Arkeologi dan Sejarah Alkitab, cetakan ketiga. Malang: Gandum Mas, 2011,

Fred N. dan Howard B Lee. Foundation of Behavioral Research. Forth Worth: Harcout Collage Publisher, 2000.

Green, Denis, Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2008.

Guthrie. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1995.

Gulo. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo, 2002.

Homrighausen dan Enklaar. Pendidikan Agama Kristen, cetakan ke-26. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research 2. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, 2002.

Henry, Mattew. Injil Markus. Surabaya: Momentum, 2007.

Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Kualitatif dan Kuantitatif Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.

Kristianto, Paulus Lilik. Prinsip Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. Yogyakarata: Andi, 2006.

Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab Edisi Studi. Jakarta: LAI, 2012. LAI. Alkitab Edisi Studi. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2012.

Mustafa EQ, Jainal. Mengurai Pariabel hingga Instrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Sena, 2007.

Nasution. Metode Research. Bandung: Jemaars, 1987.

Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999.

Paul J, Achtemeier (Ed.). Harper Collins Bible Dictionary. New York: Harper Collins Publisher, 1996.

Prasetya, Widi. Wawancara, 28 Nopember 2013, jam 10.40.

Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1986.

Pemuridan, Pola, Kehidupan Anda dalam Kristus. Bandung: Kalam Hidup, 1973, Pfeiffer, Charles F. Tafsir Alkitab Wycliffe. Malang: Gandum Mas, 2004.

Priyanto, Dwi. Paham Analisis Statistika Data dengan SPSS. Yogyakarta: Media Kom, 2009.

Priyatno, Dwi. Mandiri Belajar SPSS.Yogyakarta: MediaKom, 2009.

Pelawie, Ngendam Sembiring. Pengaruh Pemahaman Para Pemimpin GPIBI se BPD Jawa Timur tentang Amanat Agung Berdasarkan Matius 28:16-20 terhadap Pelayanan Misi mereka, Disertasi. Semarang: STBI, 2011.

Rianse, Usman dan Abdi. Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi Teori dan Aplikasi Bandung: Alfabeta, 2009.

Rowley, H.H. Ibadat Israel Kuno, Cetakan ke- 6. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press, 1995.

Sidjabat. Mengajar Secara Profesional, Mewujudkan Visi Guru Profesional. Bandung: Kalam Hidup, 2009.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2006.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2007.

Sasmoko, Elizer. Metode Penelitian Pengukuran dan Analisa Data. Lippo Karawaci, Tangerang: HITS, 2005.

Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 1991.

Subagyo, Andreas B. Pengantar Riset Kuantitatf & Kualtatif Bandung: Kalam Hidup, 2004.

Sasmoko. Metode Penelitian Edisi Khusus. Jakarta: Uki Press, 2004.

Subagyo, Andreas B. Pengantar RisetKuantitatif & Kualitatif. Bandung: KalamHidup, 2004.

Sardiman A.M. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.

Sarwono, Jonathan, Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta: Andi, 2007.

Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta, 2005.

Sasmoko. Penelitian Eksplanatori dan Konfirmatori. Jakarta: UKIP Sorong dan Media Plus, 2011.

Sunyoto, Danang. Analisis Regresi dan Uji Hepotesis. Yogyakarta: MetPres, 2009. The New Strong's Exhaustive Concordance of the Bible.

Tenney, Packer Merrill C. dan William White, Jr. Ensiklopedi Fakta Alkitab. Malang: Gandum Mas, 2001.

Usman, Husaini & R. Purnomo Setiady. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Unger, Merril F. The New Unger's Bible Dictionary. Chicago: Moody Press, 1966.

Waid, Abdul. Menguak Rahasia Cara Belajar Orang Yahudi. Yogyakarta: Diva Press, 2011.

Wilard, Dallas. Renovation of the Hear.t Surabaya: Momentum, 2005.

Walizer, Michael H. dan Paul L. Wienir. Metode dan Analisis Penelitian Mencari Hubungan, Jilid 1, dialihbahasakan oleh Arief Sadirman. Jakarta: Erlangga, 1978.

Yount, Rick. Research design and Statistical Analysis for Christia.

 

 

 


LAMPIRAN – LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SURAT IJIN PENELITIAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SURAT BIMBINGAN TESIS

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN 3.4

HASIL VALIDASI ISI OLEH TIM AHLI

 

NO

PER
NYA
TAAN

Dr.
Sutarman

 

Dr.
Kanti
Widiastuti

Dr.
Ngendam S.

RATA-
RATA

KETERANGAN SATU

Ket
Dua

1

 

4

5

5

4.7

Sangat Relevan dan Sangat Jelas

Valid

2

 

4

4

4

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

3

 

4

4

4

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

4

 

4

3

5

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

5

 

4

3

5

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

6

 

4

5

3

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

7

 

5

3

4

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

8

 

3

3

5

3.7

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

9

 

5

5

3

4.3

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

10

 

4

3

5

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

11

 

5

5

3

4.3

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

12

 

5

5

4

4.7

Sangat Relevan dan Sangat Jelas

Valid

13

 

4

5

4

4.3

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

14

 

3

3

4

3.3

Relevan dan Jelas

Valid

15

 

5

3

4

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

16

 

5

5

4

4.7

Sangat Relevan dan Sangat Jelas

Valid

17

 

5

5

4

4.7

Sangat Relevan dan Sangat Jelas

Valid

18

 

3

3

5

3.7

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

19

 

5

4

4

4.3

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

20

 

5

4

4

4.3

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

21

 

5

5

4

4.7

Sangat Relevan dan Sangat Jelas

Valid

22

 

5

4

4

4.3

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

23

 

5

3

4

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

24

 

5

3

4

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

25

 

5

3

4

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

26

 

5

5

4

4.7

Sangat Relevan dan Sangat Jelas

Valid

27

 

3

3

5

3.7

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

28

 

5

3

4

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

29

 

5

3

4

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

30

 

5

3

4

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

31

 

3

5

4

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

32

 

5

5

4

4.7

Sangat Relevan dan Sangat Jelas

Valid

33

 

5

3

4

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

34

 

5

3

4

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

35

 

5

4

4

4.3

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

36

 

4

5

4

4.3

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

37

 

4

3

3

3.3

Relevan dan Jelas

Valid

38

 

5

4

3

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

39

 

5

3

3

3.7

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

40

 

5

3

4

4.0

Sangat Relevan dan Jelas

Valid

41

 

5

5

4

4.7

Sangat Relevan dan Sangat Jelas

Valid

 

Pembimbing I

 

Pembimbing II

 

 

 

………………………….

 

………………………….

 


 

LAMPIRAN 3

KUESIONER UNTUK TIM AHLI
KUESIONER

 

Tesis

 

Implementasi Pengajaran  PAK  dalam

Pembentukan Iman Kepada anak Berdasarkan Ulangan 6;4-9

Di Jemaat Gereja Bathel Injil Sepenuh Yerusalem Baru Surabaya

 

 

 

 

 

Oleh :

 

Eko Basuki

NIM : 04.14.074/M.Pd.K

 

 

 

 

Program Magister Pendidikan Kristen

 

 

 

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHANY

SURABAYA

2015

LAMPIRAN 3.1

KUESIONER PENELITIAN 45 BUTIR

 

Dengan hormat

Di tengah-tengah kesibukan Bapak/Ibu/Saudara pada saat ini, kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk meluangkan sedikit waktu guna mengisi kuesioner yang kami tampirkan berikut ini mengenai "POLA PENGAJARAN IMAN KEPADA ANAK BERDASARKAN KITAB ULANGAN 6:4-9 DI ANTARA JEMAAT GPIBI AMANAT AGUNG SURABAYA".

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER:

Kami mohon kesedian Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi pernyataan di bawah ini seperti pada kuesioner yang tersedia, dengan memilih jawaban salah satu nilai/angka:

1.      STS     : Apabila Bapak/Ibu Sangat Sangat Tidak Setuju

2.      STS     : Apabila Bapak/Ibu Sangat Sangat Tidak Setuju

3.      RR       : Apabila Bapak/Ibu Ragu-ragu

4.      S          : Apabila Bapak/Ibu Setuju

5.      SS        : Apabila Bapak/Ibu Sangat Setuju

 

1.      Tidak ada penilaian benar atau salah atas jawaban yang dipilih serta kerahasiaan dijamin atas jawaban yang Bapalc/Ibu/ Saudara berikan.

2.      Cara pengisian jawaban adalah dengan memberikan tanda silang (X) atau lingkari pada jawaban yang dipilih, pada nomor di bawah ini.

Atas kesedian Bapak/Ibu meluangkan waktu dalam pengisian kuisoner ini, kami ucapkan terima kasih.

 

Hormat kami,

 

Peneliti

 

Untuk menghindari rekayasa peneliti, mohon Bapak/Ibu/Saudara bersedia mengisi identitas di bawah ini dan peneliti akan merahasiakan-nya.

LAMPIRAN 3.2
JAWABAN 30 RESPONDEN 45 BUTIR

 

Res

Pernyataan

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

 

5

5

5

5

4

5

3

5

5

4

2

 

5

5

5

5

4

5

5

5

5

4

3

 

5

4

4

5

4

4

4

3

3

3

4

 

4

4

4

4

4

4

4

2

5

3

5

 

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

6

 

5

5

4

4

4

4

3

4

4

4

7

 

5

5

5

5

5

5

3

4

5

5

8

 

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

9

 

5

5

5

5

5

5

 

4

5

5

10

 

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

11

 

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

12

 

5

5

4

5

5

5

3

4

5

5

13

 

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

14

 

5

4

4

4

5

4

4

5

4

5

15

 

5

4

.4

4

3

5

4

5

4

2

16

 

5

4

4

4

3

5

4

5

4

2

17

 

5

5

S

5

5

5

5

4

5

4

18

 

5

5

5

5

5

5

5

4

5

4

19

 

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

20

 

5

5

5

5

4

5

4

5

4

4

21

 

5

5

5

5

5

5

3

5

5

5

22

 

5

5

5

5

5

5

4

4

4

4

23

 

4

4

4

5

5

5

4

4

4

4

24

 

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

25

 

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

26

 

5

1

4

4

4

3

4

4

4

4

27

 

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

28

 

5

5

5

5

5

5

4

4

4

4

29

 

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

30

 

5

5

5

5

5

5

4

4

4

4

 

 

 

 

 

 

 

 

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

4

5

5

4

4

4

4

4

4

4

4

5

3

2

4

4

3

3

4

4

5

4

5

4

5

4

3

3

5

5

4

5

4

4

4

5

5

5

4

5

5

5

5

5

5

4

5

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

3

4

5

5

4

5

4

4

4

4

4

4

4

4

5

4

4

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

4

4

5

5

5

4

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

4

3

4

5

5

5

6

3

2

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

4

4

4

4

4

5

5

4

4

4

4

2

3

2

4

4

4

4

5

4

4

4

4

3

3

2

4

4

4

4

5

4

4

4

5

5

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

5

4

4

5

5

5

5

5

4

5

5

5

5

5

5

4

4

4

4

5

4

4

5

5

4

4

4

4

5

4

4

4

4

5

5

5

4

4

5

5

5

5

5

3

3

5

4

5

5

4

5

5

5

4

5

5

4

5

4

4

5

5

3

3

4

4

4

4

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

4

4

4

4

3

3

4

4

5

5

5

4

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

4

3

3

3

5

4

4

3

3

3

3

3

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

4

3

3

3

5

4

5

3

3

4

3

3

 


 

 

 

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

4

4

4

5

5

4

5

4

5

4

4

5

3

5

3

3

3

4

3

4

4

4

3

5

4

4

3

5

4

4

4

4

5

5

4

4

4

5

4

4

4

4

4

4

5

5

4

5

4

4

3

3

4

4

3

3

5

4

3

4

4

4

4

3

4

4

4

4

5

4

4

4

4

5

5

3

3

3

4

5

5

3

5

5

4

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

3

4

2

3

4

3

2

3

5

3

4

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

4

4

4

4

4

4

4

4

5

4

4

5

5

4

4

3

3

3

3

3

4

4

4

4

5

4

4

3

3

3

3

3

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

5

4

5

5

5

5

5

5

5

4

4

5

5

4

4

5

5

4

4

4

4'

4

4

4

5

4

4

4

1

4

4

5

4

4

5

4

4

4

4

5

5

5

5

3

4

5

5

5

5

5

4

4

4

4

5

5

5

5

5

4

5

4

5

5

5

5

4

4

4

4

5

5

5

5

4

4

4

4

4

5

4

4

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

5

5

5

5

5

5

5

5

3

5

5

5

4

3

3

3

3

3

4

3

5

4

3

5

5

5

5

5

5

5

5

3

5

5

5

5

3

4

3

3

3

4

3

4

5

4

3

4

 


 

 

 

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

Butir

 

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

Jlh

5

5

5

4

5

5

1

5

1

3

3

208

5

5

5

5

5

5

1

1

1

2

1

188

3

5

4

5

5

5

3

3

3

4

4

173

4

4

4

4

4

4

3

4

4

4

4

181

5

5

5

5

5

5

4

4

4

4

4

210

4

4

4

4

3

4

3

3

4

4

4

173

4

4

5

4

4

4

3

3

3

4

3

187

5

4

5

5

5

5

3

3

3

5

4

205

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

215

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

225

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

225

5

3

5

5

4

5

2

2

3

2

2

177
225

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

225

4

4

4

4

4

4

2

2

2

5

2

183

4

4

4

4

2

4

2

2

2

4

2

162

4

4

4

4

2

4

2

2

2

4

4

165

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

190

4

4

5

5

5

5

5

5

5

4

5

211

4

4

5

5

4

4

4

4

4

4

4

202

4

5

5

4

3

4

4

4

4

4

4

191

5

4

5

5

5

5

4

2

4

4

3

201

5

4

4

4

4

5

4

4

4

4

3

203

5

5

4

5

S

4

4

3

2

3

3

190

4

5

5

5

5

5

4

4

4

5

4

213

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

1          5

225

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

178

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

223

3

3

5

 

4

4

4

4

4

5

4

174

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

223

4

3

4

5

4

4

3

4

3

3

3

172

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN 3.3

HASIL UJI COBA VALIDITAS 45 BUTIR

TOTAL

               Person corealation

Butir 1   Sig (2- tailed)

               N

               Pearson     Correlation

Butir 2   Sig ( 2 - tailed)

              N

               Pearson Corealation

Butir 3   Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 4   Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 5   Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 6   Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 7   Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 8   Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 9  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 10  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 11  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 12  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir  13 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 14  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

150

430

30

427

019

30

688

000

30

579

001

30

603

000

30

603

000

30

592

001

30

437

016

30

675

000

30

706

000

30

617

000

30

735

000

30

813

000

30

712

000

30

564

Butir 15  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 16  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 17  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 18  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 19  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 20  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 21 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 22  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 23  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 24  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 25  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 26  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 27  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 28  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 29  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 30  Sig  ( 2-tailed)

001

30

689

000

30

492

006

30

764

000

30

511

004

30

590

001

30

591

001

30

633

000

30

564

002

30

741

000

30

787

000

30

732

000

30

738

000

30

604

000

30

774

000

30

708

000

               N

               Pearson Correlation

Butir 31  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 32 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 33  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 34  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 35  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 36 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 37 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 38  Sig  ( 2-tailed)

               N

Butir 39 Pearson Correlation

               Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 40 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 41 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 42 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 43 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 44 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 45 Sig  ( 2-tailed)

               N

30

152

423

30

638

000

30

781

000

30

518

003

30

657

000

30

636

000

30

673

000

30

546

001

30

728

000

30

706

000

30

671

000

30

699

000

30

608

000

30

496

005

30

605

000

30

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)

Keterangan

1.      Item XI.I Sig 0,000< 0,05 = Valid -> ada tanda *

2.      Ada 2 butir tidak valid, yaitu butir No. 1 dan 31

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN 3.3

HASIL UJI COBA VALIDITAS 43 BUTIR

 

 

 

 


TOTAL

               Person corealation

Butir 2   Sig (2- tailed)

               N

               Pearson     Correlation

Butir 3   Sig ( 2 - tailed)

              N

               Pearson Corealation

Butir4   Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 5   Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 6   Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 7   Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 8   Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 9   Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 10  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 11  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 12  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 13  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir  14 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 15  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

427

019

30

688

000

30

579

001

30

603

001

30

401

028

30

592

001

30

437

016

30

675

016

30

675

000

30

706

000

30

735

000

30

813

000

30

813

000

30

564

001

30

689

Butir 16  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 17  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 18  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 19  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 20  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 21  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 22 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 23  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 24  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 25  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 26  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 27  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 28  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 29  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 30  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 32  Sig  ( 2-tailed)

000

30

492

006

30

764

000

30

511

004

30

590

001

30

591

001

30

633

000

30

564

002

30

741

000

30

787

000

30

732

000

30

738

000

30

604

000

30

774

000

30

708

000

30

638

000

               N

               Pearson Correlation

Butir 33  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 34 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 35  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 36  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 37  Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 38 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 39 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 40  Sig  ( 2-tailed)

               N

Butir 41 Pearson Correlation

               Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 42 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 43 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 44 Sig  ( 2-tailed)

               N

               Pearson Correlation

Butir 45 Sig  ( 2-tailed)

               N

              

 

        

             

30

781

000

30

518

003

30

657

000

30

636

000

30

673

000

30

564

001

30

728

000

30

706

000

30

671

000

30

699

000

30

608

000

30

496

005

30

605

000

30

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 


 

LAMPIRAN 3.4

HASIL UJI COBA REALIBILITAS 43 BUTIR

 

Case Processing Summary

 

N

%

Cases Valid

            Excludeds

            Total

29

1

30

26.7

3.3

100.0

 

a.       Listwise deletion base on all

Variables in the procedure

 

 

Rellability Statistics

Cronbach’s

Alpha

 

N of items

.961

43

 

 

 

Keterangan :

            Hasilnya : Cronbach Alpha nilai 0 – 1. Syarat lebih dari 0,6 adalah Reliabel

            Output 0,961 > 0,60 = Reliabel

            Output 0,045 < 0,60 = Tidak bisa digunakan             sebar data lagi

            Output 0, 96 > Terlalu konsisten

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN 3.5

TABULASI DATA JAWABAN 35 RESPONDEN 43 ITEM

 

 

 

Item 2

Item 3

Item 4

Item 5

Item 6

Item 7

Item 8

Item 9

Item 10

1

 

5

5

5

5

5

4

4

4

5

2

 

5

5

5

5

5

4

4

5

5

3

 

4

4

4

4

4

4

5

4

4

4

 

4

3

3

4

4

4

4

5

4

5

 

4

4

3

3

4

4

5

4

5

6

 

4

4

3

4

4

4

4

5

3

7

 

4

4

4

3

5

4

5

5

4

8

 

5

4

4

4

4

4

4

4

3

9

 

5

4

4

4

4

2

4

4

5

10

 

5

4

4

4

4

5

4

4

5

11

 

4

3

3

5

5

4

4

4

4

12

 

4

5

3

3

4

5

4

5

3

13

 

4

4

3

3

4

4

5

5

4

14

 

4

4

4

3

3

4

5

4

4

15

 

4

4

3

3

5

5

4

5

4

16

 

4

4

4

4

4

4

5

4

5

17

 

4

4

4

4

2

2

5

5

4

18

 

5

5

5

5

4

4

4

4

4

19

 

4

4

4

5

4

4

4

5

5

20

 

5

5

4

4

2

2

4

2

3

21

 

4

4

4

4

2

2

5

4

4

22

 

5

5

5

5

4

4

4

5

5

23

 

4

4

4

4

4

4

5

4

5

24

 

4

4

4

5

5

5

4

5

4

25

 

4

4

5

5

4

4

5

4

4

26

 

5

5

5

5

4

4

4

5

4

27

 

4

4

4

4

4

4

5

3

3

28

 

4

4

5

5

5

5

4

5

4

29

 

5

5

5

5

4

4

4

5

5

30

 

4

4

5

5

5

5

2

4

4

31

 

5

4

4

5

4

4

4

5

4

32

 

4

4

4

5

4

4

5

2

4

33

 

4

4

5

5

5

5

4

5

4

34

 

5

4

4

4

4

4

5

4

4

35

 

5

5

5

5

4

4

5

4

4

Item 11

Item 12

Item 13

Item 4

Item 5

X1

Item 16

Item 17

Item 18

Item 19

5

5

5

4

4

65

5

4

5

5

4

5

4

5

4

65

4

5

4

5

4

4

5

5

4

59

2

5

4

5

4

4

5

4

5

57

4

5

4

4

4

4

3

5

4

56

2

2

2

4

4

3

4

3

5

53

4

4

4

5

3

4

4

5

4

58

4

5

4

4

4

4

4

5

5

58

4

5

2

5

3

3

3

4

5

54

4

4

4

5

5

4

4

5

4

61

4

4

5

5

5

4

5

4

5

59

5

4

5

4

4

4

3

5

4

56

5

5

4

4

3

3

4

5

5

56

4

4

4

4

3

3

3

4

4

52

5

5

4

5

5

3

3

5

4

57

4

4

4

4

5

3

3

4

4

57

5

4

4

4

4

4

4

5

4

57

4

4

3

5

4

4

4

4

4

61

4

5

5

5

3

3

3

5

5

59

4

4

3

5

4

4

4

5

4

54

5

5

4

4

4

4

3

4

4

54

4

4

4

4

5

4

4

5

5

65

4

5

4

4

5

5

5

4

4

62

2

4

5

5

5

5

5

4

4

63

5

5

3

4

5

5

5

5

4

64

4

4

4

2

4

4

4

4

5

63

5

5

3

4

3

4

4

5

5

56

5

5

4

4

4

4

4

4

4

61

4

5

4

5

5

5

5

5

5

67

4

4

4

4

4

5

5

5

4

61

5

4

5

4

4

3

5

5

4

59

4

5

3

4

4

4

4

4

5

58

5

5

4

4

3

3

3

5

4

59

4

4

4

5

4

4

5

5

5

61

5

5

4

5

4

4

5

5

4

64

4

5

5

5

 

 

 

 

 

 

 

 

Item 20

Item 21

Item 22

Item 23

Item 24

Item 25

Item 26

Item 27

Item 28

Item 29

4

5

5

4

5

3

4

2

5

3

5

4

4

4

4

4

5

4

4

4

4

4

4

3

4

2

4

4

4

4

4

3

4

3

4

2

4

5

2

2

5

4

4

4

4

5

2

5

3

3

5

2

3

3

3

3

3

5

2

3

5

4

4

2

5

3

3

4

3

3

4

3

3

3

3

2

3

4

3

3

5

4

4

4

4

2

3

5

3

3

4

4

5

4

4

5

4

5

4

4

2

4

4

5

4

4

4

4

4

3

4

4

4

3

3

3

4

4

3

3

5

4

4

3

5

3

4

5

3

3

4

3

3

3

3

3

4

4

4

4

5

3

3

3

4

3

4

5

4

4

4

3

3

3

4

4

5

5

5

5

5

4

4

4

5

5

5

4

4

4

4

3

3

4

4

4

4

4

4

3

4

4

2

3

3

4

4

4

4

3

4

4

4

5

5

5

5

4

4

4

5

5

5

4

4

4

5

5

5

4

4

3

3

4

4

4

4

5

5

5

5

4

4

4

5

5

5

4

4

4

4

4

4

5

5

4

4

5

3

3

2

3

4

4

4

4

4

4

4

4

4

3

3

3

4

4

5

4

4

5

5

3

2

3

3

3

4

4

4

4

5

3

3

3

4

4

5

5

5

5

4

4

4

5

5

5

5

5

5

5

4

4

4

5

5

5

4

4

4

4

4

3

4

4

4

5

4

4

4

4

5

4

4

5

4

3

4

5

3

4

4

3

3

3

4

4

4

4

4

4

5

3

3

4

4

4

4

4

4

5

4

5

5

3

4

4

3

4

5

5

 

 

 

 

 

 

 

 

Item 30

Item 32

Item 33

Item 34

Item 35

X1

Item 36

Item 37

Item 38

Item 39

4

5

5

5

5

 

5

4

4

5

4

4

4

4

4

 

4

4

5

4

4

4

4

4

4

 

4

5

4

4

2

4

3

3

4

 

4

4

4

5

4

5

4

3

2

 

3

5

4

4

2

4

3

4

4

 

3

4

5

4

5

3

3

3

4

 

4

5

4

2

3

4

4

4

4

 

3

5

4

4

3

4

3

4

4

 

3

4

3

4

4

5

4

4

4

 

4

5

3

4

4

4

4

4

3

 

4

5

3

4

2

3

3

4

3

 

3

4

4

5

4

4

5

4

4

 

3

5

4

4

4

3

3

4

4

 

4

4

4

2

5

3

3

3

4

 

4

5

5

4

5

4

3

2

3

 

3

4

4

2

4

3

3

3

3

 

3

5

4

4

3

3

3

4

3

 

4

4

4

4

3

4

4

4

4

 

4

4

4

4

4

4

4

4

4

 

4

4

5

4

4

3

3

3

4

 

4

4

5

4

5

3

4

4

4

 

5

5

4

2

5

3

4

4

4

 

3

5

4

2

3

4

4

4

4

 

3

5

4

4

4

5

4

4

4

 

3

4

5

4

5

3

3

3

4

 

4

4

4

4

5

4

4

3

3

 

4

5

3

2

5

5

5

5

5

 

4

4

4

4

5

4

4

4

4

 

4

5

4

4

4

5

5

5

5

 

4

4

4

2

5

4

4

5

5

 

5

5

4

2

5

5

4

4

4

 

4

4

4

4

4

5

5

4

4

 

4

5

5

4

5

5

5

5

5

 

5

5

4

4

4

4

4

4

4

 

4

4

4

4

 

 

 

 

 

 

 

 

Item 40

Item 41

Item 42

Item 43

Item 44

Item 45

X3

Y

4

5

5

5

5

5

47

195

4

5

4

4

4

4

42

187

4

4

3

4

4

4

40

172

4

3

3

3

3

3

36

159

5

4

3

3

2

4

37

160

4

3

2

4

3

3

35

154

4

5

4

3

4

5

40

169

4

3

3

4

3

2

35

159

5

2

2

3

4

4

34

160

5

2

2

2

3

3

33

154

5

2

4

2

3

4

36

169

5

2

2

3

3

4

35

159

5

4

4

3

3

3

38

160

4

3

3

2

2

2

30

176

4

3

3

3

3

3

37

167

5

4

3

3

3

4

35

168

4

5

5

4

4

4

42

174

5

5

5

4

4

4

43

175

4

5

4

4

3

3

39

168

5

5

3

3

4

4

41

177

4

4

3

4

4

3

39

173

4

4

3

3

3

3

36

179

4

4

4

4

4

3

37

179

4

4

4

4

3

3

38

178

4

4

4

5

5

4

42

178

4

5

3

2

3

3

36

173

2

3

3

1

2

4

29

157

4

4

4

3

3

4

38

184

2

3

3

3

4

4

36

187

2

3

4

4

4

5

36

182

4

4

5

5

4

4

42

180

4

5

5

5

5

5

45

184

4

4

4

4

4

5

43

178

4

4

4

4

4

4

42

187

4

4

4

4

5

5

42

187

 

 

 

NO

LAMPIRAN 3.6

BIODATA 35 RESPONDEN

1.      SUKU

 

2.      KRISTEN 

3.      ASAL GEREJA

4.      Kelamin

5.      PEMDIDIKAN

6.      UMUR

 

 

Jaea

Batak

Ambon

Timor

Lainya

Keturunan

Pertpobatan

Katolik

Protestan

Petakosta

Laki-laki

Perempuan

SD

SMP

SLTA

S1

S2/S3

umur

1

Ngatinem

1

 

 

 

 

 

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

 

45

2

Wahyudi

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

 

1

1

 

 

 

 

61

3

Yusuf

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

 

1

 

 

1

 

 

38

4

Malik

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

 

1

 

 

 

1

 

33

5

Lukas P

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

1

 

 

 

 

1

 

40

6

Samuel

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

 

1

1

 

 

 

 

55

7

Andre

1

 

 

 

 

 

1

 

 

1

1

 

1

 

 

 

 

57

8

Indrawati

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

1

 

 

 

 

1

 

30

9

Andi

1

 

 

 

 

 

1

 

1

 

 

1

1

 

 

 

 

47

10

Saminem

 

1

 

 

 

1

 

 

1

 

1

 

 

 

 

 

 

27

11

Sulistianty

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

 

1

 

 

1

 

 

28

12

Parno

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

1

 

 

 

1

 

 

29

13

Han Suli

 

 

 

1

 

1

 

1

 

 

 

 

 

 

1

 

 

18

14

Isning

 

 

 

 

 

1

 

 

1

 

 

 

 

 

1

 

 

36

15

Suparti

 

 

 

 

 

1

 

 

 

1

 

 

 

1

 

 

 

60

16

Ester

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

 

 

1

 

 

 

 

45

17

Sumarmi

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

1

1

 

 

1

 

 

27

18

Mutadi

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

1

 

 

 

1

 

 

40

19

Samiatun

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

1

 

 

 

1

 

 

31

20

Windah

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

1

 

 

 

1

 

 

30

21

Karlina

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

1

 

 

 

 

1

 

33

22

Wirio

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

 

 

 

 

1

 

 

40

23

Lilis

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

 

1

 

 

1

 

 

40

24

Karolina

1

 

 

 

 

1

 

 

 

1

 

1

 

 

 

1

 

56

25

Yulianti

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

1

1

 

 

1

 

 

59

27

Andy

 

 

 

 

1

 

1

 

1

 

1

 

 

 

1

 

 

37

28

Lukas Irgi

 

 

 

 

1

1

 

 

1

 

1

 

 

 

1

 

 

40

29

Widi

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

 

 

 

 

 

 

1

38

30

Malik

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

 

 

 

 

 

1

 

35

31

soinem

1

 

 

 

 

1

1

 

1

 

 

1

1

 

 

 

 

40

32

Narto

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

1

 

 

1

 

 

 

39

33

Yusuf

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

1

 

 

1

 

 

 

51

34

Tris

 

 

 

1

 

1

 

 

1

 

1

 

 

 

1

 

 

40

35

Domo

1

 

 

 

 

1

 

 

1

 

1

 

 

 

1

 

 

29

 

 

29

1

0

3

2

30

5

1

31

3

20

15

6

3

17

8

1

 

 

 

 

Keterangan

A= Kura 30 Tahun = 8 orang

B= 30 - 35 tahun = 4 orang

C=36 – 40 tahun =12 orang

D= 41 – 45 tahun =3 orang

 E= Lebih 46 tahun = 8 Orang


 



 

 

 

 

 

LAMPIRAN 4.2.

UJI LINEARLARITAS

Case Processing Summary

 

Cases

Included

Excluded

Total

N

Percent

N

Percent

N

Percent

PolaPengajaran lman MengajarkanTentang

MengasihiTuhan

PolaPengajaranlman MengajarkanSecaraBerul angulang

PolaPengajaranlman * MengajarkanMelaluiTand aPengingat

35
35
35

100,0%
100.0%

0
0
0

0.0%
0.0%
0.0%

35
35
35

100.0%
100.0%
100.0%

Re port

Pola Pengajaran Iman

Mengarkam tentang mengasihi Tuhan

Mean

N

Std Devation

5

53

54

56

57

58

59

61

62

63

64

65

67

Total

 

273.00

301.67

288.00

296.50

301.33

307.00

322.80

321.00

314.00

323.00

332.33

338.00

307.91

1
1
3
4
4

3
5
5
1
2
2
3

1
35

 

 

 

 

 

 

 

          14.742

7.746

10.344

20.207

8.246

10.569

 

5.657

12.728

10.504

.

18.677

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ANOVA Table

 

Sum of
Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Pola Pengajaran lman' Between Groups                         (Combined)

8974.943

12

747.912

5.702

.000

MengajarkanTentangMengasihi Tuhan

7499.195

1

7499.195

57.170

.000

Deviation from Linearity

1475.748

11

134.159

1.023

.460

Within Groups

2885.800

22

131.173

 

 

Total

11860.743

34

 

 

 

 

 

 

ANOVA Table

 

 

Sum of
Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Pola Pengajaran lman •           Between Groups            (Combined)

8100/43

15

540.050

2.729

.021

MengaJarkan Melatul Tanda   Linearity

4020.825

1

4020.825

20.318

.000

Pengingat

Detriation from Linearity

4079.918

14

291.423

1.473

.213

Within Groups

3760.000

19

197.895

 

 

Total

11860.743

34

 

 

 

                                                           

Messures Of Asociation

 

R

R Squared

Eta

Eta Squared

Pola Pengajaran lman * Mengajarkan MelaluiTanda

aPengingat

.582

.339

.826

.683

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN 4.3.
UJI HOMOGENITAS

Test of Homogeneity of Variances PolaPengajaranlman

Levene Statistic

dfl

 

df2

Sig.

1.022

 

8

22

.449

 

ANOVA

                Pola Pengajaran lman

 

Sum of
Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Between Groups Within Groups Total

8974.943 2885.800 11860.743

12
22
34

747.912
131.173

5,702

.000

 

 

Test of Homogeneity of Variances

Pola Pengajaran lman

Levene Statistic

 

dfl

 

df2

Sig.

1.490

 

 

10

16

.230

 

ANOVA

Pola Pengajaran lman

 

Sum of
Squares

df

Mean

 

 

Square

F

Sig.

Between Groups Within Groups Total

10463910

399.833

853.743

18

16

34

 

 

 

 

 

 

 

 

 

581.162

87.490

6.643

.000

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Test of Homogeneity of Variances

Metode Pergajaran iman

 

Leese Stabs itc

 

 

dfl

 

 

df2

Sig.

2.042

 

 

 

 

7

19

'102

 

 

ANOVA

Metode Pengajaran lman

 

Sun? of
Scua-es

df

Mean Square

F

Sig.

Between Groups Within Groups Total

8100.74373760.000 11860.743

            15

19
34

540.050
197.895

2.729

.021

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN 4.4
HAS1L UJI MULTIKOLINEARITAS

Coefficients'

Model

Unstandardized Coefficients

Slandariizeti
Coefficients

t

 Sig.

Collineality Statistics

B

Std. Error

Beta

Tolerance

'AF

1   (Constant)

1.167E-013

.000

 

.000

1.000

 

 

Mengajarkan  Tentang  mengasihi  Tuhan

 

 

2.000

.000

.409

214053071.6

.000

.706

1.416

Mengajarkan  Secara Berul ang-ulang

2.000

.000

.612

326996915.1

.000

.738

1.354

Mengajarkan  Melalui TandaPengingat aPengingat

 

 

 

 

 

 

 

 

1.000

.000

.228

129281806.1

.000

.830

1205

a. Dependent Variable: PolaPengajaranIrn an

VIF 1,416 < 5, maka pada model regresi tidak ditemukan masalab multikolinearitas


 

LAMPIRAN 4.5

HASIL UJI HETEROKEDASTISITAS

 

Pola Pengajaran iman

Mengajarkan tentang mengasihi

Mengajarkan secara berulang ulang

Mengajarkan melalui tanda penggingat

Ustnadarditz ed Residual

Sperman’so

PolaPengajaran

Corelation Confficent

Sig (2 Tailed)

N 

100

 

 

 

35

 

800

 

000

 

35

572

 

000

 

35

572

 

000

 

35

359

 

000

 

35

 

 

Mengajarkan tetang mengasihi Tuhan

Corelation Cofficent

Sig (2Tailled)

N

800

 

000

 

35

1000

 

 

 

35

 

492

 

003

 

35

 

406

 

016

 

35

219

 

207

 

35

 

Mengajarkan melaluitanda pengingat

Corelation Cofficent

Sig (2 Tailed

N

876

 

000

 

35

492

 

003

 

35

1000

 

35

314

 

066

 

35

710

 

000

 

35

 

 

 

Mengajarkan Melalui Tanda Pengingat

Corelation Cofficent

Sig (2 Tailed

N

572

 

000

 

35

406

 

016

 

35

314

 

066

 

35

1000

 

 

 

35

 

133

 

447

 

35

 

 

Unstandard Residual

Corelation Cofficent

Sig (2 Tailed

N

359

 

034

 

35

219

 

207

 

35

710

 

000

 

35

133

 

447

 

35

 

1000

 

 

 

35

Corelations

 

Corelations is significant at the 0.01 level (2-Tailed)

Corelations is significant at the 0.01 level (2-Tailed)

 

Unstandardadized Residua; menghasilkan nilai signifikan Pola Pengajaran Iman= 0,034

Mengajarakan tentang Mengasihi Tuhan =0,207 Mengajarkan secara berulang-ulang

=0,000 dan mengajarkan melalui Tanda Pengingat = 0,447 karena nilai signifikansi

korelasi lebi 0,005 maka dapat disimpuilkan bahwa pada model regresi tidak ditemukan

adanya masalah heterokedastisitas

LAMPIRAN 4.6

HASIL UJI AUTOKORELASI

Model

R

R. Square

Adjusted R

Square

STD. ERORO OF THE Estimate

Durbin Watson

 

1

1000

1000.

1.000

000

059

a.       Perdictors (Constan)( mengajarkan Melalui Tanda Pengingat

Mengajarkan Secara Berulang ulang mngajarkan Tentang Mengasihi Tuhan

b.      Depedent Variabel : Pola Pengajaran Iman

 

Nilai hitung durbin Watson adalah 0,059 sedangkan nilai table DW dengan signifiakan 0,05 dan jumlah data (n) =35, serta (K adala jumlah variable independen) diperoleh nilai dI sebebesar 1.283 dan du sebesar 1.653 karena nilai DW 0,059 lebih kecil dari dI  maka hipotesis 0 ditolak yang berate terdapat auto korelasi .

 


 

LAMPIRAN 4.7
DESKRIPSI DATA

Descriptive Statistics

 

N

Rangee

\

Minimum

Maksimum

Sum

Mean

Std.. devation

Variance

Slkenews

Kritius

Statistic

 

Statistic

 

Statistic

 

Statistic

 

Statistic

 

Statistic

 

Std.. Eror

Statistic

 

Statistic

 

Statistic

 

Statistic

 

Statistic

 

Std.. Eror

Pola Pengajaran  Iman

Mengajrakan Tentang  mengasihi Tuhan

Mengajarkan  secara  berulang 

Mengajarkan  melalui  Tanda  Pengingat

35

35

35

35

35

 

 

70
15

19

18

.00000

273

52

66

72

.00000

343

67

85

47

10000

10777

2970

2554

1377

.00000

307.91

59.07

75.63

37 91

100000

3.157

546

.965

.770

0000

16.677

3823

5.711

4759

.000000

348.845

04.617

32.617

16139

0000

-.079
.052

-.056
4353

.398
.398

.398
.390

-.882
-.722

-1.033


-.476

.778
.778

.778
376

 

Statistics

 

PolaPengajar

Amalan

 


anlman

MengajarkaT
entangMenga
sihiTuhan

Mengajarkan
SecaraBerula
ngulang

Mengajarkan
MelaluiTanda
Pengingat

Unstandardiz ed Residual

N      Valid

35

35

35

35

35

Ms.sing

n

i               n

0

n

n

Mean

307.91

59.17

75,83

37.91

.0000000

Std. Error of Mean

3.157

.646

.965

720

.00000000

Median

307.00

59.00

76.00

37.00

.0000000

Mode

332

50

72

42

.00000

Std. Detiation

18.677

3.823

5.711

4.259

.00000000

Variance

348.845

14.617

32.617

18.139

.000

Range

70

15

19

18

.00000

Minimum

273

52

66

29

.00000

Ma-,.-Imum

343

67

35

47

00000

Sum

10777

2071

2654

1327

.00000

a. Multiple modes exist The smallest value is shown
LAMPIRAN 4.8
HASIL UJI HIPOTESIS I

Statistics

 

PolaPengajar
anlman

MengajarkanT
entangMenga
sihiTuhan

Mengajarkan
SecaraBerula
ngulang

Mengajarkan
MelaluiTanda
Pengingat

Unstandardiz
ed Residual

N      Valid

35

35

35

35

35

Missing

0

0

0

0

0

Mean

307.91

59.17

75.83

37.91

.0000000

Std. Error of Mean

3,157

.646

.965

.720

.00000000

Median

307.00

59.00

76.00

37.00

.0000000

Mode

332

59a

72

42

.000008

Std. Deviation

18.677

3.823

5.711

4.259

.00000000

Variance

348.845

14.617

32.617

18.139

.000

Range

70

15

19

18

.00000

Minimum

273

52

66

29

.00000

Maximum

343

67

85

47

.00000

Sum

10777

2071

2654

1327

.00000

a.       Multiple modes exist. The amalist value is shown

LAMPIRAN 4.9
UJI HIPOTESIS 2

CoeffIcientsa

Model

Un standardized Coefficients

Standardized
Coefficients

 

t

Sig.

CoIli nearity Statistics

B

Std. Error

Beta

Tolerance

VIF

1 (Constant)

1.167E-013

.000

 

.000

1.000

 

 

Mengajarkan Tentang Men gasig Tuhan

kagajarkan Secara Berulang angulang

2.000
2.000

.000
.000

.409
.612

214053071.6
326996915.1

.000
.000

.706
.738

1.416
1.354

Mengajarkan Melalui Tanda Pengingat

1.000

.000

.228

129281896.1

.000

.830

1205

a. Dependent Variable: PolaPengajarantman


b.               

LAMPIRAN 4.10
HASIL UJI  UJI HIPO I ESIS 3

Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R
Square

' Std. Error of

the Estimate

Durbin‑
Watson

1

.336a

.113

-.078

19.388

.791

a.   Predictors: (Constant), Umur, JenisKelamin, Kekristenan, Suku, GerejaAsal, TingkatPendidikan

b.      Dependent Variable: Pola Pengajaran Iman ANOVAa

Model

Sum of
Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1       Regression

Residual Total

1335.837 10524.906 11860.743

6 28 34

222.639
375.890

.592

.734b

a.  Dependent Variable: Pola Pengajaran 'man

b. Predictors: (Constant), Umur, JenisKelamin, Kekristenan, Suku, GerejaAsal, TingkatPendidikan

coefficients'

dkdel

Unstandardized Coefficients

Standardized
Coefficients

t

Sig.

Collinearity Statistics

a

Std. Error

Beta

Tolerance

%4F

1    (Constant)

298.566

34.774

 

8.586

.000

 

 

Suku

2224

2.956

.154

.752

.458

.759

1.318

Kekristenan

-14.400

13.276

-249

-1,085

287

.602

1.661

GerejaAsal

3.990

15.739

.063

254

.802

.511

1.958

JenisKelamin

-2.609

7.175

-.070

-.364

.719

.852

1.174

lingkaPendidikan

1.580

4.534

.090

.348

.730

.478

2.094

Umur

326

.452

.187

.727

.473

.480

2.083

a. Dependent Variable: Pola Pengajaran ban

 

 

LAMPIRAN

 

PERYATAAN KEASLIAN TULISAN

 

Saya bertanda tangan dibawah ini

Nama                                           : Eko Basuki

NIM                                             : 04.14.074-Md.K

Jurusan/ Program Studi   : Magister Pendidikan Agama Kristen

 

Menyatakan dengan sebenarnya bahawa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat di buktikan ini hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

 

 

Surabay, 10 November 2015

Yang membuat peryataan

Tanda tangan

 

 

 

Eko Basuki

 

 

 

 

 

 

 



[1] Prof. DR. H.A.A.R. Tilar, M,SC,EDPendidikan merupakan proses manusiawi antara peserta didik dan pendidik yang bertujuan etis mengembangkan kepribadian peserta didik seutuhnya” Kaleidoskop Pendidikan Nasional. Hal.964

[2] Burhan N.H, Mata Yahudi Mengintai Dunia (t.t.: Soulmate Book, t.th.), 151.

[3] Ibid. 152-154

[4] Ibid 151

[5] Hardi Budiyana, Dasar-dasar pendidikan Kristen (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), 164

[6] Ibid 164

[7] Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modem English Press, 1995), 494.

[8] Homrighausen dan Enklaar, Pendidikan Agarna Kristen, cetakan ke-26 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 2-4.

[9] Suparlan  Wawancara, 6 Nopember 2015, jam 10.40.

[10] LAI, Alkitah Edisi Studi (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2012), 1592.

[11] Ibu Maria. Wawancara dengan guru Sekolah Minggu . Tanggal 1 November 2015.

[12] H. H. Rowley. lbadat Israel Kuno, Cetakan ke- 6 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011).

[13] Amy Chua, Battle Mymn of the Tiger Mother. Cara Mendidik Anak cigar Suks-e.s. Ala China (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011). 5.

[14] Hardi Budivana, Dasar-dasar Pendidikan Agama Kristen, 201-202.

[15] Pdt. Widi Prasetvo. Wawacara, 28 Mei 2014, jam 10,30.

[16] Sekretariat Badan Penghubung GBIS, Jl.Wonorejo IV/58-62 Surabaya

https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Bethel_Injil_Sepenuh

[17] Peter Salim dan Yenny Salim, KamusBahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: ModemEnglish Press, 1995), 117.

[18] Poerwadarminta, Kamus Um= Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 377.

[19] Metode Pemuridan, Kehidupan Anda dalam Kristus (Bandung: Kalam Hidup, 1973), 3.

[20] Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 38.

[21] Frances Blankenbaker, Inn Alkitab Untuk Pemula (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977), 56.

[22] Jainal Mustafa EQ, Mengurai Pariabel hingga Instrumentasi (Yogyakarta: Graha limn, 2009), 23.

[23] Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, 356 dan 1126

[24] Ibid., 672 dan 838

[25] Sugiyono. Met ode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2007), 57.

[26] Yoseph P. Free direvisi dan diperluas oleh Howard F. Vos. Arkeologi Jan Sejarah cetakan ketiga (Malang: Gandum Mas, 2011). 150.

[27] Yoseph R Free direvisi dan diperluas oleh Howard F. Vos, Arkeologi dan Sejarah Alkitab. cetakan keti.ga, 123.

[28] Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Edi.si Studi (Jakarta: LA1, 2012), 280.

[29] Denis Green, Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2008)., 69.

[30] The New Sarong's Exhaustive Concordance of the Bible, 123.

[31] Alkitab Penuntun Hidup Berkehmpahan (Malang Gandurn Mas), 151.

[32] Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Edisi Studi, 281.

[33] Free direvisi dan diperluas oleh Howard F. Vos, Arkenlogi dan Storah Alldtab, 150.

[34] Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Edisi Sludi, 281.

[35] Charles F. Pfeiffer, TaiSir Allatab (Malang: Ganduni Mas, 2004), 452.

[36] Lembaga Alkitab Indonesia.. A lkitab Edisi Studi, 294.

[37] Charles F. Pfeiffer, Tqfsir Alkitab Wycliffe, 453.

[38] Charles F. Pfeiffer. Taf.ir Alkitab Wycliffe. 153

[39] http: Alkitab Sabda.Org/Commentary. php.

[40] Bruce Milne, MengenaliKebenaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000). 235.

[41] Hardi Budivana Dasar-dasar Pendidikan Aganza Kristen (Yogvakarta:Andi Offset,2011), 40.

 

[42] Hananto GP, Th. M., M. Pd. K,.Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab & Dunia Pendidikan Masa Kini (Yogyakarta: Andi201 2), 9-10.

[43] Lembaga Alkitab Indonesia Alkitab Edisi Studi, 294.

[44] Charles F. Pfeiffer, Taftir Alkitab Wycliffe, 453.

[45] Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Edisi Studi, 280.

[46] www.ottawajudaic a. corn/mezuzahs . tml

[47] Abdul Waid, Menguak Rahasia Cara Belajar Orang Yahudi (Yogyakarta Diva Press, 2011), 237.

[48] B.S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional, Mewujudkan Visi Guru Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 2009), 229.

[49] Ibid., 231-232.

[50] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Stondor Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2006), 95 - 100.

[51] http://alkitab.sabda.org/comrnentaryphp

[52] I. J. Cairns, TOiran Kitab Ulangan (Jakarta: BPK-Gunung Willa, 2008), 133.

 

[53] Mattew Henry. Injil Markus, (Surabaya: Momentum. 2007). 277.

[54] Paul J. Achtemeier (Ed.), Harper Collins Bible Dictionary (New York Harper Collins Publisher, 1996), 407- 408.

[55] Cairns, Tafsiran Kitab Ulangan, 133.

[56] Dallas Wilard, Renovation of the Heart (Surabaya: Momentum, 2005), 53.

[57] Merril F Unger, The New Unger 's Bible Dictionary (Chicago: Moody Press, 1966), 212.

[58] Dallas Wilard. Renovation of The Heart (Surabaya: Momentum. 2005). 53.

[59] Dallas Wilard, Renovation of The Heart, 134.

[60] R. Alan Culpepper, Smyth and HeIwo Bible Commentary: Mark (Georgia: Smyth & Heiwys Publishing, 2007), 421.

[61] Sardiman A.M. Interaksi Motivasi Bela* Mengajar. (Jakarta Raja Grafindo Per sada,

[62] Sijabat, Mengajar secara Profesional, 10.

[63] Gulo, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Grasindo. 2002), 5.

[64] Sumiati dan Asra. Aletode Pembelajaran. (Bandung, Wacana Prima, 2007). 24.

[65] Ibid., 24

[66] Ibid., 24

[68] SABDA, Penjelasan Ulangan 6:7

[69] Packer Merrill C. Tenney dan William White, Jr. Ensiklopedia  faktor Alkitab (Malang: Gandum Mas, 20(1), 848.

[70] Ibid., 850

[71] Ibid., 852

[72] Packer Merrill C. Tenney dan William White, Jr. 852.

[73] Paulus Lilik Kristianto, Prinsip Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen (Yogyakarata: Andi, 2006), 139

[74] Ibid., 139

[75] Paulus Lilik Kristianto, Prinsip Dan Prakiek Pendidikan Agama Kristen, 139.

[76] Sabda, catatan Luk 1:17

[77] Bruce Milne, Mengenali Kebenaran (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 235.

[78] Paulus Lilik Kristianto, Prin.sip Dan Praktek Pendidilum Agama Kristen.22.

[79] Sabda, catatan Ulangan 6:7

[80] Sabda, catatan Yakub I:21

[81] W.R_F. Browning, Kamus Alkitab. cet. ke 6 (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011).346.

[82] Sabda, Catatan kaki Ul 6:7.

[83] Sabda, Catatan kaki 2 Tim 3:3

[84] Paultis Lilik Kristianto, Prinsip Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. 151.

 

[85] Fr. Saunders is pastor of Queen of Apostles Church in Alexandria.

 “Straight Answers: What Is the Stigmata?” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©1999 Arlington Catholic Herald, Inc. All rights reserved; www.catholicherald.com

 diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.” Stigmata adalah tanda luka-luka Yesus yang tersalib, yang muncul secara tiba-tiba pada tubuh seseorang. Termasuk dalam tanda sengsara ini adalah luka-luka paku di kaki dan tangan, luka tombak di lambung, luka di kepala akibat mahkota duri, dan luka bilur-bilur penderaan di sekujur tubuh, teristimewa di punggung. Seorang stigmatis, yaitu orang yang menderita akibat stigmata, dapat memiliki satu, atau beberapa, atau bahkan semua tanda sengsara itu. Stigmata dapat kelihatan, dapat pula tidak kelihatan; dapat permanen, dapat pula sementara waktu saja

 

                                                                                                                                                                                                                                                                                                       

                                                                                                                                                                                                                                                                                                           

 

 

[86] J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II (Yogyakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF), Cetakan ke 4, 1999), 445.

[87] D. Guthrie. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1995), 317.

[88] D. Guthrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini 1. 436. 84Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kind Jilid II M-Z, 445.

 

[89] D.Guthrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini 1. 436

[90] Douglas, Ensiklopedi Alkaitab Masa Kini Jilid II M-Z, 445.

[91] D. Guthrie, Taftiran Alkitab Masa Kini, 72.

[92] D. Guthrie, Taftiran .Alkitab Masa Kini, 438.

[93] D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1999), 224.

[94] Sabda, Catatan .SH, Ulangan 6:4-9

[95] D. Guthrie, Taftiran Alkitah Masa Kini 1. 317.

[96] Browning, Kamus Alkitab Panduan dasar ke dalam Kitab-kitab, tema, tempat, tokoh dan istilah Alkitabiah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 390-391.

[97] Ibid., 363.

[98] Sabda, Tafsiran Alkitab Wycliffe, Ulangan 6:7

[99] Jonathan Sarwono, Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS (Yogyakarta: Andi, 2007), 3.

 

[100] Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: Alfabeta, 2005), 1.

[101] Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan Kuantitatif (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), 176

[102] Elizer Sasmoko, Metode Penelitian Pengukuran don Analisa Data (Lippo Karawaci, Tangerang: HITS, 2005), 361.

[103] Rick Yount, Research design and Statistical Analysis for Christian Ministry (Fort Worth: Southern Baptist Theological Seminary, 1990), 7. Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei (Jakarta: LP3ES, 1991), 3.

[104] Fred N. dan Howard B.Lee, Foundation of Behavioral Research (Forth Worth: Harcout Collage Publisher, 2000), 599.

[105] Sasmoko, Metode Penelitian, Pengidalran don Analisis Data, 147.

[106] Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitay.& Kualtatif(Bandung: Kalam Hidup, 2004), 73.

[107] Ibid., 88.

[108] Michael H. Walizer dan Paul L. Wienir. Metode dan Analisis Penelitian Mencari Hubungan, Jilid I, dialihbahaslikan oleh Arief Sadirman (Jakarta: Erlangga, 1978), 255.

[109] Sasmoko, Penelitian Eksplanatori dan Konfirmatori (Jakarta: UKIP Sorong dan Media Plus, 2011), 301.

[110] Burhan Bungin, Metode Penelittan &All, Format:format Kuantitatif dan Kualitatif (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), 101.

[111] Hadari Nawawi, Metode penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003), 141.

[112] Sasmoko, Metode Penelitian Edisi Khusus (Jakarta: Uki Press, 2004), 55.

 

[113] Sugiyono, Metode Penelitian Administrai, 80.

[114] Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) 177.

[115] Sutrisno Hadi, Metodologi Research 2 {Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Marla, 2002), 57.

[116] Earl Babbie, the Practice of Social Research (California: Wadsworth Publishing Company, 1995), 177.

[117] Sasmoko, Metode Penelitian, Pengulairan dan Analisis Data, 334.

[118] Moh Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), 152.

[119] Usman Rianse dan Abdi, Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi Teori danAplikasi (Bandung: Alfabeta, 2009), 226.

[120] Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2007), 31.

[121] Sasmoko, Melode Pole!taw? Edisi Khusus, 106.

[122] Suharsimi Arikunto, Prosediir Penetitian suatu pentlekatan praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 131.

[123] Danang Sunyoto. Analisis Regresi dan Up Hepotesis (Yogyakarta: MetPres, 2009), 72.

 

[124] Husaini Usman & R. Pumomo Setiady, PengantarStatistika (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 291.

 

[125] Nasution, Metode Research (Bandung: Jemaars, 1987), 169-170.

[126] Andreas B. Subagyo, Pengantar RisetKuantitatif & Kualitatif(Bandung: KalamHidup, 2004), 116.

[127] Sutrisno Hach, Metodologi Research 2 (Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, 2002), 57.

 

[128] Sasmoko. 334.

[129] Dwi Priyanto, Paham Analisis Statistika Data dengan SPSS (Yogyakarta: Media Kom, 2010), 12.

[130] Lampiran

[131] Danang Sunyoto, Analisis Regresi dan Uji Hepotesis (Yogyakarta: MetPres, 2009),

[132] Dwi Priyatno, Mandiri Belajar SPSS (Yogyakarta: MediaKom, 2009), 71

[133] Dwi Priyatno, Mandiri Belajar SPSS, 73.

[134] Dwi Priyatno, Mandiri Belajar SPSS, 11.

 

[135] Ngendam Sembiring Pelawie, Pengaruh Pemahaman Para Pemimpin GPIBI se BPD Jawa Timur tentang Amanat Agung Berdasarkan Matius 28:16-20 terhadap Pelayanan Misi mereka, Disertasi (Semarang: STBI, 2011), 214.

[136] Ngendam Sembiring Pelawie, Pengaruh Pemahaman Para Pemimpin GPIBI se BPD Jawa Timur tentang Amanat Agung Berdasarkan Matins 28:16-20 terhadap Pelayanan Misi mereka. Disertasi, 214.

[137] KBBI offline 1.3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

  BAB 1 PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN   A. Pengertian Pendidikan (secara umum): 1. Apakah arti pendidikan ? Lebih daripada sekedar s...